Manajemen pengelolaan luka operasi dalam kebidanan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan untuk memastikan bahwa luka operasi berjalan dengan baik dan mempercepat proses
penyembuhan pada ibu hamil atau ibu bersalin. Manajemen pengelolaan luka operasi meliputi
beberapa langkah penting untuk membantu proses penyembuhan luka dan mencegah infeksi.
Berikut adalah beberapa prinsip dasar manajemen luka operasi:
1. Kebersihan: Luka harus dibersihkan dengan benar sebelum dan setelah perawatan, untuk
mencegah infeksi.
2. Perlindungan: Luka harus dilindungi dari gesekan dan tekanan yang tidak perlu, untuk
membantu proses penyembuhan.
3. Perawatan luka: Luka harus diterima perawatan secara teratur, seperti pembersihan,
penggantian perban, dan pemberian obat, untuk membantu proses penyembuhan.
4. Kontrol infeksi: Langkah-langkah harus diambil untuk mencegah infeksi luka, seperti
pengobatan dengan antibiotik dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
5. Kontrol nyeri: Nyeri luka harus dikontrol dengan benar, baik melalui obat-obatan atau teknik
non-farmakologi, seperti teknik relaksasi atau meditasi.
6. Monitoring kondisi kesehatan ibu: Kondisi kesehatan ibu harus diamati secara teratur,
termasuk tekanan darah, denyut jantung, dan tingkat nyeri, untuk memastikan bahwa ibu
tidak mengalami komplikasi yang serius setelah operasi.
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan joga untuk
mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit busana luka yang
bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya Perawatan luka
harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya mikroorganisme yang
dapat menginfeksi luka. Oleh karena itu, bidan juga harus mengesti tentang konsep luka dan
penanganan/perawatan luka bedah itu yang sebenarnya. Sebagai tambahan dalam bahasan ini, juga
akan dibahas tentang perawatan luka episiotomi agar bidan lebih memahami bagaimana merawat
luka yang bisa mempercepat penyembuhan luka.
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:
1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi olehluasnya kerusakan dan
keadaan umum kesehatan tiap orang
2. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga
5. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertamauntuk mempertahankan diri
dari Mikroorganisme
6.Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asingtubuh termasuk bakteri.
Perawatan Luka pada Bedah Kebidanan
1. Pengertian
Adalah Perawatan luka yang dilakukan pada pasien post operasi
2. Tujuan
a. Mencegah infeksi
b. Mempercepat proses penyembuhan luka
c. Merasa nyaman
d. Pemulihan kesehatan fisiologi dan psikologi
b. Klasifikasi
1) Episiotomi medial
Paling sering dilakukan. Episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri yang timbul lebih
ringan. Kadang-kadang dapat terjadi perluasan melalui sfingter rectum (laserasi derajat ketiga) atau
bahkan ke kanal ani (laserasi derajat keempat).
2) Episiotomi mediolateral
Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kearah
posterior. Meskipun dengan demikian robekan derajat empat dapat dihindari, tetapi robekan derajat
tiga dapat terjadi. Selain itu. Jika dibandingkan dengan episiotomi medial, kehilangan darah akan
lebih banyak dan perbaikan lebih sulit serta lebih nyeri.
c. Perawatan Luka Episiotomi
Merupakan pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan luka akibat insisi pada perineum
yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada
waktu sebelum hamil. Tujuan perawatan adalah untuk mencegah infeksi perineum, untuk
penyembuhan luka dan kebersihan perineum
e. Pelaksanaan praktik
a) Persiapan alat
1. Bak instrumen berisi kasa dan pinset anatomis
2. Perlak dan alas
3. Selimut mandi
4. Sarung tangan
5. Bengkok
6. Kom berisi kapas DTT
b) Cuci tangan
c) Menjelaskan prosedur tindakan
d) Memasang sampiran/menjaga privasi
e) Memasang selimut mandi
f) Mengatur posisi dorsal recumbent
g) Memasang alas dan perlak di bawah bokong
h) Melepas celana dan pembalut, sambil memperhatikan lochea.
