Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

MEMBUAT AWETAN SPERMA PADA KELAS AMPHIBI

OLEH :

KELOMPOK 2:

M. KHAIRUL AZMI (4171141027)

MAYSAROH (4173341040)

MIRANDA L. TOBING (4173141041)

NADIA BR. GINTING (4171141028)

KELAS : BIO DIK D 17

JURUSAN BIOLOGI

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya, kami bisa menyusun dan menyajikan tugas Mini Riset ini. Tulisan ini
untuk memenuhi tugas “Praktikum Perkembangan Hewan”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah


Praktikum Perkembangan Hewan serta asisten laboratorium yang sudah
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas mini riset ini.

Laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunannya. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca. Akhir kata, kami berharap
semoga Mini Riset ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada
pembaca.

Medan, April 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................ii

Daftar isi.......................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................2

1.3 Tujuan ..................................................................................................2

BAB II. TINJAUAN TEORITIS.................................................................3

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................7

3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................7

3.3 Prosedur Kerja.....................................................................................8

3.3.1 Prosedur Pengambilan Sperma Kodok (Bufo sp.)..........................8

3.3.2 Prosedur Pengambilan Sperma Katak (Rana sp.)...........................8

3.3.3 Prosedur Pengambilan Sperma Salamander

(Ambystoma mexicanum)...............................................................9

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.........................................................................................11

4.2 Saran…………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem
reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel
dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif
spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan
munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi seringdiperlukan
adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi
pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak
kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila
mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala,
ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma.
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas
membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa
berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah
gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa
secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu
menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program
perkembangan dalam sel telur  
Pada pengamatan yang dilakukan yaitu pada spesies Bufo sp, Rana sp, dan
Ambystoma mexicanum. Proses reproduksi katak dimulai dengan pembuahan,
katak akan melakukan amplexus selama beberapa jam sampai beberapa hari pada
waktu tertentu. Amplexus merupakan kesempatan terbaik untuk pemupukan telur
oleh sperma di luar tubuh. Para janrtan dan betina yang bersanggama, melepaskan
telur dan sperma untuk dibuahi pada waktu yang sama dan kemudian
meninggalkan telur mereka untuk berkembang sendiri.
Sedangkan pada salamander melakukan perkembangan biakan dengan
pembuahan internal tanpa hubungan seksual. Organ reproduksi salamander jantan
yaitu testis, saluran Mullerian, wolffi dan cloaca. Sementara organ repdoduksi
salamander betina yaitu ovarium, saluran telur, saluran wolffi dan cloaca.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara membuat awetan sperma pada kelas amphibi
1.3 Tujuan
Dari masalah yang di dapat, maka tujuan di lakukannya tugas Mini Riset
ini yaitu cara membuat awetan sperma pada kelas amphibi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

Amphibia mempunyai ciri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang


berlendir, merupakan hewan berdarah dingin (poikilotem), mempunyai jantung
yang terdiri dari tiga ruang yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua
pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat
diantara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang,
matanya mempunyai selaput tambahan yang diebut membrane niktilans yang
sangat berfungsi waktu menyelam. Pernapasan saat masih kecobang berupa
insang dan setela dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit,
hidingnya mempunyai katup yang mencegah air yang masuk kedalam rongga
mulut ketika berenang, dan berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya
dan dibuahi oleh yang jantang diluar tubuh induknya atau pembuahan eksternal
(Djuanda, 1982).
Bentuk testis amphibia memperlihatkan korelasi dengan bentuk tubuh.
Testis berbentuk oval, berisi tubulus seminiferus yang berhubungan dengan
duktus kolektivus yang longitudinal. Terdapat juga badan lemak, yang pada masa
kawin mengecil dan membesar sesudahnya. Ada saling hubungan antara saluran
reproduksi dan sistem ekskresi pada katak jantan. Duktules eferen biasanya masuk
ke testis atau sepanjang tepi medial melalui kanal longitudinal. Duktules eferen
berjalan lewat mesorkhium, masuk bagian anterior opistonephros pada sisi
medialnya, dan dapat juga membentuk hubungan langsung dengan duktus
archinephric atau bergabung dengan pipa-pipa ginjal tertentu yang akan
menghubungkannya dengan duktus archinephric. Spermatozoa lewat melalui
rangkaian saluran melintang untuk bergabung dengan pipa-pipa ginjal yang
mengalirkannya ke dalam archinephric.
Pembuahan pada Rana sp dan Bufo sp dilakukan di luar tubuh. Pejantan
akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari
belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang katak jantan akan memijat perut
katak betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan,
pejantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur

3
yang dikeluarkan si betina. Organ reproduksi pada Rana sp dan Bufo sp berbeda
antara jantan dan betina. Pada jantan terdapat sepasang testis (bentuknya oval,
warnanya keputih – putihan) terletak disebelah atas ginjal. Dari testis terdapat
saluran yang disebut vas defferens yang bermuara di kloaka. Bagian ureter yang
dekat kloaka mengalami pembesaran yang disebut vesicula seminalis yang
berfungsi untuk penampungan sementara spermatozoa. Organ reproduksi betina
terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat pada bagian belakang rongga tubuh
diikat oleh penggantungnya yang disebut mesovarium. Pada saat “musim kawin”
pada ovarium terpadat ovum yang masak dan menuju saluran yang disebut
oviduk. Bagian posterior oviduk membesar membentuk uterus. Selanjutnya telur
dikeluarkan melalui kloaka keluar dari tubuh. Pada katak terjadi fertilisasi
eksternal (pembuahan di luar tubuh).
Salamander berkembang biak secara internal, di mana umumnya jantan
menghasilkan spermatofor yang merupakan kantung berisi sel sperma matang
yang nantinya akan dimasukkan oleh hewan betina ke dalam kloaka. Kloaka
salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan. Setelah
sel telur betina dibuahi, akan terbentuk menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di
air atau di darat. Seperti semua amfibi, bertelur di air, telur salamander tidak
memiliki cangkang seperti telur ayam.
Metode oles merupakan metode pembuatan preparat dengan cara
mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan
diatas kaca objek. Metode ini dipakai untuk pembuatan preparat smear
spermatozoa. Untuk metode ini biasanya digunakan bahan dari sel hewan. Teknik
– teknik pada pembelajarannya mengacu pada cara preparat itu sendiri dibuat.
Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih
dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode) yang
bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam sel
itu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadi
lebih awet (Pujawati, 2002).
Salah satu metode dalam mikroteknik adalah membuat sediaan dengan
cara dioleskan di atas kaca objek dengan bantuan kaca objek yang lain. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh apusan yang setips-tipisnya sehingga bentuk dari sel

4
yang dijadikan bahan apusan tersebut dapat terlihat dengan jelas di bawah
mikroskop. Dengan kata lain teknik pembuatan perparat dengan metode apusan
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bentuk sel yang sejelas-jelasnya
sehingga sel tersebut dapat dengan mudah untuk diketahui dan diamati (Santoso,
2002).
Spermatozoa merupakan sel gamet jantan yang sangat terdeferensiasi.
Fungsinya adalah untuk mengantarkan material genetis jantan ke betina dan
mengaktifkan program perkembangan telur. Analisis sperma dilakukan untuk
mengetahui proses pada pembuahan, waktu pada setiap tahapan dan mengetahui
serta menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam pembuahan. Salah satu
upaya yang mungkin dilakukan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa
epididimis selama proses kriopreservasi (pembekuan) adalah dengan
menambahkan gula (karbohidrat) ke dalam larutan pengencer. Gula berfungsi
sebagai substrat bagi sumber energi dan krioprotektan ekstraseluler, sehingga
dapat melindungi dan menunjang kehidupan spermatozoa selama proses
pengolahan. Gula telah terbukti mampu memperbaiki kualitas semen beku
(spermatozoa ejakulat), seperti sukrosa pada semen beku sapi, trehalosa dan
EDTA pada semen beku domba Pampinta, serta dextrosa, rafinosa, trehalosa, dan
sukrosa pada semen domba Garut (Yulnawati, 2005).
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem
reproduksi lakilaki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot.
Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang
menjadi embrio. Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-
laki. Sel sperma manusia terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor
sepanjang 50 µm. Sel sperma pertama kali diteliti oleh seorang murid dari
Antonie van Leeuwenhoek tahun 1677. Sperma berbentuk seperti kecebong, dan
terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher menghubungkan kepala dengan
bagian tengah. Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak maju, panjang ekor
sekitar 10 kali bagian kepala (Wikipedia, 2012).
Spermatogenesis bermula dengan terjadinya proses pembelahan
pematangan pertama dimana kromosom ayah dan ibu terbagi untuk dua sel anak

5
(spermatosid II) yang kemudian membelah menjadi spermatid dan melalui
pembelahan pematangan kedua akan dihasilkan empat sel sperma (Rohen, 2009).
Sperma yang kelainan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitucacat
bawaan dari lahir, kegagalan testis untuk turun ke skrotum, pemaparan bahaya
seperti sinar-x, radioaktivitas, beberapa gangguan genital, kondisi panas disekitar
testis dan stres emosional (Alam, 2007).

6
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 17 April 2020 di ruang 84.2.02,


Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas
Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan, Sumatera Utara. Kegiatan
pengambilan dan pengawetan sperma dari kelas Amphibi ini diwakili oleh spesies
Kodok (Bufo sp.), Katak (Rana sp.) dan Salamander (Ambystoma mexicanum).

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Nama Alat Jumlah


Botol Bius 1 buah
Kapas Secukupnya
Alat Bedah 1 set
Baki Preparat 1 buah
Mikroskop 1 buah
Kaca Objek 3 buah
Kaca Penutup 3 buah
Kapas steril Secukupnya
Jarum pentul 1 set
Cawan petri 1 buah

3.2.2 Bahan

Nama Bahan Jumlah


Larutan Chlorofom atau Eter Secukupnya
Spesies Jantan Bufo sp. 1 ekor
Spesies Jantan Rana sp. 1 ekor
Spesies Jantan Ambystoma
1 ekor
mexicanum
Pewarna eosin red Secukupnya
Larutan ringer Secukupnya

3.3 Prosedur Pelaksanaan

7
3.3.1 Prosedur Pengambilan Sperma Kodok (Bufo sp.)

1. Melakukan pengamatan pada preparat Bufo sp. yang akan diambil


spermanya.
2. Siapkan botol bius. Isi dengan beberapa lembar kapas. Tuangkan
sedikit chloroform atau ether pada kapas. Masukkan spesimen ke
dalam botol bius. Tunggu beberapa menit hingga spesimen mati suri.
3. Lakukan pembedan. Pembedahan dimulai dengan menggunting
bagian abdomen (0,5 cm di depan anus), ke arah cranial hingga tepat
di bagian cervix. Buka bagian muskulernya, fiksasi dengan jarum
pentul sehingga bagian dalam situs viscerum abdominis terbuka lebar.
4. Amati organ reproduksinya kemudian ambil satu testis menggunakan
pinset dan gunting. Potong testis pada bagian tengahnya, kemudian
oleskan cairan yang keluar pada kaca objek.
5. Amati bentuk sperma Bufo sp. di bawah mikroskop.

3.3.2 Prosedur Pengambilan Sperma Katak (Rana sp)

1. Lakukan pengamatan pada preparat Rana sp yang akan diambil


spermanya.
2. Siapkan botol bius. Isi dengan beberapa lembar kapas. Tuangkan
sedikit chloroform atau ether pada kapas. Masukkan spesimen ke
dalam botol bius. Tunggu beberapa menit hingga spesimen mati suri.
3. Lakukan pembedan. Pembedahan dimulai dengan menggunting
bagian abdomen (0,5 cm di depan anus), ke arah cranial hingga tepat
di bagian cervix. Buka bagian muskulernya, fiksasi dengan jarum
pentul sehingga bagian dalam situs viscerum abdominis terbuka lebar.
4. Amati organ reproduksinya kemudian ambil satu testis menggunakan
pinset dan gunting. Potong testis pada bagian tengahnya, kemudian
oleskan cairan yang keluar pada kaca objek.
5. Amati bentuk sperma Rana sp di bawah mikroskop.

3.3.3 Prosedur Pengambilan Sperma Salamander (Ambystoma mexicanum)

8
Jika pengambilan sperma dengan cara pembedahan, langkah –
langkahya sebagai berikut:

1. Amati bagian kloaka pada preparat salamander Ambystoma


mexicanum yang akan diambil spermanya
2. Lalu bedah salamander tersebut dimulai dari membelah 0,5 cm
didepan kloaka kearah abdomen hingga sampai pada bagian pulmo.
3. Fiksasi bagian yang telah dibedah tadi, dan cari testis dari salamander.
4. Tusuk dengan jarum pada bagian testis sampai keluar cairan dari
testis tersebut
6. Oleskan setipis mungkin cairan tersebut ke kaca objek, lalu amati
dimikroskop
7. Hipotesis dari bentuk sperma salamander ini adalah bentuknya
meruncing pada bagian “kepala” sel sperma
Pengambilan sperma dengan cara mengambil spermatofor jantan
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Siapkan salamander Ambystoma mexicanum betina dan jantan yang
dewasa dan siap kawin
2. Letakkan dalam satu wadah atau tempat dimana Ambystoma
mexicanum tersebut dapat melakukan perkawinan
3. Biarkan salamander Ambystoma mexicanum tersebut memulai “acara”
perkawinannya dan tunggu sampai jantan mengeluarkan
spermatofornya.
4. Ketika spermatofornya keluar, segera ambil spermatofor tersebut dan
ambil sedikit cairan sperma di dalam spermatofor tersebut dengan
menusukkan jarum secara perlahan sehingga tidak merusak
spermatofor tersebut
5. Setelah didapat sedikit cairan spermanya, oleskan setipis mungkin
cairan sperma tersebut ke kaca objek
6. Amati cairan sperma yg terdapat di kaca objek tadi dibawah
mikroskop
7. Hipotesis dari bentuk sperma salamander ini adalah bentuknya
meruncing pada bagian “kepala” sel sperma

9
Cara Membuat Preparat Awetan Spermatozoa Amphibi( Katak, Kodok
dan Salamander)
1. Pertama, alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum dipersiapkan.
2. Testis yang digunakan dalam kegiatan praktikum dipersiapkan.
3. Testis disayat agar sperma yang ada di dalamnya dapat dikeluarkan.
4. Testis yang telah disayat lalu direndam di dalam larutan NaCl 0.9% agar terjadi
proses pengenceran. Fungsi larutan NaCl yaitu untuk menambah daya
viabilitas dan motilitas spermatozoa serta mempertahankan daya hidup sel
sperma selama 20-25 menit.
5. Tahap selanjutnya dilakukan teknik smear/ apus sel sperma agar didapatkan
lapisan tipis sperma. Setelah itu, dikeringkan pada suhu kamar.
6. Kemudian difiksasi dengan menggunakan alkohol 96%. Bertujuan untuk
menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan,
mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis. Lalu, dikeringkan
selama 10 menit pada suhu kamar.
7. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan giemsa atau eosin. Tahap ini
bertujuan untuk mempertajam atau memperjelas sel sperma tersebut. Lalu
dikeringkan selama 10-20 menit.
8. Tahap terakhir, teknik pembilasan dengan menggunakan aquades. Jika
pewarnaan belum maksimal, tahap pewarnaan dapat diulangi lagi sebelum
dibilas. Tetapi jika pewarnaan yang terlalu tebal, dapat diatasi dengan dibilas
sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Setelah itu, preparat dikeringkan pada
suhu kamar dan siap untuk diamati di mikroskop.

10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat, maka untuk membuat awetan sperma
kita harus memperhatikan semua alat dan bahan serta prosedur yang kita lakukan.
Cara Membuat Preparat Awetan Spermatozoa Amphibi( Katak, Kodok dan
Salamander)
1. Mempersiapkan semua alat dan bahan untuk membuat awetan, yaitu Bufo sp,
Rana sp dan salamander
2. Untuk mengambil sperma memerlukan sayatan pada testis
3. Melakukan awetan sesuai dengan prosedur kerja yang sudah dibuat dengan
benar.
4.2 Saran
Agar awetan sperma yang dilakukan berhasil, maka dari itu lakukanlah
dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur kerja dan memakai alat yang setril
dan bahan yang benar agar awetan tersebut mendapatkan hasil yang sempurna.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir. (2007). Infertil. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Asiyah, D. N. 2018. Laporan Praktikum Salamander (Caudata).
http://dewinurul542.blogspot.com/2018/06/praktikum-salamander-
caudata.html (diakses tanggal 15 April 2020)
Djuanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Bandung :
Amico.
Pujawati, D. (2002). Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Banjarbaru:
Fakultas MIPA Jurusan Biologi, Universitas Lambung Mangkurat.
Rohen, Johannes W. dan Drecoll, EL. (2009). Embriologi Fungsional. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Santoso, H. B. (2002). Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Banjarbaru:
Universitas Lambung Mangkurat.
Wikipedia. (2013). Spermatozoid. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Spermatozoid,
diakses 05 Oktober 2013).
Yulnawati, Setiadi MA. (2005). Motilitas dan Keutuhan Membran Plasma
Spermatozoa Epididimis Kucing Selama Penyimpanan pada Suhu 4°C. Journal
Medic Veteriner, XXI (3)

12

Anda mungkin juga menyukai