Anda di halaman 1dari 20

SELAPUT EKSTRA EMBRIO DAN PLASENTA

TUGAS MK. EMBRIOLOGI


DOSEN PENGAMPU
DWI HARTATI, S.ST., M.Keb.

OLEH KELOMPOK 5 :
1. IKA WIDARTI (200411016)
2. IMA ROHAYA (200411017)
3. IRNI YUSNITA (200411020)
4. RABIATUL GUSMIAH (200411032)
5. RAHMATAN (200411033)
6. RAYHANAH (200411034)

ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA


PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi …………………………………………………………… ii


Kata Pengantar ………………………………………………………........ iii
BAB I Pendahuluan……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………........... 1
B. Tujuan...............................................……………......... 2
BAB II Kelas Ibu Hamil Selama Pandemi……………………….... 3
A. Pengertian………………………………….................. 3
B. Mekanisme Pembentukan Selaput Ekstra Embrio........... 3
C. Jenis-jenis dan Fungsi Selaput Embrio ........................... 4
D. Proses pembentukan selaput ekstra embrio dan plasenta. 7
BAB III Palsenta............................................................................... 11
A. Mekanisme Plasentasi…………………………………. 11
B. Fungsi Plasenta………………………………………… 11
C. Klasifikasi Plasenta…………………………………….. 12
BAB IV Kesimpulan ………………………………………………... 15
Daftar Pustaka ……………………………………………........................... 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas

ii
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini.
Penulisan makalah berjudul “Selaput Ekstra Embrionik dan Plasenta”,
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Embriologi. Kami berharap makalah
ini bisa menambah pengetahuan pembaca tentang apa yang dimaksud dengan
selaput embrionik, proses pembentukan dan jenis-jenis dari selaput embrionik.
Harapan kami juga pembaca dapat mengetahui tentang plasenta, klasifikasi jenis
plasentadan fungsinya.
Kami menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penajam, 1 November 2021

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi
(berkembang biak). Reproduksi bertujuan untuk melestarikan atau
mempertahankan keberadaan atau eksistensi suatu spesies tersebut.
Pembuahan didahului oleh peristiwa ovulasi, yaitu lepasnya sel telur yang
masak dari ovarium. Jika sperma bertemu dengan ovum akan terjadi
pembuahan/fertilisasi, peleburan inti menjadi zigot dan fertilisasi. Zigot
yang terbentuk segera diselubungi oleh selaput dan bergerak menuju
uterus dengan mengalami serangkaian pembelahan kemudian akan
menempel di pada dinding endometrium uterus yang telah menebal.
Selama menempel pada uterus, zigot mengalami perkembangan mulai
dengan proses blastulasi yang akan menghasilkan blastula, dan
selanjutnya mengalami gastrulasi yang akan membentuk tiga lapisan
yang disebut dengan lapisan germinal embrio.

Gambar 1.1. ekstra embrionik

Selanjutnya lapisan germinal embrio tersebut akan berkembang.


Untuk berkembang embrio tersebut membutuhkan nutrisi. Nutrisi yang
dibutuhkan oleh embrio didapatkan dari nutrisi ibunya / induknya
melalui suatu saluran yang disebut dengan plasenta. Pada saat proses
embriogenesis itu ada lapisan selaput pada bagian luar embrio.
Selaput ini dikenal dengan nama selaput embrionik. Selaput
terbentuk selama perkembangan embrio dan bukan merupakan bagian
dari tubuh embrio dan letaknya di luar tubuh embrio.
B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari selaput embrio
2. Menjelaskan jenis selaput embrio
3. Menjelaskan proses pembentukan selaput ekstra embrio
4. Menjelaskan proses mekanisme plasentasi pada embrio.

2
BAB II
SELAPUT EMBRIO

A. Pengertian
Selaput Embrio merupakan selaput pada bagian luar yang
membungkus embrio agar berada persis pada posisi normal di dalam organ
reproduksi betina yaitu tempat embrio berkembang, berfungsi sebagai
perlindungan agar embrio tidak terkontaminasi oleh antigen lain. Selaput
embrio berfungsi sebagai media perantara bagi pertukaran zat serta
perlindungan bagi embrio. Embrio dapat bertahan hidup sendiri selama
beberapa waktu dengan menyerap makanan dari kantung kuning telur.

B. Mekanisme Pembentukan Selaput Ekstra Embrio


Ketika dalam proses pembuahan pada proses reproduksi manusia
terlebih dahulu sebelumnya terjadi peristiwa ovulasi, yaitu lepasnya sel
telur dari ovarium setelah sel tersebut masak. Kemudian apabila sperma
bertemu dengan sel telur maka terjadilah peristiwa pembuahan yang terjadi
di oviduk kemudian membentuk zigot. Zigot tersebut kemudian
diselubungi oleh selaput, kemudian zigot tersebut menuju ke rahim. Di
dalam rahim zigot tertanam pada dinding rahim yang telah mengalami
penebalan sebelumnya.
Ada sebuah selaput yang disebut selaput embrionik atau sebuah
membran ketika embrio mulai terbentuk. Selaput tersebut berasal dari
embrio yang terletak di luar tubuh embrio dan tidak menjadi bagian dari
embrio, yaitu berasal dari sebagian sel- sel blastomer. Hampir semua
embrio dari tingkatan hewan vertebrata mempunyai selaput embrio, dan
dalam perjalanan evolusi maka terdapat adaptasi dan modifikasi dari
selaput embrio ini. Fungsi dari membran ekstra embrio yaitu sebagai
perantara pertukaran zat dan melindungi embrio terutama sebagai pemberi
nutrisi,perlindungan maksimal dan sekresi (Adnan,2010).
Gambar 2.1. tahapan sampai terbentuknya selaput embrio.

C. Jenis-jenis dan Fungsi Selaput Embrio 


Ada empat macam selaput embrio yang umumnya terdapat pada
embrio vertebrata tingkat tinggi, yaitu sebagai berikut. 

Gambar. 2.2. jenis selaput embrio

4
1. Amnion 
Berasal dari bahasa Yunani, amnion yang berarti membran fetus.
Seperti kantung tipis yang berasal dari somaotopleura, membentuk
suatu kantung menyelubungi embrio dan berisi dengan cairan.
Fungsi amnion antara lain sebagai alat pernapasan, menyelubungi
dan melindungi embrio dari tekanan fisik, dan tempat
mengambang, memungkinkan pergerakan tungkai dari tubuh
embrio. Cairan amnion selalu beredar lewat suatu mekanisme
tertentu diantaranya :
a) Cairan diambil oleh janin kemudian diarbsorbsi oleh darah
janin yang terdapat pada saluran pencernaan makanan, dan
selanjutnya dibuang ke dalam ginjal dan akhirnya masuk lagi
kedalam rongga amnion.
b) Cairan amnion akan masuk ke dalam plasma darah induk
melalui plasenta sebagai perantara dan decidua capeularis
pada endometrium dan kemudian masuk lagi ke kantong
amnion.
2. Kantung kuning telur (yolk) 
Kantung kuning telur sangat erat fungsinya dalam nutrisi pada
embrio dan kuning telur bekerja dalam waktu yang cukup singkat
karena fungsi kerjanya dalam pertumbuhan berikutnya akan
dilanjutkan oleh allantois. Mencegah embrio dari kekeringan,
mengurangi resiko guncangan, dan menyerap putih telur (pada
ayam).
Mengangkut bahan makanan, gas, dan sisa metabolism lain.
Sebagai kantung urin embrional dan sebagai paruparu embrional.
Kuning telur dicerna oleh enzim yang dihasilkan kantung kuning
telur dan hasil cernaan itu dibawa ke embrio melalui pembuluh
darah kantung kuning telur.
3. Allantois 
Allantois tumbuh dari saluran pencernaan belakang dan terletak
dibagian dalam dari korion seperti balon besar yang kempis. darah

5
dari embrio dialirkan ke luar masuk dalam allantois oleh pembuluh
allantois. Fungsi utamannya adalah sebagai tempat penampung dan
penyimpan urin dan sebagai organ pertukaran gas antar embrio dan
lingkunga luarnya. Peran allantois erat kaitannya dengan efisiensi
pertukaran yang berlangsung pada perbatasan fetus maternal. 
4. Karion atau serosa 
Berasal dari bahasa Yunani, chorion yang berarti kulit. Karion atau
serosa adalah membran embrio yang paling luar dan berbatasan
dengan cangkang atau jaringan induk, jadi merupakan tempat
pertukaran antara embrio dan lingkungan sekitarnya. Korion tidak
hanya berperan sebagai pembungkus dan respirasi saja tetapi juga
dalam nutrisi, ekskresi, filtrasi, dan sintesis hormon. Karion ini
sebenarnya terbentuk dari gabungan 2 jaringan yaitu trophoblast
dan jaringan ekstra embrionik mesoderm.