i) Mendekatkan bengkok
j) Memakai sarung tangan
k) Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
l) Membersihkan vulva mulai dari labio mayora kiri, labia mayora kanan, labia minora kiri, labia
minora kanan, vestibulum dan perineum. Arah dari atas ke bawah satu kali usap.
m) Membantu pasien untuk memakai kembali celana dalam, pembalut dan pakaian pasien
n) Cuci tangan dan rapikan alat
o) Dokumentasi
f. Cara Perawatan Luka Episiotomi
Perawatan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan cara menjaga kebersihan
perineum caranya sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Siapkan air hangat
b) Sabun dan wushlap
c) Handuk kering dan bersih
d)Pembalut ganti yang secukupnya Celana dalam yang bersah
e) Celana dalam yang bersih
2) Cara merawatnya :
a) Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang
b) Washlap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap yang sudah ada busa
sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan
dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahittan dan menjadi tempat kuman
berkembang biak.
c) Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar-benar bersih. Bila
perlu lihat dengan cermin kecil.
d) Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam
khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup di siram dengan air
hangat.
e) Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan katun.
Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
f) Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan
semakin cepat sembuh dan kering.
g) Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan
berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang
makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali bila ada riwayat alergi.
h) Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seizin dokter atau bidan.
i) Lamanya jahitan mengering
j) Luka jahitan rata-rata akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu minggu. Bila keluar darah
kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan terasa sangat nyeri
atau luka jahitan bernanah. Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:
2) Sectio Caesarea
a. Pengertian
Sectio Caesaria secara umum adalah operasi yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dengan membuka dinding perut dan uterus (Wiknjosastro. 2005).
Sectio Caesarea berasal dari bahasa Latin, Caedere, artinya memotong. Sectio Caesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding rahim. Pada pasien yang
dilakukan operasi pembedahan untuk tindakan sectio cesarea ini memerlukan beberapa perhatian
karena ibu nifas yang melahirkan dengan operasi caesarea agar dapat melewati fase penyembuhan
pasca operasi tanpa komplikasi.
b. Tujuan dari perawatan luka post SC adalah sebagai berikut:
a) Mencegah terjadinya infeksi
b) Mempercepat proses penyembuhan luka
c) Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis
c. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2005), luka Sectio Caesaria dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu:
1) Sectio Caesaria Transperitonealis Profunda
Merupakan pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan insisi di segmen bawah
uterus. Keunggulan pembedahan ini adalah perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak. Bahaya
peritonitis tidak besar. Parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian
hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2) Sectio Caesaria Klasik atau Sectio Caesaria Corporal
Merupakan pembuatan insisi pada bagian tengah korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan
ujung bawah di atas batas plika vesiko uterine. Insisi ini dibuat hanya diselenggarakan apabila ada
halangan untuk melakukan Sectio Caesaria transperitonealis profunda (misalnya melekat eratnya
uterus pada dinding perut karena Sectio Caesaria yang dahulu, insisi di segmen bawah uterus
mengandung bahaya perdarahan banyak berhubungan dengan letaknya plasenta pada plasenta
previa). Kekurangan pembedahan ini disebabkan oleh lebih besarnya bahaya peritonitis, dan kira-
kira 4 kali lebih bahaya rupture uteri pada kehamilan yang akan datang. Sesudah Sectio Caesaria
klasik sebaiknya dilakukan sterilisasi atau histerektomi.
3) Sectio Caesaria Ekstraperitoneal
Sectio Caesaria ini dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal. akan tetapi dengan
kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan Sectio Caesaria ini sekarang tidak banyak lagi
dilakukan. Pembedahan tersebut sulit dalam tehniknya.
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Keterampilan_Dasar_Praktik_Keb/
dL0KEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=keterampilan+dasar+kebidanan&printsec=frontcover
https://www.academia.edu/11839564/Perawatan_Luka_Operasi_Bedah