Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

Manajemen Nyeri pada Pasien Hemorroid

Pembimbing :
Dr. dr. Hisbullah, Sp.An-KIC-KAKV
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn.S
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 35 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Palangga
 No RM : 63 43 87
 Diagnosis : Hemoroid Grade IV
ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Benjolan pada anus
 Anamnesis terpimpin : Pasien datang ke poli bedah RS Pelamonia dengan keluhan
benjolan yang keluar dari anus. Keluhan Benjolan tersebut mulai dirasakan pasien sejak
berusia 35 tahun, mula - mula keluar benjolan kecil dan semakin lama semakin bertambah
besar. Benjolan tersebut mulanya bisa masuk sendiri setelah BAB, namun lama kelamaan
benjolan tidak dapat masuk kembali sehingga pasien menggunakan jari tangannya untuk
memasukkan benjolan tersebut kembali kedalam anus. Sejak ± 1 minggu yang lalu pasien
mengeluh merasa tidak nyaman saat jalan maupun duduk. Menurut pasien benjolan
tersebut teraba lunak saat diraba dan tidak berbenjol-benjol pasien. Pasien juga mengeluh
ketika BAB terasa nyeri dan panas disekitar anus, kadang terasa gatal disekitar anus dan
keluar darah merah segar menetes di akhir BAB dan tidak bercampur dengan fesesnya.
PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda Vital pernapasan
 Tekanan darah : 140/90mmHg  Palpasi : Vokal Fremitus sama kanan dan
 Suhu tubuh : 36.7 oC kiri. Ictus Cordis Teraba.
 Frekuensi denyut nadi : 88 x/menit  Perkusi :Perkusi sonor di kedua lapang
paru.
 Frekuensi nafas : 22 x/menit
 Auskultasi :Suara napas vesikuler (+/+),
 Antropometri Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Berat Badan : 60kg BJ I dan II Regular. Murmur (-),
 Tinggi Badan : 163 cm Gallop (-).
 IMT : 22.6 (normal)  Abdomen
 Status Generalis  Inspeksi :Abdomen nampak cembung,
distensi (-)
 Kepala :Normochepal
 Auskultasi :Bising usus (+)
 Mata :Diameter Pupil (3 mm/3 mm),
Refleks pupil(+/+) Isokor,  Perkusi :Timpani diseluruh lapang
abdomen
KonjungtivaAnemis (-/-), Sklera
Ikterik (-/-).  Palpasi : Nyeri tekan (-). Hepatomegali (-).
Splenomegali (-)
 Hidung :Deformitas (-), Sekret (-)
 Ekstremitas
 Mulut :Mukosa bibir lembab,
Mallapati Derajat II  Atas : Akral Hangat. CRT < 2 detik.
Edema (-/-)
 Leher :Pembesaran KGB Leher (-)
Pembesaran Tiroid (-)  Bawah : Akral Hangat. CRT < 2 detik.
Edema (-/-)
 Thorax
 Inspeksi :Simetris. Tidak ada retraksi otot
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Asesmen Pra Anestesi

 Diagnosa Pre Operasi


``Hemorroid Grade IV
 Status ASA
Kelas II (Pasien dengan kelainan sistemik
ringan)
 Tindakan Pembedahan
Hemoroidektomi
 Jenis Anestesi
Anestesi Spnal
Pra Operatif
 Dipuasakan selama 6-8 jam.
 Dilakukan asesmen pre anestesi kepada pasien
 Dilakukan pemeriksaan kembali identitas pasien, persetujuan operasi, lembaran konsultasi
anestesi, obat-obatan dan alat-alat uang diperlukan
 Mengganti pakaian pasien dengan pakaian operasi
 Saat di ruang persiapan, pasien di infus dengan RL
 Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi telentang
 Manset tekanan darah terpasang di tangan kanan dan pulse oxymetri terpasang di digiti II
manus dextra.
 Pramedikasi : Fentanyl 25 mcg, Bupivacain 20 mg
 Pasien diposisikan duduk, kemudian dilakukan perabaan pada kedua krista iliaka untuk
menetukan tempat penyuntikan obat anestesi spinal.
 Sterilkan daerah tempat penyuntikan dan sekitarnya menggunakan betadin dan alkohol.
 Dilakukan penyuntikan pada tulang punggung lumbal 4-5, anestesi spinal menggunakan
Bupivacaine HCl 20 mg dengan spinocain No27 1 x suntik LCS + warna jernih.
Intraoperatif
 Medikasi Selama Operasi :
 Premedikasi : -
 Anestesi Spinal : Fentanyl 25 mcg.
Bupivacain 20 mg
 Analgetik Narkotika : Fentanyl 75 mcg
 Antiemetik : Rantidin 50mg
 Lain-lain : Ceftriaxone 1 gram
 Diberikan O2 Nasal Canul 2-3 liter/menit

 Monitoring Tanda Vital Selama Operasi


Post Operatif
 Setelah selesai operasi diberikan secara
drip:
 Antiemetik : Ranitidin 50 mg
 Analgesik golongan NSAID : ketorolac 30
mg
 Analgesik golongan Opioid : Tramadol 100
mg
TINJAUAN PUSTAKA
 Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.Shweder and
Sullivan mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman persepsi kompleks
yang dapat dipengaruhi oleh faktor situasi, dan oleh proses fisiologis
termasuk emosi, kognitif dan motivasi, dimana semua hal tersebut
bergantung kepada pengaruh budaya, etnis dan bahasa
KLASIFIKASI
 Menurut onset dan stimulus penyebabnya,
terbagi menjadi Nyeri Akut dan Nyeri
Kronik
 Menurut mekanisme terjadinya nyeri dapat
diklasifikasikan menjadi nosiseptif dan nyeri
non nosiseptif.
Fisiologi nyeri
 Transduksi
 Transmisi
 Modulasi
 Persepsi
Penilaian Skala Nyeri
Manajemen nyeri pasca op
KESIMPULAN
 Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang
tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
 Nyeri paska operasi termasuk nyeri akut yang bila
tidak tertangani dengan baik bisa mengarah kepada
nyeri kronik.
 Ada 4 tahap dalam fisiologi nyeri yaitu transduksi,
transmisi, modulasi dan persepsi
 Penilaian skala nyeri bisa dilakukan berdasarkan
beberapa skala
 Manajemen nyeri paska operasi bisa dilakukan melalui
manajemen farmakologis dan non farmakologis

Anda mungkin juga menyukai