Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA OPERASI POST SECTIO CAESAREA (SC)

Dosen Pembimbing:
Henny Kusumawati, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J
Disusun Oleh:

Irmania Yunita

Tingkat/NIM:

3A/18024

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA


JL.YOS SUDARSO KOMPLEK MARINIR CILANDAK
JAKARTA SELATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERAWATAN LUKA OPERASI SECTIO CAESAREA (SC)

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Luka adalah suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh

yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh dan mengakibatkan

terganggunya aktivitas sehari – hari (Damayanti, Pitriani, & Ardhiyanti, 2015).

Luka yang sering terjadi diarea kebidanan yaitu, luka episiotomi, luka

bedah sectio caesarea, luka bedah abdomen karena kasus ginekologi, atau luka

akibat komplikasi proses persalinan (Maryunani, 2014). Luka merupakan suatu

keadaan yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan. Penyebabnya bisa

karena trauma, operasi, ischemia, dan tekanan (Ekaputra, 2013).

Luka Operasi yaitu luka akut yang dibuat oleh ahli bedah yang

bertujuan untuk terapi atau rekonstruksi (Murtutik & Marjiyanto, 2013).

Perawatan luka pada pasien diawali dengan pembersihan luka selanjutnya

tindakan yang dilakukan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan yang

bertujuan untuk mencegah infeksi silang serta mempercepat proses penyembuhan

luka (Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012).

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan yang dilakukan untuk

melahirkan janin dengan membuka dinding perut serta dinding uterus untuk

melahirkan janin dari dalam rahim (Padila, 2015).

Sectio caesarea yaitu suatu persalinan yang dibuat dimana janin yang

dilahirkan dengan cara melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

serta berat janin diatas 500 gram (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

Perawatan pasca operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk

meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan cara
merawat luka serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin

(Riyadi & Harmoko, 2012).

Perawatan luka post sectio caesarea menurut buku standar prosedur

operasional tindakan keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar, (2013) yaitu

dalam melakukan prosedur kerja dalam pemberian perawatan luka operasi post

section caesarea dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

a. Pra interaksi

Dimana dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengkaji kebutuhan ibu

dalam perawatan luka operasi sc serta menyiapkan alat-alat perawatan.

b. Interaksi

Tahap interaksi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap diantaranya :

1) Tahap orientasi

Pada tahap orientasi yang dilakukan yaitu mengucapkan salam,

memperkenalkan diri perawat serta menyampaikan maksud dan tujuan

dilakukannya perawatan luka.

2) Tahap kerja

Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah mulai dari mencuci tangan,

menggunakan alat pelindung diri (APD), membersihkan luka operasi dengan Nacl,

sampai dengan tindakan terakhir yaitu merapikan pasien.

3) Tahap terminasi

Tahap terminasi merupakan fase dimana perawat mengakhiri tindakan,

yang dilakukan perawat pada saat ini adalah mengevaluasi perasaan ibu serta

membuat kontrak pertemuan selanjutnya.

c. Post interaksi

Pada tahap ini yang dilakukan yaitu membersihkan alat-alat, mencuci


tangan serta mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan (Maternitas,

2013).

2. Jenis-jenis Luka Operasi

Menurut Septiari (2012) pembedahan dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu :

1. Operasi Bersih

Operasi pada keadaan prabedah tanpa adanya luka atau operasi yang

melibatkan luka steril, dan dilakukan dengan memperhatikan prosedur aseptik

dan antiaseptik. Operasi bersih saluran pencernaan maupun saluran

pernapasan serta saluran perkemihan tidak dibuka. Contohnya hernia, tumor

payudara, tumor kulit.

2. Operasi bersih terkontaminasi

Operasi seperti keadaan di atas dengan daerah-daerah yang terlibat

pembedahan seperti saluran napas, saluran kemih, atau pemasangan drain.

Contohnya prostatektomi, apendiktomi tanpa radang berat, kolesistektomi

elektif.

3. Operasi terkontaminasi

Operasi yang dikerjakan pada daerah dengan luka yang terjadi 6-10

jam dengan atau tanpa benda asing. Tanda-tanda infeksi tidak ada namun

kontaminasi jelas karena saluran pernafasan, pencernaan atau perkemihan

dibuka. Tindakan darurat yang mengabaikan prosedur aseptik dan antiaseptik

contohnya operasi usus besar, operasi kulit (luka kulit akibat trauma).

