Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PERAWATAN LUKA POST SECTIO CAESAREA

SEPTI NUR AISYIYAH

H522145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAS PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEATAN RAJAWALI

TAHUN 2022
A. Summary Konsep Dasar Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005)
2. Etiologi
Indikasi SC :
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea
adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar
e. Perdarahan antepartum
(Manuaba, I.B, 2001)
Sedangkan ndikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan
sectio adalah :
a. Malpersentasi janin
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan /cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala
letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua
primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan
cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Distosia serviks

2
3. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan
segmen bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa
totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat
mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga
dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan
pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
4. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat,
misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi
terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya
setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya)..
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
Luka kandung kemih
Embolisme paru - paru
5. Penatalaksanaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
b. Diet
c. Mobilisasi
d. Kateterisasi

3
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3. Obat-obatan lain
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
(Manuaba, 1999)
B. Summary Konsep Luka
1. Definisi Luka
Luka adalah suatu kondisi rusaknya kontinuitas jaringan, struktur
dan fungsi anatomis kulit normal akibat adanya proses patologis yang
berasal dari lingkungan internal ataupun eksternal dan mengenai organ
tertentu. Perawatan dan pengelolaan terhadap luka dalam hal ini menjadi
salah satu faktor yang menentukan hasil akhir dari proses penyembuhan
luka.

Luka post operasi atau luka pasca operasi biasa juga disebut dengan
luka operasi adalah luka yang sengaja dibuat dengan prosedur pembedahan
/ operatif.

4
2. Tujuan dari perawatan luka post operasi, yaitu :

a. Untuk mencegah dan melindungi luka dari infeksi,


b. Untuk mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka,
c. Agar luka tetap bersih,
d. Untuk menyerap eksudat,
e. Untuk melindungi luka dari trauma,
f. Untuk memberikan pengobatan pada luka,
g. Untuk mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut
h. Untuk meningkatkan dan mempercepat proses penyembuhan luka
dan mengurangi rasa nyeri,
i. Untuk memberikan rasa aman dan nyaman,
j. Untuk mengevaluasi tingkat kesembuhan luka.
3. faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka post operasi, yaitu :

Menurut Craven dan Hirnle (2000), yang mempengaruhi penyembuhan luka


dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Faktor Luka
1) Kontaminasi Luka Tehnik pembalutan yang tidak adekuat, bila
terlalu kecil memungkinkan invasi dan kontaminasi bakteri, jika
terlalu kencang dapat mengurangi suplay oksigen yang membawa
nutrisi dan oksigen.
2) Edema Penurunan suplay oksigen melalui gerakan meningkat
tekanan intersisial pada pembuluh darah.
3) Hemoragi
4) Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang
harus disingkirkan
b. Factor intrisik dan ekstrisik

1) Faktor intrinsik : Usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan


perfusi jaringan, status imunologi, penyakit penyerta, seperti DM,
arteriosclerosis).

5
2) Faktor ekstrinsik : Pengobatan, stres psikologi, infeksi, iskemia,
trauma jaringan, istirahat dan perawatan luka yang dilakukan, dan
lingkunan atau PH

4. Derajat luka

Umumnya, luka post operasi dikelompokkan dalam empat kategori.


Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan tingkat kebersihan luka tersebut
dan kaitannya dengan kontaminasi bakteri, risiko terjadinya infeksi pada
luka, maupun lokasi luka pasca operasi tersebut.

a. Derajat I : Luka post operasi yang dikategorikan bersih dan tidak


ditemukan tanda-tanda infeksi maupun peradangan (inflamasi). Luka
ini biasanya adalah luka pasca operasi pada mata, kulit, maupun
sistem peredaran darah.

b. 2. Derajat II : Luka post operasi yang dikategorikan bersih dan sedikit


terkontaminasi. Meski belum ditemukan tanda-tanda infeksi,
risikonya akan meningkat karena lokasi luka. Contohnya, luka pasca
operasi di saluran cerna.

c. Derajat III : Luka akibat benda asing yang bersentuhan dengan kulit
sejak sebelum operasi. Luka ini memiliki risiko tinggi untuk
terkontaminasi oleh bakteri. Contoh luka derajat III adalah luka
tembak. Bakteri yang menempel di peluru dapat mencemari kulit di
sekitar areaoperasi.

d. Derajat IV : Luka post operasi yang mutlak terkontaminasi, misalnya


luka yang terpapar oleh feses.

