Anda di halaman 1dari 55

CLOSE FRACTURE FEMUR

Disusun Oleh:

MUHAMAD YOGA JUANDANA


INDRA ANAS SULAIMAN

Pembimbing:

dr. Armia Indra Nur Alam, Sp.OT

ILMU BEDAH ORTOPEDI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017
BAB I PENDAHULUAN
Sekitar 60 juta penduduk Amerika Serikat
mengalami trauma/tahunnya, 50% diantaranya
memerlukan tindakan medis, 3,6 juta (12 %)
diantaranya membutuhkan perawatan di Rumah
Sakit. Terdapat 300 ribu orang menderita kecacatan
yang bersifat menetap sebesar 1% sedangkan 30%
mengalami kecacatan sementara.

Insiden fraktur femur sebesar 1-2 kejadian pada per


10.000 jiwa penduduk setiap tahunnya. Kebanyakan
penderita berusia produktif antara 25 65 tahun,
laki-laki lebih banyak menderita terutama pada usia
30 tahun

Penyebab fraktur sangat bervariasi, baik akibat


kecelakaan ketika mengendarai mobil, sepeda
motor, dan kecelakaan ketika rekreasi.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI FEMUR
DEFINISI

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas


dari tulang femur.
ETIOLOGI

Fraktur traumatik
Fraktur patologis
Fraktur stress
KLASIFIKASI

Fraktur tertutup (simple fracture)


Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tulang ataupun jaringan
di dalam tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang tulang ataupun jaringan di
dalam mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada
kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam)
atau from without (dari luar).
Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan
komplikasi, misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi
tulang.
Berdasarkan Jenis
Fraktur Komplit
Fraktur Inkomplit
Hairline fracture
Buckle fracture
Greenstick fracture
Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan Konfigurasi
Berdasarkan Hubungan Fragmen
Derajat fraktur tertutup Oestern &
Tscherne
Derajat 0
Kerusakan jaringan lunak minimal, fraktur simpel, trauma indirect
Derajat 1
Kontusio superfisial atau abrasi kulit
Derajat 2
Abrasi dalam, kontusio kulit ataupun otot, Fraktur berat, trauma
direct
Derajat 3
Kontusio yang luas atau hancur, kerusakan otot berat, avulsi
subkutan, compartement syndrom.
GEJALA KLINIS

Nyeri
Deformitas
Bengkak
Gangguan gerak dan pembatasan aktivitas
DIAGNOSIS

Anamnesis
Riwayat cedera (posisi dan mekanisme)
Riwayat fraktur sebelumnya
Riwayat sosial ekonomi
Pekerjaan
Obat-obatan yang dikonsumsi
Riwayat osteoporosis
Penyakit lain
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
Look
Feel
Move
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen
CT-Scan
MRI

Note: do not forget rule of two


TATALAKSANA

Airway, Breathing, Circulation


Recognition
Reduction
Retention
Rehabilitation
TATALAKSANA CLOSE
FRACTURE FEMUR
Konservatif
Imobilisasi dengan bidai eksterna
Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi
eksterna dengan menggunakan gips
Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan
imobilisasi
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter
traksi
TATALAKSANA CLOSE
FRACTURE FEMUR
Operatif (ORIF)
Diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher
femur
Fraktur terbuka grade I
Fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi dengan baik
Eksisi fragmen yang kecil
Fraktur epifisis
Fraktur multipel pada tungkai atas dan bawah
KOMPLIKASI

SEGERA
Kontusio, abrasi, laserasi, luka tembus akibat benda
asing maupun penetrasi kulit oleh fragmen tulang, avulsi
dan skin loss, perdarahan lokal, ruptur arteri atau vena,
kontusio arteri atau vena dan spasme arteri, komplikasi
neurologis baik pada otak, sumsum tulang belakang atau
saraf perifer serta komplikasi pada organ dalam seperti
jantung, paru-paru, hepar dan limpa.
KOMPLIKASI

AWAL
Nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, trombosis,
infeksi sendi dan osteomielitis. Dapat juga terjadi ARDS,
emboli paru dan tetanus.
KOMPLIKASI

LANJUT
Malunion ununion delayed union, osteomielitis kronik,
gangguan pertumbuhan, patah tulang rekuren,
osteomielitis kronis, ankilosis, penyakit degeneratif pasca
trauma dan kerusakan saraf. Compartement Syndrome
merupakan komplikasi yang harus diwaspadai dan
dicegah, kejadian compartment syndrome dapat
memperburuk kualitas hidup pasien
BAB III PRESENTASI
KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama :S
No RM : 1-12-26-27
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Nagan Raya
Bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk : 15 Maret 2017
Tanggal Pemeriksaan : 16 Maret 2017
ANAMNESIS

Keluhan utama : Nyeri kaki kiri


Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RSUDZA dengan keluhan sakit di kaki kiri dan
sulit menggerakkan kaki kiri setelah pasien mengalami kecelakaan
lalulintas 4 jam SMRS. Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
dengan menggunakan sepeda motor yang kemudian lepas kendali
dengan kecepatan 60 km/jam pasien menabrak samping kanan
mobil. Pasien mengaku saat menabrak mobil pasien terlempar ke
arah depan dengan paha kiri membentur setang motor dengan kuat
sebelum akhirnya pasien terjatuh ke aspal, pasien mengaku tidak
mengalami benturan kepala. Riwayat perdarahan disangkal, riwayat
kejang dan penurunan kesadaran disangkal, riwayat muntah
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama seperti yang
dialami saat ini sebelumnya. Riwayat kelainan perdarahan
disangkal, riwayat infeksi tulang, DM dan hipertensi
sebelumnya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien menyangkal adanya riwayat patah tulang
di keluarga dan mengangkal adanya riwayat kelainan
perdarahan.
Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah mendapatkan obat tertentu. Pasien
sempat dibebat di IGD RSUDZA.
Riwayat Kebiasaan/Sosial
Pasien merupakan mahasiswa yang mengendarai sepeda
motor sebagai transportasi sehari-hari.
STATUS UMUM

Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 81 kali/ menit
Pernafasan : 22 kali/menit
Suhu : 36,7 0 C
STATUS GENERAL

Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
Kepala
Bentuk : normocephali
Wajah : simetris, jejas dan deformitas tidak dijumpai
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor
3 mm/3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), dan reflek
cahaya tidak langsung (+/+)
Telinga : Bentuk normal, serumen minimal.
Hidung : NCH (-/-), sekret (-/-), mukosa hiperemis (-/-)
Mulut : sianosis tidak ada, mukosa bibir kering tidak ada.
Leher
Inspeksi : Tidak ada deformitas ataupun massa,
Deformitas (-), jejas (-)
Palpasi : TVJ (N) R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-),
krepitasi (-)
Thoraks
Inspeksi :simetris,retraksi interkostal (-),
epigastium (-/-) , Jejas (-/-)
Palpasi : Fremitus kanan=kiri, jejas (-/-)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+)
ronki(-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di linea
midklavikula sinistra.
Perkusi : Batas Jantung normal
Auskultasi : HR 81x/menit, BJ I > BJ II normal,
reguler, murmur(-).
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, jejas (-), distensi
(-), pelebaran vena (-), tampak
laseratum di regio iliac dextra.
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), Pembesaran
organ(-)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal.
Ekstremitas

Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Deformitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada


Look : Tampak shortening femur, lesi terbuka(-),
deformitas (+), anemis (-)
Feel : Nyeri tekan (+), akral dingin (-), CRT < 2 detik,
pulsasi a. Poplitea dan a. Femoralis kiri dan
kanan seirama, kuat angkat, isi penuh. True lenght
kaki kanan 85 cm dan kiri 81 cm, Appearent lenght
kaki kanan 93cm dan kiri 88 cm.
Move : ROM terbatas pada knee joint dan hip joint.
Kekuatan otot 4 pada kaki kiri
FOTO KLINIS
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HB 14,1 12,0-15,0
Ht 40 37-47
Eri 4,6 4,2-5,4
Leu 10.6 4,5-10,5
Trombo 238 150-450
MCV 88 80-100
MCH 31 27-31
MCHC 35 32-36
RDW 12,7 11,5-14,5
MPV 11,3 7,2-11,1
Eosi 5 0-6
Baso 1 0-2
NB 0 2-6
NS 56 50-70
Limfo 31 20-40
Mono 7 2-8
GDS 118 <200
Ureum 33 13-43
FOTO FEMUR SINISTRA AP/LAT
FOTO THORAX
DIAGNOSA BANDING

Close fraktur femur


Dislokasi hip joint
Close fraktur tibia/fibula
DIAGNOSIS KERJA

Close fraktur femur sinistra 1/3 medial


TERAPI

IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ketorolac 3% 1 amp/ 8 jam
Inj. Ranitidine 50mg/ 12 jam
TATALAKSANA

