Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS AKHIR STASE

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI


PADA NN.A USIA 23 TH DENGAN AMENORE SEKUNDER
DI POLI KANDUNGAN RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN BANJARBARU

DISUSUN OLEH :
Nama : NOVIA ALVIONITA
Nim : 11194992110063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan laporan akhir dengan judul “Asuhan
Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. A Usia 23 Th dengan Amenore
Sekunder”. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memenuhi target di Universitas Sari Mulia Banjarmasin. Laporan ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu RR. Dwi Sogi Sri Redjeki, SKG, M.Pd selaku Ketua Yayasan Indah
Universitas Sari Mulia Banjarmasin

2. Ibu Anggrita Sari, S.SiT., M.Pd., M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mulia
Banjarmasin

3. Hariadi Widodo, S.Ked., MPH selaku Wakil Rektor II Bidang Keungan dan
Sistem Informasi Universitas Sari Mulia Banjarmasin.

4. H. Ali Rakhman Hakum, M.Farm., Apt selaku Dekan Fakultas Kesehatan


Universitas Sari Mulia Banjarmasin

5. Ibu Ika Mardiatul Ulfa, SST., M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin.

6. Dewi Pusparani Sinambela, SST,. M. Kes sebagai pembimbing pendidikan di


Universitas Sari Mulia Banjarmasin.

7. Ibu Harmini, SST sebagai Pembimbing Lahan Praktik di RSD Idaman


Banjarbaru

Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan lapiran ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pelayanan kessehatan dan
menambah wawasan serta pengetahuan bagi kita.

i
Banjarbaru, April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................... 2

C. Tujuan...................................................................................... 2

D. Manfaat ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4

A. Definisi Menstruasi....................................................................4

B. Defisini Amenore........................................................................5

C. Amenore Sekunder.....................................................................5

D. Etiologi....................................................................................... 5

E. Patofisiologi............................................................................. 12

F. Manifestasi Klinik..................................................................... 14

G. Penatalaksanaan..................................................................... 15

H. Clinical Pathway.......................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 18

A. Subjektif Data......................................................................... 18

B. Objektif Data............................................................................22

C. Analisis Data.......................................................................... 23

iii
D. Penatalaksanaan.................................................................... 23
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 27

BAB V PENUTUP..................................................................................... 29

A. Kesimpulan...............................................................................29

B. Saran....................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Amenore adalah tidak adanya perdarahan menstruasi. Amenore adalah ciri
normal pada wanita prepubertal, hamil, dan postmenopause. Pada wanita usia
subur, mendiagnosis amenore harus diawali dengan menentukan kehamilan
sebagai etiologi. Dengan tidak adanya kehamilan berikutnya adalah
menentukan etiologi yang lain. Amenore dapat berupa kondisi sementara,
intermiten, atau permanen akibat disfungsi hipotalamus, hipofisis, ovarium,
rahim, atau vagina (Wahida, 2015)
Hal ini sering diklasifikasikan sebagai primer (tidak adanya menarche pada
usia 15 tahun) atau sekunder (tidak adanya menstruasi selama lebih dari tiga
bulan pada anak perempuan atau wanita yang sebelumnya memiliki siklus
menstruasi reguler atau enam bulan pada anak perempuan atau wanita yang
memiliki menstruasi irreguler). Kehilangan menstruasi hanya selama 1 bulan
mungkin tidak penting untuk dinilai, tapi amenore yang berlangsung tiga bulan
atau lebih, memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Prevalensi amenore bukan
karena kehamilan, menyusui atau menopause sekitar 3% sampai 4%.
Meskipun daftar potensi penyebab amenore cukup bervariasi, namun sebagian
besar kasus disebabkan oleh empat kondisi: sindrom ovarium polikistik, amenore
hipotalamus, hiperprolaktinemia, dan kegagalan ovarium. Penyebab lainnya
jarang ditemui dalam praktik kesehatan reproduksi. Di pusat rujukan yang sangat
khusus, hanya 10 sampai 15% pasien per tahun yang terlihat dengan amenore
sekunder. (Wahida, 2015)
Kemungkinan dampak yang dapat di timbulkan akibat amenore sekunder
tergantung dari penyebab misalnya penyebab dari amenore sekunder adalah
kelainan pada rahim maka kemungkinan dapat menyebabkan kanker rahim.
(Agita Anggun, 2015). Pentingnya untuk mengetahui mengenai amenorea
sekunder adalah untuk lebih mengerti bahwa penyebab dari amenorea
sekunder tersebut tidak bisa diremehkan dan dapat berpotensi terjadinya

1
infertilitas. sehingga diagnosis penyebab sangat penting untuk penanganan
amenore sekunder lebih lanjut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang dapat
dirumuskan "Bagaimana Asuhan Kebidanan Gangguan Kesehatan Reproduksi
Pada Nn.A Usia 23 Tahun Dengan Amenore Sekunder Di Ruang Poli
Kandungan Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru?”

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan kesehatan reproduksi Pada
Nn.A Usia 23 Tahun Dengan Amenore Sekunder Di Ruang Poli Kandungan
Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru.
2. Tujuan khusus
a. Melaksanakan pengkajian data subjektif gangguan kesehatan reproduksi
pada Nn.A Usia 23 Tahun Dengan Amenore Sekunder Di Ruang Poli
Kandungan Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru.
b. Melaksanakan pengkajian data obyektif gangguan kesehatan reproduksi
pada Nn.A Usia 23 Tahun Dengan Amenore Sekunder Di Ruang Poli
Kandungan Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru.
c. Menentukan assessment gangguan kesehatan reproduksi pada Nn.A Usia
23 Tahun Dengan Amenore Sekunder Di Ruang Poli Kandungan Rumah
Sakit Daerah Idaman Banjarbaru.
d. Menentukan penatalaksanaan gangguan kesehatan reproduksi pada Nn.A
Usia 23 Tahun Dengan Amenore Sekunder Di Ruang Poli Kandungan
Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru.

D. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa kebidanan dapat mengerti dan memahami tentang

2
amenore sekunder sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai informasi tenaga kesehatan khususnya bidan, tentang pentingnya
memberikan asuhan kebidanan pada pasien dengan amenore sekunder
Secara komprehensif, sehingga bisa membantu mencegah penanganan
lanjut dengan kasus amenore sekunder.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan sebagai Sarana untuk meningkatkan kesehatan keluarga
masyarakat, dan meningkatkan kemampuan masalah kesehatan terutama
Mengenai amenore sekunder Yang ada dengan sumber yang dimiliki.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Menstruasi adalah tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai. Pada masa

ini tingkat kesuburan seorang wanita mencapai puncaknya dan secara

seksualitas sudah siap untuk dibuahi dan memiliki keturunan. Menstruasi terjadi

saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk darah

menstruasi. Dalam keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketika sudah

terjadi pengeluaran sel telur yang matang (ovulasi) pada siklus menstruasi.

Menstruasi adalah perubahan secara fisiologis pada wanita secara berkala dan

dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi,

biasanya terjadi setiap bulan antara remaja sampai menopose. (Windari, 2020).

Amenore adalah keadaan kegagalan menarche sampai usia 16 tahun, tanpa

memandang ada tidaknya karakteristik seks sekunder atau tidak dialaminya

menstruasi selama 3 sampai 6 bulan pada perempuan yang sebelumnya

memiliki siklus menstruasi yang teratur. (Novandi, 2016)

Amenore secara tradisional di bagi menjadi 2 kategori: primer dan sekunder.

Amenore primer di definisikan sebagai tidak adanya menstruasi sejak usia

menarche yang seharusnya (di AS 16-17 tahun) di sertai berkembangnya

payudara atau pada usia 14-15.

Amenore sekunder di definisikan sebagai hilangnya menstruasi setelah

menarche lebih dari 6 bulan berturut-turut dengan riwayat menstruasi yang

teratur atau lebih dari 12 bulan dengan riwayat yang tidak teratur (Novandi,

4
2016).

Amenore sekunder adalah keadaan dimana seorang wanita dalam masa

reproduksi mengeluhkan tidak adanya menstruasi selama lebih dari tiga bulan

pada perempuan atau wanita yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi

reguler atau enam bulan pada anak perempuan atau wanita yang memiliki

menstruasi tidak teratur (Novandi, 2016).

Amenorea sekunder bisa bersifat fisiologis pada perempuan usia

prapubertas, hamil dan pascamenopause. Di luar itu, amenorea bersifat

patologis dan menunjukkan adanya disfungsi atau abnormalitas pada sistem

reproduksi (Hillegas, 2005).

C. ETIOLOGI

Amenore sekunder disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah


(Suparman & Suparman, 2017):

1. Sindrom Asherman
Pada sindrom Asherman, amenore sekunder terjadi setelah
kerusakan endometrium. Umumnya hal ini disebabkan kuretase berlebihan
yang kemudian menghasilkan jaringan parut intrauterin. Pola yang khas yaitu
sinekia multipel yang tampak pada histerogram. Diagnosis dengan
histeroskopi lebih akurat karena dapat mendeteksi perlekatan minimal yang
tidak tampak pada histerogram. Perlekatan dapat terjadi secara sebagian
atau seluruhnya menutup rongga endometrium atau kanalis servikalis.
Sindrom Asherman dapat juga terjadi setelah pembedahan uterus, meliputi
seksio saesaria atau miomektomi.

2. Tumor ovarium
Amenorea yang terjadi dapat disebabkan oleh tumor ovarium yang
tidak memroduksi hormon maupun oleh tumor ovarium yang memroduksi
hormon. Tumor ovarium yang tidak memroduksi hormon akan merusak
seluruh jaringan ovarium. Hormon yang diproduksi oleh tumor ovarium ialah
androgen dan estrogen. Androgen yang tinggi menekan sekresi

5
gonadotropin, sehingga menyebabkan amenorea, hirsutisme, hipertrofi
klitoris, perubahan suara, dan akne. Tumor yang memroduksi estrogen
jarang menyebabkan amenorea, namun sering terjadi perdarahan yang
memanjang akibat hiperplasia endometrium.

3. Sindrom resistensi ovarium


Sindrom resistensi ovarium terjadi pada wanita amenore dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang normal, namun memiliki peningkatan
kadar gonadotropin. Wanita ini akan sulit untuk hamil, bahkan dengan dosis
gonadotropin eksogen yang tinggi. Penyebab pasti kelainan ini belum
sepenuhnya terungkap. Diduga adanya gangguan pembentukan reseptor
gonadotropin di ovarium akibat proses autoimun. Perlu dilakukan biopsi
ovarium untuk membedakan dengan menopause prekok.
4. Sindroma ovarium polikistik (SOPK)
Sindrom ovarium polikistik adalah suatu anovulasi kronik yang
menyebabkan infertilitas dan bersifat hiperandrogenik, di mana terjadi
gangguan hubungan umpan balik antara pusat (hipotalamus-hipofisis) dan
ovarium sehingga kadar estrogen selalu tinggi yang berakibat tidak pernah
terjadi kenaikan kadar FSH yang cukup adekuat. 7 Gambaran klinis SOPK
sangat bervariasi, tetapi secara umum dapat dijumpai gangguan menstruasi
dan gejala hiperandrogenisme. Keadaan klinis yang ditemukan ialah
gangguan menstruasi dengan siklus menstruasi tidak teratur atau tidak
menstruasi sama sekali, terkadang disertai terjadinya perdarahan uterus
disfungsional.
5. Sindrom Sheehan
Penyebab terbanyak amenorea karena gangguan di hipofisis ialah
sindrom Sheehan yang terjadi akibat adanya iskemik atau nekrosis
adenohipofisis. Kelainan ini sering dijumpai pada postpartum dengan
perdarahan banyak. Perlu diketahui, bahwa adenohipofisis sangat sensitif
dalam kehamilan. Gejala baru muncul bila ¾ dari adenohipofisis mengalami
kerusakan. Bila hal ini terjadi, maka semua hormon yang dihasilkan oleh
adenohipofisis akan mengalami gangguan.

6. Amenore hipotalamik

6
Gangguan hipotalamus didiagnosis dengan menyingkirkan lesi
hipofisis. Gangguan ini sering berhubungan dengan keadaan yang penuh
dengan tekanan. Penyebab fungsional yang paling sering ditemukan berupa
gangguan psikis. Gangguan fungsional seperti ini paling banyak dijumpai
pada wanita pengungsi, dipenjara, sering mengalami stres, atau hidup dalam
ketakutan. Pasien dengn amenore hipotalamik (hipogonadotropin
hipogonadisme) memiliki defisiensi dari sekresi pulsatil GnRH. Tingkat
penekanan GnRH menentukan bagaimana klinis pasien ini. Penekanan
ringan dapat berhubungan dengan efek marginal dari reprofuksi, khususnya
fase luteal yang tidak adekuat. Penekanan sedang dapat menghasilkan
anovulasi dengan ketidakteraturan menstruasi, dan penekanan yang kuat
bermanifestasi sebagai amenore hipotalamik.
7. Anoreksia nervosa dan bulimia
Wanita yang mengalami gangguan pola makan seperti anoreksia
nervosa dan bulimia dapat menyebabkan gangguan psikis, dan neurotik,
sehingga dapat terjadi kerusakan organ (atrofi). Bila kerusakan tersebut
mengenai hipotalamus, maka dengan sendirinya hipotalamus tidak dapat lagi
memroduksi GnRH. Pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis pun berhenti.
Akibatnya pematangan folikel dan ovulasi di ovarium tidak terjadi.

8. Olah raga dan amenore


Atlet wanita dengan olahraga yang penuh tekanan memiliki
peningkatan insidensi bermakna dari ketidakteraturan menstruasi dan
amenore akibat efek penekanan hipotalamus. Bila latihan dimulai sebelum
menarke, menarke dapat tertunda hingga 2-3 tahun, dan insidensi berikutnya
dari ketidakteraturan menstruasi lebih tinggi. Olahraga menurunkan
gonadotropin dan meningkatkan prolaktin, hormon pertumbuhan, testosteron,
ACTH, steroid adrenal, dan endorfin sebagai akibat dari sekresi yang
meningkat maupun bersihan yang berkurang. Hormon yang melepaskan
kortikotropin (CRH) secara langsung menghambat sekresi GnRH
hipotalamik, mungkin dengan meningkatkan sekresi opioid endogen. Wanita
dengan amenore hipotalamik (termasuk olahragawan dan wanita dengan
gangguan pola makan) memperlihatkan hiperkortisolisme (karena

7
peningkatan CRH dan ACTH), yang menunjukkan bahwa ini merupakan jalur
dimana tekanan mengganggu fungsi reproduktif. Atlet amenore yang memiliki
kadar kortisol kembali ke rentang normal memperoleh kembali fungsi
menstrual dalam 6 bulan, kebalikan dengan atlet yang mempertahankan
kadar kortisol yang meningkat dan terus mengalami amenore.

D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme kerja utama depo provera adalah menghambat terjadinya


ovulasi. Berdasarkan mekanisme farmakokinetiknya, depo provera mengandung
obat MPA (Medroxyprogesterone Acetate) yang dilepaskan secara perlahan
kedalam serum darah, kadar MPA ini dipertahankan sebesar 1,0 ng/ml selama
tiga bulan dan setelah itu mengalami penurunan. MPA yang bersirkulasi dalam
darah mampu menekan pembentukan gonadotropic releasing hormone (GnRH)
dari hipotalamus, sehingga menghambat pelepasan lonjakan LH di hipofisis.
Penghambatan ini menimbulkan kegagalan ovulasi dan akhirnya tidak terjadi
siklus menstruasi (amenorea) (Laila, 2010).

E. MANIFESITASI KLINIK

Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi

tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan

mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti

pembesaran payudara, pertumbuhan rambut ketiak serta perubahan bentuk

tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan ditemukan morning sickness

dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang

tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang

hangat dan lembab. Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat (moonface),

perut buncit dan lengan serta tungkai yang kurus. (Sabila Rosyida, 2018)

Gejala lain yang mungkin ditemukan,yaitu:

8
a. Sakit kepala

b. Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui.

c. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)

d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

e. Vagina yang kering

f. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola pria),


perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

F. KOMPLIKASI

Kasus amenorea sekunder hampir semuanya dapat diatasi dengan terapi

sehingga tidak menimbulkan komplikasi. Pengecualian pada gagal ovarium prematur

dan tidak adanya organ reproduksi. Dengan penggunaan satu atau kombinasi

hormon (misal Hmg, GnRH, kortikosteroid) dan obat-obatan (misalnya bromokriptin,

klomifen sitrat), hampir semua pasien amenorea dengan ovarium dapat dipicu untuk

terjadinya ovulasi (Benson, 2008).

G. PENATALAKSANAN
a. Anamnesis

Pasien harus ditanya tentang pola makan dan olah raga, perubahan

berat badan, menstruasi sebelumnya (jika ada), penggunaan obat, penyakit

kronis, adanya galaktorea, dan gejala kelebihan androgen, gejala dari fungsi

tiroid yang abnormal, atau ketidakstabilan vasomotor. Bertanya mengenai

9
riwayat seksual bisa membantu menguatkan hasil tes kehamilan, namun tidak

dapat mengganti hasil tes. Riwayat keluarga harus mencakup usia menarke

dan adanya penyakit kronis. Meskipun normal, untuk menstruasi tidak teratur

pada beberapa tahun pertama setelah menarke, interval menstruasi biasanya

tidak lebih dari 45 hari. (Sabila Rosyida, 2018)

b. Pemeriksaan fisik

Dokter harus mengukur tinggi badan, berat badan, dan indeks massa

tubuh pasien, dan melakukan palpasi tiroid dan stadium Tanner.

Perkembangan payudara adalah penanda yang sangat baik untuk produksi

estrogen ovarium. Jerawat, virilisasi, atau hirsutisme dapat mengarahkan ke

hiperandrogenemia. Pemeriksaan genital dilakukan untuk mengetahui adanya

virilisasi, sumbatan saluran keluar, dan menunjukkan hilangnya atau cacatnya

organ. Mukosa vagina yang tipis merupakan sugestif dari estrogen rendah.

Fitur dysmorphic seperti leher berselubung atau garis rambut rendah mungkin

menyarankan sindrom Turner. (Sabila Rosyida, 2018)

c. Evaluasi laboratorium

Pemeriksaan awal mencakup tes kehamilan dan serum luteinizing

hormone (LH), folikel stimulating hormone (FSH), prolaktin, dan hormon tiroid.

Jika riwayat atau pemeriksaan menunjukkan adanya keadaan

hiperandrogenik, serum testosteron bebas, testosteron total dan konsentrasi

dehidroepiandrosteron sulfat dapat diperiksakan. Jika pasien sangat pendek,

analisis kariotip harus dilakukan untuk menyingkirkan sindrom Turner. Jika

adanya estradiol endogen sekresi tidak jelas dari pemeriksaan fisik (misalnya

10
perkembangan payudara), serum estradiol dapat diukur. Jumlah darah

lengkap dan panel metabolik yang komprehensif mungkin berguna jika riwayat

atau pemeriksaan menandakan adanya penyakit kronis. (Sabila Rosyida,

2018)

d. Pengujian lebih lanjut

Ultrasonografi pelvis dapat membantu mengkonfirmasi adanya atau tidak

adanya rahim, dan dapat mengidentifikasi kelainan struktur organ reproduksi.

Jika diduga tumor pituitari, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat

dilakukan.

Tantangan hormonal (misalnya medroksiprogesteroneasetat (Provera),

10 mg per hari per hari selama tujuh sampai 10 hari) dengan diberikan untuk

mengkonfirmasi anatomi fungsional dan estrogenisasi yang adekuat, secara

tradisional sangat penting bagi evaluasi. Beberapa ahli menunda pengujian ini

karena hubungannya dengan status estrogen relatif tidak dapat diandalkan.

(Sabila Rosyida, 2018).

11
H. CLINICAL PATHWAY

MENSTRUASI

AMENORE:
Amenore Primer & Amenore Sekunder

AMENORE SEKUNDER

ETIOLOGI

 Gangguan pada Kompartemen I:Sindroma PATOFISIOLOGI: Menstruasi adalah


Asherman, Endometritis Tuberkulosa siklus teratur peluruhan lapisan rahim
 Gangguan pada Kompartemen II :
akibat interaksi hormon yang diproduksi
Premature Ovarian Failure, Sindroma oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.
Ovarium Resisten Gonadotropin
 Gangguan pada Kompartemen III : Tumor
hipofisis, Adenoma hipofisis sekresi
prolaktin, Sindroma Sheehan MANIFESITASI KLINIK
 Gangguan pada Kompartemen IV :
Amenorea hipotalamus, Eating disorder
(Anoreksia nervosa, Bulimia)
PENATALAKSANAN:

Anamnesis, Pemeriksaan fisik,


Evaluasi laboratorium, Pengujian
Lebih Lanjut

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Rabu, 06-04-2022

Jam :09.15 wita

Tempat : Poli Kandungan

- DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Istri Suami

Nama Nn.A -
Umur 22 tahun - 2.
Agama Islam - 2.
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia -
2.
Pendidikan SMA -
Pekerjaan Mahasiswa - 2.

Alamat
Komp. Cahaya
-
2.
Idaman
2.
Keluhan Utama : Pasien mengatakan sudah tidak mendapatkan haid
selama 5 bulan dan berat badan naik turun secara drastis. Hari
pertama haid terakhir tanggal 22 November 2021

3. Riwayat Menikah : pasien mengatakan belum menikah

4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Siklus : 35 hari
c. Teratur/tidak : tidak teratur
d. Lamanya : 4-3 hari

13
e. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
f. Dismenorhoe : ada

5. Riwayat Ginekologi

a. Perdarahan diluar Haid : tidak ada

b. Riwayat Keputihan : ada


c. Riwayat perdarahan setelah
berhubungan badan :tidak ditanyakan
d. Riwayat nyeri saat

berhubungan badan : tidak ditanyakan

e. Riwayat adanya massa tumor

pada payudara dan alat kandungan : tidak ditanyakan

6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan : pasien mengatakan tidak riwayat penyakit
sebelumnya seperti hipertensi, diabetes, asma, HIV/AIDS dan
penyakit lainnya
b. Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan keluarga tidak
memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, asma,
HIV/AIDS dan penyakit lainnya
7. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi :sayuran, daging,
buah-buahan, nasi, roti

Frekuensi : 3 kali
Porsi makan : 1 piring
Pantangan : tidak ada
b. Eliminasi

14
BAB
Frekuensi : 2 kali
Konsistensi : lembek
Warna : kecoklatan
Masalah : tidak ada
BAK
Frekuensi : 4-5 kali
Warna : kuning keputihan
Bau : bau urin
Masalah : tidak ada
c. Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2 kali
Frekuensi gosok gigi : 2 kali

Frekuensi ganti pakaian/jenis : 2 kali


d. Aktifitas : kuliah
e. Tidur dan Istirahat
Siang hari : 1-2 jam
Malam hari : 7-8 jam
Masalah : tidak ada
f. Pola Seksual
Masalah :tidak ada

8. Data Psikososial dan Spiritual


a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : pasien mengatakan
cemas karena belum mendapatkan haid dalam kurun waaktu 5
bulan

b. Ketaatan ibu beribadah :pasien mengatakan sholat


c. Hubungan sosial ibu dengan keluarga : pasien mengatakan baik
d. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : pasien
mengatakan orang tua

15
- DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Berat badan : 57 kg
d. Tinggi badan : 160 cm
e. Tanda Vital :TD 128/78 mmHg, Nadi 80 x/menit,
Suhu 36,5 °C, Respirasi 21 x/menit
f. IMT : 22,2

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
- Kepala : rambut bersih, tidak berketombe, dan tidak
mudah rontok.
- Muka : tidak pucat, tidak adanya edema dan benjolan
- Mata :simetris, sklera putih tidak ikteri, konjungtiva
berwarna merah muda
- Telinga : simetris, tidak ada serumen, dan pendengaran
baik
- Hidung : tidak adanya lendir
- Mulut :bibir lembab, tidak ada sariawan, tidak ada caries
gigi
- Payudara :simetris kiri dan kanan, putting menonjol
- Perut :tidak ada bekas operasi
- Tungkai : tidak ada edema, dan tidak ada varices
- Genitalia : tidak terdapat pengeluaran

b. Palpasi
- Muka : tidak adanya edema dan benjolan
- Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
- Payudara : tidak ada nyeri tekan

16
- Perut : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

3. Pemeriksaan Penunjang :
Rabu, 06 April 2022

- USG : organ reproduksi dalam keadaan normal

17
- ANALISIS DATA
1. Diagnosa Kebidanan : NN. A usia 22 th dengan amonorrea sekunder
2. Masalah : cemas
3. Kebutuhan : KIE dan kolaborasi dengan Dokter SPOG

- PENATALAKSANAN

1. Memberitahu pasien hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan

yaitu:

a. Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis,

b. Berat badan 57 kg

c. Tinggi badan 160 cm,

d. Tanda Vital (TD 126/78 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,5 °C,

Respirasi 21 x/menit).

R/ Pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan

hasil pemeriksaan yaitu tentang diagnosis, tindakan medik, yang

akan dilakukan segala resiko dari tindakan tersebut. (Valeri M.P.

Siringoringo 2017)

E/ Pasien sudah tahu dan mengerti tentang hasil pemeriksaan yang

sudah dilakukan.

2. Memberikan KIE tentang nutrisi dan zat besi yang dibutuhkan pasien

dengan tidak mengkonsumsi makanan cepat saji atau instan dan juga

sarankan pasien untuk mengkonsumsi sayuran, buah- buahan, ikan, dan

daging

R/ Asupan nutrisi pada pasien menjadi faktor penting dalam kesehatan

18
dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang untuk mengatur pola

makan (LAELATI 2017)

E/ pasien mengerti atas saran yang sudah diberikan untuk tidak

mengkonsumsi makanan cepat saji atau instan dan akan mengkonsumsi

makanan yang sudah disarankan

3. Menyarankan pasien untuk melakukan olahraga yang ringan, untuk

memperlancar siklus menstruasi.

R/ Olahraga dapat memberikan pengaruh yang halus atau ekstrem pada

siklus menstruasi, tergantung pada bagaimana tubuh bereaksi terhadap

aktivitas fisik. Menstruasi dan tingkat kebugaran memang saling

berhubungan, karena menstruasi dikendalikan oleh produksi dan

regulasi hormon tubuh. Sementara itu, aktivitas fisik dari olahraga akan

memengaruhi kadar hormon tersebut. 

E/ pasien bersedia untuk melakukan olahraga ringan

4. Menjelaskan kepada pasien tentang amenorrea sekunder.

Amenorrea sekunder adalah tidak adanya menstruasi selama lebih dari

3 interval siklus atau 6 bulan berturut-turut pada wanita yang

sebelumnya mengalami menstruasi. Amenorrea sekunder biasanya

disebabkan karena malnutrisi, keadaan emosional, perubahan

lingkungan, dan beberapa penyakit organ resproduksi lainnya,

gangguan hormonal, dll

R/ pasien berhak mengetahui apa penjelasan yang dimaksud dengan

penyakit yang diderita pasien itu sendiri

19
E/ Pasien pun mengerti dan memahami tentang amenorrea sekunder

5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk melakukan USG dan


pemberian obat.
- Norethisterone 2x1 (dikonsumsi 10 hari)
Obat kandungan hormon progesterone buatan untuk
mengobato endometriosis, gangguan siklus menstruasi, atau
perdarahan uterus abnormal.
R/ Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kondisi yang dialami oleh
pasien
E/ kolaborasi telah dilakukan, hasil pemeriksaan USG rahim dalam
keadaan normal

6. Memberitahukan melakukan kunjungan ulang saat mendapatkan haid


R/ agar mengetahui kondisi pasien lebih lanjut kedepannya
E/ Pasien mengerti dan bersedia untuk kunjungan ulang

20
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien didiagnosa Amenore Sekunder karena berdasarkan


dari data subjektif yang di dapatkan dari anamnesa yang sudah dilakukan pada
pasien mengatakan sudah tidak mendapatkan haid selama 5 bulan dan berat badan
naik turun secara drastis. Hari pertama haid terakhir tanggal 22 November 2021.

Menurut (Novamdi, 2016) Amenore sekunder adalah keadaan dimana


seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluhkan tidak adanya menstruasi
selama lebih dari tiga bulan pada perempuan atau wanita yang sebelumnya memiliki
siklus menstruasi reguler atau enam bulan pada anak perempuan atau wanita yang
memiliki menstruasi tidak teratur. Tidak terdapat kesenjangan antara praktik dilahan
dengan teori.

Data Objektif dengan melakukan pemeriksaan umum dengan keadaan


umum baik, Tekanan darah 128/78 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,5 C, Respirasi
21 x/menit, tinggi badan 160 cm , berat badan 57 kg, dan dilakukan pemeriksaan
khusus dengan hasil normal. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pemeriksaan USG dengan hasil organ reproduksi dalam keadaan
normal.

Pada data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan


fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnosti lainnya yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan (Mufdillah, Asri Hidayat, 2012). Data objektif yang
ditemukan dari kunjungan pertama keadaan umum baik, kesadaran Composmentis
dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Namun ibu tidak mengalami haid setelah
3 bulan yang lalu, hal ini menunjukkan tidak terdapatnya kesenjangan dalam teori.

Asessment kasus ini selaras dengan teori menurut (Trirestuti & Puspitasari,
2018) Pendokumentasian yang termasuk assesment yaitu menggambarkan
pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi subjektif, dan objektif dalam suatu
identitasi, baik itu diagnosis atau masalah, antisipasi diagnosis atau masalah

21
potensial. Selain itu identifikasi mengenai perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter. Diagnosa yang dapat ditegakkan pada asuhan kebidanan ini adalah NN.A
Usia 23 th dengan Amenorrea Sekunder.

Memberitahu pasien hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan yaitu agar


pasien mengetahui keadaanya dari penatalaksanan ini memiliki hubungan dengan
teori yang didapatkan pada penelitian Valeri M.P.Siringoringo (2017)¸ Pasien berhak
mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan yaitu tentang
diagnosis, tindakan medik, yang akan dilakukan segala resiko dari tindakan
tersebut. Berdasarkan data yang dilakukan pada tanggal 06 April 2022 rahim
dalam keadaan normal. Menurut Manuaba (2009) setiap perdarahan abnormal
yang terjadi bersamaan atau diluar menstruasi sebaiknya melakukan
konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Analisa
berdasarkan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada Ibu tidak ada
kesenjangan.

Memberikan KIE tentang nutrisi yang dibutuhkan pasien dengan tidak


mengkonsumsi makanan cepat saji atau instan dan juga sarankan pasien untuk
mengkonsumsi sayuran, buah- buahan, ikan, dan daging. Pemberian KIE ini sejalan
dengan teori yang didapatkan pada penelitian LAELATI (2017), Asupan nutrisi pada
pasien menjadi faktor penting dalam kesehatan dengan mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang untuk mengatur pola makan. Tidak terdapat kesenjagan antara
teori dan kasus.

22
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ibu dengan berupa
pengumpulan data subjektif dan objektif, yaitu anamnesa, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik, dan data penunjang, menuntukan analisis untuk
mengetahui masalah dan diagnose pada pasien, serta penatalaksanan yang
telah diberikan.

Berdasarkan data yang sudah didapatkan dari data subjektif, objektif


dan juga data penunjang, maka diagnose yang diberikan kepada pasien yaitu
“Pada nn.A usia 23th dengan Amenore Sekunder”.

B. SARAN

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan untuk mahasiswa bisa menjadikan informasi yang penting


dalam menangani Amenore Sekunder dan bisa dilakukan asuhan sesuai
yang sudah didapatkan dari materi dan juga saat berada di lahan praktik.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan lebih menekanan pada pendidikan


kesehatan seperti melakukan sosialiasi tentang Amenore Sekunder
maupun tentang Kesehatan Reproduksi kepada masyarakat, atau anak
sekolah tentang Kesehatan Reproduksi.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan pasien dan keluarga dapat mengerti tentang Amenore


Sekunder atau pun Kesehatan Reproduksi dan apabila menemukan
tanda-tanda serta gejala dari Amenore Sekunder maka di harapkan
pasien atau keluarga untuk tidak cemas dan segera melakukan
pemeriksaan ke RS atau ke tenaga kesehatan lainnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agita Anggun, Dkk. 2015. “MAKALAH SISTEM REPRODUKSI I KONSEP


DASAR PENYAKIT AMENORE.” PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH SURABAYA.

Irianto, K (2014) Pelayanan Keluarga berencana. Bandung: Alfabeta.

LAELATI, SEFTIKA. 2017. “ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN


REPRODUKSI PADA NY. S UMUR 29 TAHUN DENGAN KISTA
OVARIUM DI RUANG GINEKOLOGI RSUD K.R.M.T
WONGSONEGORO KOTA SEMARANG.” thesis, Universitas
Muhammadiyah Semarang

Munawaroh, Siti, dan Vivi Yosafianti Pohan. 2019. “Efektifitas Media Audio
Visual (Video) Untuk Meningkatkan Ketrampilan Pemeriksaan Fisik
Pada Mahasiswa S1 Keperawatan.” Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah: Hal 171-176.

Mutia, Kamsatun. 2017. “LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK


BERHUBUNGAN.” Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol. 5(No.1):
Hal 93-106.

Nindy Rahmi Izzaty, Dkk. 2017. “SECONDARY AMENORRHEA THERAPY


WITH ACCUPUNCTURE AND TURMERIC - FENUGREEK
HERBAL.” Journal of Vocational Health Studies Vol.01(No.01): Hal
27-31.
Novandi, Bella Pitaloka Putri. 2016. “ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN
REPRODUKSI PADA Nn. D UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENORE
SEKUNDER DI BPM SITI RODIYAH SUKOHARJO.” KTI, PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA.
Rani, Astrie Siswita. 2021. “HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

24
DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI RSUD
WONOSARI.” skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta: 8–25.
Sitti Jai Fitri Dewi Jalias, Dkk. 2020. “Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Terhadap Minat Kembali Pasien Melalui Tingkat
Kepuasan Di Puskesmas Tamalate Makassar 2020.” Journal of
Muslim Community Health (JMCH): Hal 37-49.

Sabila Rosyida, S.Ked. 2018. “Amenore sekunder.” BAGIAN/SMF


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN ULM –
RSUD ULIN BANJARMASIN.

SAPUTRI, MARFIYANA ADINDA UMAR. 2018. “MANAJEMEN ASUHAN


KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSIPADA NY „S‟
DENGAN KISTA OVARIUM DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR T
ANGGAL 18 JULI - 22 JULI TAHUN 2018.” KTI , FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR.

Valeri M.P. Siringoringo, Dkk. 2017. “PENGATURAN PERLINDUNGAN


HUKUM HAK-HAK PASIEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TENTANG KESEHATAN DI INDONESIA.”
DIPONEGORO LAW JOURNAL Vol.6(No.2): Hal 1-13.

WINDARI, LATIFA NUR. 2020. “HUBUNGAN TINGKAT STRES PADA


KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT TERHADAP
SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG.” thesis, Universitas
Muhammadiyah Malang: Hal 5-48.

25

Anda mungkin juga menyukai