Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

KEHAMILAN DENGAN HEPATITIS B

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik di SMF
Ilmu Kesehatan Kandungan dan Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala/ Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

disusun oleh :

1. Muhamad Yoga Juandana


2. Indra Anas Sulaiman

Pembimbing:

dr. Roziana, Sp.OG

SMF/ BAGIAN ILMU KESEHATAN KANDUNGAN DAN


KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SYIAH KUALA/ RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.
ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul
Hepatitis B pada Kehamilan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam
kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik pada Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Kandungan
dan Kebidanan RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada dr.
Roziana, Sp.OG yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing penulis
dalam penulisan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
para sahabat dan rekan-rekan yang telah memberikan dorongan moril dan materil
sehingga tugas ini dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya
bidang kedokteran dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.

Banda Aceh, Desember 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1 Definisi......................................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi................................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi................................................................................................. 4
2.4 Gejala Klinis................................................................................................ 5
2.5 Pengaruh Hepatitis B terhadap Kehamilan.................................................. 7
2.6 Diagnostik.................................................................................................... 9
2.7 Tatalaksana................................................................................................... 11
2.7.1 Pada saat kehamilan..................................................................................... 11
2.7.2 Pada saat persalinan...................................................................................... 12
2.7.3 Pada masa nifas............................................................................................ 13
2.7.4 Pada neonatus............................................................................................... 13
2.8 Prognosis......................................................................................................15
2.9 Komplikasi................................................................................................... 15

BAB III LAPORAN KASUS.............................................................................. 16


3.1 Identitas Pasien............................................................................................ 16
3.2 Anamnesis.................................................................................................... 16
3.3 Pemeriksaan................................................................................................. 17
3.4 Resume......................................................................................................... 20
3.5 Diagnosa Kerja............................................................................................. 20
3.6 Tatalaksana................................................................................................... 20
3.8 Prognosis...................................................................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN KASUS...................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN....................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 26

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pemeriksaan serologis pada hepatitis B................................................. 10


Tabel 2.2 Pengobatan hepatitis B pada kehamilan................................................ 12
Tabel 2.3 Antibiotik profilaksis pada saat melahirkan.......................................... 22

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prevalensi infeksi hepatitis B pada orang dewasa 19-49 tahun 2005 4
Gambar 2.2 Proses toleransi imun ibu terhadap janin........................................... 7
Gambar 2.3 Respon imun ibu dengan hepatitis B terhadap janin......................... 8

5
BAB I
PENDAHULUAN

Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati yang dapat
disebabkan oleh beberapa mekanisme salah satunya adalah agen infeksius. Virus
hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai macam tipe yang berbeda seperti virus
hepatitis A, B, C, D dan E. (1) Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa menjadi akut ataupun
kronis dan dapat pula menyebabkan radang hati, gagal hati, sirosis hati, kanker hati,
dan kematian. (1)
HepatitisBmerupakaninfeksiheparyangseriusdidunia.Seluruhdunia
diperkirakan350jutaoranghidupsebagaikarierVirusHepatitisB(VHB)yang
mana 620.000 meninggal karena penyakit yang terkait masalah hepar setiap
tahunnya.(2)
DiAmerikainfeksihepatitisBbanyakmenyerangdewasamudaberumur
2050 tahun, kirakira 800.000 1.4 juta orang Amerika hidup sebagai karier
hepatitisvirusdanpenyakittersebutmengakibatkankematian3000orangper
tahunnya.(2)DiAsiatenggaradanChinaperempuanyangdenganusiasubur
terinfeksiHBVsebanyak1020%.(3)
Wanita hamil dengan virus hepatitis B di Indonesia sebanyak 15 %.
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi, jika
terjadiinfeksiakutpadakehamilandapatmengakibatkanhepatitisfulminanyang
dapatmenimbulkanmortalitastinggipadaibudanbayi.Jikaterjadipenularan
vertikalVHB6090%akanmenjadipengidapkronikvirushepatitisBdan30%
kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun
kemudian.penularanvertikaldipengaruhiantaralaintiterDNAvirushepatitisB
tinggi pada ibu (makin tinggi titer makin tinggi kemungkinan bayi tertular),
terjadinya infeksi akut pada kehamilan trimester ketiga, persalinan lama dan
mutasivirushepatitisB.(4)
TerdapattigakemungkinanjalurtransmisiinfeksiHepatitisBdariibuke
bayi,yaitu:transmisitransplasentalHepatitisBinutero,transmisinatalselama
prosespersalinanatautransmisipostnatalselamaperawatanbayiataumelalui

1
AirSusuIbu.(5,6)
Laporantahun2009menunjukkanbahwadiIndonesiaterdapat4genotip
dengan 14 subgenotip VHB yaitu genotip A,B, C dan genotip D. Dari 899
sampeldi28kotadariberbagaipulaudiIndonesia,didapatkangenotipBpaling
dominan(66%),diikutiolehgenotipC(26%),genotipD(7%)dangenotipA
(0,8%).(7)
Faktor risiko utama terjadinya infeksi hepatitis B intrauterin adalah
positivitasserumHbeAg,danadanyakerusakanpadaplasenta,khususnyapada
kapilerselendotel.Transmisiintrauterininimeningkatsecaralineardengantiter
serum HbsAg maternal dan konsentrasi DNA virus hepatitis B. Mekanisme
transmisivirushepatitisBmasihbelumjelas,tetapiinfeksikemungkinanterjadi
saat intrapartum atau intrauterin. DNA virus hepatitis B dan HbsAg dapat
ditemukandalamcairanamnion,selselpalsenta,dansekresivaginadariwanita
hamil dengan HbsAg positif dan pada darah tali pusat bayi. Transmisi
transplasental jarang terjadi. Transmisi postpartum terjadi melalui paparan
terhadapdarahibuyanginfeksius,airliur,feses,urin,atauAirSusuIbu.Cara
persalinan(pervaginamataupunseksiosesarea)tidakmempengaruhirisikoinfeksi
perinatalvirushepatitisB.(8,9)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hepatitis B adalah inflamasi hati yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
disebabkan oleh VHB. Hepatitis B akut terjadi pada saat tubuh pertama kali
terinfeksi VHB dan dapat menjadi hepatitis B kronik setelah beberapa bulan
terinfeksi oleh hepatitis B. (10)

2.2 Epidemiologi

WHO memperkirakan bahwa lebih dari 2 miliar orang di dunia terinfeksi


HBV atau pernah terinfeksi HBV dan 350 juta orang di dunia menderita hepatitis
kronis oleh karena infeksi HBV ini, dan 1 juta orang diantaranya meninggal setiap
tahunnya akibat penyakit hati yang berkaitan dengan infeksi HBV. (11,12) Di
Amerika infeksi hepatitis B banyak menyerang dewasa muda berumur 2050
tahun,kirakira800.0001.4jutaorangAmerikahidupsebagaikarierhepatitis
virusdanpenyakittersebutmengakibatkankematian3000orangpertahunnya.(2)
Asia, terutama negara-negara di Asia Tenggara prevalensinya mencapai 8-15%
dari populasi. Sebagian besar penyebaran infeksi HBV terkait dengan usia pada
saat terinfeksi, yang berbanding terbalik dengan risiko kronisitas. (11,12) Ibu
hamildenganvirushepatitisBdiIndonesiaberkisarantara15%.Kehamilan
tidak akanmemperberatinfeksivirushepatitis,akantetapi,jikaterjadiinfeksi
akut pada kehamilan bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat
menimbulkanmortalitastinggipadaibudanbayi.Jikaterjadipenularanvertikal
virushepatitisB6090%akanmenjadipengidapkronikvirushepatitisBdan30
% kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun
kemudian.(4)LebihrincinyaprevalensihepatitisBdiseluruhduniadapatdilihat
padagambar2.1:

3
Gambar 2.1 Prevalensi infeksi hepatitis B pada orang dewasa 19-49 tahun 2005.
(13)

2.3 Patofisiologi

Infeksi virus HBV biasanya ditularkan melalui perkutaneus atau mukosa


yang terpapar dengan darah yang terinfeksi dan berbagai cairan tubuh lainnya,
termasuk saliva, darah menstruasi, cairan vagina, dan cairan mani. (13) Menurut
teori, ada tiga rute yang mungkin untuk transmisi HBV dari ibu yang terinfeksi
kepada bayinya (11):
1. Transmisi transplasental dalam rahim.

a. Melewati barrier plasenta: darah ibu yang mengandung HbeAg positif


dapat melewati plasenta yang dapat diinduksi oleh kontraksi uterus selama
kehamilan dan gangguan barrier plasenta (seperti persalinan prematur atau
abortus spontan). (11) Kebocorantransplasentayangterjadiolehkarena
kontraksi uterus selama kehamilan dan adanya robekan pada sawar
plasentamerupakancarayangseringmenjadipenyebabinfeksiintrauterin.
TransmisivirushepatitisBkebayisaatlahirdimungkinkanolehadanya
beberapafaktor,salahsatunyaadalahmelaluicairanamnion. (11)
b. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa HBV- DNA ada pada oosit wanita yang
terinfeksi dan sperma dari pria yang terinfeksi. Oleh karena itu, janin dapat
terinfeksi HBV sejak konsepsi jika salah satu pasangan terinfeksi HBV. (11)

4
c. Kemungkinan lain transmisi intrauterin selain melalui darah ibu adalah
melalui sekret vagina yang mengandung virus. (11)
1. Transmisi saat melahirkan.
Transmisi HBV dari ibu ke janin saat persalinan dipercaya karena akibat
dari terpaparnya janin dengan sekret serviks dan darah yang terinfeksi saat
persalinan. (11)
2. Transmisi postnatal selama perawatan atau melalui ASI.
Infeksi HBV dapat terjadi postnatal, bukan hanya karena transmisi dari ibu
ke bayi namun dapat pula antar anggota keluarga yang terinfeksi ke bayi.
Selain itu, meskipun HBV-DNA ada pada ASI ibu yang terinfeksi, menyusui
bayi mereka bukan merupakan resiko tambahan untuk transmisi HBV
asalkan sudah diberikan imunoprofilaksis atau imunisasi sesaat setelah lahir
dan diberikan sesuai jadwal. Tidak perlu menunda menyusui hingga bayi
tersebut divaksin lengkap sesuai usia. (11,13)

2.4 Gejala Klinis

1. Fase Akut

Fase pre-ikterik atau fase prodormal dari gejala awal sampai fase ikterik
biasanya berkisar antara 3 hingga 10 hari. Fase ini biasanya tidak memiliki gejala
spesifik, namun biasanya pasien merasa tidak enak badan, anorexia, mual,
muntah, nyeri perut pada kuadran kanan atas, demam, sakit kepala, myalgia, rash
pada kulit, arthralgia dan arthritis, dan urin berwarna gelap, gejala-gejala ini dapat
terjadi 1 sampai 2 hari sebelum fase ikterik. Fase ikterik biasanya terjadi selama 1
hingga 3 minggu dan ditandai dengan ikterik, feses yang berwarna pucat atau
keabu-abuan, dan hepatomegali (splenomegali jarang terjadi). (14)

Hepatitis B akut terdiri dari fase ikterik dan fase resolusi. Fase ikterik ditandai
dengan sklera menjadi kuning dengan waktu rata-rata 90 hari sejak terinfeksi
sampai menjadi kuning. Pada pasien dengan bilirubin lebih dari 10 mg/dL,
keluhan lemas dan kuning biasanya berat dan keluhan dapat bertahan sampai
beberapa bulan sebelum resolusi sempurna. Gejala akut dapat berupa mual,
muntah, nafsu makan menurun, demam, nyeri perut dan ikterik. (15) McMahon
dkk, melaporkan hanya sekitar 30-50% orang dewasa mengalami fase ikterik pada
hepatitis B akut, sedangkan pada bayi dan anak-anak lebih jarang terjadi ikterik

5
pada hepatitis B akut. Resolusi dari hepatitis B akut berhubungan dengan
eliminasi virus dari darah dan munculnya anti-HBs. (16) Pasien hepatitis B akut
dengan sistem imun yang baik dapat sembuh spontan pada lebih dari 95% pasien,
sedangkan sisanya dapat berkembang menjadi infeksi hepatitis B kronik atau
hepatitis fulminan walaupun jarang terjadi. (17)

2. Fase Kronik

Secara sederhana manifestasi klinis Hepatitis B Kronik dapat dikelompokkan


menjadi 2 yaitu (18):
a. Hepatitis B kronik aktif. HbsAg positif dengan DNA VHB lebih dari 10 5
IU/ml didapatkan kenaikkan ALT (alanin aminotransferase) yang menetap
atau intermiten. Pada pasien sering didapatkan tanda-tanda penyakit hati
kronis. Pada biopsi hati didapatkan gambaran peradangan yang aktif.
Menurut status HBeAg pasien dikelompokkan menjadi Hepatitis B Kronik
HbeAg positif dan Hepatitis B Kronik HBeAg negatif.
b. Carrier VHB Inaktif ( Inactive HBV Carrier State). Pada kelompok ini
HBsAg positif dengan titer DNA VHB yang rendah yaitu kurang dari 10 5
IU/ml. Pasien menunjukkan kadar ALT normal dan tidak didapatkan keluhan.
Pada hepatitis B tidak semua orang memiliki gejala dan tidak mengetahui
dirinya telah terinfeksi, khususnya pada anak-anak. Kebanyakan pada orang
dewasa gejalanya terjadi setelah 3 bulan paparan. Jika telah kronis akan
memunculkan gejala yang sama dengan infeksi akut setelah bertahun-tahun. (18)
Masa Inkubasi infeksi hepatitis B adalah 90 hari (rata-rata 60-150 hari).
Onset penyakit ini sering tersembunyi dengan gejala klinik yang tergantung usia
penderita. Kasus yang fatal dilaporkan di USA sebesar 0,5-1 %. Sebagian infeksi
akut VHB pada orang dewasa menghasilkan penyembuhan yang sempurna dengan
pengeluaran HBsAg dari darah dan produksi anti HBs yang dapat memberikan
imunitas untuk infeksi berikutnya. Diperkirakan 2-10 % infeksi VHB menjadi
kronis dan sering bersifat asimptomatik dimana 15-25 % meninggal sebelum
munculnya sirosis hepatis atau kanker hati. Gejala akut dapat berupa mual,
muntah, nafsu makan menurun, demam, nyeri perut dan ikterik. (15)

2.5 Pengaruh Hepatitis B terhadap Kehamilan

6
Pada dasarnya, janin merupakan benda asing bagi tubuh wanita hamil
sehingga menyebabkan beberapa perubahan dalam respon imun ibu. Hormon
progesteron yang dihasilkan oleh folikel degraaf sebelum akhirnya bayi dapat
secara mandiri menghasilkan hormon progesteron merupakan hormon yang
berguna dalam proses toleransi ibu terhadap janin. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang menyatakan bahwa progesteron merupakan hormon yang memicu
imunosupressan dan menghambat proses imun tidak spesifik dengan cara
menurunkan sitotoksisitas sel Natural Killer (NK) dan menghambat aktivitas
Dendritic cell (Dc) yang menghasilkan respon proimflamatori dan respon imun.
Progesteron kemudian memicu terjadinya respon imun spesifik dengan aktivasi
sel T helper 2 (Th2) dan menurunkan aktivitas T helper 1 (Th1) yang berfungsi
sebagai proinflamatori. (19) Sehingga, Th2 sangat perlu dalam mempertahankan
kehamilan dan untuk menjaga janin dalam keadaan baik saat eksaserbasi terjadi.
(20,21) Lebih lengkapnya proses toleransi ibu terhadap janin dapat dilihat pada
gambar 2.2

Gambar 2.2 Proses Toleransi Imun Ibu terhadap Janin. (22)

7
Estrogen bertetangan dengan cara kerja progesteron yang merupakan
penghambat respon imun tidak spesifik dan aktivasi Th1 yang dapat
mengakibatkan rejeksi dari ibu terhadap janin. Estrogen berperan sebagai
proimflamatori dengan peningkatan Tumor Necrotic Factor (TNF) khusussnya
TNF-, Interferon (INF) khususnya INF-, sitokin, IL-6 dan aktivasi respon imun
tidak spesifik berupa aktivasi respon imun Th1. Hal inilah yang menyebabkan
kadar estrogen tinggi dapat berbahaya terhadap janin dan rejeksi konsepsi.
(23,24,25,26)

HBV tidak berpengaruh secara langsung terhadap janin, hal ini


dikemukakan oleh penelitian yang menyatakan bahwa HBV tidak memiliki sifat
sitopatogenik secara umum melainkan respon imun ibu terhadap HBV yang dapat
menyebabkan terganggunya janin. Pada fase akut infeksi HBV dalam kehamilan
dapat memicu terjadinya respon imun tidak spesifik untuk mengeliminasi HBV
namun hal inilah yang mengakibatkan kerusakan dan rejeksi ibu terhadap janin,
sedangkan pada fase kronik jarang mengakibatkan kelainan yang berarti.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa fase akut hepatitis B, flare atau hepatitis
fulminan dapat menyebabkan kerusakan janin. (27,28,29,30) Respon imun ibu
dengan hepatitis B terhadap bayi dapat dilihat pada gambar 2.3 (22)

8
Gambar 2.3 Respon Imun Ibu dengan Hepatitis B terhadap janin. (22)

2.6 Diagnostik

1. Anamnesis
Anamnesis berupa adanya riwayat kontak seksual dengan pasien hepatitis B,
riwayat tranfusi dan trauma lainnya yang dapat menjadi entry VHB. Gejala infeksi
VHB tidak spesifik, namun biasanya pasien merasa tidak enak badan, anorexia,
mual, muntah, nyeri perut pada kuadran kanan atas, demam, sakit kepala, myalgia,
rash pada kulit, arthralgia dan arthritis. Pada fase ikterik pasien akan mengeluhkan
feses yang berwarna pucat atau keabu-abuan dengan uring yang berwarna gelap.
Pada fase kronis pasien tidak ada gejala sampai gejala sirosis hepatis dan kanker
hati. (14)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan metode head to toe. Pemeriksaan fisik
yang bisa didapatkan pada hepatitis B fase akut berupa tampak ikterus pada sklera
mata dan kulit disertai dengan nyeri tekan dan hepatomegali yang dapat disertai
dengan splenomegali, (14) sedangkan gejala pada fase kronik dengan sirosis
hepatis berupa spider nevi, eritem palmar, kolateral vena, asites, spleenomegali,a
hepatomegali dan pitting edema dan gejala kanker hati berupa gejala obstruksi
bilier dan ditemukannya massa pada perut kuadran kanan atas. (31)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab hepatitis dan gold
standard untuk menegakkan hepatitis B adalah dengan pemeriksaan serologis.
Pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan pada pasien dengan VHB dapat
dilihat pada tabel 2.1

9
Tabel 2.1 Pemeriksaan Serologis pada Pasien Hepatitis B. (7,5)
Hepatitis B surface antigen Mendeteksi protein pada permukaan virus
(HBsAg) hepatitis B. Jika hasilnya positif,
mengindikasikan bahwa orang tersebut
terinfeksi virus hepatitis B (akut atau kronis).
Hepatitis B e-antigen Menggambarkan replikasi dari virus hepatitis
(HBeAg) B. Beberapa pasien bisa saja tidak terdeteksi
memiliki HBeAg tapi positif terinfeksi virus
ini.
Hepatitis B surface antibody Menggambarkan imunitas atau kekebalan
(Anti HBs) tubuh seseorang terhadap HBsAg, baik karena
infeksi yang dialami atau karena vaksinasi.
Hepatitis B e antibody Menunjukkan imunitas seseorang yang
(Anti HBe) berespon terhadap virus yang bereplikasi.
Hepatitis B core antibody Menggambarkan sudah terinfeksi hepatitis
(Anti HBC) B.
Bisa terdapat IgG dan/atau IgM. IgM
menggambarkan infeksi akut dan dapat
menghilang jika infeksi sudah lama. Anti-HBc
(total) menggambarkan infeksi yang akut,
kronis atau sudah pernah terinfeksi
sebelumnya.
Hepatitis B virus DNA load Mengukur jumlah virus dalam darah dan
(HBV DNA) sebagai indikator seberapa aktifnya virus
tersebut bereplikasi.

Pemeriksaan HbsAg dan HbeAg pada wanita hamil harus dilakukan pada
pasien dengan kecurigaan hepatitis B. Pemeriksaan HbsAg berguna untuk
mendeteksi apakah pasien sedang terinfeksi VHB baik pada hepatitis fase akut
ataupun kronik, sedangkan HbeAg berguana untuk mendeteksi adanya viral load yang
tinggi dari pasien yang dapat menentukan besarnya kemungkinan infeksi dari ibu ke
fetal sehingga pemeriksaan HbsAg dan HbeAg harus dilakukan pada semua wanita
hamil. (32,33)
Penegakkan adanya infeksi VHB yang kronis pada orang dewasa dapat
ditegakkan dengan beberapa kriteria berupa (34):
1. Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan
dan tetap positif selama masa kehamilan dan melahirkan.
2. Bila status HbsAg positif tidak disertai dengan peningkatan SGOT/PT
maka, status ibu adalah pengidap hepatitis B.

10
3. Bila disertai dengan peningkatan SGOT/PT pada lebih dari 3 kali
pemeriksaan dengan interval pemeriksaan setiap 2-3 bulan, maka status ibu
adalah penderita hepatitis B kronik.

Gambar 2.2 marker serologi pada pasien dengan infeksi hepatitis B.

Pada bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B harus HbsAg dan HbeAg
untuk menentukan adanya infeksi dan menilai infeksi hepatitis B tersebut. Pada
bayi dilakukan pemeriksaan HbsAg dan HbeAg berkala. Penanganan bayi dengan
hepatitis B yang baik, HbeAg hanya terdeteksi pada usia kurang dari 4 bulan dan
akan menghilang. (35,36)

2.7 Tatalaksana

2.7.1 Pada saat kehamilan


Profilaksis pada wanita hamil yang telah tereksposure dan rentan terinfeksi
adalah sebagai berikut (37):
1. Ketika kontak seksual dengan penderita hepatitis B terjadi dalam 14 hari
Berikan vaksin VHB ke dalam musculus deltoideus. Tersedia 2
monovalen vaksin VHB untuk imunisasi pre-post eksposure yaitu
Recombivax HB dan Engerix-B. Dosis HBIg yang diberikan 0,06
ml/kgBB IM pada lengan kontralateral.
Untuk profilaksis setelah tereksposure melalui perkutan atau luka
mukosa, dosis kedua HBIg dapat diberikan 1 bulan kemudian.

11
2. Ketika tereksposure dengan penderita kronis VHB
Pada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam rumah
dengan penderita kronis VHB dapat diberikan profilaksis post eksposure
dengan vaksin hepatitis B dengan dosis tunggal.
Wanita hamil dengan carrier VHB dianjurkan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut (37):
Tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan hepatotoksik seperti
asetaminophen
Jangan mendonorkan darah, organ tubuh, jaringan tubuh lain atau semen
Tidak memakai bersama alat-alat yang dapat terkontaminasi darah seperti
sikat gigi, alat cukur dan sebagainya.
Memberikan informasi pada ahli anak, kebidanan dan laboratorium bahwa
dirinya penderita hepatitis B carrier.
Pastikan bayinya mendapatkan HBIg saat lahir, vaksin hepatitis B dalam 1
minggu setelah lahir, 1 bulan dan 6 bulan kemudian.
Beberapa obat antiviral Hepatitis B yang direkomendasikan pada ibu hamil
menurut American Association for the Study of Liver Disease Practice Guidelines
Committee ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Pengobatan Hepatitis B pada kehamilan. (37)

12
2.7.2 Pada Saat Persalinan
Persalinan pengidap VHB tanpa infeksi akut tidak berbeda dengan
penanganan persalinan umumnya.
Pada infeksi akut VHB dan adanya hepatitis fulminan persalinan
pervaginam usahakan dengan trauma sekecil mungkin dan rawat bersama
dengan spesialis penyakit dalam (spesialis hepatologi). Gejala hepatitis
fulminan antara lain sangat ikterik, nyeri perut kanan atas, kesadaran
menurun, dan hasil pemeriksaan urin; warna seperti teh pekat, urobilin dan
bilirubin positif, pada pemeriksaan darah selain urobilin dan bilirubin
positif, SGOT dan SGPT sangat tinggi biasanya diatas 1000. (38)
Pada ibu hamil dengan Viral Load tinggi dapat dipertimbangkan
pemberian HBIG atau lamivudin pada 1 2 bulan sebelum persalinan.
Mengenai hal ini masih ada beberapa pendapat yang menyatakan
lamivudin tidak ada pengaruh pada bayi, tetapi ada yang masih
mengkhawatirkan pengaruh teratogenik obat tersebut. (38)
Persalinan sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung lama, khususnya pada
ibu dengan HbsAg positif. Wong menyatakan persalinan berlangsung lebih
dari 9 jam, sedangkan Surya menyatakan persalinan berlangsung lebih dar
16 jam, sudah meningkatkan kemungkinan penularan VHB intrauterin.
Persalinan pada ibu hamil dengan titer VHB tinggi (3,5 pg/ml) atau HbsAg
positif, lebih baik seksio sesarea. Demikian juga jika persalinan yang
lebih dari 16 jam pada pasien pengidap HbsAg positif. (38)

13
Gambar 2.4 algoritma tatalaksana hepatitis B selama kehamilan

2.7.3 Pada Masa Nifas


Menyusui bayi tidak merupakan masalah. Pada penelitian telah dibuktikan
bahwa penularan melalui saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh lebih
tinggi dari penularan parenteral. (38)
2.7.4 Pada Neonatus
Indonesia masih merupakan negara endemis tinggi untuk Hepatitis B, di
dalam populasi, angka prevalensi berkisar 7-10%. Pada ibu hamil yang menderita
Hepatitis B, transmisi vertikal dari ibu ke bayinya sangat mungkin terjadi, apalagi
dengan hasil pemeriksaan darah HbsAg positif untuk jangka waktu 6 bulan, atau
tetap positif selama kehamilan dan pada saat proses persalinan, maka risiko
mendapat infeksi hepatitis kronis pada bayinya sebesar 80 sampai 95%. Perlu
adanya komunikasi aktif antara ibu, dengan dokter kandungan, dokter anak, atau
dengan bidan penolong agar memanajemen terhadap BBL dapat segera dimulai.
(39)

14
Penanganan secara multidisipliner antara dokter spesialis penyakit dalam,
spesialis kebidanan & kandungan dan spesialis anak. Satu minggu sebelum
taksiran partus, dokter spesialis anak mengusahakan vaksin hepatitis B
rekombinan dan imunoglobulin hepatitis B. Pada saat partus, dokter spesialis anak
ikut mendampingi, apabila ibu hamil ingin persalinan diltolong bidan, hendaknya
bidan diberitahukan masalah ibu tersebut, agar bidan dapat juga memberikan
imunisasi yang diperlukan. Ibu yang menderita hepatitis akut atau test serologis
HBsAg positif, dapat menularkan hepatitis B pada bayinya. Penanganan wanita
hamil dengan hepatitis B antara lain (39):
Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah lahir,
seyogyanya dalam 12 jam sesudah lahir disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai
dengan jadwal imunisasi hepatitis.
Bila tersedia pada saat yang sama beri Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU IM
(0,5 ml) disuntikkan pada paha yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah
lahir (sebaiknya dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir).
Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B, maka bila orang tua
tidak mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa penelitian, pembelian
HBIg tersebut tidak dipaksakan. Dengan catatan, imunisai aktif hepatitis B
tetap diberikan secepatnya.
Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila vaksin diatas sudah
diberikan (Rekomendasi CDC), tapi apabila ada luka pada puting susu dan
ibu mengalami Hepatitis Akut, sebaiknya tidak diberikan ASI.
Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal (39):
a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7 bulan (satu
bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga) 1, 3, 5 tahun dan
selanjutnya setiap 1 tahun.
1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan
ulang anti HBs dan HBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun.
2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis
vaksinasi dan satu bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila
anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5
tahun seperti pada butir a.

15
3)
Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif,
bayi dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan
lanjutan yang tidak akan dibahas pada makalah ini karena terlalu teknis.
4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan
pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif,
dianggap sebagai hepatitis kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT,
USG hati, alfa feto protein, dan HBsAg, idealnya disertai dengan
pemeriksaan VHB-DNA setiap 1-2 tahun.
b. Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT setiap
2-3 bulan. Bila SGOT/PT meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan
dengan interval waktu 2-3 bulan, pertimbangkan terapi anti virus. (14)

2.8 Prognosis

Pasien hepatitis B akut dengan sistem imun yang baik dapat sembuh spontan
pada lebih dari 95% pasien, sedangkan sisanya dapat berkembang menjadi infeksi
hepatitis B kronik atau hepatitis fulminan walaupun jarang terjadi. (17)

Penanganan tepat pada bayi dengan hepatitis B dapat memperbaiki


prognosis, hal ini terbukti dari beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa
bayi dari ibu dengan hepatitis B 90% akan hepatitis B kronik sedangkan hepatitis
B pada dewasa hanya 5-10% menjadi kronik. (40,41) Bayi dengan HbsAg positif
sering kali berubah menjadi akut sedangkan bayi dengan HbeAg positif sering
kali menjadi kronik. (42) Kelahiran preterm berdasarkan penelitian menunjukkan
peningkatan persentase terinfeksi hepatitis B dibandingkan bayi aterm yaitu 21,9
% berbanding 12,1%. (43) penanganan tepat pada bayi dengan ibu hepatitis B
berupa pemberian vaksin pada HbeAg positif dapat menurunkan tingkat tranmisi
VHB sebesar 80-95% dan bila diberikan dengan H-BIG terbukti dapat
menutrunkan resiko tranmisi VHB lebih besar 0-14%. (44)

2.9 Komplikasi

Komplikasi akibat VHB pada kehamilan dan kelahiran antara lain (11):
1. Diabetes melitus gestasional
2. Postpartum hemorrage

16
3. Abortus spontan
4. Pkelahiran preterm
5. Intrauterine fetal death

17
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama : Masyitah
Tanggal Lahir/Umur : 10 Juli 1984/32 tahun
Alamat : Meureudu, Pidie Jaya
Agama : Islam
Suku : Aceh
CM : 1-10-61-46
Jaminan : JKRA
Tanggal masuk : 29 Oktober 2016

3.2 Anamnesa

Keluhan Utama : Mules-mules.


Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 21-01-2016, TTP: 27-10-2016.
Pasien datang dengan keluhan mules-mules sejak 3 jam SMRS. Pasien ANC
teratur di dokter spesialis obgyn sebanyak 7 kali dan USG terakhir 1 minggu
SMRS dikatakan bahwa janin dalam keadaan baik. Keluhan keluar air-air tidak
dikeluhkan, keluhan keluar darah tidak dikeluhkan dan keluhan keputihan tidak
dikeluhkan. Pasien mengaku terinfeksi hepatitis B yang diketahuinya sejak
kehamilan anak pasien yang ke-2, anak-anak dan suami pasien tidak terinfeksi
hepatitis B dan diberikan vaksinasi dan obat-obatan yang dikatakan dokter agar
anak pasien tidak terinfeksi hepatitis B lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu: Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), asma (-), alergi (-)
hepatitis B (+).
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat keluhan
yang sama seperti pasien.
Riwayat Pemakaian Obat: Tidak ada.
Riwayat Kebiasaan Sosial: Pasien sehari-hari bekerja sebagai seorang ibu rumah
tangga, suami pasien bekerja sebagai wiraswasta.

18
Riwayat Menarche: Usia 14 tahun, selama 7 hari, 3x ganti pembalut, dismenore (-).
Riwayat Pernikahan: Pernikahan satu kali, saat berusia 25 tahun.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
I. Laki-laki, 7 tahun BBL: 3400 gram, lahir pervaginam di bidan.
II. Perempuan, 3 tahun BBL: 2900 gram, lahir pervaginam di RS.
III. Hamil saat ini.
Riwayat ANC: Pasien rutin melakukan Antenatal Care, menurut keterangan
pasien pada kehamilan yang terakhir pasien melakukan ANC teratur di Dokter
Sp.OG 7 kali.
Riwayat KB: Tidak ada

3.3 Pemeriksaan
a. Vital Sign
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 82 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
b. Status Generalisata
- Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-), pucat (-)
- Mata : Konjunctiva pucat (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-)
- Telinga/ Hidung/Mulut : Dalam batas normal
- Leher : Simetris, Pembesaran KGB (-)
- Thorax : Simetris, Vesikular (+/+), Rh (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung : BJ I > BJ II , reguler (+), bising (-)
- Abdomen : Tampak luka bekas operasi, Soepel, peristaltik
(+), laserasi (-), nyeri tekan (-)
TFU 2 jari dibawah pusat.
- Ekstremitas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral dingin (-/-)
3. Status Obstetri
Inspeksi : V/U tenang, perdarahan aktif (-), lochea (+) rubra.
Palpasi : Kontraksi uterus (+), TFU 2 jari di bawah umbilikus.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Tanggal Tanggal Tanggal Nilai Satuan


19-10-16 29-10-16 30-10-16 Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 10,3 10,8 11,3 12,0-15,0 g/dL
Hemotokrit 33 34 36 37-47 %
Eritrosit 4,1 4,4 4,5 4,2-5,4 103 /mm3
Leukosit 10,0 9,0 14,8 4,5-10,5 103 /mm3
Trombosit 205 255 233 150-450 103 /mm3

19
MCV 79 78 79 80-100 fL
MCH 25 25 25 27-31 pg
MCHC 32 32 32 32-36 %
RDW 14,6 15,4 15,4 11,5-14,5 %
MPV 9,4 9,4 9,7 7,2-11,1 fL
Eosinofil 1 1 0 0-6 %
Basofil 0 0 0 0-2 %
Neutrofil Batang 0 0 0 2-6 %
Neutrofil Segmen 67 68 83 50-70 %
Limfosit 25 23 12 20-40 %
Monosit 7 8 5 2-8 %
W. Perdarahan 3 1-7 menit
W. Pembekuan 7 5-15 menit
Imunoserologi
HbsAg Positif Positif Negatif
Kimia Klinik
Natrium (Na) 142 142 132-146 mmol/L
Kalium (K) 3,6 3,8 3,7-5,4 mmol/L
Klorida (Cl) 106 103 98-106 mmol/L
GDS 114 106 < 200 mg/dL
AST/SGOT 25 13-43 mg/dL
ALT/SGPT 13 0,67-1,17 mg/dL
Albumin 2,60 3,5-5,2 g/dL
Ureum 18 13-43 mg/dL
Kreatinin 0,51-0,95 mg/dL

b. Pemeriksaan USG

20
Kesimpulan:
Janin presentasi kepala tunggal hidup hamil 40 minggu.

c. Pemeriksaan CTG

3.4 Resume

Pasien datang dengan keluhan mules-mules sejak 3 jam SMRS HPHT: 21-
01-2016, TTP: 27-10-2016. Pasien ANC teratur di dokter spesialis obgyn
sebanyak 7 kali dan USG terakhir 1 minggu SMRS dikatakan bahwa janin dalam
keadaan baik. Keluhan keluar air-air tidak dikeluhkan, keluhan keluar darah tidak
dikeluhkan dan keluhan keputihan tidak dikeluhkan. Pemeriksaan fisik tidak
didapatkan kelainan, TFU 2 jari dibawah pusat. Pemeriksaan penunjang

21
didapatkan HbsAg positif dengan penurunan Hb, hematokrit dan peningkatan
leukosit.

3.5 Diagnosa Kerja


POD II post SC a/i distosia PKI laten. Ibu dengan HbsAg positif.
3.6 Tatalaksana
a. Terapi rawatan
- Cefadroxil 2x500 mg
- As. Mefenamat 3x500 mg
- Sohobion 2x1 tablet
b. Terapi Operatif
- Sectio cesarean
c. Terapi post operasi
- Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
- Kaltrofen supposutoria 100 mg/8 jam

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien memiliki riwayat terkena hepatitis B yang baru disadarinya semenjak


anak yang ke-2 yaitu 3 tahun yang lalu. Positifnya hasil pemeriksaan HbsAg pada
kehamilan saat ini merupakan tanda adanya infeksi hepatitis B, sesuai dengan
kepustakaan yang ada yang menyatak bahwa setelah terjadinya infeksi fase akut
pada hepatitis B jika dalam 6 bulan setelah infeksi pertama terdeteksi maka status
pasien terinfeksi hepatitis B baik baik status pasien berupa pengidap hepatitis B
atau pengidap hepatitis B kronik menimbang untuk menegakkan diagnosis
pengidap hepatitis B kronik harus memenuhi syarat berupa adanya HbsAg positif
setelah 6 bulan terdeteksi dan adanya peningkatan SGOT/SGPT pada 3 kali
pemeriksaan dengan interval 2-3 bulan. (34) Atau, pasien merupakan karier VHB
inaktif berupa adanya HbsAg yang positif dengan titer DNA VHB yang rendah
dengan enzim hati yang normal. (18) Hasil pemeriksaan HbsAg pada suami
pasien, dan kedua anak pasien negatif menunjukkan adanya keberhasilan imunitas
atau terapi vaksinasi pada suami pasien dan vaksin dan HB-IG pada anak pasien
yang ke-2 atau ketidakadaannya infeksi virus dari pasien kepada suami dan anak-
anaknya. (37) (38) (39)
Hasil pemeriksaan pasien tidak didapatkan adanya gejala malaise, anorexia,
mual, muntah, nyeri perut pada kuadran kanan atas, demam, sakit kepala, myalgia,
rash pada kulit, arthralgia dan arthritis, dan urin berwarna gelap, feses yang
berwarna pucat atau keabu-abuan, dan hepatomegali tidak dikeluhkan. (14) Hal
ini terjadi karena adanya beberapa kemungkinan, bisa saja pasien merupakan
pengidap hepatitis yang dahulu pernah mengeluhkan adanya keluhan di atas baik
ringan ataupun berat menimbang pasien tidak ingat bahwa dahulu pernah
mengeluhkan hal tersebut, atau pasien merupakan pengidap hepatitis B kronik
yang saat ini mengalami progress yang suatu saat setelah bertahun-tahun akan
muncul keluhan yang serupa. Ketumpangtindihan antara pengidap hepatitis B
dengan pengidap hepatitis B kronik ini terjadi akibat ketidaktersediaannya data
yang mencukupi. (18) (34) Namun, tidak menutup kemungkinan pasien
merupakan karier hepatitis B Inaktif berhubung dengan pemeriksaan HbsAg yan

23
positif dengan tidak adanya peningkatan enzim hati dan pasien tidak ada atau
tidak menyadari infeksi tersebut berhubung dengan tidak adanya gejala yang
pernah dialami pasien. (18)
Persalinan pasien dilakukan secara sectio (SC) cesarean atas indikasi
distosia PK I ec. Ketuban pecah dini (KPD). Tindakan SC pada pasien tersebut
dilakukan akibat adanya ketuban pecah dini yang mengakibatkan adanya distosia
pada persalinan kala I. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban
sebelum tanda-tanda inpartu berupa penipisan dan pembukaan servix, kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix ( 2 kali dalam 10 menit) dan
keluar cairan lendir bercampur darah dari vagina. Pasien didapatkan tanda-tanda
inpartu setelah 13 jam KPD dan didapatkan air ketuban berkurang (ICA 8), pasien
dilakukan pematangan cervix dengan misoprostol 50 mcg, persalinan tetap macet
dengan deselerasi >1 jam, terhentinya dilatasi cervix >2 jam, bagian terbawah
janin tidak turun >1 jam dan tidak ada penurunan pada fase deselerasi. Pasien
dilakukan SC menimbang usia gestasi 40-41 minggu janin viabel dan menurunkan
resiko infeksi dan kegawatan janin. (10)
Ceftriaxone diberikan kepada pasien dengan dosis 2 gr/24 jam sebagai
terapi profilaksis antibiotik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
mengemukakan bahwa antibiotik yang dapat digunakan sebagai antibiotik
profilaksis pada saat melahirkan antara lain ampisilin, cefazolin atau ceftriaxone
secara intravena atau secara oral berupa cefazolin, ceftriaxone, klindamisin atau
amoksisilin. (45) Lebih lengkapnya obat yang dapat digunakan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Antibiotik Profilaksis Pada Saat Melahirkan. (45)

24
Terapi ceftriaxone setelah 3 hari melahirkan tidak dilanjutkan sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa ceftriaxone dapat dikeluarkan melalui air
susu dalam jumlah kecil, dan dianggap tidak mengakibatkan efek yang berarti
kepada bayi dan dinyatakan kompatibel oleh American Acedemy of Pediatric.
Setelah 3 hari penggunaan ceftriaxone, kada r ceftriaxon di dalam asir susu
mencapai puncaknya sekitar 0,7-0,5 mg/L setelah 4 jam penggunaan kadar
ceftriaxone akan menurun dan akan berkurang dengan waktu paruh 13-17 jam.
(46,47)
Anti nyeri yang diberikan pada pasien berupa ketorolac 1 ampul/8 jam dan
kaltrofen supposutoria 100 mg/8 jam. Ketorolac merupakan obat antinyeri
golongan obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) kelompok indoles. Kltrofen
juga merupakan OAINS kelompok phenylpropionac acid. Kedua OAINS tersebut
merupakan penghambat non selektif cyclooxygenase (COX) 1 dan 2 sehingga
menghambat perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin, prostaglandin
berperan sebagai pemicu rasa sakit dengan cara meningkatkan kepekaan reseptor
nyeri akibat rangsangan mekanik atau kimia dengan menurunkan nilai ambang
polimodal nosiseptor dari serat syaraf C. Efek analgesik OAINS dengan
menghambat sintesa prostaglandin. Kedua obat tersebut diberikan untuk
tatalaksana nyeri sedang dengan kerja obat yang cepat dan singkat. Gabungan
keduanya dapat menimbulkan efek agonis dan meningkatkan kerja obat namun
meningkatkan stress ulcer sehingga pada pasien ini juga gabungan dari kedua obat
ini hanya digunakan untuk 2 hari saja. (48)
Cefadroxil diberikan dengan dosis 2x500 mg sebagai antibiotik profilaksis
setelah 3 hari post operasi. Obat ini diberikan karena cefadroxil merupakan
antibiotik yang dapat diterima dan digunakan saat periode menyusui karena kadar
cefadroxil yang dieksresikan dari air susu ibu dalam jumlah kecil dan dianggap
tidak berbahaya bagi bayi. Cefadroxil mencapai maksimal di dalam air susu
dengan dosis 0,6-0,9 mg/L dalam 5-6 jam setelah pemberian cefadroxil. (49)
Asam Mefenamat diberikan dengan dosis 3x500 mg sebagai antinyeri.
Kepustakaan tentang resikonya dan toksisitasnya asam mefenamat masih belum
banyak yang meneliti. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Buchanan

25
menunjukkan dari 10 ibu menyusui yang diberikan asam mefenamat tidak satupun
yang menunjukkan adanya efek samping dari pemberian obat tersebut. (50)
Sohobion diberikan dengan dosis 2x1 tablet sebagai suplemen. Sohobian
terdiri dari 100 mg vitamin B1, 200 mg vitamin B6 dan 200 mcg vitamin B12.
Vitamin B1 (thiamine) memiliki peran penting dalam generasi energi dari
karbohidrat, Vitamin B1 berperan dalam mendukung proses pembentukan RNA
dan DNA, vitamin ini mengkonversi piruvat menjadi asetil koenzim A. Vitamin
B6 (pyridoxine) merupakan kofaktor dalam berbagai reaksi enzim terutama dalam
metabolisme dan biosintesis neurotransmitter. Vitamin B12 (cobalamin) berperan
dalam metabolisme selular karbohidrat, protein dan lemak. Vitamin B12 berperan
penting dalam pembentukan sel darah di sum-sum tulang dan untuk myelin saraf
dan protein. (51,52,53)

26
BAB V
KESIMPULAN

Hepatitis B adalah inflamasi hati yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
disebabkan oleh VHB yang dapat menginfeksi janin ataupun bayi dengan cara
transmisi berupa transmisi transplasental dalam rahim, transmisi saat melahirkan
dan transmisi postnatal selama perawatan atau melalui ASI.
Gold Standar diagnosis infeksi VHB pada ibu hamil yaitu pemeriksaan
serologis berupa HbsAg dan HbeAg yang harus diperiksan dan pemeriksaan Anti
HBs, Anti Hbe, Anti HBC, HBV DNA juga dapat diperiksa. Pemeriksaan lain
yang dapat diperiksa untuk melihat adanya progresivitas dari VHB juga berupa
pemeriksaan enzim hati SGOT/SGPT.
Pertimbangan persalinan pada wanita dengan hepatitis B positif tidak
berbeda dengan wanita yang tidak terinfeksi hepatitis B kecuali jika terdapat
kesulitan dalam persalinan. Kejadian yang mempersulit persalinan didapatkan
lebih banyak pada wanita dengan hepatitis B dibandingkan tanpa hepatitis B
akibat adanya reaksi imun tubuh ibu terhadap adanya VHB yang dapat merusak
placenta jika konsentrasi VHB tinggi.
Penatalaksanaan VHB pada bayi dengan ibu positif hepatitis B yaitu dengan
memonitoring HbsAg dan HbeAg dari ibu dan bayi sehingga penatalaksanaannya
dapat ditentukan berupa Vaksinasi, vaksinasi dengan HB-Ig ataupun vaksinasi
disertai dengan HB-Ig dan antivirus. Penatalaksaaan yang tepat dapat menurunkan
80-90% kejadian infeksi VHB terhadap janin dan bayi.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Green C. Hepatitis Virus dan HIV Jakarta: Yayasan Spiritia; 2005.


2. Emiroglu N. Viral Hepatitis B Burden Policy in the Europe Region Brussel: WHO;
2010.
3. Chen C, Wang L, Yu M. Epidemiology of Hepatitis B Virus Infection in the Asia-
Pasific Region. J Gastroenterol Hepatol. 2000; 15: p. E3-E6.
4. Gede S. Penyakit Infeksi. In Abdul S, Rachimchadi T, Wiknjosastro G. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo; 2008.
5. Dwivedi M, Misra S, Misra V, Pandey A, Pant S, Singh R, et al. Seroprevalence of
Hepatitis B Infection During Pregnancy and Risk of Perinatal Transmission. Indian J
Gastroenterology. 2011; 30: p. 66-71.
6. Gou Y, Liu J, Meng L, Meina H, Yukai D. Survey of HBsAg-Positive Pregnant
Women and Their Infants Regarding Measures to Prevent Maternal-Infantile
Transmission. BMC Infectious Disease J. 2010.
7. Mulyanto. Epidemiologi Hepatitis B di Indonesia. In Sulaiman A, Sulaiman B,
Sulaiman A, Loho I, Stephanie A. Pendekatan Terkini Hepatitis B dan C dalam
Prakatik Klinis Sehari-hari. Jakarta: Sangung Seto; 2009. p. 33-37.
8. Caserta M. Pub Med. [Online].; 2009 [cited 2016 11 25. Available from:
www.pub.mmpe/mm/com.
9. Chowdury S, Eapen C. Perinatal Transmission of Hepatitis B India: India; 2009.
10. Kemal A, Rivai A, Winarno A, Pusponegoro A, Kusumo S, Ramandika H, et al. Buku
Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed.
Moegini E, Ocviyanti D, editors. Jakarta: WHO; 2013.
11. Navabaksh B. Hepatitis B Virus Infection During Pregnancy: Transmission and
Prevention. Midle East Journal of Digestive Diseases. 2011;: p. 92-102.
12. Khakhkhar V. Sero-Prevalence of Hepatitis B Amongst Pregnant Women Attending
the Antenatal Clinic of a Tertiary Care Hospital. National Journal of Medical
Research. 2012;: p. 362-365.
13. Anonim. Guidelines for Prevention, Care and Treatment of Persons with Chronic
Hepatitis B Infection Switzerland: World Health Organization (WHO); 2015.
14. Anonim. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. 13th ed.:
Centers for Disease Control and Prevention; 2015.
15. Gerberding J, Snider D, Popovic T. A Comprehensive Immunization Strategy to
Eliminate Transmission of Hepatitis B Virus Infection in the United States. Cent. Dis
Control Prev. 2005; 54.
16. Shiffman M. Management of Acute Hepatitis B. Clin. Liver Dis. 2010; 14: p. 75-91.
17. Tillman H, Zachou K, Dalektos G. Management of Severe Acute to Fulminant
Hepatitis. Liver Int. 2011;: p. 1-10.
18. Anonim. Hepatitis B Genenral Information. Cent. Dis. Control. 2010.

28
19. szekeres-Bartho J, Halasz M, Palkovics T. Progesterone in Pregnancy; Receptor-
ligand Interaction and Signaling Pathway. J Reprod Immunol. 2009; 83: p. 60-64.
20. Raghupathy R. Th1-Type Immunity is Incompatible with Successful Pregnancy.
Immunol Today. 1997; 18: p. 478-482.
21. Piccinni M, Scaletti C, Maggi E, Romagnani S. Role of Hormone-Controlled Th1-
Type and Th2-Type cytokines in Succussful Pregnancy. J Neuroimmunol. 2000; 109:
p. 30-33.
22. Nirupma T, Hissar S, Shrikha S, Sarin S. Immonological Mechanisms of Hepatitis B
Virus Persistence in Newborn. Indian J Med Res. 2013; 138: p. 700-710.
23. Miller L, Hunt J. Sex Steroid Hormones and Macrophage Function. Life Sci. 1996;:
p. 1-14.
24. Zuckerman S, Bryan-Poole N, Evans G, Short L, Glasebrook A. In Vivo modulation
of Marine Serum Tumour Necrosis Factor and Interleukin-6 Levels During
Endotoxemia by Estrogen Agonists and antagonists. Immunology. 1995;: p. 18-24.
25. Fox H, Bond B, Parslow T. Estrogen Regulates the INF-Gamma Promoter. J
Immunol. 2003; 146: p. 4362-4367.
26. ter Borg M, Leemans W, de Man R, Janssen H. Exacerbation of Chronic Hepatitis B
Infection After Delivery. J Vir Hepar. 2008; 15: p. 37-41.
27. Yang Y, Li X, Shi Z, Ma L. Pregnant Woman with Fulminant Hepatic Failure Caused
by Hepatitis B Virus Infection: A Case Report. World J Gastoenterol. 2004; 10: p.
2305-2306.
28. Jonas M. Hepatitis B and Pregnancy: An Underestimated Issue. Liver Intl. 2009; 29:
p. 133-139.
29. Tagawa H, Suzuki K, Oh S, Kawano M, Fujita A, Yasuhi Y, et al. Influence of
Pregnancy on HM Virus Carriers. Nippon Sanka Fujinka Gakkai Zasshi. 1987; 39: p.
24-30.
30. Trehanpati N, Kotillil S, Hissar S, Shrivastava S, Khanam A, Sukriti S, et al.
Circulating Tregs Correlate with Viral Load Reduction in Chronic HBV-treater
Patients with Tenofovir Disoproxil Fumarate. J Clin Immunol. 2011; 31: p. 509-520.
31. Nurjannah S. Sirosis Hati. In Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Samadribrata M,
Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
p. 668-673.
32. Pande C, Sarin S, Patre S, Bhutia K, Mishra S, Pahuja S, et al. Prevalence, Risk
Factors and Virological Profile of Chronic Hepatitis B Virus Infection in Pregnant
Women in India. J Med Virol. 2011; 83: p. 962-967.
33. Tse K, Ho L, Lao T. The Impact of Maternal HBsAg Carrier Status on Pregnancy
Outcomes: A Case-Control Study. J Hepatol. 2005; 43: p. 771-775.
34. Indarso F. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir yang Bermasalah Surabaya; 2011.
35. Chen M, Billaud J, Sallberg M, Guidotti L, Chisari F, Jones J, et al. A Function of the
Hepatitis B Virus Precore Protein is to Regulate the Immune Response to the Core
Antigen. Proc Natl Acad Sci. 2004; 101: p. 14913-14918.
36. Millich D, Liang T. Exploring the Biological Basis of Hepatitis B e Antigen in

29
Hepatitis B Virus Infection. Hepatology. 2003; 38: p. 1075-1086.
37. Apuzzio J, Block J, Cullison S, Cohen C, Leong S, London W, et al. Chronic
Hepatitis B in Pregnancy. Female Patient Jakarta: Parsippany; 2012.
38. Prawirohardlo S. Ilmu Kebidanan Jakarta: Sarwono Prawirohardjo; 2014.
39. Shiffman M. Management of Acute Hepatitis B. Clin Liver Dis. 2010; 14: p. 75-91.
40. Seeff L, Beebe G, Hoofnagle J, Norman J, Buskell-Bales Z, Waggoner J, et al. A
Serologic Follow-Up of the 1942 Epidemic of Post-Vaccination Hepatitis in the
United States Army. N Engl J Med. 1987; 316: p. 965-970.
41. Lee C, Gong Y, Brok J, Boxall E, Gluud C. Effect of Hepatitis B Immunisation in
Newborn Infants of Mothers Positive for Hepatitis B Surface Antigen: Systematic
Review and Metanalysis. BMJ. 2006; 332: p. 328-336.
42. Wiseman E, Fraser M, Holden S, Glass A, Kidson B, Helon L, et al. Perinatal
Transmission of Hepatitis B Virus: An Australian Experience. Med J Aust. 2009; 190:
p. 489-492.
43. Wong S, Chan L, Yu V, Ho L. Hepatitis B Carrier and Perinatal Outcome in Singleton
Pregnancy. Am J Perinatol. 1999; 16: p. 458-488.
44. Ghendon Y. WHO Strategy for the Global Elimination of New Cases of Hepatitis B.
Vaccine. 1990; 8: p. S129-S133.
45. Macones GA. Management of Labor and Delivery. 1st ed. USA: Wiley Blackwell;
2016.
46. Anonim. United States National Library of Medicine. [Online].; 2013 [cited 2016 11
25. Available from: http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/htmlgen?LACT.
47. Anonim. The Transfer of Drugs and Other Chemicals into Human Milk. Pediatric.
1994; 93: p. 137-150.
48. Sulistyowati R. Perbedaan Pengaruh Pemberian Ketorolak dan Deksketoprofen
Sebagai Analgesik Pasca Bedah Terhadap Agregasi Trombosit. Universitas
dipenogoro. 2009;: p. 17-25.
49. Takase Z, Shirafuji H, Uchida M. Experimental and Clinical Studies of Fecadroxil in
the Treatment of Infections in the Field of Obstetrics and Gynecology.
Chemoteherapy. 1980; 28: p. 424-431.
50. Anonm. Drug.com Know More. Be Sure. [Online].; 2016 [cited 2016 11 25.
Available from: https://www.drugs.com/breastfeeding/mefenamic-acid.html.
51. Fattal-Valevski A. Thiamin (Vitamin B1). Journal of Evidence-Based omplementary
& Alternative Medicine. 2011; 16(1): p. 12-20.
52. Science NAo. Food and Nutrition Washington: National Academy Press; 1998.
53. Anonim. MIMS. [Online].; 2016 [cited 2016 11 25. Available from:
http://www.mims.com/indonesia/drug/info/sohobion.

30

Anda mungkin juga menyukai