ORIF
PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam
BAB IV ANALISA
KASUS
1. PASIEN MENGELUHKAN SAKIT DAN SULIT
MENGGERAKKAN KAKI KIRI SETELAH KAKI
KIRI PASIEN TERBENTUR SETANG

Keluhan yang dirasakan pasien setelah terjadi


kecelakaan lalulintas sesuai dengan kepustakaan yang ada
bahwa keluhan yang terjadi pada fraktur femur dapat
berupa nyeri, ketidakmampuan menggerakkan kaki,
deformitas, bengkak ataupun gangguan gerak dan
pembatasan aktivitas.
2. PEMERIKSAAN FISIK DIDAPATKAN DEFORMITAS
KAKI KIRI DAN SHORTENING KAKI KIRI DENGAN
PERBEDAAN MENCOLOK TRUE LENGHT DAN
APPEARENCE LEG LENGHT KAKI KANAN DAN KIRI

Temuan ini menandakan adanya suatu fraktur tulang di kaki


kiri yang mengalami penarikan oleh otot rangka sehingga
tampak pemendekkan kaki kiri disertai dengan pembatasan
gerak dan nyeri saat digerakkan. Hal ini diperkuat dengan
adanya temuan radiologis pada foto femur AP dan lateral
berupa fraktur femur 1/3 medial.
3. HASIL LABORATORIUM HB: 14,1GR/DL, HT: 40%,
LEUKOSIT 10.000/MM3 DENGAN HASIL LAB LAINNYA
NORMAL DAN VITAL SIGN NORMAL

Hal ini menandakan tidak adanya gangguan


hemodinamik, sesuai dengan temuan klinis yang tidak
ditemukannya perdarahan aktif baik eksternal ataupun
yang bersifat internal.
4. PASIEN DIBERIKAN TERAPI MEDIKAMENTOSA
BERUPA KETOROLAC 3% 1 AMPUL/ 8 JAM DAN
RANITIDINE 50 MG/ 12 JAM
Ketorolac (NSAID) => hambat COX 1 dan 2 => hambat
prostaglandin => ANALGETIK
Ranitidine => hambat histamin (reseptor H2) sel parietal
lambung => HAMBAT ASAM LAMBUNG
Pada pasien ini diberikan ketorolac sebagai antinyeri akibat
adanya fraktur pada femur sinistra, ketorolac dipilih karena
obat ini menghambat rangsang nyeri perifer dengan sifat
nyeri ringan-sedang, sedangkan ranitidine diberikan pada
pasien ini sebagai protektif dari pemberian ketorolac yang
menurunkan faktor protektif lambung terhadap asam lambung
yaitu prostaglandin dengan cara menekan produksi asam
lambung.
5. PASIEN DIRENCANAKAN TINDAKAN ORIF

Metode ini merupakan metode operatif dengan cara


membuka daerah fraktur dan fragmen direduksi secara akurat.
Adapun dipilihnya tindakan ini untuk pasien tersebut sesuai
dengan indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi interna antara
lain: diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur,
fraktur terbuka grade I-II, fraktur yang tidak dapat direduksi
dengan baik, eksisi fragmen yang kecil, fraktur epifisis, dan
fraktur multipel pada tungkai atas dan bawah.
Dalam kasus ini fraktur femur yang tidak dapat direduksi
hanya dengan metode traksi luar. Fiksasi eksterna (OREF) tidak
dipilih pada pasien ini mengingat kelainan pada pasien bukan
open fraktur grade II-III dan masih memiliki soft tisue yang utuh
BAB V KESIMPULAN
KESIMPULAN

1.Close fraktur femur adalah patahnya tulang femur yang


jaringan di dalam tidak memiliki hubungan dengan dunia luar
baik traumatik, patologik ataupun stress sebagai etiologinya.
Close fraktur femur dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi
fraktur, konfigurasi maupun menurut hubungan antara
fragmen dengan fragmen sesuai dengan letak patahan.
2.Penatalaksanaan kasus fraktur dilakukan dengan empat
prinsip berupa recognition, reduction, retention dan
rehabilitation. Dengan tindakan ORIF ataupun OREF sesuai
dengan temuan klinis dan radiologis untuk dipilihnya salah
satu metode apabila tidak dapat diperbaiki dengan fiksasi
biasa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai