Anda di halaman 1dari 15

  Pengertian Perawatan Perineum

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis,


sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah
daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi
vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya
organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Merawat luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit,
membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi
yang dapat merusak permukaan kulit (Ismail, 2012).
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum umumnya
terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus
pubis lebih kecil daripada biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dan
biasanya, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkum frensia suboksipito-bregmatika.
Robekan pada luka perineum ini sebenarnya ada beberapa tingkatan, yakni jahitan pada
robekan jahitan  jalan lahir tingkat 1, yakni jahitan yang hanya menyatukan kulit luar yang
robek, lalu yang berikut jahitan pada robekan jalan lahir tingkat II, yang menyatukan kulit dan
jaringan otot  ( ini yang paling sering terjadi ), dan terakhir adalah jahitan yang menyatukan
robekan jalan lahir tingkat III yang  robek sampai dubur.
2.2  Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya
infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah
vulva, perineum, maupun di dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan
perineum), untuk kebersihan perineum dan vulva, untuk mencegah infeksi seperti diuraikan
diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila
daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi pada jahitan perineum saluran
vagina dan uterus. Perawatan luka jalan lahir dilakukan sesegera mungkin setelah 6 jam dari
persalinan normal. Ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan
berjalan. Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi misalnya
tekanan darah tinggi atau pendarahan.

2.3  Bentuk Luka Perinium


a.       Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah
karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture
biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
b.      Episiotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina
yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.
c.       Komplikasi Episiotomi
Kurang dari 1% episiotomi atau laserasi mengalami infeksi. Laserasi derajat empat memiliki
risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi luka yang berhadapan menjadi kemerahan,
seperti daging dan membengkak. Benang sering merobek jaringan edematosa sehingga tepi-tepi
luka nekrotik menganga yang menyebabkan keluarnya cairan serosa, serosanguinosa, atau jelas
purulen. Lepasnya jahitan episiotomi paling sering berkaitan dengan infeksi (Leveno, 2009).

2.4  Waktu Perawatan Luka Perineum


a.       Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah terbuka maka akan
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu
maka perlu dilakukan penggantian pembalut.
b.      Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil kemungkin besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perinium untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
c.       Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum.

2.5  Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Luka Perineum


a.       Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka
pada perinium karena jaringan sangat membutuhkan protein.
b.      Obat-obatan
         Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu respon inflamasi normal.
         Antikoagulan : Dapat meyebabkan Hemoragi.
         Antibiotik Spektrum luas/spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk
patologi spesifik atau kotaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka tertutup, tidak efektif karena
koagulasi intrvaskular.

2.6  Teknik Melakukan Perawatan Perineum


Berikut ini merupakana cara dalam mempersiapkan alat dan melakukan perawatan dalam
perineum yaitu:
Alat yang harus disiapkan:

a. Siapkan air hangat


b. Sabun dan waslap
c. Handuk kering dan bersih
d. Pembalut ganti yang secukupnya
e. Celana dalam yang bersih

Cara melakukan perawatan:


a.       Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang.
b.      Basahi waslap dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang sudah ada busa sabun
tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan
dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman
berkembang biak.
c.       Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar–benar bersih. Bila
perlu lihat dengan cermin kecil.
d.      Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam
khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup disiram dengan air
hangat.
e.       Mengenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan
katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
f.       Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan
semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar setiap kali ibu buang air kecil
atau saat mandi dan bila mengganti pembalut.
g.      Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan
berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang
makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali  bila ada riwayat alergi.
h.      Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seijin dokter atau bidan.

Perawatan Luka Post Operasi

1.      Pre Operasi (Sebelum Operasi)


Pre operasi merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Fase awalan yang menjadi
landasan untuk keberhasilan tahap selanjutnya. Persiapan pasien atau kilen di ruang unit
perawatan meliputi :
a.       Konsultasi dengan tim bedah dan tim anestesi
Semua ibu yang akan dioperasi harus melalui pemeriksaan dokter bedah dan dokter anestesi
maupun anggota tim lain yang terlibat seperti fisioterapis. Hal ini dikarenakan klien harus
mengetahui bagaimana operasi akan dilakukan, bagaimana pembiusan akan diberikan serta hal-
hal lain yang menyangkut dengan tindakan operasi.
b.      Pra medikasi
Adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan sebagai persiapan atau bagian dari
anestesi. Pra medikasi dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan,
misalnya relaksan, antiemetic, analgesic dan lain sebagainya.
c.       Perawatan kandung kemih
Pemasangan kateter residu dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih
selama operasi serta untuk memudahkan pengontrolan keseimbangan intake dan output.
d.        Stoking kompresi
Diberikan pada pasien yang mempunyai resiko tinggi seperti pada ibu yang obesitas atau
yang memiliki varises untuk mencegah kematian akibat emboli pulmoner (pembuluh darah
buntu).
e.         Mengidentifikasi protesis
Semua protesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dan lainnya harus
dilepas sebelum pembedahan. Pada gigi hal ini untuk mencegah terlepas dan tertelan saat
operasi dimana pasien dalam kondisi tidak sadar. Sedangkan untuk perhiasan, selain
dikhawatirkan akan menjadi sarang kuman juga mencegah terjadinya reaksi perhiasan dengan
alat atau medan listrik dan magnet yang ada di ruang operasi.
f.         Inform consent
Hal ini sangat penting terkait dengan aspek hukum, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Pasien dan keluarga harus mengetahui dan memahami bahwa setiap tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap tindakan medis wajib memberikan
pernyataan persetujuan tindakan medis. Setelah sebelumnya sudah mendapat informasi detail
terkait segala macam prosedur tindakan yang akan dilakukan
g.        Persiapan fisik:
Berbagai persiapan fisik harus dilakukan sebelum pasien operasi antara lain :
1)      Status kesehatan fisik secara umum
Meliputi identitas, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik lengkap mulai organ dalam dan luar
tubuh. Selain itu pasien juga harus cukup istirahat sehingga pasien tidak akan mengalami stress
fisik dan tubuh lebih rileks.
2)      Status nutrisi
Segala macam defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan agar tubuh mempunyai
protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi yang buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih
lama dirawat di rumah sakit. Yang paling sering terjadi adalah infeksi post operasi, demam,
penyembuhan luka yang lama serta dehisensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu).
3)      Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang yang normal, yang biasa
diperiksa adalah kadar natrium serum (N: 135-145 mmol), kalium serum (N: 3,5-5 mmol) dan
kadar kreatinin serum (N: 0,70-1,50). Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan erat
dengan fungsi ginjal.
4)      Kebersihan lambung dan kolon\
Sebelum operasi pasien dipuasakan dalam waktu 6-8 jam dan dilakukan pengosongan kolon
dengan tindakan lavement (huknah) yang bertujuan untuk menghindari aspirasi (masuknya
cairan lambung ke paru) dan menghindari kontaminasi faeces di area pembedahan. Perkecualian
pada kasus pasien yang membutuhkan tindakan segera, seperti pada pasien kecelakaan lalu
lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan memasang NGT.
5)      Pencukuran daerah operasi
Ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang akan dilakukan tindakan
pembedahan karena rambut dapat menjadi tempat kuman bersembunyi serta menghambat proses
penyembuhan luka dan menyulitkan saat dilakukan perawatan luka.
6)      Personal hygiene
Kebersihan tubuh sangat penting karena jika tubuh dalam keadaan kotor akan menjadi sarang
kuman dan meningkatkan resiko infeksi pada daerah yang dilakukan tindakan operasi.

2.      Intra dan post


Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh
petugas medis di ruang operasi. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan dibagi
menjadi tiga kelompok besar. Meliputi ahli anestesi dan perawat anestesi yang bertugas
memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien pada posisi yang tepat di meja operasi,
berikutnya ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub (membersihkan anggota badan yang
akan dilakukan tindakan operasi), serta yang terakhir adalah perawat intra operatif yang
bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan pasien.
a.       Prinsip umum adalah:
1)      Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis merupakan suatu usaha untuk mencapai keadaan yang memungkinkan
tidak adanya kuman pathogen baik secara kimiawi, mekanis maupun fisik. Untuk seluruh sarana
dan prasarana yang ada di ruang operasi.
2)      Prinsip asepsis personel
Meliputi 3 tahap yaitu scrubbing (cuci tangan steril), gowning ( teknik penggunaan gaun operasi)
dan gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Seluruh anggota personal tim harus
memahami konsep ini untuk dapat melaksanakan operasi secara asepsis dan antiseptic sehingga
menghilangkan atau meminimalkan jumlah kuman. Serta menghindarkan bahaya anggota tim
dari penularan penyakit seperti hepatitis dan HIV /AIDS.
3)      Prinsip asepsis pasien
Dengan melakukan berbagai prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi menjadi
steril, seperti kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan drapping (menutupi
anggota badan dengan kain steril).
4)      Prinsip asepsis instrument
Instrument bedah yang digunakan harus benar benar dalam kondisi steril dengan perawatan alat
dan teknik sterilisasi yang benar dan mempetahankan kesterilan alat pada saat pembedahan.
b.      Hal hal yang dilakukan oleh petugas medis terkait dengan pengaturan posisi pasien di ruang
operasi meliputi :
1)      Kesejajaran fungsional
Adalah memeberikan posisi yang tepat selama dilakukan tindakan operasi, karena setiap
tindakan operasi membutuhkan posisi yang berbeda beda, seperti :
a)      Supine , untuk operasi hernia, laparotomy, appendectomy, mastectomy dll.
b)      Pronasi, untuk operasi pada daerah punggung dan spinal seperti laminectomy.
c)      Trendelenburg, untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis (panggul).
d)     Lithotomy, mengekspose daerah perineal dan rectal biasa digunakan untuk operasi vagina,
dilatasi dan kuretase serta pembedahan rectal seperti haemoroidectomy.
e)      Lateral, digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul
2)      Pemajanan area pembedahan
Maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan, sehingga petugas
dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping (menutup dengan kain lokasi
operasi).
3)      Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
a)      Posisi pasien selama di meja operasi harus dipertahankan untuk mempermudah proses
pembedahan dan untuk menjaga keselamatan pasien serta mencegah terjadinya injury
b)      Memasang alat grounding (menetralkan medan listrik ke badan pasien)
c)      Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien
d)     Memastikan semua peralatan telah siap
4)      Monitoring fisiologis
a)      Melakukan balance cairan
Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien dan mengkoreksi jika ada ketidakseimbangan pada
balance cairan
b)      Memantau kondisi cardiopulmonal (jantung dan paru)
Dilakukan secara terus menerus meliputi tanda tanda vital
5)      Monitoring psikologis
Bisa diberikan dengan memberikan dukungan emosional dengan berdiri dan memberikan
sentuhan selama tindakan. Kemudian kondisi emosional juga perlu dikaji dan menginformasikan
kondisi emosional tersebut pada tim bedah.
6)      Tim operasi
Terbagi menjadi dua kelompok besar :
a)        Steril terdiri dari ahli bedah, asisten bedah, perawat intrumentator (scrub nurse).
b)        Non steril terdiri dari ahli anestesi, perawat anestesi, circulating nurse, teknisi (operator alat,
laboratorium dll).
c.       Komplikasi
Komplikasi yang paling sering muncul adalah :
1)      Hipotensi
Hipotensi pada tindakan operasi memang diinginkan dan dibuat dengan pemberian obat obatan
tertentu untuk menurunkan jumlah perdarahan pada lokasi operasi. Petugas harus waspada agar
tidak terjadi malhipotensi dan segera dapat memberikan penanganan yang tepat.
2)      Hipotermi
Merupakan keadaan suhu dibawah 36,5 derajat celcius. Bisa dialami oleh pasien karena suhu
rendah yang ada di ruang operasi (25-26,6 derajat celcius), infuse dengan cairan yang dingin,
obat obatan dll. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur suhu kamar operasi pada suhu
ideal, cairan infuse dibuat pada suhu 37 derajat celcius, baju dan selimut operasi yang basah
segera diganti. Hal ini dilakukan mulai pre operatif hingga pasca operatif.
3)      Hipertemi malignant
Angka kematian lebih dari 50%. Perlu penatalaksanaan yang tepat. Terjadi akibat gangguan pada
otot yang disebabkan oleh obat obatan anestesi. Ketika obat anestesi dimasukkan dalam tubuh,
kalsium dalam plasma akan dilepas ke membrane luar sehingga otot berkontraksi. Dalam kondisi
normal, tubuh akan memompa kembali kalsium ke dalam plasma, sehingga otot kembali
relaksasi. Jika tidak, pasien akan mengalami hipertemi malignant dan mengalami kerusakan pada
system syaraf pusat. Untuk menghindari bisa dengan pemberian obat obatan serta monitoring
ketat terhadap tanda tanda vital.
3.      Operasi
Merupakan masa setelah dilaksanakan operasi, dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan
sampai evaluasi selanjutnya.
a.       Meningkatan proses penyembuhan luka
b.      Mempertahankan respirasi
c.       Mempertahankan sirkulasi udara
d.      Mempertahankan keseimbangan cairan
e.       Mempertahankan eliminasi
f.       Melaksanakan latihan mobilitas/ gerakan
g.      Mengurangi kecemasan
4.      Luka Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha
yang dibatasi vulva dan anus pada ibu dalam masa kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya
organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi
sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
C.    Perawatan Luka Operasi
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika
luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1.    Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2.    Respon stress simpatis
3.    Perdarahan dan pembekuan darah
4.    Kontaminasi bakteri
5.    Kematian sel
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan tujuan meningkatkan
proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi. Perawatan luka operasi adalah Perawatan
luka yang dilakukan pada pasien operasi dengan tujuan mencegah infeksi dan merasa aman.
1.      Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
a.       Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena antikseptik ini tidak
ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan muntuk kondisi
apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl
yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992).
Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida
0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk antiseptik ini sodium klorida
disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk
tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban
sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga
antiseptik lebih murah
b.      Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan
bahan lain, walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau
metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan
dalam antiseptik dan larutan sodium iodide encer. Iodide antiseptik dan solution keduanya aktif
melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
c.       Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput antiseptik,
sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri. Bahan ini agak iritan dan antiseptik serta
meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptic seperti povodine
iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi
rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat
ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi
luka. (Lilley & Aucker, 1999).
d.      Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama (larutan betadine dan
sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan
luka dibersihkan. Dibuat pula catatan kapan benang / orave kapan dicabut atau dilonggarkan.
Diperhatikan pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.
2.    Alat dan bahan
a.       Pinset anatomi
b.      Pinset cirurghi
c.       Gunting steril
d.      Kapas sublimat / savlon dalam tempatnya
e.       Larutan H2O2
f.       Larutan boorwater
g.      NaCl 0,9%
h.      Gunting perban (gunting tidak steril)
i.        Plester / pembalut
j.        Bengkok
k.      Kasa steril
l.        Mangkok kecil
m.    Handskon steril
2.        Prosedur kerja
a.       Cuci tangan     
b.      Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
c.       Gunakan sarung tangan steril
d.      Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset
e.       Bersihkan luka dngan menggunakan savlon / sublimat, H2O2, boorwater atau NaCl 0,9% sesuai
dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih
f.       Berikan obat luka
g.      Tutup luka dengan menggunakan kasa steril
h.      Balut luka
i.        Catat perubahan keadaan luka
j.        Cuci tangan

D.  Ganti Balutan


1.      Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian
balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan
yang kotor dengan balutan yang bersih.
2.      Tujuan
a.       Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersiha
luka
b.      Melindungi luka dari kontaminasi
c.       Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verband )
d.      Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
e.       Menurunkan pergerakan dan trauma
f.       Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
3.      Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor

4.      Kontra Indikasi


a.       Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme  
dapat   hidup
b.      Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
E.     Angkat jahitan
1.      Pengertian
Suatu tindakan melepaskan jahitan yang biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan
penyembuhan luka yang terjadi).
2.      Tujuan :
a.       Mempercepat proses penyembuhan luka
b.      Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alenium
3.      Persiapan alat :
a.       Set angkat jahitan steril berisi pinset sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi waten, kasa
dalam bak instrumen steril
b.      Bengkok berisi lisol 2-3 %
c.       Kapas balut
d.      Korentang
e.       Gunting plester
f.       Plester
g.      Bensin
h.      Alcohol 70 %
i.        Bethadin 10 %
j.        Kantung balutan kotor/bengkok kosong
4.      Prosedur pelaksanaan
a.       Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b.      Mendekatkan alat ke dekat pasien
c.       Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d.      Mencuci tangan
e.       Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f.       Membuka set angkat jahitan secara steril
g.      Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong balutan kotor
h.      Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i.        Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan
betadhin solution 10%.
j.        Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan
pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul
yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul.
k.      Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l.        Menutup luka dengan kasa steril kering dan di plester
m.    Merapikan pasien
n.      Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o.      Mencuci tangan
p.      Mencatat pada catatan perawatan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Jenis Persiapan
dan Perawatan adalah Pre Operasi (Sebelum Operasi), Intra dan post, Operasi dan Luka
Perineum.
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain (Kozier, 1995).

B.     Saran
Disaranan bagi petugas kesehatan dan pasien untuk lebih menjaga kesehatan dan juga jika
terjadi luka pada kulit untuk dijaga kebersihannya agar tidak terjadi iritasi 

 Daftar Pustaka

http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/mengangkat-jahitan.html
       file:/// Kebidanan/KDK/fase-preintrapost-operasi.html 
Kusmiyati yuni.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya
Uliyah Musrifatul,dkk.2008.Praktikum Keterampilan Dasar Praktik
Klinik.Jakarta:Salemba  Medika

Anda mungkin juga menyukai