5. Tanda dan Gejala Infeksi Luka Post Operasi

Pasien pasca operasi sangat rentan terhadap infeksi, baik dari virus,
bakteri maupun jamur. Namun terkadang kita tidak menyadari kapan infeksi
mulai terjadi pada luka sehingga setelah infeksi sudah sangat parah kita baru
tahu karena menimbulkan masalah kesehatan. Infeksi luka dapat diliat dari

6
tanda tanda klinis berupa kenaikan suu lebi dari 38 derajat celcius, uterus
lembek dan nyeri tekan, luka berbau atau adanya eritema, adanya pus,
adanya indurasi dan infiltrate disertai nyeri tekan, dan kadan luka operasi
terbuka. (Mivumbi, 2014) . Berikut ini adalah gejala dan tanda dari infeksi
yang perlu diperhatikan saat melakukan perawatan luka pasca operasi:

a. Dolor (nyeri)

Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang
mengalami infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi
bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri.

b. Kalor (panas)

Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi


akan terasa panas. Ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah
lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih
banyak antibodi dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.

c. Tumor (bengkak)

Pembengkakan Pada area yang mengalami infeksi akan


mengalami pembengkakan karena peningkatan permeabilitas sel dan
peningkatan aliran darah.

d. Rubor (kemerahan)

Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami


infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga
menimbulkan warna kemerahan.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Pasca Operasi

a. Umur.

Bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi,


lahir mempunyai antibody dari ibu, sedangkan sistem imunnya masih
imatur. Dewasa awal sistem imun telah memberikan pertahanan pada

7
bakteri yang menginvasi. Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ
tubuh mengalami penurunan, sistem imun juga mengalami perubahan.
Peningkatan infeksi nosokomial juga sesuai dengan umur dimana pada
usia 65 tahun kejadian infeksi tiga kali lebih sering daripada usia muda.

b. Nutrisi

Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami


berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi
lebih lama dirawat di rumah sakit.

c. Penyakit

Pasien dengan operasi usus, jika ia juga memiliki penyakit


lain seperti Tuberculosis, Diabetes Melitus, kekurangan nutrisi dan
lain-lain maka penyakit- penyakit tersebut tentu saja amat sangat
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu
proses penyembuhan luka operasi.

e. Obat-obatan yang digunakan

Pencegahan infeksi setelah operasi pada klien dengan operasi


bersih terkontaminasi, terkontaminasi, dan beberapa operasi bersih
dengan penggunaan antimikroba profilaksis diakui sebagai prinsip
bedah., bertujuan mengontrol penyebaran infeksi pada saat
pembedahan. Pada pasien dengan operasi bersih terkontaminasi, (wulan
anggraini, 2018)

7. Proses Penyembuhan Luka

Menurut Morison (2011) proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi


ke dalam 3

fase utama, yaitu:

a) Fase Inflamasi (durasi 0-3 hari) Jaringan yang rusak dan sel mati
melepaskan histamine dan mediator lain, sehingga dapat menyebabkan

8
vasodilatasi dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh serta
meningkatnya penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga
menyebabkan merah dan hangat. Permeabilitas kapiler darah
meningkat dan cairan yang kaya akan protein mengalir ke interstitial
menyebabkan oedema lokal.

b) Fase destruksi (1-6 hari) Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang
mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag.
Polimorf menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas
polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat
berjalan terus tanpak keberadaan sel tersebut.

c) Fase Proliferasi (durasi 3- 24 hari) Fibroblas memperbanyak diri dan


membentuk jaringjaring untuk sel-sel yang bermigrasi. Fibroblas
melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida.

d) .Fase Maturasi (durasi 24- 365 hari) Dalam setiap cedera yang
mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan sisa-
sisa folikel membelah dan mulai berimigrasi di atas jaringan granulasi
baru

f. Jenis-Jenis Makanan untuk Mempercepat Proses Penyembuhan


Luka Post Operasi

a. Makanan Berprotein

Protein nabati: Tempe, tahu, kacang-kacangan.


Protein Hewani : Hati, telur, ayam.

b. Makanan yang Mengandung vitamin C

Makanan yang mengandung protein dan vitamin C sangat


penting peranannya dalam proses penyembuhan luka. Selain itu,
vitamin C punya peranan penting untuk mencegah terjadinya infeksi
dan perdarahan luka. Contoh makanannya, seperti : Jeruk, jambu,
daun pepaya, bayam. (Santi Sanusi 2018)

9
C. Summary manajemen Perawatan luka

1. Pengertian manajemen perawatan luka

Manajemen perawatan luka post sectio caesarea merupakan


tindakan perawatan luka sesuai dengan SOP dan secara aseptic (Pratiwi,
dkk, 2012)

Perawatan luka pada umumnya dilakukan dengan mengganti


balutan tiap hari dan membersihkan luka memakai cairan anti septik
kemudian dibiarkan kering (Gayatri,1999). Pada perkembangannya
perawatan luka menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik
dari pada lingkungan kering

Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa darah dapat
diserap oleh kasa. Dengan menutup luka itu kita mencegah terjadinya
kontaminasi (kemsukan kuman), tersenggol, dan memberi kepercayaan
pada pasien bahwa lukanya diperhatikan oleh perawat. Sehabis operasi, luka
yang timbul langsung ditutup dengan kasa steril selagiu dikamar bedah dan
biasanya tidak perlu diganti sampai diangkat jahitannya, kecuali bila terjadi
perdarahan sampai darahnya menembus diatas kasa, barulah diganti dengan
kasa steril. Pada saat mengganti kasa yang lama perlu diperhatikan tehnik
asepsis supaya tidak terjadi infeksi. Jahitan luka dibuka setengahnya pada
hari kelima dan sisanya dibuka pada hari keenam atau ketujuh (Oswari,
2005)

2. Hal Yang Harus Diperhatikan dalam Perawatan Luka Post Operasi

a) Ganti balutan pagi atau sore, sewaktu-waktu bila diperlukan

b) Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa

c) Jaga luka agar tak lembab

d) Gunakan teknik aseptic dan steril

10
e) Awasi adanya tanda-tanda infeksi (gatal, panas, bengkak, kemerahan,
penurunan fungsi)

3. Perkembangan perawatan luka

a) Prinsip penanganan luka Prinsip peraewatan luka saat ini meliputi


beberapa hal (Burnsurgery, 2004), diantaranya:

1) Mengontrol infeksi Isolasi substansi tubuh dan tehnik cuci tangan


yang baik dan benar. Sarung tangan yang bersih atau steril dan
balutan steril. Instrumen steril untuk mengganti balutan. Krasher dan
Kennedi (1994) melakukan metode alternatif dalam mengganti
balutan dengan kombinasi tehnik steril dan non steril. Merujuk ke
teknik “tidak boleh disentuh” adalah sebagai berikut :

(a) Gunakan dua pasang sarung tangan tidak steril, kasa steril ukuran
4×4 , normal salin (Nacl 0,9%) steril.

(b) Sarung tangan pertama digunakan untuk membuka bantuan luka


yang kotor, kemudian lepaskan dan cuci tangan.

(c) Buka peralatan steril menggunakan tehnik steril. d) Kenakan


sarung tangan kedua, tuang normal saline di atas luka dengan
menampung waskom dibawah luka.

(d) Pegang kasa steril pada sisanya/pinggir luka, bagian depan (yang
menyentuh luka) jangan samapai tersentuh oleh tangan yang
mengenakan sarung tanga tidak steril.

(e) Bersihkan luka dengan gerakan sirkuler/ melingkar diawali dari


bagian dalam luka kearah luar. Untuk tiap putaran kasa diganti
dengan yang baru.

(f) Bersihkan dan keringkan juga disekeliling luka.

11
(g) Tutup kembali luka dengan meletakkan balutan di atasnya,
pegang sisi/sudut balutan penutup dan letakkan bagian yang tidak
tersentuh di atas permukaan luka.

(h) Tutup dengan balutan transparan, tulis tunggal, jam dan initial
balutan. Gunakan Sodium Clorida 0,9% untuk irigasi dan
bersihkan luka. Minimalkan trauma dengan gosokan luka secra
hati-hati. Ganti balutan baru setiap kali membersihkan luka.

2) Moist wound healing (penyembuhan luka dengan kondisi lembab)


Kondisi fisiologis jaringan adalah dengan kondisi hidrasi yang
seimbang untuk mempertahankan kelembaban. Kondisi yang lembab
memfasilitasi pertumbuhan jaringan yang baru (granulasi). Keadaan
ini biasanya dapat terjaga dengan baik bila kondisi kulit utuh. Namun
inilah masalahnya dimana kulit sudah mengalami kerusakan dan gagal
melakukan fungsinya.

b) Pengkajian luka

1) Lokasi luka dapat mempengaruhi penyembuhan luka, dimana tidak


semua lokasi tubuh mendapatkan peredaran darah yang sama. Ditinjau
dari prinsip fisiologis, pada bagian tubuh yang memiliki pembuluh
darah yang banyak akan mendapatkan aliran darah yang banyak. Hal
ini akan mendukung penyembuhan luka lebih cepat dibandingkan dari
bagian tubuh yang lebih sedikit mendapat aliran darah

2) Ukuran luka Diukur panjang, lebar dan diameternya bila bentuk luka
bulat dengan sentimeter, gambarkan bentuk luka tersebut dengan
lembar transparan yang telah dicatat berpola kotakkotak berukuran
sentimeter.

3) Kedalaman luka Kedalaman luka dapat diukur dengan kapas lidi steril
yang sudah dilembabkan dengan normal saline, masukan dengan
hatihati kedalam luka dengan posisi tegak lurus (90°) hingga kedasar

12
luka. Beri tanda pada lidi sejajar dengan permukaan kulit disekitar luka.
Ukur dengan sentimeter.

4) Gowa atau terowongan Gowa dan terowongan dapat diketahui denga


melakukan palpas jaringan disekeliling pinggir luka, dimana akan
teraba tenderness/perlukan. Masukan saline melalui mulut lubang ke
dasar luka/ujung terowongan. Beri tanda pada lidi sejajar dengan
permukaan kulit disekitar luka. Beri tekanan /palpasi dengan hati-hati
dan kaji saluran yang abnormal tersebut. Jangan pernah menggunakan
kekuatan dorongan yang berlebilan bila menggunakan kapas lidi. Ukur
lokasi dan kedalaman lubang/penetrasi. Untuk penentuan lokasi
ditetepkan dengan pola arah jarum jam dengan pusat pada tengah luka
dan jam 12 sesuai garis anatomis sumbu tubuh manusia. Misalnya
lokasi mulut lubang terdapat pada posisi jam 8 dengan kedalaman 5 cm
atau dapat dibuatkan gambar jam dengan tanda pada posisi jam 8.

5) Warna dasar luka Warna dasar luka sangat penting dikaji karena
berhububungan dengan penentuan terapi topikal dan jenis balutan luka.
Ada beberapa macam warna dasar luka yang membutuhkan perlakuan
spesifik terhadap masing-masing sesuai warna dasar tersebut.

c) Bahan yang digunakan untuk perawatan luka

1) Sodium Clorida 0,9% Sodium Clorida 0,9% adalah larutan fisiologis


yang ada di seluruh tubuh karena tidak ada reaksi hiper sensi tivitas
terhadap Sodium Clorida (Nacl). Normal saline aman digunakan untuk
kondisi apapun (Liley & Aucker, 1999). Natrium dan clorida sama
seperti plasma darah. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah.
Nacl tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah
Sodium Clorida 0,9%. Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh,
tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga
kelembapan sekitar luka dan membantu proses penyembuhan luka serta
mudah didapat dengan harga relatif murah. Hanya normal saline solutio

13
yang di rekomondasikan oleh American Health Care Police and
Research ( ALICPR) untuk perawatan luka seperti membersihkan dan
membalut luka. Normal saline fisiologis tidak akan merusak kulit dan
secara adekuat menjaga kebersihan luka.

2) Povidine Iodine, Povidine Iodine adalah elemen non metalik yang


tersedia dalam bentuk garam yang di kombinasi dengan bahan lain.
Walaupun Iodine bahan non metalik, Iodine berwarna hitam kebiru-
biruan, kilau metalik dan bau yang jelas. Iodine hanya larut sedikit di
air tetapi dapat larut keseluruhan dalam alkohol (Lilley & Auker, 1999).
Larutan ini akan melepaskan Iodine anorganik bila kontak dengan kulit
atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi
bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur dan protozoa.). Iodine
dengan konsentrasi > 3% dapat memberi rasa panas pada kulit. Rosa
terbakar akan nampak ketika daerah yang di rawat ditutup dengan
balutan Oklusif kulit dapat ternoda serta nyeri pada sisi luka (Lilley &
Aucker, 1999). Povidine Iodine 10% mempunyai aktivitas baktericida
yang baik terhadap bakteri yang ada di kulit dan kelenjar keringat yang
kemudian pada kulit sering timbul resida atau sisa warna Iodine.

3) Balutan yang digunakan untuk perawatan luka dapat berupa kasa atau
balutan transparan

D. Summary Peran Bidan Dalam Perawatan Luka Post SC

Perawatan luka merupakan tugas keseharian perawat dan bidan di bangsal


maternitas, sehingga perawat dan bidan harus menggunakan ketrampilan
perawatan luka yang benar. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi luka post
SC. Hal-hal yang perlu dilakukan perawat dan bidan meliputi : cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan, memakai handscoon, menggunakan
satu set peralatan steril untuk satu pasien dan menerapkan kondisi aseptik.

14
Mengadakan penyuluhan terkait Edukasi manajemen perawatan luka
post SC selama di rumah meliputi: Jenis Luka Sayatan SC,cara menutup
sayatan luka SC, bagaimana cara perawatan luka SC.

15
Literature Review

Judul Riset, Peneliti Dan Link Jurnal Metode Rekomendasi Penelitian


Tahun Pemilihan
Perawatan Luka Bedah ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/zonabidan Pendekatan Tindakan perawatan luka Post SC harus
Kebidanan Upaya Pencegahan /article/view/960 Kualitatatif (library sesuai dengan protap atau SOP yang telah
Infeksi Pada Pasien Post Sectio research) dengan ditetapkan, dan berdasarkan evidenced
Caesarea (Ulpawati, Susanti metode penelitian based yang terbaru.
Miftahul Jannah, 2022) studi literature atau
kepustakaan
Hubungan Asupan Protein http://journal.unisabandung.ac.id/index.php/jaia/ Metode Analitik Bagi Ibu Post OP SC dapat memperhatikan
Dengan Penyembuhan Luka Pada article/view/71/38 dengan pendekatan asupan nutrisi yang cukup seperti makanan
Pasien Post OP Sectio Caesarea Cross Sectional yang mengandung karboidrat, lemak mineral
(SC) di Rumah Sakit Umum ,serta terutama makanan yang mengandung
Daerah Ringsewu Lampung protein dan vitamin A dan C Yang sangat
Tahun 2016 berperan Dalam membentuk jaringan baru
(Desi Ari Madiyanti, Sumi dan mempercepat penyumbuhan luka.
Anggraeni, Ayu Melinda, 2018)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan https://jurnal.unimor.ac.id/JSK/article/view/1387/583 Metode Survey Terdapat hubungan usia, nutrisi, personal
Dengan Penyembuhan Luka Analitik dengan hygine, mobilisasi, terhadap penyembuhan
Sectio Caesarea Ibu Post Partum pendekatan Cross luka Post SC
Di Rumah Sakit Kota Gorintalo Sectional
(Indri Rizkia, Rhein.R. Ridha
Hafidz, 2021)

16
Penerapan Manajemen http://e-journal.polnustar.ac.id/jis/article/view/186/182 Metode deskriptif Penerapan manajemen perawatan luka yang
Perawatan Luka Pada Klien Post dengan pendekatan sesuai standar pada klien Post SC penting
Sectio Caesarea Di RSD Liun studi untuk menunjang proses penyembuhan luka,
Kendage Tahuna dan mencegah terjadinya infeksi dan
(Titi Suryani, Christien menurunkan nyeri.
Anggreini, Ferdinand Gansalangi,
2020)
Edukasi Penerapan perawatan https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_ Metode yang Peran Bidan dapat mengadakan kegiatan
luka Pada pasien Post Sectio sdt=0%2C5&q=edukasi+perawatan+luka+sc&btnG=#d digunakan selama demonstrasi manajement perawatan luka
Caesarea =gs_qabs&t=1667069505180&u= kegiatan berupa Bidan dapat memberikan penyuluan dan
(Fatma Jama1, Rizqy Iftitah %23p%3DBbjd0iwYDXcJ ceramah, konselin tentan manajement perawatan luka
Alam, 2022) demonstrasi dan diruma dan factor factor apa saja yan dapat
diskusi. mempercepat penyembuan luka, serta dapat
memberitaukan tanda- tanda infeksi yang
terjadi pada luka post SC
Perbedaan perawatan luka post http://prosiding.stikescendekiautamakudus.ac.id Didapatkan penggunaan balutan transparan
operasi dengan menggunakan /index.php/pros/article/view/304/84 dapat mempercepat penyembuan luka post
balutan transparan dan kasa operasi
(Renny Wulan Apriliyasari, Noor
Faidah, Emma Setiyo Wulan,
2018)

17
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC ; 2005

Desi Ari Madiyanti, Sumi Anggraeni. Ayu Melinda. Hubungan Asupan Protein
Dengan Penyembuhan Luka Pada Pasien Post OP Sectio Caesarea (SC) di
Rumah Sakit Umum Daerah Ringsewu Lampung Tahun 2016. Jurnal Unis
Bandun, Vol 4 (1). 2018

Fatma Jama1, Rizqy Iftitah Alam. Edukasi Penerapan perawatan luka Pada pasien
Post Sectio Caesarea. Journal Kebidanan, Vol 8 (7). 2020

Gayatri D. 1999, Perkembangan manajemen perawatan luka: dulu dan kini. J


Keperawatan Indo, 2(8): 304-308.

Oswari, E. 2005, Bedah dan Perawatannya, FKUI: Jakarta

Indri Rizkia, Rhein.R. Ridha Hafidz. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Penyembuhan Luka Sectio Caesarea Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Kota
Gorintalo. Jurnal.unimor, Vol 7 (2). 2021

Morison, M.J. (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC

Renny Wulan Apriliyasari, Noor Faidah, Emma Setiyo Wulan. Perbedaan


perawatan luka post operasi dengan menggunakan balutan transparan dan
kasa. Journal Keperawatan, Vol 11 (7). 2020

Titi Suryani, Christien Anggreini. Ferdinand Gansalangi. Penerapan Manajemen


Perawatan Luka Pada Klien Post Sectio Caesarea Di RSD Liun Kendage
Tahuna. Journal.polnustar, Vol 12 (8). 2020

Ulpawati, Susanti Miftahul Jannah. Perawatan Luka Bedah Kebidanan Upaya


Pencegahan Infeksi Pada Pasien Post Sectio Caesarea. Jurnal Kebidanan, Vol
10 (1). 2022

18

Anda mungkin juga menyukai