OLEH :
KELOMPOK 2:
MAYSAROH (4173341040)
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya, kami bisa menyusun dan menyajikan tugas Mini Riset ini. Tulisan ini
untuk memenuhi tugas “Praktikum Perkembangan Hewan”.
Laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunannya. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca. Akhir kata, kami berharap
semoga Mini Riset ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada
pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................ii
Daftar isi.......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
(Ambystoma mexicanum)...............................................................9
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................11
4.2 Saran…………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara membuat awetan sperma pada kelas amphibi
1.3 Tujuan
Dari masalah yang di dapat, maka tujuan di lakukannya tugas Mini Riset
ini yaitu cara membuat awetan sperma pada kelas amphibi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
yang dikeluarkan si betina. Organ reproduksi pada Rana sp dan Bufo sp berbeda
antara jantan dan betina. Pada jantan terdapat sepasang testis (bentuknya oval,
warnanya keputih – putihan) terletak disebelah atas ginjal. Dari testis terdapat
saluran yang disebut vas defferens yang bermuara di kloaka. Bagian ureter yang
dekat kloaka mengalami pembesaran yang disebut vesicula seminalis yang
berfungsi untuk penampungan sementara spermatozoa. Organ reproduksi betina
terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat pada bagian belakang rongga tubuh
diikat oleh penggantungnya yang disebut mesovarium. Pada saat “musim kawin”
pada ovarium terpadat ovum yang masak dan menuju saluran yang disebut
oviduk. Bagian posterior oviduk membesar membentuk uterus. Selanjutnya telur
dikeluarkan melalui kloaka keluar dari tubuh. Pada katak terjadi fertilisasi
eksternal (pembuahan di luar tubuh).
Salamander berkembang biak secara internal, di mana umumnya jantan
menghasilkan spermatofor yang merupakan kantung berisi sel sperma matang
yang nantinya akan dimasukkan oleh hewan betina ke dalam kloaka. Kloaka
salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan. Setelah
sel telur betina dibuahi, akan terbentuk menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di
air atau di darat. Seperti semua amfibi, bertelur di air, telur salamander tidak
memiliki cangkang seperti telur ayam.
Metode oles merupakan metode pembuatan preparat dengan cara
mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan
diatas kaca objek. Metode ini dipakai untuk pembuatan preparat smear
spermatozoa. Untuk metode ini biasanya digunakan bahan dari sel hewan. Teknik
– teknik pada pembelajarannya mengacu pada cara preparat itu sendiri dibuat.
Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih
dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode) yang
bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam sel
itu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadi
lebih awet (Pujawati, 2002).
Salah satu metode dalam mikroteknik adalah membuat sediaan dengan
cara dioleskan di atas kaca objek dengan bantuan kaca objek yang lain. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh apusan yang setips-tipisnya sehingga bentuk dari sel
4
yang dijadikan bahan apusan tersebut dapat terlihat dengan jelas di bawah
mikroskop. Dengan kata lain teknik pembuatan perparat dengan metode apusan
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bentuk sel yang sejelas-jelasnya
sehingga sel tersebut dapat dengan mudah untuk diketahui dan diamati (Santoso,
2002).
Spermatozoa merupakan sel gamet jantan yang sangat terdeferensiasi.
Fungsinya adalah untuk mengantarkan material genetis jantan ke betina dan
mengaktifkan program perkembangan telur. Analisis sperma dilakukan untuk
mengetahui proses pada pembuahan, waktu pada setiap tahapan dan mengetahui
serta menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam pembuahan. Salah satu
upaya yang mungkin dilakukan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa
epididimis selama proses kriopreservasi (pembekuan) adalah dengan
menambahkan gula (karbohidrat) ke dalam larutan pengencer. Gula berfungsi
sebagai substrat bagi sumber energi dan krioprotektan ekstraseluler, sehingga
dapat melindungi dan menunjang kehidupan spermatozoa selama proses
pengolahan. Gula telah terbukti mampu memperbaiki kualitas semen beku
(spermatozoa ejakulat), seperti sukrosa pada semen beku sapi, trehalosa dan
EDTA pada semen beku domba Pampinta, serta dextrosa, rafinosa, trehalosa, dan
sukrosa pada semen domba Garut (Yulnawati, 2005).
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem
reproduksi lakilaki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot.
Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang
menjadi embrio. Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-
laki. Sel sperma manusia terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor
sepanjang 50 µm. Sel sperma pertama kali diteliti oleh seorang murid dari
Antonie van Leeuwenhoek tahun 1677. Sperma berbentuk seperti kecebong, dan
terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher menghubungkan kepala dengan
bagian tengah. Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak maju, panjang ekor
sekitar 10 kali bagian kepala (Wikipedia, 2012).
Spermatogenesis bermula dengan terjadinya proses pembelahan
pematangan pertama dimana kromosom ayah dan ibu terbagi untuk dua sel anak
5
(spermatosid II) yang kemudian membelah menjadi spermatid dan melalui
pembelahan pematangan kedua akan dihasilkan empat sel sperma (Rohen, 2009).
Sperma yang kelainan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitucacat
bawaan dari lahir, kegagalan testis untuk turun ke skrotum, pemaparan bahaya
seperti sinar-x, radioaktivitas, beberapa gangguan genital, kondisi panas disekitar
testis dan stres emosional (Alam, 2007).
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
7
3.3.1 Prosedur Pengambilan Sperma Kodok (Bufo sp.)
8
Jika pengambilan sperma dengan cara pembedahan, langkah –
langkahya sebagai berikut:
9
Cara Membuat Preparat Awetan Spermatozoa Amphibi( Katak, Kodok
dan Salamander)
1. Pertama, alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum dipersiapkan.
2. Testis yang digunakan dalam kegiatan praktikum dipersiapkan.
3. Testis disayat agar sperma yang ada di dalamnya dapat dikeluarkan.
4. Testis yang telah disayat lalu direndam di dalam larutan NaCl 0.9% agar terjadi
proses pengenceran. Fungsi larutan NaCl yaitu untuk menambah daya
viabilitas dan motilitas spermatozoa serta mempertahankan daya hidup sel
sperma selama 20-25 menit.
5. Tahap selanjutnya dilakukan teknik smear/ apus sel sperma agar didapatkan
lapisan tipis sperma. Setelah itu, dikeringkan pada suhu kamar.
6. Kemudian difiksasi dengan menggunakan alkohol 96%. Bertujuan untuk
menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan,
mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis. Lalu, dikeringkan
selama 10 menit pada suhu kamar.
7. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan giemsa atau eosin. Tahap ini
bertujuan untuk mempertajam atau memperjelas sel sperma tersebut. Lalu
dikeringkan selama 10-20 menit.
8. Tahap terakhir, teknik pembilasan dengan menggunakan aquades. Jika
pewarnaan belum maksimal, tahap pewarnaan dapat diulangi lagi sebelum
dibilas. Tetapi jika pewarnaan yang terlalu tebal, dapat diatasi dengan dibilas
sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Setelah itu, preparat dikeringkan pada
suhu kamar dan siap untuk diamati di mikroskop.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat, maka untuk membuat awetan sperma
kita harus memperhatikan semua alat dan bahan serta prosedur yang kita lakukan.
Cara Membuat Preparat Awetan Spermatozoa Amphibi( Katak, Kodok dan
Salamander)
1. Mempersiapkan semua alat dan bahan untuk membuat awetan, yaitu Bufo sp,
Rana sp dan salamander
2. Untuk mengambil sperma memerlukan sayatan pada testis
3. Melakukan awetan sesuai dengan prosedur kerja yang sudah dibuat dengan
benar.
4.2 Saran
Agar awetan sperma yang dilakukan berhasil, maka dari itu lakukanlah
dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur kerja dan memakai alat yang setril
dan bahan yang benar agar awetan tersebut mendapatkan hasil yang sempurna.
11
DAFTAR PUSTAKA
12