Modifikasi untuk pengembangan di dalam organisme lain embrio


mamalia memperoleh nutrisi langsung dari induknya dan tidak bergantung
pada kuning telur yang disimpan. Adaptasi ini memerlukan restrukturisasi
dramatis anatomi ibu (seperti ekspansi saluran telur untuk membentuk
rahim) serta pengembangan organ janin yang mampu menyerap nutrisi ibu.
Organ janin berupa korion utamanya berasal dari sel-sel trofoblas
embrionik, dilengkapi dengan sel-sel mesodermal yang berasal dari massa
sel mner. Chorion membentuk bagian janin dari plasenta. Ini juga
menginduksi sel uterus untuk membentuk bagian ibu dari plasenta dan
desidua. Desidua menjadi kaya akan pembuluh darah yang akan
memberikan nutrisi oksigen ke embrio.
Segregasi sel yang pertama pada massa sel dalam membentuk dua
lapisan. Lapisan bawah adalah hypoblast (kadang-kadang disebut
endoderm primitif atau visceral endoderm); sisa jaringan massa sel di
atasnya adalah epiblast. Ketika sebuah sel menjadi epiblast atau hypoblast
tidak tergantung pada posisi sel di dalam ICM (Inner Cell Mass).
Sebaliknya, blastomer dari ICM tampaknya menjadi mosaik dari sel-sel

6
epiblast yang nantinya mengekspresikan faktor transkripsi Nanog dan sel-
sel hipoblas sehari penuh sebelum lapisan terpisah pada hari ke-4,5
(Gillbert,2010).
Epiblast dan hypoblast membentuk struktur yang disebut bilaminar
germ disc. Sel-sel hipoblas mengalami delaminasi dari massa sel bagian
dalam untuk melapisi rongga blastocoel, di mana mereka menimbulkan
ekstraembryonic endoderm, yang membentuk kantung kuning telur.
Lapisan sel epiblast dibagi oleh celah kecil yang akhirnya bersatu untuk
memisahkan epiblast embrionik dari sel epiblast lain yang melapisi rongga
amnion. Setelah lapisan amnion selesai, rongga amnion terisi dengan
sekresi yang disebut cairan amnion, yang berfungsi sebagai peredam kejut
untuk embrio yang sedang berkembang, sementara juga mencegahnya
mengering. Epiblast embrionik dianggap mengandung semua sel yang
akan menghasilkan embrio yang sebenarnya dan mirip dalam banyak hal
dengan epiblast unggas. Dengan melabelkan sel-sel individu epiblast
dengan horseradish peroxidase. Gastrulasi dimulai pada akhir posterior
embrio dan ini adalah tempat sel-sel dari simpul "muncul”. Seperti sel
epiblast pada perempuan, mesoderm mamalia dan endoderm bermigrasi
melalui 2 primitif beruntun.

D. Proses pembentukan selaput ekstra embrio dan plasenta


Sementara epiblast embrio sedang mengalami gerakan sel
mengingatkan mereka yang terlihat dalam reptil atau gastrulasi unggas, sel
ekstra embrionik membuat plasenta, satu set mamalia berbeda dari
jaringan yang memungkinkan janin untuk bertahan hidup di dalam rahim
ibu. Meskipun sel-sel trofoblast awal dan tikus mirip dengan sel-sel tubuh
lainnya, mereka diberikan tanpa adanya sitokinesis. Sel-sel trofoblas asli
membentuk lapisan yang disebut sitotrofoblas, sedangkan bentuk sel
betinti banyak membentuk syncytiotrophoblast.
Sitotrofoblas awalnya melekat pada adhesi molekul
endometrium. Selain itu, sitotrofoblas mengandung enzim proteolitik
yang memungkinkan mereka untuk memasuki dinding rahim dan

7
merombak pembuluh darah rahim sehingga darah ibu menggenangi
pembuluh darah janin. Jaringan syncytiotrophoblast diperkirakan ada
perkembangan embrio ke dinding uterus dengan mencerna jaringan uterus.
Sitotrofoblast mensekresikan faktor parakrin yang menarik
pembuluh darah ibu dan secara bertahap menggantikan jaringan vaskular
mereka sedemikian rupa sehingga pembuluh menjadi dilapisi dengan sel-
sel trophoblast. Tak lama kemudian, jaringan mesodermal meluas keluar
dari embrio yang mengalami gastrulasi.
Penelitian pada manusia dan embrio monyet telah menunjukkan
bahwa kantung kuning serta sel-sel primitif beruntun berkontribusi pada
mesoderm ekstra embrionik. Mesoderm ekstra embryonic bergabung
dengan ekstensi trofoblas dan menimbulkan pembuluh darah yang
membawa nutrisi dari ibu ke embrio. Batang penghubung sempit
mesoderm ekstra embrionik yang menghubungkan embrio dengan
trofoblas akhirnya membentuk pembuluh tali pusar.
Organ ekstra embrionik yang berkembang penuh, yang terdiri dari
jaringan trofoblas dan mesoderm yang mengandung pembuluh darah,
adalah korion dan bergabung dengan desidua uterin dinding untuk
menciptakan plasenta. Jadi, plasenta memiliki bagian ibu (endometrium
uterus atau desidua yang dimodifikasi selama kehamilan) dan komponen
janin (korion). Chorion mungkin sangat mirip dengan jaringan ibu saat
masih mudah dipisahkan dari mereka atau mungkin sangat terintegrasi
dengan jaringan ibu yang keduanya tidak dapat dipisahkan tanpa merusak
ibu dan janin yang sedang berkembang (seperti plasenta gugur pada
manusia).

8
Gambar 2.3. pembuluh darah san sirkulasi dari plasenta ke janin.

Embrio terlihat terbungkus dalam amnion dan lebih terlindungi


oleh chorion. Pembuluh darah yang memanjang ke dan dari korion mudah
diamati, seperti juga vili yang memproyeksikan dari permukaan luar dari
korion. Vili ini mengandung pembuluh darah dan memungkinkan korion
untuk memiliki area besar yang terpapar pada darah ibu. Meskipun
sistem sirkulasi janin dan ibu biasanya tidak pernah bergabung, difusi zat
larut dapat terjadi melalui vili. Dengan cara ini, ibu menyediakan janin
dengan nutrisi dan oksigen dan janin mengirimkan produk limbahnya
(terutama karbon dioksida dan urea) ke dalam sirkulasi ibu. Sel darah ibu
dan janin biasanya tidak bercampur, meskipun sejumlah kecil sel darah
merah janin terlihat dalam sirkulasi darah ibu.

9
Gambar 2.4. embrio, selaput embrio dan plasenta

10
BAB III
PLASENTA

A. Mekanisme Plasentasi
Plasenta adalah organ sementara yang menghubungkan ibu dan
fetus dan mengirim oksigen dan nutrisi-nutrisi dari ibu ke fetus. Plasenta
berbentuk cakram dan pada masa sepenuhnya berukuran kira-kira tujuh
inches dalam diameternya (garis tengahnya).

Gambar 3.1. plasenta

Plasenta melekat pada dinding kandungan (uterus). Plasenta atau


ari-ari terdiri dari vili-vili dan kotiledon yang berfungsi untuk jalan
makanan dan oksigen bagi janin. Makanan akan diantar melalui peredaran
darah yang sebelumnya disaring terlebih dahulu melalui plasenta. Plasenta
juga menyaring racun maupun obat-obatan yang membahayakan janin.
Plasenta teridiri atas dua komponen, yaitu selaput ekstra embrionik dan
selaput lendir rahim yang berinteregasi menjadi satu kesatuan untuk
keperluan pertukaran timbal balik faal antara induk dan fetus serta dapat
menghasilkan hormone.

B. Fungsi Plasenta
1. Barrier(pencegah bercampurnya darah induk dan fetus)
2. Proteksi imun
3. Sebagai penghasil energy
Menghasilkan glikogen, kolesterol dan asam lemak untuk
memberi makan dan sumber energy awal embrio.
4. Sebagai alat transportasi
Material yang ditransportkan melalui plasenta meliputi gas,
makanan, hormone, antibody, sisa metabolism, obat dan
penyebab infeksi
5. Sebagai penghasil hormone
a. Hormone protein, yaitu hCG (human chorionic gonadotrophin) dan
hCS (human chorionic somatrorophin) atau hPL (human plasental
lactogen)
b. Hormone steroid, yaitu estrogen dan progesterone.

C. Klasifikasi Plasenta
Jenis-jenis plasenta berdasarkan bentuk mokriskopis dan
daerah perlengketan dengan endometrium.
1. Difusa
Memiliki vili-vili karion halus, menyerap merata dan
perlengketan dengan endometrium di seluruh korion.
2. Kotiledonaria
Memiliki vili-vili korion berkelompok (kotiledon) yang akan
berlekatan dengan karunkula endometrium yang biasa disebut
plasenton.
3. Zonaria
Pengelompokan vili-vili korion terdapat pada sepertiga tengah
korion seperti pita atau handuk yang menyelubungi permukaan
korion.
4. Diskoidal
Vili-vili korion membentuk cakram, dimana perlengketan korion
dengan endometrium pada daerah ini.

12
Gambar 4.1. klasifikasi plasenta

Tipe plasenta,berdasarkan hubungan korion dengan endometrium


secara histologist yaitu:
1. Sindesmokorial : sebagian epitel endometrium meluruh, jaringan
penunjang berhubungandengan korion. Contoh: ruminansia.
2. Endoteliokorial : epitel dan jaringan ikat induk mengalami
peluruhan(endotelpadainduklangsung berhubungan dengan korion.
Contoh: karnivora

13
3. Hemokorial:darah induk langsung berhubungan dengan korion.
Contoh: manusia dan rodensia.

Jenis-jenis plasenta,berdasarkan luruh tidaknya endometrium pada


saat implantasi atau partus:
1. Adesiduata,tidak luruh (endometium tetap utuh). Contoh:
kuda,babi(epiteliokorial)
2. Semidesiduata, luruh sebagian. Contoh:
ruminansia(sindesmokorial)
3. Desiduata,endometriumluruhsempurna.contoh:
karnivora,primata,rodensia (endoteliokorial,hemokorial)

14
BAB IV
KESIMPULAN

1. Selaput ekstra embrio terdiri atas 4 macam yaitu kantong yolk, karion
(chorion), amnion, dan allantoie.
2. Proses terbentuknya plasenta setelah terjadinya proses implantasi embrio
pada endometrium induk. Tahapan, yaitu : multiplikasi daerah implantasi,
implantasi, peluruhan epitel, reaksi stroma, pembentukan placenta
maternal (histiotrof) pembentukan foetal placenta, vaskularisasi terbentuk
3 lapis trophoblast + (haemotrof) endotel (memisahkan darah induk dan
anak). Terdapat komponen plasenta, yaitu: a) 3 komponen dari fetus,
yaitu: endotel pembuluh darah korion / korioalantois, jaringan ikat di
korion, epitel dari korion (derivat trophoblast); b) 3 komponen dari induk,
yaitu: epitel endometrium, jaringan ikat endometrium, endotel pembuluh
darah endometrium.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. (2010). Perkembangan Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM


Makassar.

Fitrianingsih, et al. (2018). STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II


IMPLANTASI, SELAPUT EKSTRA EMBRIO, DAN PLASENTASI.
UNIVERSITAS NEGERI MALANG. FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lestari, U., Tenzer, A., Handayani, N., dan Gofur, A. (2013). Struktur dan
Perkembangan Hewan II. Malang : Universitas Negeri Malang

Mayah, (2014). Plasenta Previa. (Online), (www.slideshare.net), diakses 7


November 2018.

Purnamasari, febriyanti. (2010). Plasentasi. Padang: UMP.

Pratiwi, Herlina. (2014). Implantasi dan Plasentasi. Malang: UB

17

Anda mungkin juga menyukai