4. Operasi kotor

Operasi ini yang melibatkan daerah dengan luka yang telah terjadi

lebih dari 10 jam. Tanda-tanda klinis infeksi luka contohnya luka trauma

yang lama, perforasi usus. Operasi dilakukan apabila ada keadaan darurat
saja.

Menurut Tietjen, Bossemeyer & Noel (2011), klasifikasi luka bedah terdiri dari

empat kategori sebagai berikut :

1. Kelas I - Bersih

Luka Operasi yang tidak terinfeksi serta tanpa peradangan dan tidak

masuk saluran pernapasan, gastrointestinal dan perkemihan. Contohnya

hernia repair, biopsi mammae.

2. Kelas II - Bersih Terkontaminasi

Luka yang masuk saluran napas, gastrointestinal, genital atau saluran

perkemihan di bawah kondisi terkontrol tetapi tanpa kontaminasi luar biasa.

Contohnya cholecystectomy, operasi saluran pencernaan elektif.

3. Kelas III - Terkontaminasi

Luka terbuka luka baru atau suatu pembedahan dalam teknik aseptic

dan termasuk suatu insisi dimana ditemukan peradangan akut tidak bernanah.

Contohnya trauma, luka jaringan yang luas, enterotomy saat obstrusi usus.

4. Kelas IV – Kotor

Luka lama dengan jaringan mati dan luka yang melibatkan infeksi

klinis yang telah ada atau perforasi usus, yang menyebabkan infeksi pasca

pembedahan yang terdapat luka sebelum pembedahan. Contoh : Perforasi

diverculitis, infeksi nekrotik jaringan lunak.

Jenis-jenis Luka Sectio Secarea

1. Abdomen (SC Abdominalis)


A. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada
corpus uteri. Sectio caesarea profunda: dengan insisi pada segmen bawah
uterus.
B. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila:
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian)
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10cm.

Kelebihan:
a. Mengeluarkan janin lebih memanjang
b. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan:
a. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
b. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
c. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas
SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada
luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu
yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang
-kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah
memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini
maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira- kira 10cm
Kelebihan:
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum
d. Perdarahan kurang
e. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan
lebih kecil

Kekurangan:
a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

A. Anatomi Fisiologi Kulit

1. Kulit.

Price 2005 menyatakan “Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3

lapisan epidermis, dermis, lemak subkutan. Kulit melindungi tubuh

dari trauma dan merupakan benang pertahanan terhadap bakteri

virus dan jamur. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan,

suhu, nyeri dan nikmat berkat jahitan ujung syaraf yang saling

bertautan”.

a. Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan

yaitu:

1) Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak

ber inti dan bertanduk.

2) Lapisan dalam (stratummalfigi) merupakan asal sel permukaan

bertanduk setelah mengalami proses di ferensiasi .

b. Dermis

Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-

serabut kolagen elastin, dan retikulum yang tertanam dalam


substansi dasar. Matrik kulit mengandung pembuluh pembuluh

darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada epidermis.

Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel

masuk dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan infeksi

dan instansi benda-benda asing. Serabut-serabut kolagen, elastin

khusus menambahkan sel-sel basal epidermis pada dermis.

c. Lemak Subkutan

Price (2005) menyatakan “Lemak subkutan merupakan

lapisan kulit ketiga yang terletak di bawah dermis. Lapisan ini

merupakan bantalan untuk kulitisolasiuntuk mempertahankan daya

tarik seksual pada kedua jenis kelamin”.

B. Etiologi

Hasil pemeriksaan mikrobiologi dari hasil penelitian Wardoyo et al., (2014)


penyebab infeksi luka operasi post sectio caesarea paling sering ditemukan yaitu
disebabkan oleh bakteri E.coli. Menurut (Potter & Perry, 2005) infeksi luka
operasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor pencetus seperti agent merupakan
penyebab infeksi seperti mikroorganisme yang masuk, serta host merupakan
seseorang yang terinfeksi, dan Environment merupakan lingkungan di sekitar
agent dan host seperti suhu, kelembaban, oksigen, sinar matahari, dan lainnya.
Selisih waktu antara operasi dengan terjadinya ILO (infeksi luka operasi) rata-rata
terjadi 3-11 hari.
C. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus dilakukan tindakan
Sectiocaesaria, bahkan sekarang Sectiocaesaria menjadi salah satu pilihan
persalinan (Sugeng,2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat dilahirkan normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan
lateralis, panggul sempit, partus tidak maju, pre-eklamsi, distoksia service, dan
mall presentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectiocaesaria.
Dalam proses oprasinya di lakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien
mengalami mobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien
tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri.
D. Manifestasi Klinis

Tanda gejala infeksi luka operasi menurut (Muttaqien et al., 2014) yaitu :

a) Terdapat nyeri dan pus disekitar luka sectio caesarea.


b) Terdapat kemerahan dan bengkak di sekeliling luka sectio caesarea.
c) Terdapatnya peningkatan suhu tubuh.
d) Terjadinya peningkatan sel darah putih.

Menurut Septiari (2012) tanda-tanda infeksi adalah sebagai berikut :

1. Rubor (Kemerahan)

Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami

infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga

menimbulkan warna kemerahan.

2. Calor (Panas)

Kalor adalah rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi akan

terasa panas, ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih

banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak

antibody dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.

3. Tumor (Bengkak)

Tumor dalam konteks gejala infeksi bukan sel kanker seperti yang

umum dibicarakan akan tetapi pembengkakan yang terjadi pada area

yang mengalami infeksi karena meningkatnya permeabilitas sel dan

meningkatnya aliran darah.


4. Dolor (Nyeri)

Dolor adalah rasa nyeri yang dialami pada area yang mengalami infeksi, ini
terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu
sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan
atau sesuatu yang tidak normal jadi jangan abaikan nyeri karena mungkin saja ada
sesuatu yang berbahaya.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah di lakukan sectiocaesaria yaitu :
1) Perdarahan dari vagina harus di pantau dengan cermat
2) Fundus uteri harus sering di palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat
3) Pemberian analgetik dan antibiotik
4) Pemeriksaan aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam
5) Pemberian cairan intravaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan
6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat
tidur dengan bantuan orang lain
7) Perawatan luka : insisi di periksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada
hari ke empat setelah pembedahan
8) Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan
untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hypovolemia
F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, serta data yang
dikumpulkan secara sistematis yang digunakan untuk menentukan status
kesehatan pasien saat ini.
Pengkajian harus dilaksanakan secara komprehensif terkait dengan aspek
biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Kozier et al, 2011).
Pengkajian keperawatan pada ibu post sectio caesarea menurut (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2012) yaitu :
a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, perkerjaan,
agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik.
b. Keluhan utama. Pada pasien post sectio caesarea keluhan utama yang
timbul yaitu nyeri pada luka post operasi.
Riwayat persalinan sekarang Pada pasien post sectio caesarea kaji riwayat
persalinan yang dialami sekarang.
c. Riwayat menstruasi Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur
menarche, siklus haid, lama haid, apakah ada keluhan saat haid, hari
pertama haid yang terakhir.
d. Riwayat perkawinan Yang perlu ditanyakan yaitu usia perkawinan, usia
pertama kali kawin.
e. Riwayan kehamilan, persalinan dan nifas Untuk mendapatkan data
kehamilan, persalinan dan nifas yang perlu diketahui yaitu HPHT untuk
menentukan tafsiran partus (TP), berapa kali periksa saat hamil, apakah
sudah imunisasi TT, umur kehamilan saat persalinan, berat bada anak saat
lahir, jenis kelamin, keadaan anak saat lahir.
f. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi Tanyakan pada ibu apakah
menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi yang pernah digunakan,
adakah keluhan saat menggunakan saat menggunakan alat kontrasepsi,
pengetahuan tentang alat kontrasepsi.
g. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Bernafas, pada pasien dengan post sectio caesarea tidak terjadi
kesulitan dalam menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas.
2) Makan dan minum, pada pasien post sectio caesarea tanyakan berapa
kali makan sehari dan berapa banyak minum dalam satu hari.
3) Eliminasi, pada pasien post sectio caesarea pasien belum melakukan
BAB, sedangkan BAK menggunakan dower kateter yang tertampung di
urine bag.
4) Istirahat dan tidur, pada pasien post section caesarea terjadinya
gangguan pada pola istirahat tidur, dikarenakan adanya nyeri pasca
pembedahan.
5) Gerakan dan aktifitas, pada pasien post sectio caesarea terjadinya
gangguan gerakan dan aktifitas oleh karena pengaruh anastesi pasca
pembedahan.
6) Kebersihan diri, pada pasien post sectio caesarea kebersihan diri
dibantu oleh perawat dikarenakan pasien belum bisa melakukannya
secara mandiri.
7) Berpakian, pada pasien post sectio caesarea biasanya mengganti
pakaian dibantu oleh perawat.
8) Rasa nyaman, pada pasien post section caesarea akan mengalami
ketidaknyamanan yang dirasakan pasca melahikan.
9) Konsep diri, pada pasien post sectio caesarea seorang ibu, merasa
senang atau minder dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha
merawat anaknya.
10) Sosial, pada ibu sectio caesarea lebih banyak berinteraksi dengan
perawat dan tingkat ketergantungan ibu terhadap orang lain akan
meningkat.
11) Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partum
terutama untuk ibu dengan sectio caesarea meliputi perawatan luka
operasi, perawatan panyudara, kebersihat vulva atau cara cebok yang
benar, nutrisi, KB, seksual, serta hal-hal yang yang perlu diperhatikan
pasca pembedahan. Disamping itu juga perlu ditanyakan tentang
perawatan bayi seperti, memandikan bayi, merawat tali pusat dan cara
meneteki yang benar.
12) Data spiritual Kaji kepercayaan ibu terhadap tuhan.
h. Data fokus pengkajian pada risiko infeksi Dalam pengkajian ibu post sectio
caesarea dengan risiko infeksi data fokus yang dikaji yaitu mengkaji faktor
penyebab mengapa pasien berisiko terjadinya suatu infeksi. Menurut Tim
Pokja SDKI (2016), faktor yang dapat menyebabkan risiko infeksi adalah :
1) Efek prosedur invasive.
2) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
3) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan integritas
kulit, ketuban lama, ketuban pecah sebelum waktunya.
4) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan
hemoglobin, imununosupresi, supresi respon inflamasi.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, tinggi badan,
berat badan, keadaan kulit.
2) Pemeriksaan kepala wajah : Konjuntiva dan sclera mata normal atau
tidak.
3) Pemeriksaan leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
4) Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya suara ronchi atau wheezing, bunyi
jantung.
5) Pemeriksaan buah dada : Bentuk simentris atau tidak, kebersihan,
pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada
tidaknya tanda dimpling/ retraksi.
6) Pemeriksaan abdomen : Tinggi fundus uteri, bising usus kontraksi,
terdapat luka dan tanda- tanda infeksi disekitar luka operasi.
7) Pemeriksaan ekstremitas atas : Ada tidaknya oedema, suhu akral,
ekstremitas bawah : Ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau
tidak, pemeriksaan refleks.
8) Genetalia : Menggunakan dower kateter.
9) Data penunjang Pemeriksaan darah lengkap seperti pemeriksaan
hemoglobin (Hb), Hematokrit (HCT), dan sel darah putih (WBC).
2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri


(histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(section caesarea)
2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering
bekas operasi
3. Intervensi Keperawatan
4.No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
dengan pelepasan keperawatan selama … x 24 jam karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor
diharapkan nyeri klien berkurang
mediator nyeri (histamin, presipitasi.
/ terkontrol dengan kriteria hasil
prostaglandin) akibat : 2. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah
trauma jaringan dalam  Klien melaporkan nyeri meringis) terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara
pembedahan (section berkurang / terkontrol efektif.
caesarea)  Wajah tidak tampak meringis 3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex:
 Klien tampak rileks, dapat
beraktivitas, tidur, istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan
berisitirahat, dan beraktivitas
sosial)
sesuai kemampuan
4. Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi progresif, latihan
napas dalam, imajinasi, sentuhan terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya,
dan suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.
2 Risiko tinggi terhadap Setelah diberikan asuhan 1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya.
Catat
infeksi berhubungan keperawatan selama … x 24 jam
waktu pecah ketuban.
dengan trauma jaringan diharapkan klien tidak mengalami
2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
/ luka bekas operasi infeksi dengan kriteria hasil : 3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
4. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan.
(SC)  Tidak terjadi tanda - tanda
Lepaskan balutan sesuai indikasi
infeksi (kalor, rubor, dolor,
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum /
tumor, fungsio laesea)
sesudah
menyentuh luka
 Suhu dan nadi dalam batas 6. Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium
jumlah
normal ( suhu = 36,5
WBC / sel darah putih
-37,50 C, frekuensi nadi =
7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan
60 - 100x/ menit)
kehilangan darah selama prosedur pembedahan
 WBC dalam batas normal 8. Anjurkan intake nutrisi yang cukup
(4,10-10,9 10^3 / uL) 9. Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai