Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2:

1. MAWAR BELLA SAFITRI

2. MISRIANTI

3. PUTRI A. MAHI

4. RAHMAWATI. A

5. REZA AYU NIFYANTI NISBA

6. SANDI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
2.1 Prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan......................................................4
2.2. Situasi yang Harus Dihindari Oleh Perawat..................................................9
2.3 Contoh Malpraktek Keperawatan Dan Kajian Etika Hukum.......................10
2.4 Perlindungan Hukum Dalam Praktek Keperawatan....................................12
BAB III........................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
LAMPIRAN.................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal
yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,
pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kritis perawat.
Perawat perlu memahamihukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri
dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai
dasar pemhaman terhadap apa yanng masyarakat harapkan dari penyelenggara
pelayanan keperawatan yang profesional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja prinsip – prinsip legal dalam praktik keerawatan ?

2. Apa saja situasi – situasi yang harus dihindari oleh perawat ?

3. Bagaimana perlindungan hukum dalam praktek keperawatan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang prinsip – prinsip legal dalam praktik keperawatan.

2. Mengetahui tentang situasi yang harus dihindari oleh perawat.

3. Mengetahui tentang perlindungan hukum dalam praktek keperawatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan


A. Pengertian legal

Legal atau syah (sah) adalah tindakan yang tidak bertentangan dengan
aturan atau undang – undang yang berlaku. Legal dalam keperawatan berarti suatu
aturan keperawatan dalam melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas
dari Undang – Undang dan peraturan tentang praktik keperawatan.

B. Isi dari prinsip – prinsip legal dalam praktik keperawatan

1. Autonomi ( Otononü )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individü mampu berpikir


logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan
atau pilihan yang harus dihagai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individü yang menuntut pembedaan diri.Praktek profesional merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya

2. Beneficience ( Berbuat Baik )

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.


Kebaikan,memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.

3. Justice ( Keadilan )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
oranglain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan Nilai inidirefleksikan

4
dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.

4. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologi pada
klien.

5. Veracity ( Kejujuran)

Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

6. Fidellity (Menepati Janji)

Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya


terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.

7. Confidentially (Kerahasiaan)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.

8. Accountability ( Akuntabilitas )

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang


professional dapat dinilai dalam situasi yang jelas atau tanpa terkecuali.

C. Prinsip – prinsip legal dalam praktik keperawatan

1. Malpraktek

Malpraktik adalah kelalaian seorang perawat untuk menerapkan tingkat


pengetahuan dan keterampilannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan

5
dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati
dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.

Malpraktek terbagi menjadi 3 kategori:

a. Criminal Malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukan dalam kategori criminal malpractice


manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakn:

1.) Perbuatan tercela

2.) Dilakukan dengan sikap batin yang salah yang berupa kesengajaan,
kecerobohan atau kealpaa. Misalnya euthanasia (pasal 244 KUHP),
membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu
(263 KUHP) dan melakukan aborsi tanpa indikasi medis ( pasal 299 KUHP).

3.) Kecerobohan : Melakukan tindakan medis tanpa prsetujuan pasien ( informed


consent)

4.) Kelalaian : Kurang hati – hati mengakibatkan luka, cacat, meninggalnya


pasien dan ketinggalan klem didalam perut saat melakukan operasi.

b. Civil Malpraktek

Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan Civil Malpraktek adalah:

1.) Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannyaa wajib dilakukan

2.) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi


terlambat melakukannya.

3.) Melakukan apa yang menurut kesepakatanya wajib dilakukan tetapi tidak
sempurna.

4.) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.


Hal ini bisa bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicsip rius liability. Dengan prinsip ini maka rumah
sakit dapat bertanggunggugat atas kesalahan yang dilakukan karyawan selama
tenaga kesehatan yang dilakukan karyawan selama tenaga kesehatan
tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

6
c. Administrative Malpractice

Tenaga keperawatan dikatakan telah melakukan administrasi malpraktek


manakala tenaga keperawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu
diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai
kewenangan menertibkan berbagai ketentuan dibidang kesehatan, misalnya tentang
persyaratan bagi tenaga keperawatan untuk menjalankan profesinya, batas
kewenangan serta kewajiban tenaga keperawatan. Apabila peraturan tersebut
dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melangar
hukum administrasi.

Contoh : tentang persyaratan bagi tenaga keperawatan untuk menjalankan


profesinya (SIK, SIP), batas kewenangan serta kewajiban tenaga keperawatan.

 Tindakan – tindakan Malpraktik yaitu:


1. Kesalahan diagnosa
2. Penyuapan
3. Penyalahgunaan obat
4. Pemberian dosis obat yang salah
5. Alat – alat yang tidak memenuhi standart kesehatan atau tidak streril
6. Kesalahan prosedur operasi
7. Percobaan cara pengobatan baru suatu penyakit pada pasien

 Dampak Malpraktek
1. Merugikan pasien terutama dapat menyebabkan cacat permanen
2. Bagi petugas hukum dapat dijerat hukum pidana
3. Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat
4. Dari segi agama mendapat dosa
5. Dari segi etika keperawatan melanggar etika dan bukan tindakan yang
profesional

 Upaya – upaya Pencegahan Malpraktik, yaitu :


1. Senantiasa berpedoman pada standard pelayanan medik dan standart
prosedur profesional

7
2. Senantiasa berpedoman pada standart pelayanan medik dan standart
profesional
3. Bekerjalah secara professional berlandaskan etik dan moral yang tinggi
4. Tingkatkan rasa kebersamaan, keakraban dan kekeluargaan
5. Ikuti peraturan dan perundang – undangan yang berlaku terutama
kesehatan

2. Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter atau perawat dikatakan
lalai jika ia bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain
sebagaimana lazimnya. Akan tetapi jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat
tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa
akibat hukum apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini dapat digolongkan
sebagai kelalaian berat ( culpa lata).
Kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati – hati yang pada umumnya
wajar dilakukan oleh seseorang dengan hati – hati, dalam keadaan tersebut itu
merupakan suatu tidakan seseorang yang hati – hati dan wajar tidak akan
melakukan didalam keadaan yang sama.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat
ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati – hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak
peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya.
Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum aatau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak
sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat
menerimanya. Namun jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi,
mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini diklasifikasikan sebagai
kelalaian berat, serius dan criminal.
Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari
beberapa hal:
a. Tidak melakukan kewajiban profesinya untuk mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya.
b. Menyimpang dari kewajibannya yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya
dilakukan.
c. Adanya hubungan sebab akibat yaitu adanya hub langsung antara penyebab dan
kerugian yang dialami pasien sebagai akibatanya.
8
3. Pertanggung Gugatan dan Pertanggung Jawaban
a. Pertanggung Gugatan
Yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
Contoh :
Ketika dokter memberi induksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada
pasien tapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan pasien
menjadi tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga
pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.
b. Pertanggung Jawaban
Yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas perbuatannya.
Contoh :
Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tidak
bisa diterima oleh keluarga pasien maka tenaga kesehatan bertanggung jawab atas
kelalaian dan kesalahanya.

2.2. Situasi yang Harus Dihindari Oleh Perawat


a. Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan
cara tidak melakukan pekerjan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak
melakukan tugas dengan hati – hati sehingga mengakbatkan pasien jatuh dan
cedera.
b. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena
mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak
berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.
c. Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan
orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda
menyetakan verbal atau tertulis.
d. False imprisonment

9
Menahan tindakan tindakan seseorang tanpa otoritas yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau
bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga
termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein hars digunakan sesuai
dengan perintah dokter.
e. Penyerangan dan Pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusaha untuk menyentuh tubuh
orang lain atau bahkan mengacam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara
nyata menyentuh orang lain tanpa izin. Perawatan yang kita berikan selalu atas izin
pasien atau informedt consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui
apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f. Pelanggaran Privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.
Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah
tidakan yang melawan hukum.
g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip – prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum Standar etik meeminta
perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.
Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak – anaklah yang
paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab
terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang
menganiaya orang lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang
merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan
berawal dari perasaann frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu
menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

2.3 Contoh Malpraktek Keperawatan Dan Kajian Etika Hukum


Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang
perawatan. Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan
mempertahankan keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat tidur.
Sebgai akibat disorientasi, pasien kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu
malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai.

10
Dari kasus diatas, perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah
ditungkan dalam kode etik keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat
Nasional Indonsia dalam Musyawarah Nasionalnya di Jakarta pasa tanggal 29
November 1989 khususnya pada Bab 1, pasal 1, yang menjelaskan tanggung jawab
perawat terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan guna
memantau dan mempertahankan keamanan pasien dengan tidak memasang
penghalang tempat tidur.
Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pada pasal V, yang
bunyinya Mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan
tugas serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalih – tugaskan tanggung jawab yang ada hubungan dengan keperawatan
dimana ia tidak mengutamakan keselamatan kliennya sehingga mengakibatkan
kliennya terjatuh dari tempat tidur dan mengalami patah tungkai.
Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai
perawat dalam hal memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar profesi/batas
kewenanagan
Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan
kerugian seperti patah tulang tungkai sehinggabisa dikategorikan sebagai
malpraktek yang termsuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang
dapat dijerat hukum antara lain :
1. Pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal – pasal karena lalai menyebabkan
mati atau luka – luka berat. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan
orang mati :Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang
lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan
paling lama satu tahun.
2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebabkan luka berat : Ayat (1)
Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka –
luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun. Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan orang lain luka – luka sedemikian rupa sehingga menimbulkan
penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian
selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

11
3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan
(misalnya : dokter, perawat, bidan, apoteker, sopir masinis dan lain – lain)
apabila melalaikan peraturan – peraturan pekerjaannya hingga
mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapatkan hukuman yang lebih
berat pula. Pasal 361 KUHP menyatakan : jika kejahatan yang diterangkan dalam
bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pen-caharian, maka
pidana ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya
untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan keejahatan dan hakim dapat
memerintahkan supaya putusannya di-umumkan. Pertanggung jawaban
didepan hukum pada criminal practice adalah bersifat individual/personal dan
oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah
sakit/sarana kesehatan.
Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal
54 : (1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan dan kelalaian
daalam melak-sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

2.4 Perlindungan Hukum Dalam Praktek Keperawatan


Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi
para perawat. PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan – bahan perundangan – undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya Undang – Undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih
antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan
pendidika tinggi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan peran, fungsi dan
kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama
penegetahuan dan keterampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah
yang mereka miliki.

A. Pentingnya Undang – Undang Praktik Keperawatan

Ada beberapa alasan mengapa Undang – Undang Praktik Keperawatan


dibutuhkan. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan kontribusi besar

12
dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan
pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan
hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan
cenderung menjadi objek hukum.

Kedua, alasan yuridis UUD 1945 pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden


memegang kekuasaan membentuk Undang – Undang dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Demikian juga UU Nomor 23 tahun 1992, pasal 32, secara
eksplisit menyebutkan bahwa pelaksanaan pengobatan atau perawatan berdasarkan
ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53,
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Ditambah lagi, pasal 53
bahwa tenaga kesehatan dalalm melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien. Di sisi lain secara teknis lebih berlaku
keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/S K/XI/2001 tentang registrasi
dan praktik perawat.

Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan


khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya
pergeseran pradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal
yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke
pradigma sehatan yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai
informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen 1996).

Disamping itu, masyarakat mem utuhkan pelayanan keperawatan yang


mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian
dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan. Keperawatan merupakan salah satu
profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang diberikan
harus profesional, sehingga perawat/ners harus memiliki kompetensi dan memenuhi
standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan moral profesi agar
masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu.

B. Undang – Undang di indonesia yang berkaitan dengan Praktik Keperawatan :

13
1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok – pokok kesehatan

Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa


pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan
hukum.

2. UU No. 6 tahun 1963 Tentang Tenaga Kesehatan.

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan


tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter,
dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan
sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan
dan asisten farmasi dimmana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan
dokter, dokter gigi, dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga
pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan
pekerjaannya tanpa pengawasan langsung. UU ini boleh dikatakan sudah
usang karena hanya mengklasifikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis
(tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan
hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU
ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti
sekarang ini dan perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukumtidak
mempunyai tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga
kesehatan lainnya.

3. UU Kesehatan No. 18 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.

Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah
selama 3 tahun.

Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga


kesehatan yang dimaksud pada pasal 2 memiliki kedudukan sebagai pegawai
negri sehingga peraturan – peraturan pegawai negri juga diberlakukan
terhadapnya.

UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah
dalam mengangkat pegawai negri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak
jelas dalam UU tersebut sehingga contoh bagaimana sistem rekruitmen calon

14
peserta wajib kerja, apa sanksinya bila seseorang tidak menjalankan wajib
kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat
dinyatakann sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis
termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih
jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

4. SK MenKes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan


(termasuk bidan) dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum suatu
hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga
termasuk kategori tenaga keperawatan.

5. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/198,


tanggal 4 November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan
dan sistem kredit point.

Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik


jabatannya atau naik pangkatnya setiap dua tahun jika memenuhi angka kredit
tertentu. Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah : Penyenang
kesehatan, yang sudah mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/Perawat
Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan Sarjana?S1
Keperawatan. Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik
pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan atasannya.

6. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992

Merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan


termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak – hak pasien, kewenangan, maupun
perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

Beberapa pernyataan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai
acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :

Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenao standar profesi


dan hak – hak pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

15
Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas
menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang
keahlian dan kewenangannya.

Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan


hukum bagi tenaga kesehatan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Isi dari prinsip – prinsip legal dalam praktek keperawatan terbagi menjadi 8
yaitu : Autonomi ( Otonomi ), beneficience ( Berbuat Baik ), justice ( Keadilan ),
normal Eficience ( Tidak Mrugikan ), veracity ( Kejujuran ), fidellity ( Menepati Janji ),
confidentiality ( Kerahasiaan ), dan accountability ( Akuntabilitas )

Dampak dari malpraktek diantaranya :

1. Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang


permanen. 2. Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena
merasa bersalah.
. 3. Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
4. Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
5. Dari segi agama mendapat dosa.
6. Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan
professional.

Kemudian perlindungan hukum dipraktek keperawatan bertujuan


mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan, perizinan bagi perawat,
dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat .perawat yang
mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik perawat serta standar asuhan
akan memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

16
3.2 Saran
Saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan oleh
penyusun makalah sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi dan dapat lebih bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti & Rachmawati, (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset


Keperawatan. Jakarta : Rajawali Pers
Amelia, N. (2013) Prinsip Etika Keperawatan. Edited by L. Witjaksana. Jogjakarta: D-
Medika.
Febriana, D. V. (2017) Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Healthy.
Rosdahl, C. B. and Kowalski, M. T. (2014) Buku Ajar Keperawatan Dasar. 10th edn.
Jakarta: EGC
Fhirawati, F dkk. 2020. Konsep Dasar Keperawatan. Makassar: Yayasan Kita
Menulis
UU No. 9 Tahun 1960 Tentang Pokok – Pokok Kesehatan
UU No. 6 Tahun 1963 Tentang Tenaga Kesehatan
UU Kesehatan No. 18 Tahun 1964 Tentang Wajib Kerja Paramedis
SK MenKes No. 262/Per/VII/1979 Tahun 1979
SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94 Menpan/198
UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992

17
LAMPIRAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK


KESEHATAN

BAB II Pasal 10

(1) Pemerintah mengadakan, mengatur, mengawasi dan membantu pendidikan tenaga kesehatan.
(2) Pemerintah menetapkan penggunaan dan penyebaran tenaga kesehatan Pemerintah maupun
swasta sesuai dengan keperluan masyarakat dengan mengingat keseimbangan antara jumlah tenaga
yang diperlukan dan tenaga yang tersedia. (3) Pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang
dan kesanggupan hukum tenaga kesehatan. (4) Pemerintah mengawasi dan membimbing tenaga
kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dengan memperhatikan norma-norma keagamaan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1963 TENTANG TENAGA KESEHATAN

BAB II KETENTUAN UMUM Pasal 2

Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan dalam undang-undang ini, ialah:

I. Tenaga Kesehatan sarjana, yaitu: a. dokter; b. dokter-gigi; c. apoteker; d. sarjana-sarjana lain


dalam bidang kesehatan;

18
II. Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah: a. dibidang farmasi : asisten-apoteker
dan sebagainya; b. dibidang kebidanan: bidan dan sebagainya;

III. c. dibidang perawatan: perawat, physio-terapis dan sebagainya; a. dibidang kesehatan


masyarakat : penilik kesehatan, nutrisionis dan lain-lain; b. dibidang-bidang kesehatan lain.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1964 TENTANG WAJIB KERJA


TENAGA PARA-MEDIS
Pasal 2
(1) Pemimpin Badan-badan pendidikan tenaga para-medis, baik Pemerintah maupun Swasta, wajib
memberitahukan kepada Menteri Kesehatan atau Instansi-instansi yang ditunjuknya, tentang
lulusnya seseorang tenaga para-medis dalam waktu sebulan sesudah memperoleh ijazah ujian
penghabisan. (2) Segera setelah lulus dari pendidikannya, tenaga kesehatan yang dimaksudkan
dalam pasal 1 harus mendaftarkan diri pada Instansi-instansi kesehatan yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. (3) Menteri Kesehatan mempekerjakan tenaga kesehatan yang
dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini pada Pemerintah selama tiga tahun.

UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1992 TENTANG : KESEHATAN

Bagian Kedua Tenaga


Kesehatan
Pasal 50
(1) Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bcrsangkutan.

Pasal 53

(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.

(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien.

(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pcmbuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap
seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.

19
(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan dcngan Peraturan Pemerintah.

20
21

Anda mungkin juga menyukai