Anda di halaman 1dari 20

LATAR BELAKANG

Perkembangan pendidikan keperawatan diindonesia telah diawali dengan adanya


keinginan dan kegiatan yang bersifat tidak terkoordinasi dalam upaya
mewujudkan wadah pendidikan keperawatan sebagai akademi atau institusi
pendidikan, dan selanjutnya dikenal dengan nama akademi keperawatan,
kemudian pada awal pertumbuhan akademi belum terdapat perkumpulan yang
mewadahi para perawat diindonesia secara nasional, namun lambat laun terdapat
kelompok-kelompok perawat yang berupaya agar pelaksanaan perawatan
diindonesia dilaksanakan dengan baik dan akhirnya berkembang dengan pola
pendidikan yang tidak jelas tanpa koordinasi yang terarah.

Sejak januari 1983 pada lokakarya nasional tentang keperawatan yang melibatkan
komponen keperawatan dengan dimulainya kelompok kerja keperawatan
konsorsium ilmu kesehatan dinyatakan keperawatan adalah suatu profesi dengan
segala arti dan maknanya, dan saat itu langkah nyata dalam mengupayakan
keperawatan sebagi suatu profesi dilakukan secara terencana yang diawali dengan
langkah pengembangan yang khususnya diarahkan pada pengembangan
pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi, orientasi pelayanan
khususnya dalam asuhan keperawatan dilaksanakan secara professional serta
upaya pembinaan rangkaian upaya perbaikan dunia keperawatan.

Tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan di masa yang akan datang,


yaitu pembangunan kesehatan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bidang kesehatan, khususnya bidang keperawatan, harus dilakukan
perubahan yang sangat mendasar dalam bidang keperawatan, mencakup segala
aspeknya, khususnya pendidikan keperawatan. Penekanan pendidikan bukan lagi
hanya pada penguasaan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
sebagai bagian dari pelayanan medik, akan tetapi pada penumbuhan dan
pembinaan sikap dan keterampilan profesional keperawatan disertai dengan
landasan ilmu pengetahuan, yaitu ilmu keperawatan.

Sistem pendidikan tinggi bidang kesehatan, dengan mutu pendidikan sesuai


tuntutan profesi keperawatan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang keperawatan. Kurikulum disusun berdasarkan kerangka konsep
yang kokoh disertai dengan berbagai pengalaman belajar (learning experiences)
yang diperlukan, dan dilaksanakan dalam tatanan pendidikan dan pelayanan yang
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku (behavioural change) seperti yang
dirumuskan dalam tujuan pendidikan

Rumusan Masalah

1. Apa definisi pendidikan dalam keperawatan?


2. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan dalam keperawatan?
3. Apa tujuan dan fungsi pendidikan dalam keperawatan?
4. Bagaimana peran pendidikan dalam keperawatan?
5. Apa saja masalah-masalah pendidikan dalam keperawatan masa kini?

Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pendidikan dalam keperawatan
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan dalam pendidikan keperawatan
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan keperawatan
4. Untuk mengetahui peran pendidikan keperawatan
5. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam pendidikan keperawatan
PEMBAHASAN

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

A. Defenisi Pendidikan dalam Keperawatan

Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita


telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub
dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan yang dimilikinya sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk
pelayanan professional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Pendidik kesehatan adalah : seseorang yang memberi pendidikan maupun
bimbingan kepada orang lain dibidang kesehatan, dengan tujuan
terjadinya perubahan tingkah laku positif tentang kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Peserta didik adalah : klien (individu,keluarga,masyarakat) yang
mendapatkan materi pendidikan atau bimbingan di bidang kesehatan,
sehingga klien tersebut secara mandiri mau melakukan perubahan tingkah
laku yang positif dan permanen dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.

B. Sejarah dan Perkembanagan Pendidikan Keperawatan

1. Sejarah Pendidikan Keperawatan

Zaman purbakala ( Primitif Culture )

Manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi, mempunyai kekuatan


spritual/mistik yang mempengaruhi kehidupan manusia (animisme) Sakit di
sebabkan oleh kekuatan alam/kekuatan gaib (batu-batu besar, gunung tinggi &
pohon-pohon besar) serta masyarakat masih percaya pada dukun

Zaman mesir

Masyarakat percaya dewa ibis mampu menyembuhkan penyakit di Cina, syetan


sebagai penyebab penyakit akibatnya perawat tidak di perkenankan untuk
merawat.

Pertengahan abad VI masehi

Keperawatan berkembang di benua asia tepatnya asia barat daya yaitu timur
tengah seiring dengan perkembangan agama Islam.

Abad VII

Di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu
kimia, hygiene dan obat-obatan.
Keperawatan mengalami kemajuan dengan prinsip dasar kesehatan pentingnya
kebersihan diri (personal hygiene), kebersihan makanan, air & lingkungan. Tokoh
yang terkenal dari dunia arab pada masa itu adalah Rafidah.

Permulaan abad XVI

Orientasi masyarakat pada saat terjadi perang dimana rumah ibadah banyak yang
tutup yang biasanya di gunakan untuk merawat orang sakit.

Perawat di gaji rendah dengan jam kerja yang lama pada kondisi kerja yang
buruk. Sisi positif dari perang untuk perkembangan keperawatan korban banyak
membutuhkan tenaga sukarela sebagai perawat (orde-orde agama, istri yg
mengikuti suami perang & tentara-tentara yang merangkap sebagai perawat)
konsep P3K.

Rumah sakit yang berperan besar tahap perkembangan keperawatan pada masa
kini (zaman pertengahan) yaitu hotel Dieu di Lion awalnya perawat mantan seks
yang bertobat, tidak lama kemudian menggunakan perawat yang terdidik dari
rumah sakit tersebut.

Hotel Dieu di Paris orde agama, setelah revolusi orde agama dihapus di ganti
orang-orang bebas yang tidak terikat agama, pelapor perawat terkenal
rumah sakit ini yaitu Genevieve Bouquet

St. Thomas Hospital, di dirikan tahun 1123 M Florence Nigtingale


memperbaharui keperawatan.

Pertengahan abad XVIII XIX

Keperawatan mulai di percaya orang yaitu Florence Nigthingale.


Beliau lahir tahun 1820 dari keluarga kaya, terhormat, tumbuh & berkembang di
Inggris, di terima mengikuti kursus pendidikan perawat usia 31 tahun.

2. Perkembangan Keperawatan Di Indonesia

Masa pemerintahan Belanda


Perawat berasal dari penduduk pribumi (Velpleger) di bantu penjaga orang
sakit (Zieken Oppaser)
Bekerja di R.S Binnen Hospital di Jakarta (1799) memelihara kesehatan
staf & tentara Belanda
Membentuk dinas kesehatan tentara & dinas kesehatan rakyat

Masa VOC (Gubenur Inggris Rafles 1812-1816)

Kesehatan adalah milik manusia melakukan pencacaran umum.


Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguann jiwa.
Memperhatikan kesehatan & perawatan para tahanan.

1. 3. Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan

Beberapa organisasi keperawatan

1. ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita


pertama di dunia di dirikan tgl 1 Juli 1899 o/ Mrs.Bedford Fenwick.

Tujuannya:

Memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia


Memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk
membicarakan masalah keperawatan.
Menjunjung peraturan dlm ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam
pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik profesi
keperawatan.

1. ANA di dirikan tahun 1800 yg anggotanya dari negara- negara bagian,


berperan:

Menetapkan standar praktek keperawatan.


Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA
memberikan izin praktek keperawatan mandiri.
1. NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun 1952, tujuan untuk
pengembangan & peningkatan mutu pelayanan keperawatan &
pendidikkan keperawatan.
2. British Nurse Association di dirikan tahun 1887, tujannya:

memperkuat persatuan & kesatuan seluruh perawat di Inggris & berusaha


memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.

1. PPNI di dirikan 17 Maret 1974.

1. C. Tujuan Pendidikan Dalam Keperawatan

Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang
baik, bertanggung jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi
kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan sebagainya.

Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang
sangat umum tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860)
yang menganalisis tujuan pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan:

1. Kegiatan demi kelangsungan hidup.


2. Usaha mencari nafkah.
3. Pendidikan anak.
4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.
5. Penggunaan waktu senggang.

Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut didasarkan atas


apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu untuk setiap orang bagi
kehidupannya dalam masyarakat.

1. D. Fungsi Pendidikan Keperawatan


1. Fungsi pendidikan

Fungsi ini terdiri atas tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Peserta didik dalam hal kaulifikasi/persyaratan, mekanisme seleksi dan
penerimaan, serta daya tampung peserta didik.
2. Proses pendidikan yang mencakup tujuan pendidikan/rumusan
kompetensi, kurikulum pendidikan, proses pembelajaran/evaluasi hasil
belajar, fasilitas sumber daya pendidikan, dan rumah sakit pendidikan.
3. Lulusan yang mencakup kaulifikasi/persyaratan, mekanisme penilaian
akhir/keprofesian, dan jumlah yang diluluskan dan sebaran.
4. Fungsi penelitian

Fungsi ini mencakup :

1. Berperan aktif dalam riset dasar dan terapan, pengembangan ilmu


pengetahuan ilmu keperawatan, mengembangangkan teknologi
keperawatan, meningkatkan mutu, dan memperluas jangkauan pelayanan
2. Manfaatkan tekhnologi maju secara tepat dalam rangka meningkatkan
mutu dan memperluas jangkauan pelayanan professional
3. Melaksanakan berbagai bentuk kegiatan ilmiah yang meliputi
ceramah/diskusi ilmiah, forum ilmiah, tulisan ilmiah/majalah ilmiah dan
pengawal ilmu keperawatan.
4. Fungsi pengabdian masyarakat

Fungsi ini mencakup :

1. Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan jenjang


pelayanan kepada masyarakat, serta membangun model pelayanan/asuhan
keperawatan
2. Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina kemampuan
masyarakat mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi.
3. Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional
4. Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang
memerlukan.

1. E. Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan


1. Membina sikap pandangan dan kemampuan professional

Pendidikan tinggi keperawatan sangat berperan dalam membina sikap, pandangan


dan kemampuan professional, lulusannya. Diharapkan perawat mampu bersikap
dan berpandangan professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta
mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadai, dan menguasai
keterampilan professional secara baik dan benar (Husin, 1966).

Sebagai perawat profesioanal diperoleh kepuasaan kerja yang selanjutnya


memacu pencapaian kemampuan melalui penampilan kerja yang lebih baik lagi.
Kemampuan berpikir kritis dalam mengambil keputusan serta mampu
mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakan yang dilakukan merupakan
salah satu factor utama tercapainya kepuasaan kerja (Jones dan Beck, 1996).
Kepuasaan kerja perawat akan menghasilkan kepuasaan pada pemakai jasa
keperawatan, baik masyarakat maupun intitusi tempat bekerja.

1. Meningkatkan mutu pelayanan/ askep dan kesehatan

Pendidikan keperawatan menghasilkan perawat yang bersikap professional


mencakup keterampilan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, mampu
mempertanggungjawabkan secara legal, keputusan dan tindakan yang dilakukan
sesuai dengan standar dan kode etik profesi, serta dapat menjadi contoh peran
bagi perawat lain.

Teori dan model keperawatan dapat dikatakan bermanfaat, jika bisa diterapkan
dipelayanan, begitu pula dengan system manajemen keperawatan yang dipelajari
selama pendidikan. Fasilitas pelayanan yang dapat digunakan sebagai sumber
pendidikan yang diharapkan cukup kondusif untuk proses pembelajaran peserta
didik (Hamid, 1997)

1. Menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan iptek


keperawatan melalui keperawatan

Kerja sama yang terjalin dengan baik antara institusi pendidikan dan pelayanan
memungkinkan terjadinya transformasi IPTEK, termasuk teridentifikasinya
masalah kesehatan, khususnya yang terkait dengan masalah keperawatan untuk
penelitian keperawatan yang bertujuan menghasilkan jawaban terhadap
pertanyaan, menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk berupa tekhnologi
atau metode baru maupun produk jasa serta menguji teori berdasarkan kondisi
atau fakta baru. (Leddy dan Pepper, 1993; Mayer, Medden dan Lawrence, 1990)

1. Meningkatkan kehidupan keprofesian melalui organisasi profesi

Pendididkan tinggi keperawatan akan memfasilitasi perkembangan kehidupan


organisasi keperawatan untuk lebih professional. Dengan pendidikan profesioanal,
perawat sebagai anggota dari suatu organisasi profesi akan lebih memahami dan
menghayati peran, tanggung jawab, dan haknya sebagai anggota organisasi
profesi yang memiliki sifat, pandangan, dan kemampuan professional sangat
memungkinkan organisasi keperawatan berperan sabagai pengendali mutu
pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat melalui pengaturan hak,
tanggung jawab, dan kewengan tiap perawat berdasarkan kompetensi yang
dimiliki (SCHMALE,1996).

Selain itu, organisasi profesi akan lebih berperan dalam proses pengembangan dan
pembinaan keterampilan professional dan menerapkan kode etik profesi bagi tiap
anggotanya melalui pengaturan dan pengadaan system pendidikan berkelanjutan
serta mengendalikan pemanfaatan dan pengembangan IPTEK keperawatan(husin,
1999).

1. F. Penataan Pendidikan Tinggi Keperawatan

Penataan pendidikan ini dimulai dengan penataan system pendidikan keperawatan


yang dimulai dari:

1. Program pendidikan D-III keperawatan program pendidikan ini akan


menghasilkan perawat Vokasional (ahli madya keperawatan) yang
dikembangkan dengan landasan keilmuan dan keprofesian serta
diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional serta
akuntabel dalam melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri
dibawa sepervisi. Mereka diharapkan mempunyai kemampuan mengelolah
peraktek keperawatan yang sesuai dangan kebutuhan klien.
2. Program pendidikan ners

Program pendidikan ini menghasilkan sarjana keperawatan dan professional (Ns =


first professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan
professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan dasar
sampai dengan tingkat kerumitan tertentu secara mandiri. Mereka dituntut untuk
memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan
memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju secara tepat guna, serta
kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang
sederhana.

1. Program magister keperawatan program ini menghasilkan perawat ilmuan


(scintist) dengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuan
keperawatan yang diharapkan mempunyai kemampuan: meningkatkan
pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan,
berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya, mengembangkan
penampilanya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengaitkan
ilmu/profesi yang serupa serta merumuskan pendekatan penyelesaian
berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah (keputusan
Mendikbud Nomor.056/U/1994/pasal 2 ayat 3).
2. Program pendidikan ners spesialis

Program pendidikan ini menghasilkan perawat ilmuan (magister) dan professional


(Ns spesialis = second professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan
keterampilan professional serta akuntabel untuk melaksanakan prektik
keperawatan spesialistik ners spesialis merupakan ilmuan dalam bidang ilmu
keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab sebagai ilmuan
klinik (SK Mendikbud No.056/U/1994).

1. G. Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan


Kata sistem menjadi populer dengan munculnya pendekatan sistem yang
digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Sistem secara teknis berarti seperangkat
komponen yang saling berhubungan dan bekrja bersama sama untuk mencapai
suatu tujuan . kata sistem berasal dari bahasa latin (syst dan ema) dan bahasa
yunani (sust dan ema ) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi,
atau energi. istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu kesatuan
yang berintraksi, ketika suatu model matematika sering kali dapat buat.

sistem merupakan kesatuan bagian bagian yang saling berhubungan yang berada
dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. misalnya, negara yang
merupakan suatu kumpulan dalam beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi
yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dengan rakyat
sebagai penggeraknya. sistem sering kali digunakan baik dalam prcakapan
sehari-hari , forum diskusi maupun dokumen ilmiah.

Landasan pembangunan sistem pendidikan tinggi keperawatan di indonesia


merupakan bagian terintegrasi dari sistem pendidikan tinggi nasional karena
hakikat pendidikan tinggi keperawatan sebagai pendidikan profesi dan tuntutan
kebutuhan masyarakat. Melalui pelaksanaan tiga fungsi pokok pendidikan tinggi
keperawatan, yaitu pendidikan keperawatan, riset keperawatan dan
pengabdian masyarakat ,di harapkan pendidikan tinggi keperawatan
menghasilkan berbagai karakter dan sifat lulusan yang kompoten dalam bidang
pelayanan dan konsultasi keperawatan bagi masyarakat. Pengembangan
kurikulum pendidikan keperawatan merupakan pandangan filosifis atau
paradigma tentang keperawatan , orientsi pendidikan tinggi , kerangka konsep
pendidikan tinggi keperawatan , dan kelompok ilmu keperawatan.

1. H. Pendidikan Profesi Keperawatan

Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan berdasarkan dan bertolak dari


paradigma keperawatan. Orientasi pendidikan tinggi keperawatan yang mantap
dan kerangka konsep pendidikan tinggi yang kokoh memungkinkan profesi
keperawatan menghadapi masa depan dan tidak tergoyangkan oleh perubahan
perubahan pandangan perorangan, terutama yang bersifat menyimpang dari
hakikat keperawatan yang sesungguhnya. Kperawatan berkeyakinan dan
berpandangan bahwa manusia dan kemanusian merupakan focus utama dari setiap
upaya pelayanan keperawatan dengan menjunjung tinggi nilai dan martabatnya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bertolak dari pandangan ini disusun paradigm
keperawatan yang terdiri dari 4 konsep yaitu manusia, lingkungan, sehat, dan
Keperawatan.

Kelly (1981) dalam Marifin (2003) mengembangkan criteria profesi meliputi :

1. Layanan yang diberikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
kemanusiaan.
2. Adanya body of knowledge yang khusus dipelajari dan dikembangkan
melalui proses penelitian.
3. Layanan yang diberikan termasuk aktivitas intelektual, tanggung jawab
dan tanggung gugat secara individu merupakan suatu tangtangan yang
besar dan harus dijawab.
4. Perawat praktisi relative bebas dan dapat mengontrol kebijakan dan
aktivitas yang mereka perbuat (otonomi).
5. Perawat praktisi harus memiliki dasar pendidikan di institusi pendidikan
tinggi.
6. Pearwat praktisi`memberikan pelayanan dengan motivasi altruistikdan
menganggap bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan kegiatan
terpenting di hidupnya
7. Terdapat kode etik yang memberikan panduan dalam mengambil
keputusan dan meneruskan praktik yang mereka lakukan
8. Terdapat organisasi profesi yang dapat memberikan bantuan dan dorongan
dalam menerapkan standar praktek keperawatan.

Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi mengarahkan hasil


pendidikan menjadi tenaga professional. Melalui sistim pendidikan ini, dihasilkan
perawat yang dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tuntutan
profesi untuk memberikan pelayanan professional kepada masyarakat. Peran
perawat sebagai :

1. Mitra kerja

Hubungan perawat-klien merupakan hubungan yang memerlukan kerja sama yang


harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya,
mengasihi dan menghargai.

1. Sumber informasi

Perawat harus mampu memberikan informasi yang akurat, jelas, dan rasional
kepada klien dalam suasana yang bersahabat dan akrab.

1. Pendidik

Perawat harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan dan bimbingan pada


klien atau keluarganya terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.

1. Pemimpin

Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga untuk memecahkan masalah
kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi klien.

1. Wali atau pengganti

Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai orang
tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu memenuhi kebutuhan.

1. Konselor

Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien sehingga


pemecahan masalah akan mudah dilakukan.

Akan tetapi pendidikan profesi keperawatan yang bertujuan mewujudkan


pelayanan professional harus dilandasi oleh kemampuan meneliti dari peserta
didiknya. Kemampuan ini ditimbulkan melalui keingintahuan yang tinggi selama
proses pendidikan yang dipelihara sedemikan rupa sehingga setelah lulus perawat
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berbasis fakta (Evidence based
practice).

C. Masalah Pendidikan Keperawatan di Indonesia

Pengembangan Kurikulum

Perubahan kurikulum, dalam arti pengembangan, tentu akan berdampak terhadap


kesiapan sekolah dan dosen untuk mengimplementasikan di depan kelas.
Mekanisme pengembangan kurikulum dapat dilakukan sebagai berikut. Tahap
pertama penguasaan manajemen pengembangan kurikulum. Seorang dosen yang
akan mengembangkan kurikulum dituntut menguasai manajemen pengembangan
kurikulum. Dalam mengembangkan kurikulum, setidaknya dosen akan menemui
delapan problem. Pertama, bagaimana membatasi ruang lingkup atau keluasan
materi. Kedua, bagaimana mengaitkan relevansi materi dengan kompetensi yang
dibutuhkan. Ketiga, bagaimana memilih materi agar ada keseimbangan untuk
peserta didik maju dan yang lamban belajar, keseimbangan antara tuntutan
pembangunan daerah dan nasional. Keempat, bagaimana mengintegrasikan materi
yang satu dengan materi lainnya sehingga tidak terjadi duplikasi. Kelima,
bagaimana mengurutkan materi dan kompetensi yang diperlukan. Keenam,
bagaimana agar materi atau kompetensi berkesinambungan dan berjenjang.
Ketujuh, bagaimana merealisasikan artikulasi materi atau kompetensi secara
menyeluruh. Terakhir, bagaimanakah materi atau kompetensi yang diberikan
dapat menjangkau masa depan alias memiliki daya guna bagi kehidupan peserta
didik.

Kurangnya bersaing dengan Luar Negeri dikarenakan Standar Kompetensi


dan kemampuan Berbahasa Inggris yang lemah

Standar kompetensi di Indonesia tidak diakui oleh dunia internasional,


kemampuan bahasa inggris yang lemah (TOEFL, IELTS), dan ketrampilan
keperawatan yang juga masih rendah. Hal ini dilihat dari hasil skoring NCLEX
(The National Council Licensure Examination) sekitar 40, padahal yang
dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 5070 dan AS antara 70 sampai 80
(Pusdiknakes, 2007). Tidak sampai disini saja, baru-baru ini ada sekitar 700
perawat Indonesia di Kuwait yang nasibnya terkatung-katung terancam
dideportasi karena terhalang akreditasi (Kompas, 2011). Hal ini karena masih
simpang siurnya pengaturan sistem pendidikan tinggi keperawatan serta belum
adanya perlindungan hukum yang kuat bagi perawat yang akan bekerja diluar
negri. Padahal, AFTA 2010 yang merupakan aplikasi dari ditandatanganinya
Mutual Recognicion Arrangement (MRA) di Philipina 2006 sudah berlaku.
Perawat merupakan tenaga kesehatan terbesar dari seluruh tenaga kesehatan
dimana 80 % kegiatan pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan asuhan
keperawatan (Gilles, 2000). Dengan karakteristik pelayanan yang kontinu, sangat
dekat dan lama dengan pasien serta cakupan praktik yang luas tidak terbatas pada
kondisi geografis dan social ekonomi, pelayanan keperawatan yang diberikan
harus berkualitas dan melindungi pasien. Hal ini dilakukan karena akan
berpengaruh langsung terhadap pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Akan tetapi, tidak
adanya pengaturan yang kuat untuk menjamin kompetensi dan kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan serta perlindungan dalam melayani masyarakat
tersebut, akan membuat kompetensi dan citra pelayanan keperawatan semakin
buruk yang berefek pada pelayanan kesehatan secara umum. Survei 2010
menyatakan bahwa ada kesenjangan antara harapan masyarakat dengan
kompetensi perawat saat ini yaitu 92,3 % : 68,7 %. Selain itu, pengakuan
kompetensi perawat didunia internasionalpun tidak terlalu menggembirakan.

Pendidikan Keperawatan di Indonesia masih bersifat Vokasi

Dalam peningkatan profesionalisme, perawat akan memberikan konstribusi upaya


dalam memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini. Tentunya
dalam meningkatkan pelayanan tersebut Profesionalisme seorang tenaga perawat
harus ditingkatkan. Peningkatan profesionalisme dapat dicapai dengan
membentuk suatu Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti yang
diamanatkan UUD 1945 pasal 28 H. Dalam melaksanakan hal ini tentunya
dibutuhkan sumber daya pelaksana kesehatan termasuk di dalamnya terdapat
tenaga keperawatan yang baik dan memiliki skill, personallity, serta body of
knowledge yang jelas sehingga mampu bersaing dengan negeri lain.

Namun pada kenyataannya saat ini, kebanyakan pendidikan Keperawatan di


Indonesia masih merupakan pendidikan yang bersifat vokasional, yang
merupakan pendidikan keterampilan, sedangkan idealnya pendidikan keperawatan
harus bersifat profesionalisme, yang menyeimbangkan antara teori dan praktik.
Oleh karena itu diperlukan adanya penerapan Sistem Pendidikan Tinggi
Keperawatan, yaitu dengan didirikannya lembaga-lembaga Pendikan Tinggi
Keperawatan. Hal ini telah dilakukan oleh Indonesia dengan membentuk sebuah
lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dimulai sejak tahun 1985, yang
kemudian berjalan berdampingan dengan pendidikan-pendidikan vokasional.
Selain dari segi pendidikan, dari segi karir juga turut membedakan
profesionalisme tenaga keperawatan didalam negeri dibandingkan diluar negeri.
PENUTUP

Kesimpulan

Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah body


of knowledge yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang
kuat, sehingga dapat dikembangkan setinggi- tingginya. Hal ini menyebabkan
Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk
berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam upaya
meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan pelayanan
masyarakat akan kesehatan di negeri ini.

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,
dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. Dimana
setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Saran saran

Adapun saran saran dalam penulisan makalah ini adalah :

Bagi Mahasiswa

Diharapakan mampu mengenal sistem pendidikan keperawatan di Indonesia dan


memahami peran perawat

Bagi Institusi Pendidikan

Diharapakan dengan adanya makalah ini dapat menambah buku buku di


perpustakaan.

Bagi Institusi Pelayanan Perawat

Bagi perawat di Rumah Sakit diharapkan mempelajari kembali mengenai peran


perannya melalui kegiatan seminar ataupun pelatihan demi meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan kesiapan perawat bekerja sama dengan tim
kesehatan lain guna memberikan pelayanan yang sebaik baiknya terhadap klien

DAFTAR PUSTAKA

Simamora Roymond H.,M.Kep, Ns.2009.Pendidikan Dalam


Keperawatan.Jakarta:EGC.

Salam dan Salmon,Ferry.2009. Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba.

http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/pendidikan-keperawatan.html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-
pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/

Anda mungkin juga menyukai