Anda di halaman 1dari 12

KONSEP EPIDEMIOLOGI

KEPERAWATAN MARITIM
KASUS PENYAKIT
BAROTRAUMA

Kelompok 1
Anggota Kelompok
Ade Ningsih Citra Hediana
Adelia Citra Selvia Dewi
Ahmad Ramadhan Dandi Hardianto
Andi Asriawan Desiana Tassi
Andi Selti Asiska Desisca Sasmita Saputri
Andi Umi Kaslum Desiyanti
Andri Mitra Dwi Santoso
Aprir Sabana Evi Damayanti
Arni Anggriani Fitria Ningsih
Asnina Giatni
Az Zubair Gita Putu Chanitya. D
 
 
Definisi Barotrauma
Barotrauma telinga adalah cedera jaringan pada telinga yang terjadi akibat
pemerataan tekanan yang tidak memadai antara ruang tubuh yang berisi gas dan
lingkungan eksternal. Dalam berbagai literatur dilaporkan bahwa insiden dan prevalensi barotrauma
telinga berkisar antara 4,1 – 82% (Ariani et al., 2020).

Barotrauma merupakan cedera yang disebabkan oleh perbedaan tekanan


antara didalam tubuh dengan ruang eksternal (Kaplan, 2017).

Barotrauma dapat terjadi pada setiap struktur tubuh, dimana terdapat ruang tertutup yang dapat
ditempati oleh udara, antara lain ruang telinga tengah, sinus, paru-paru,lambung dan usus (Arbanto etal.,
2018). Namun, barotrauma paling sering terjadi di telinga tengah, yang terutama disebabkan oleh
rumitnya fungsi tuba Eustachius. Barotrauma telinga tengah terjadi ketika tuba Eustachius tidak dapat
dibuka untuk menyeimbangkan tekanan udara (Martinus et al., 2019).
Epidemologi Barotrauma
Dalam berbagai literatur dilaporkan
Data yang di kumpulkan bahwa insiden dan prevalensi
DepKes. R.I dari 10 Propinsi barotrauma telinga berkisar antara 4,1 –
sampai dengan tahun 2008, 82% (Ariani et al., 2020). Barotrauma
sebanyak 93,9%, dari 1.028 terjadi pada banyak penyelam di dunia
termasuk di Indonesia. Insiden
penyelam tradisional yang di
barotrauma cukup banyak di Indonesia
wawancarai secara langsung di terutama pada penyelam tradisional.
temukan penyakit dengan gejala Hal tersebut dikarenakan penyelam
klinis akibat penyelaman. 39,7% tradisional umumnya kurang
diantaranya mengalami memperhatikan hal-hal yang
berhubungan dengan keselamatan dan
gangguan pendengaran ringan
kesehatan kerja, sehingga berpotensi
sampai ketulian (Sugianto et al., terkena barotrauma telinga tengah
2017). (Martinus et al., 2019).
Etiologi
• Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar
seperti pada penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit
dekompresi yang dapat menyebabkan kelainan pada telinga, paru-
paru, sinus paranasalis serta emboli udara pada arteri yang dimana
diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara tiba-tiba, misalkan
pada telinga tengah sewaktu dipesawat yang menyebabkan tuba
eustakius gagal untuk membuka. Tuba eustakius adalah penghubung
antara telinga tengah dan bagian belakang dari hidung dan bagian
atas tenggorokan. Untuk memelihara tekanan yang sama pada kedua
sisi dari gendang telinga yang intak, diperlukan fungsi tuba yang
normal. Jika tuba eustakius tersumbat, tekanan udara di dalam telinga
tengah berbeda dari tekanan di luar gendang telinga, menyebabkan
barotrauma.
Patofisiologi

Barotrauma waktu turun (descent)


Barotrauma waktu naik (ascent Barotrauma)
Barotrauma waktu turun lebih Sebaliknya, waktu penyelam naik ke
sering terjadi daripada waktu naik. permukaan penyelam mengalami penurunan
Saat penyelam turun, tubuhnya tekanan di sekelilingnya. Sesuai hukum
Boyle penurunan tekanan mengakibatkan
mendapat penambahan tekanan dari
pengembangan (expansion) udara dalam
luar. rongga-rongga fisiologis tubuh.
Gejala-gejala klinik barotrauma telinga
Gejala descent barotrauma Gejala ascent barotrauma

Nyeri (bervariasi) Rasa tertekan


pada telinga atau nyeri dalam
yang terpapar telinga

Kadang ada
bercak darah Vertigo.
dihidung atau
nasofaring

Rasa tersumbat Tinnitus/tuli


dalam telinga/tuli ringan
konduktif
Kelainan pada paru-paru

Barotrauma pada paru-paru dapat diakibatkan oleh menyelam, ketika penyelam hendak naik dari permukaan bawah
laut ke atas maka dapat terjadi barotrauma. Barotrauma paru waktu naik (burst lung) dibagi menjadi empat kelompok
yaitu:

1. Kerusakan jaringan paru-paru. Penyebabnya adalah penyelam pada waktu naik terlalu cepat, penyelam pada waktu naik tidak
menghembuskan udara. Gejalanya sesak sanaf, batuk disertai dahak yang berdarah, kepala terasa pusing, sakit dada dan
cyanosis.

2. Surgical empiesema adalah penyakit akibat dari pecahnya kantung-kantung udara dalam paru-paru yang sangat kecil,
sehingga gas akan masuk ke dalam jaringan-jaringan disekitar paru-paru.

3. Pneumothorak (udara dalam rongga dada) adalah penyakit akibat dari pecahnya paru-paru dekat permukaan paru-paru itu
sendiri, sehingga udara dalam tempat ini dilepaskan ke dalam rongga dada dan dapat menyebabkan kolaps paru-paru.
Penyebabnya adalah penyelam pada waktu naik tidak menghembuskan udara.

4. Emboli udara: (pengembangan paru-paru) adalah keadaan paling berbahaya dari pecahnya paru-paru dan dapat menyebabkan
kerusakan otak yang berat.
Kelainan pada sinus paranasal

Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan akibat adanya perbedaan tekanan
antara di dalam rongga dan sekitar tubuh adalah sinus paranasalis. Dinding sinus ini dilapisi
mukosa dan muaranya pada cavum nasi. Ada 4 buah sinus pada tubuh kita, tapi yang sering
terganggu adalah 2 buah, yaitu sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang 2 buah lagi,
yaitu sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis jarang terganggu. Kelainan di sinus-sinus ini
disebut : Barosinusitis. Prosentase kejadiannya kira-kira 1,17 — 1,5%.
Diagnosis

Tes pendengaran, untuk memeriksa fungsi pendengaran


dan mendeteksi kerusakan pada telinga

Foto Rontgen, untuk mendeteksi tumpukan cairan atau


udara di bagian tubuh, seperti sinus atau rongga perut

CT scan atau MRI, untuk memeriksa kondisi organ yang


dicurigai mengalami barotrauma, misalnya paru-paru atau
saluran pencernaan
Penatalakasanaan

Saat ini diketahui ada 4 cara menyeimbangkan tekanan di rongga telinga


tengah yaitu:

 dengan menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan,

 meniup perlahan dengan lubang hidung tertutup (teknik Valsava)

 menelan ludah (metode Toynbee) dan

 menguap (Arbanto et al., 2018).


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai