DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
2. MISRIANTI
3. PUTRI A. MAHI
4. RAHMAWATI. A
6. SANDI
TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
2.1 Prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan......................................................4
2.2. Situasi yang Harus Dihindari Oleh Perawat..................................................9
2.3 Contoh Malpraktek Keperawatan Dan Kajian Etika Hukum.......................10
2.4 Perlindungan Hukum Dalam Praktek Keperawatan....................................12
BAB III........................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
LAMPIRAN.................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal
yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,
pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kritis perawat.
Perawat perlu memahamihukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri
dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai
dasar pemhaman terhadap apa yanng masyarakat harapkan dari penyelenggara
pelayanan keperawatan yang profesional.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang prinsip – prinsip legal dalam praktik keperawatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Legal atau syah (sah) adalah tindakan yang tidak bertentangan dengan
aturan atau undang – undang yang berlaku. Legal dalam keperawatan berarti suatu
aturan keperawatan dalam melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas
dari Undang – Undang dan peraturan tentang praktik keperawatan.
1. Autonomi ( Otononü )
3. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
oranglain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan Nilai inidirefleksikan
4
dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologi pada
klien.
5. Veracity ( Kejujuran)
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
7. Confidentially (Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
8. Accountability ( Akuntabilitas )
1. Malpraktek
5
dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati
dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.
a. Criminal Malpractice
2.) Dilakukan dengan sikap batin yang salah yang berupa kesengajaan,
kecerobohan atau kealpaa. Misalnya euthanasia (pasal 244 KUHP),
membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu
(263 KUHP) dan melakukan aborsi tanpa indikasi medis ( pasal 299 KUHP).
b. Civil Malpraktek
3.) Melakukan apa yang menurut kesepakatanya wajib dilakukan tetapi tidak
sempurna.
6
c. Administrative Malpractice
Dampak Malpraktek
1. Merugikan pasien terutama dapat menyebabkan cacat permanen
2. Bagi petugas hukum dapat dijerat hukum pidana
3. Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat
4. Dari segi agama mendapat dosa
5. Dari segi etika keperawatan melanggar etika dan bukan tindakan yang
profesional
7
2. Senantiasa berpedoman pada standart pelayanan medik dan standart
profesional
3. Bekerjalah secara professional berlandaskan etik dan moral yang tinggi
4. Tingkatkan rasa kebersamaan, keakraban dan kekeluargaan
5. Ikuti peraturan dan perundang – undangan yang berlaku terutama
kesehatan
2. Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter atau perawat dikatakan
lalai jika ia bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain
sebagaimana lazimnya. Akan tetapi jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat
tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa
akibat hukum apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini dapat digolongkan
sebagai kelalaian berat ( culpa lata).
Kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati – hati yang pada umumnya
wajar dilakukan oleh seseorang dengan hati – hati, dalam keadaan tersebut itu
merupakan suatu tidakan seseorang yang hati – hati dan wajar tidak akan
melakukan didalam keadaan yang sama.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat
ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati – hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak
peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya.
Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum aatau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak
sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat
menerimanya. Namun jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi,
mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini diklasifikasikan sebagai
kelalaian berat, serius dan criminal.
Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari
beberapa hal:
a. Tidak melakukan kewajiban profesinya untuk mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya.
b. Menyimpang dari kewajibannya yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya
dilakukan.
c. Adanya hubungan sebab akibat yaitu adanya hub langsung antara penyebab dan
kerugian yang dialami pasien sebagai akibatanya.
8
3. Pertanggung Gugatan dan Pertanggung Jawaban
a. Pertanggung Gugatan
Yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
Contoh :
Ketika dokter memberi induksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada
pasien tapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan pasien
menjadi tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga
pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.
b. Pertanggung Jawaban
Yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas perbuatannya.
Contoh :
Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tidak
bisa diterima oleh keluarga pasien maka tenaga kesehatan bertanggung jawab atas
kelalaian dan kesalahanya.
9
Menahan tindakan tindakan seseorang tanpa otoritas yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau
bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga
termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein hars digunakan sesuai
dengan perintah dokter.
e. Penyerangan dan Pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusaha untuk menyentuh tubuh
orang lain atau bahkan mengacam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara
nyata menyentuh orang lain tanpa izin. Perawatan yang kita berikan selalu atas izin
pasien atau informedt consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui
apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f. Pelanggaran Privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.
Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah
tidakan yang melawan hukum.
g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip – prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum Standar etik meeminta
perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.
Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak – anaklah yang
paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab
terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang
menganiaya orang lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang
merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan
berawal dari perasaann frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu
menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
10
Dari kasus diatas, perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah
ditungkan dalam kode etik keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat
Nasional Indonsia dalam Musyawarah Nasionalnya di Jakarta pasa tanggal 29
November 1989 khususnya pada Bab 1, pasal 1, yang menjelaskan tanggung jawab
perawat terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan guna
memantau dan mempertahankan keamanan pasien dengan tidak memasang
penghalang tempat tidur.
Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pada pasal V, yang
bunyinya Mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan
tugas serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalih – tugaskan tanggung jawab yang ada hubungan dengan keperawatan
dimana ia tidak mengutamakan keselamatan kliennya sehingga mengakibatkan
kliennya terjatuh dari tempat tidur dan mengalami patah tungkai.
Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai
perawat dalam hal memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar profesi/batas
kewenanagan
Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan
kerugian seperti patah tulang tungkai sehinggabisa dikategorikan sebagai
malpraktek yang termsuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang
dapat dijerat hukum antara lain :
1. Pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal – pasal karena lalai menyebabkan
mati atau luka – luka berat. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan
orang mati :Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang
lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan
paling lama satu tahun.
2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebabkan luka berat : Ayat (1)
Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka –
luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun. Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan orang lain luka – luka sedemikian rupa sehingga menimbulkan
penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian
selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.
11
3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan
(misalnya : dokter, perawat, bidan, apoteker, sopir masinis dan lain – lain)
apabila melalaikan peraturan – peraturan pekerjaannya hingga
mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapatkan hukuman yang lebih
berat pula. Pasal 361 KUHP menyatakan : jika kejahatan yang diterangkan dalam
bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pen-caharian, maka
pidana ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya
untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan keejahatan dan hakim dapat
memerintahkan supaya putusannya di-umumkan. Pertanggung jawaban
didepan hukum pada criminal practice adalah bersifat individual/personal dan
oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah
sakit/sarana kesehatan.
Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal
54 : (1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan dan kelalaian
daalam melak-sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
12
dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan
pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan
hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan
cenderung menjadi objek hukum.
13
1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok – pokok kesehatan
Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah
selama 3 tahun.
UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah
dalam mengangkat pegawai negri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak
jelas dalam UU tersebut sehingga contoh bagaimana sistem rekruitmen calon
14
peserta wajib kerja, apa sanksinya bila seseorang tidak menjalankan wajib
kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat
dinyatakann sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis
termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih
jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.
Beberapa pernyataan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai
acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :
15
Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas
menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang
keahlian dan kewenangannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Isi dari prinsip – prinsip legal dalam praktek keperawatan terbagi menjadi 8
yaitu : Autonomi ( Otonomi ), beneficience ( Berbuat Baik ), justice ( Keadilan ),
normal Eficience ( Tidak Mrugikan ), veracity ( Kejujuran ), fidellity ( Menepati Janji ),
confidentiality ( Kerahasiaan ), dan accountability ( Akuntabilitas )
16
3.2 Saran
Saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan oleh
penyusun makalah sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi dan dapat lebih bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
BAB II Pasal 10
(1) Pemerintah mengadakan, mengatur, mengawasi dan membantu pendidikan tenaga kesehatan.
(2) Pemerintah menetapkan penggunaan dan penyebaran tenaga kesehatan Pemerintah maupun
swasta sesuai dengan keperluan masyarakat dengan mengingat keseimbangan antara jumlah tenaga
yang diperlukan dan tenaga yang tersedia. (3) Pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang
dan kesanggupan hukum tenaga kesehatan. (4) Pemerintah mengawasi dan membimbing tenaga
kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dengan memperhatikan norma-norma keagamaan.
18
II. Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah: a. dibidang farmasi : asisten-apoteker
dan sebagainya; b. dibidang kebidanan: bidan dan sebagainya;
Pasal 53
(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien.
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pcmbuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap
seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
19
(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan dcngan Peraturan Pemerintah.
20
21