Anda di halaman 1dari 24

PSB’16

LAPORAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN

PENGAMATAN PERKEMBANGAN EMBRIO KATAK

Disusun Oleh
Kelompok 5

1. Muhammad Wildan A.S (16030654020)


2. Rona Tiara Sajati (16030654026)
3. Asrofiatin Aliyah (16030654049)
4. Lafilatul Anisa (16030654076)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SAINS
2018
ABSTRAK

Praktikum dengan judul “Pengamatan Perkembangan Embrio Katak”


dilaksanakan pada hari kamis, 17 Mei 2018 di ruang Laboratorium Biologi Dasar
Jurusan Biologi FMIPA Unesa Surabaya. Praktikum ini bertujuan untuk
mengamati tahapan perkembangan embrio pada katak. Hasil yang diperoleh
dalam praktikkum ini adalah terdapat 7 tahapan dalam perkembangan embrio
katak yaitu, tahap awal, pembelahan morula, pembelahan tersier, pembelahan
yang membentuk struktur blastomer (kompleks), pembelahan katak membentuk
yolk plug, terjadi pembelahan yang membentuk yolk gland, pembelahan tahap
akhir neurula. Dari hasil pengamatan diatas tidak sesuai dengan teori. Agar tidak
terjadi ketidak sesuaian dengan teori hendaknya kita mempelajari terlebih dahulu
sumber literature yang berkaitan dengan tahapan perkembangan embrio pada
katak sehingga kita tahu bagaimana gambaran sel telur tiap tahapnya dengan
benar.

Kata Kunci: embrio, morula, blastula, gastrula

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ I

ABSTRAK ........................................................................................................... II

DAFTAR ISI ........................................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Pertanyaan Pengamatan ............................................................................ 1
C. Tujuan Pengamatan ................................................................................... 1
D. Manfaat Pengamatan ................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 3


A. Tahap Pembelahan .................................................................................... 3
B. Blastula...................................................................................................... 3
C. Gastrula ..................................................................................................... 4
D. Pembentukan Neurula ............................................................................... 4

BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 5


A. Metode Praktikum ..................................................................................... 5
B. Tempat, Waktu, Tanggal Praktikum ......................................................... 5
C. Alat dan Bahan .......................................................................................... 5
D. Langkah Percobaan ................................................................................... 5

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN.............................................................. 6


A. Data ........................................................................................................... 6
B. Analisis...................................................................................................... 10
C. Pembahasan ............................................................................................... 11
1. Tahap Satu .......................................................................................... 11
2. Tahap Dua .......................................................................................... 12
3. Tahap Tiga.......................................................................................... 12
4. Tahap Empat ...................................................................................... 13
5. Tahap Lima ........................................................................................ 13
6. Tahap Enam........................................................................................ 14
7. Tahap Tujuh ....................................................................................... 15
8. Tahap Delapan.................................................................................... 15
9. Tahap Sembilan .................................................................................. 16
10. Tahap Sepuluh .................................................................................... 17

iii
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
B. Saran .......................................................................................................... 18

Daftar Pustaka ....................................................................................................... v

Lampiran Dokumentasi ......................................................................................... vi

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katak merupakan hewan vetebrata yang termasuk dalam kelas amphibi.
Kelompok ampibi ini merupakan jenis hewan ovivar. Katak jantan dan katak
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar
tubuh. Pada saat kawin katak jantan dan katak betina akan melakukan
ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina
dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan
ovum ke dalam air dengan menyemprotkan sel-sel gametnya keluar tubuh
(frandson rd,1992). Setiap ovum yang keluar akan dilapisi selaput telur
(membrane vitelin). Sebelumnya ovum katak yang telah matang dan
berjumlah sepasang akan ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovun
dilanjutkan melalui oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa,
terdapat kantung yang mengembung yang disebut kantung telur (uterus).
Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan
bermuara pada kantong kloaka.
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami
pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik.Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui
beberapa fase.
Oleh karena itu, yang menjadi latar belakang praktikan dalam
pembuatan laporan ini yaitu agar praktikan bisa tahu mengenai bagaimana
tahapan perkembangan embrio katak.

B. Pertanyaan Pengamatan
Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis di atas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan pengamatan sebagai berikut:
1. Bagaimana tahapan perkembangan embrio katak?

C. Tujuan Pengamatan
Dari rumusan pertanyaan pengamatan diatas, dapat diketahui tujuan
diadakannya pengamatan ini adalah:
1. Untuk mengetahui tahapan perkembangan embrio katak

1
D. Manfaat Pengamatan
Adapun kegunaan dari diadakannya pengamatan ini yaitu,
1. Dapat melatih keterampilan praktikan dalam mengamati perkembangan
embrio pada katak.
2. Dapat memberikan informasi yang relevan bagi pembaca dan praktikan
lain.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

Salah satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi (berkembang biak).


Reproduksi bertujuan untuk melestarikan dan mempertahankan keberadaan atau
eksistensi suatu sepesies tersebut. Ada dua cara perkembangbiakan secara umum
yaitu vegetatif dan generatif. (Mahfudhoh, 2016)
Telur katak mempunyai dua kutub. Kutub anima berpigmen hitam
sedangkankutub vegetative tidak berpigmen. Cirri telur yang telah difertilisasi
adalah adanya daerah kelabu yang berbentuk sabit (grey crescent). Hal ini akibat
penetrasi spermasehinggaa pigmen di tempat yang berlawanan bergeser kea rah
masuknya spermakurang lebih sepertiga pigmen pigmen menjadi berkurang dan
tampak bagian ini lebihpucat warnanya. (Kusumawardani, 2015)

A. Tahap Pembelahan
Setelah fertilisasi terjadi maka pembelahan pun dimulai. Zigot yang
terbentuk memasuki,
1. Tahap I Pembelahan
Tipe pembelahannya holoblastik anequal, dimana pembelahan pertama
merupakan pembelahan bidang vertical dari kutub anima ke kutub
vegetatif melalui daerah abu-abu hingga dihasilkan dua sel
blastomer.
2. Tahap II Pembelahan
Yaitu suatu bidang vertical yang tegak lurus pada bidang pembelahan I
menghasilkan 4 blastomer.
2. Tahap III Pembelahan
Horizontal dan tegak lurus terhadap bidang pembelahan I dan II
lebih dekat ke kutub anima menghasilkan 8 blastomer yang tidak
sama besar, yaitu 4 mikromer dan 4 makromer (Kusumawardani, 2015).

Setelah mengalami beberapa kali pembelahan, ditemukan stadium


morula yang berongga dimana sel-sel pada kutub anima akan lebih besar
daripada sel-sel pada kutub vegetatif. Sel yang kecil disebut mikromer, sel
yang besar disebut disebut makromer dan sel menengah disebut mesomer.
Pada stadium selanjutnya akan kita temui perbedaan antara mikromer dan
makromer yang sangat menyolok serta telahditemui rongga yang besar
sehingga stadium ini disebut stadium blastula. (Kusumawardani, 2015).

B. Blastula
Embrio pada tahap blastula memiliki rongga yang letaknya mengarah
ke kutubanima. Rongga tersebut dinamakan blastocoel. Lapisan atap
blastocoel lebih tipisdaripada alasnya, karena atap blastocoel hanya

3
tersusun 2-4 lapisan mikromer. Kemudian embrio memasuki tahap
gastrula (Kusumawardani, 2015).

C. Gastrula
Gastrula dibentuk dari serangkaian proses gerakan sel dengan hasil
akhir berupa 3 lapisan embrional ectoderm, mesoderm, dan endoderm.
Pelekukan terjadi di daerah batasan antara mikromer dan makromer
yang selanjutnya menjadi bibir dorsal blastoporus (merupakan tahapan
gastrula awal), berakibat invaginasi sehingga sel-selyang berada diluar
bermigrasi ke dalam. Akibat invaginasi ini terbentuk rongga yangsemakin
lama semakin membesar yang merupakan bakal arkhenteron.
Rongga archenteron semakin membesar sehingga mendesak blastocoel yang
semakin lamarongganya mengecil (merupakan gastrula akhir).
(Kusumawardani, 2015)

D. Pembentukan Neurula
Setelah gastrulasi adalah tahap pembentukan neurula. Stadium
neurulasi dimulaidengan terbentuknya penebalan ektoderm neural pada
bagian dorsal yang disebutkeping neural (neural plate). Pada perkembangan
selanjutnya keping neural ini
akanmembentuk lekuk neural dan
kemudian mengalami perubahan
bentuk menjadibumbung neural
(neural tube). (Kusumawardani, 2015)
Pembentukan bermacam-macam
organ terjadi setelah neurulasi. Pada
stadium lanjut dari luar terlihat
adanya pemanjangan tubuh embrio
dan terbentuknya tunasekor. Pada
stadium ini telah terbentuk sistem
pencernaan makanan, alat indra,
sistemvaskuler dan ekskresi
(Kusumawardani, 2015).

Gambar 2.1 Tahap Perkembangan


Embrio pada Katak
(Sumber: Mahfudhoh, 2016)

4
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
pengamatan, karena pada praktikum ini tidak terdapat variabel.

B. Tempat, Waktu, Tanggal Praktikum


Tempat : Ruang Laboratorium Biologi lantai 1 gedung C10
Jurusan Biologi FMIPA Unesa
Waktu : 08.00 WIB
Tanggal Praktikum : 17 Maret 2018

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a) Mikroskop 1 buah
b) Pipet 1 buah
c) Cawan Petri 1 buah

2. Bahan
a) Awetan Seri Telur Katak (0jam -10 jam) 1 toples

E. Langkah Percobaan
Awetan Seri Telur
Katak (0 jam)

 Diambil telur katak dari


awetan 0 jam dengan
menggunakan pipet
tetes
 Diletakkan diatas cawan
petri
Awetan Telur Katak 0 Jam
pada Cawan Petri

 Diletakkan dan ditempatkan pada


mikroskop
 Diamati dengan mikroskop
 Diatur cahaya dan fokus pada
mikroskop
 Di dokumentasikan hasil
pengamatan
 Diulangi pengamatan mulai dari
awal tahap 1 untuk pengamatan
awetan telur katak ( 1 jam-10 jam)
secara bergantian.
Hasil Pengamatan Awetan 5
Telur Katak 0 Jam
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data
Tabel 4.1 Data Pengamatan Pembelahan Embrio pada Telur Katak
Jam Gambar Keterangan
ke-
0 Sel telur yang belum
mengalami
pembelahan

a. sel telur katak


a

1 Sel telur yang belum


mengalami
pembelahan

a a. sel telur katak

2
Pada sel telur katak
disamping belum
mengalami
pembelahan sel
a. sel telur katak
b b. kutub animal

6
3 Pembelahan morula
a. Blastomer-
blastomer

4 Pembelahan telur
katak tersier

a. Pembelahan
blastomer

7
5 Pembelahan Morula

a. Blastomer-
blastomer

6 Mengalami
pembelahan
membentuk struktur
blastomer
a (kompleks)
a. Blastula
b. Blastosol (cairan
b dalam sel)

7 Pembelahan katak
yang membentuk
yolk plug
a. Yolk plug

8
8 Pembelahan katak
yang membentuk
yolk gland

a. Pembentukan
a b anchenteron
b. Blastocoles

9 Tahap akhir
Neurulasi

a. neural tube
b. somit
c. archenteron
b d. notokord
e. endoderm
e

c
a

9
10 Sel telur yang belum
mengalami
pembelahan
a. sel telur katak

B. Analisis
Berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil praktikum tentang
pengamatan perkembangan embrio pada katak yaitu, pada telur katak jam ke
0 yang kami amati masih belum mengalami pembelahan sehingga hanya
terlihat sel telur katak. Telur katak jam ke 1 juga masih belum mengalami
pembelahan sehingga yang terlihat hanya sel telur katak. Telur katak jam ke
2, juga masih belum mengalami pembelahan sel namun dapat dilihat adanya
kutub animal. Telur katak jam ke 3 yang kami amati telah mengalami
pembelahan morula dan terdapat blastomer-blastomer. Telur katak jam ke 4
yang kami amati telah mengamati pembelahan telur katak tersier, dan dapat
dilihat adanya pembelahan blastomer. Telur katak jam ke 5 yang kami amati
terjadi pembelahan morula, dan dapat dilihat adanya blastomer-blastomer.
Telur katak jam ke 6 yang kami amati mengalami pembelahan yang
membentuk struktur blastomer (kompleks) dan dapat dilihat dengan adanya
blastula dan blastosol (cairan dalam sel). Telur katak jam ke 7 yang kami
amati terjadi pembelahan katak membentuk yolk plung. Kemudian telur katak
jam ke 8 dapat diamati bahwa terjadi pembelahan yang membentuk yolk
gland dengan adanya pembentukan anchenteron dan blastocoles. Telur katak
jam ke 9 terjadi pembelahan tahap akhir neurula dan terdapat neural tube,
somit, archenteron, notokord dan endoderm. Sedangkan telur katak jam ke 10
menunjukkan bahwa sel telur belum mengalami pembelahan dengan
terlihatnya sel telur katak.

10
C. Pembahasan
Hasil pengamatan dari perkembangan embrio katak adalah semakin
lama waktu yang dibutuhkan dalam mengawetkan sel telur katak akan
menyebabkan pembelahan katak yang semakin sempurna. Hal ini
dikarenakan telur katak yang telah dibuahi akan berkembang dari waktu ke
waktu.
Proses perkembangan/ metamorphosis katak secara umum dimulai dari
sel telur yang terkena oleh sel sperma sehingga sel telur terlihat diselimuti
oleh lendir dan mengambang secara berkelompok di permukaan air. Telur-
telur tersebut mulanya terlihat tidak berwarna dengan inti telur yang berada di
tengahnya, setelah empat jam kemudian akan terlihat pada sebelah atasnya
berwarna gelap. Sehingga bagian yang berwarna terang berada di daerah
bawah. Telur yang mengalami perubahan di atas menandakan bahwa telur
tersebut sudah dibuahi. Penetasan telur biasanya membutuhkan suhu yang
konstan yakni pada kisaran 26-29 oC. Perubahan suhu air dapat mengganggu
proses perkembangan bakal embrio. Proses penetasan telur biasanya
berlangsung selama 2-3 hari. (Pujaningsih, 2007)
Sehingga dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa jika kita mengamati
setiap jam telur katak akan mengalami perkembangan atau pembelahan.
Berikut tahapan perkembangan embrio katak
1. Tahap Satu
Telur yang kami amati pada jam ke 0 sampai jam ke 2 tidak
mengalami perkembangan embrio. Yaitu tetap pada keadaan awal, dan
hanya terlihat sel telur katak. Hal ini tidak sesuai dengan teori yaitu, pada
jam ke 1 Terbentuk membran pembuahan berbentuk bulan sabit dan
berwarna abu-abu (gray crescent) pada bagian permukaan telur yang
menjadi tempat masuk spermatozoon. Setelah mengalami pembuahan,
metabolisme sel telur akan meningkat, sementara permiabilitas dinding
sel telur berkurang.

Gambar 4.1 Telur yang telah dibuahi, umur 1 jam


(Sumber: Ir. Ciptono, M.Si., 2008)

11
2. Tahap Dua
Telur katak jam ke 3 yang kami amati telah mengalami pembelahan
morula dan terdapat blastomer-blastomer. Menurut Campbell et al (2008),
Pembelahan secara terus menerus menghasilkan sebuah bola sel padat
yang disebut morula. Sedangkan blastomer-blastomer adalah bagian-
bagian yang terbelah. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa seharusnya
pembelahan pertama yang terjadi adalah pembelahan primer yaitu
pembelahan pertama secara meridional dari kutub animal ke kutub vegetal
pada daerah kelabu yang terdapat dua buah blastomer. Moore (1988)
menyatakan bahwa pembelahan regional melalui kutub anima dan
vegetatif dan membelah daerah kelabu. Daerah kelabu sangat penting
dalam proses pembelahan.

Gambar 4.2 Pembelahan Telur Katak Primer


(Sumber: Morgan, 1897)

3. Tahap Tiga
Telur katak jam ke 4 yang kami amati telah mengamati pembelahan
telur katak tersier, dan dapat dilihat adanya pembelahan blastomer.
Pembelahan tersier merupakan pembelahan III yaitu terjadi pembelahan
arah horizontal dan tegak lurus terhadap bidang pembelahan I dan
II lebih dekat ke kutub anima menghasilkan 8 blastomer yang tidak
sama besar, yaitu 4 mikromer dan 4 makromer. Hal ini tidak sesuai
dengan teori, bahwa seharusnya dalam telur ini mengalami pembelahan
seekuder terlebih dahulu. Seperti halnya pada pengamatan yang dilakukan
oleh Ir. Ciptono,M.Si. Bidang pembelahan kedua masih tetap meridional
(vertikal). Pada saat ini terjadi perbedaan pembagian gray crescent. Dua
sel memiliki dan dua sel lainnya tidak memiliki.

12
Gambar 4.3 Gambar pembelahan sekunder menjadi 4 sel, umur 4,5 jam
(Sumber: Ir. Ciptono, M.Si., 2008)

4. Tahap Empat
Pada tahap ini terjadi tahap pembelahan tersier, yaitu pembelahan
dilakukan secara meriodional simultan menghasilkan 16 blastomer.
Berdasarkan gambar model 3, alur pembelahan berada pada kutub animal.
Pada bagian vegetalnya tidak mengalami pembelahan. Sesuai dengan
Sastry (2007), bahwa tahapan ini terjadi pada bagian kutub animal karena
pada bagian vegetalnya telah penuh oleh yolk, sehingga menghambat
terjadinya pembelahan.

Gambar 4.4 Pembelahan Tersier pada Embrio Katak


(Sumber : Bhatnagar & Bansal, 2008)

5. Tahap Lima
Telur katak jam ke 5 yang kami amati terjadi pembelahan morula,
dan dapat dilihat adanya blastomer-blastomer. Menurut Campbell et al
(2008), Pembelahan secara terus menerus menghasilkan sebuah bola sel
padat yang disebut morula. Sedangkan blastomer-blastomer adalah
bagian-bagian yang terbelah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa setelah
terjadi pembelahan tersier maka akan terjadi pembelahan morula.
Pembelahan ini merupakan lanjutan dari pembelahan tersier yang
mana termasuk dalam pembelahan ke 3. Pembelahan dilakukan secara
horizontal di atas dan di bawah bidang pembelahan 3 yang menghasilkan

13
32 blastomer. Menurut Campbell et al (2008), Pembelahan secara terus
menerus menghasilkan sebuah bola sel padat yang disebut morula.
Pembelahan ini terjadi perbedaan ukuran blastomer. Mikromer (sel-
sel blastomer yang berukuran kecil) berpigment tebal, sedangkan
makromer (yang berukuran lebih besar) berpigment tipis saja.

Gambar 4.5 Pembelahan Morula Embrio Katak


(Sumber: Gilbert, 2003)

6. Tahap Enam
Telur katak jam ke 6 yang kami amati mengalami pembelahan yang
membentuk struktur blastomer (kompleks) dan dapat dilihat dengan
adanya blastula dan blastosol (cairan dalam sel). Pada tahap ini juga
disebut tahapan blastula karena telah ditemukan suatu rongga yang
disebut blastocoel. Menurut Campbell (2008), Pada tahap ini mengacu
pada permukaan berlobus pada embrio. Suatu rongga yang penuh cairan
yang disebut balstosol (blastocoel) dan menghasilkan tahapan
perkembangan bola berlubang yang disebut blastula. Pada katak, karena
pembelahan yang tidak sama, blastocoel berada dibagian kutub animal.
Menurut Nieuwkoop (1979) fungsi rongga blastula adalah membatasi
interaksi antara bakal ektoderem dan sel-sel endoderm pada cincin
marginal yang mengelilingi tepi blastocoel. Amphibia memiliki tipe telur
telolesithal, sehingga telur katak akan membentuk blastula tipe
coeloblastula berlapis banyak.

Gambar 4.6 Blastula yang terdapat pada blastosol


(Sumber : Gilbert, 2003)

14
7. Tahap Tujuh
Telur katak jam ke 7 yang kami amati terjadi pembelahan katak
membentuk yolk plug. Yolk plug merupakan makromer yang menyumbat
blastoporus. Saat gastrulasi selesai, bibir blastoporus yang melingkar
mengelilingi sumbat kuning telur (yolk plug) yang terdiri dari sel – sel
luar kaya nutrien, kemudian sel – sel yang menonjol ini akan bergerak ke
dalam saat ekspansi ektoderm menyebabkan blastoporus semakin
menciut. Di titik ini, sel – sel yang tersisa di permukaan membentuk
ektoderm, tabung endoderm adalah lapisan terdalam dan mesoderm
terletak diantara kedua lapisan tersebut. Anus katak berkembang dari
blastoporus, sementara mulut akhirnya muncul di ujung arkenteron yang
berlawanan setelah membentang ke sisi ventral di dekat kutub animal
(Campbell et al, 2008). Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa
seharusnya terbentuknya yolk plug merupakan tahapan setelah tahapan
gastrula tengah sedangkan tahap ke tujuh menunjukkan pembentukan
bibir dorsal blastophorus yang merupakan ciri dari tahap awal gastrulasi.

Gambar 4.7 Tahap Awal Gastrula


(Sumber : Slack, 2006)

8. Tahap Delapan
Telur katak jam ke 8 dapat diamati bahwa terjadi pembelahan yang
membentuk yolk gland dengan adanya pembentukan anchenteron dan
blastocoles. Pada tahap ini merupakan tahap gastrula. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa pada tahap ini terdapat arkenteron
dalam blastosol. Menurut Bhatnagar & Bansal (2008) gastrula dimulai
dari bagian dorsal kutub vegetal. Gastrula dibentuk dari serangkaian
proses pergerakan sel (gerak morfogenik). Sel – sel yang tersisa di dekat
kutub vegetal sedikit memipih dan membentuk vegetal plate yang
melengkung ke dalam akibat perubahan bentuk sel yang disebut
invaginasi. Proses invaginasi terjadi di daerah intermediet (perbatasan
antara mikromer dan makromer). Invaginasi sel ini akan membentuk
blastoporus, pada tepi blastoporus ini akan terbentuk bibir dorsal
blastoporus.

15
Setelah membentuk bibir dorsal blastoporus. Akibat adanya
invaginasi akan terjadi migrasi sel. Hasil dari invaginasi ini adalah akan
terbentuknya rongga, rongga inilah yang disebut dengan arkenteron.
Akibat adanya arkenteron maka rongga bastocoel akan terdesak hingga
rongga ini akan menjadi rongga dengan ukuran yang kecil dan terletak di
pinggir. Arkenteron ini nantinya akan menjadi saluran pencernaan
primitive. Sedangkan pada daerah di lain juga terjadi invaginasi yang
akan membentuk bibir ventral. Bibir ventral ini terletak di sisi yang
berlawanan dengan bibir dorsal. Selain bibir dorsal dan bibir ventral juga
ada bibir lateral.

Gambar 4.8 Arkenteron yang mendesak blastocoel


(Sumber : Slack, 2006)

9. Tahap Sembilan
Telur katak jam ke 9 terjadi pembelahan tahap akhir neurula dan
terdapat neural tube, somit, archenteron, notokord dan endoderm.
Menurut Bhatnagar & Bansal (2008) Pada tahap ini setelah terbentuk
keping neural setelah ada induksi dari bakal notochord, selanjutnya pada
tepi kiri kananya akan membentuk lipatan neural (neural fols) sedangkan
bagian tengahnya melekuk disebut parit neural (neural groove) yang
nantinya akan membagi embrio menjadi belahan kanan dan kiri.
Bersamaan dengan itu juga terjadi pertemuan antara lipatan neural kanan
dan lipatan neural kiri yang akan membentuk bumbung neural.

16
Gambar 4.9 Tahap Akhir Neurulasi
(Sumber : Slack, 2008)

10. Tahap Sepuluh


Telur katak jam ke 10 menunjukkan bahwa sel telur belum
mengalami pembelahan dengan terlihatnya sel telur katak. Hal ini sangat
tidak sesuai dengan teori bahwa seharusnya telur mengalami tahapan
pembelahan setelah takap neurulasi akhir, yaitu tahap pertama
pembentukan tunas ekor.

Gambar 4.10 Pembentukan Ekor dalam Tahap Tengah


(Sumber : Slack, 2008)

17
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tahapan perkembangan embrio katak yang diamati terdapat 7 tahapan,
yakni tahap awal, pembelahan morula, pembelahan tersier, pembelahan
yang membentuk struktur blastomer (kompleks), pembelahan katak
membentuk yolk plug, terjadi pembelahan yang membentuk yolk gland,
pembelahan tahap akhir neurula. Hal ini tidak sesuai dengan teori, bahwa
seharusnya terdapat 10 tahapan, yaitu tahap awal, tahap pembelahan
primer, tahap pembelahan sekunder, tahap pembelahan tersier, tahap
pembelahan morula, tahap pembelahan blastula, Pembelahan katak yang
membenuk yolk gland (Gastrula awal), tahap Gastrula, tahap akhir
neurulasi dan tahap pembentukan ujung ekor.

B. Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya mempelajari dahulu materi
yang akan dilakukan dengan mencari sumber literatur yang benar
sehingga praktikan dapat mengerti bagaimana gambaran sel telur yang
benar.
2. Saat melakukan praktikum harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati
3. Hendaknya praktikan terampil dalam menggunakan mikroskop yang ada,
dan mampu untuk mengatur posisi tellur agar gambar yang dihasilkan
dapat terlihat dengan jelas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bhatnagar, M.C & Bansal, Geeta. 2008. Developmental Biology. India : Kroshna
Prakashan Media

Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Urry, Lisa A., Cain, Michael L., Wasserman,
Steven A., Minorsky, Peter V & Jackson, Robert B. 2008. Biology
8th Edition. San Fransisco : Pearson Benjamin Cummings.

Gilbert , Scott F. 2003. Developmental Biology 7 th Edition. Australia : Elsevier

Ir. Ciptono, M. Si. 2008. Perkembangan Katak. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Kusumawardani, Wahyu. 2015. Laporan Resmi Praktikum Embriologi Hewan


“Perkembangan Embrio Katak”. Surakarta: Pendidikan Biologi,
Universitas Sebelas Maret.

Mahfudhoh, Ainun. dkk. 2016. Struktur Perkembangan Hewan 2 Perkembangan


Embrio Katak (Rana sp). Malang: Jurusan Biologi, Universitas
Negeri Malang.

Pujaningsih, Retno Iswarin. 2007. Seri Budidaya Kodok Lembu. Yogyakarta:


Kanisius.

Moore, Keith L.1988. The Developing Human. Canada : W.B Saunders company.

Morgan, T. H. 1897. Development of the Frog's Egg: Introduction to


Experimental Embryology. New York: The Macmillan Co.

Nieuwkoop, P.D. and L.A. Sutasurya. 1979. The migration of primordial germ
cells. In: Primordial Germ Cells in the Chordates. Cambridge :
Massachussetts.

Sastry K. V. & Dr. Shukal. 2007. Developmenal Biology. Rastogi Publication.


India.

v
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Menyiapkan
awetan telur katak.

Gambar 2. Gambar 1.
Menyiapkan Alat dan Mengamati awetan
Bahan yang telur katak dengan
dibutuhkan. menggunakan
mikroskop.

vi

Anda mungkin juga menyukai