Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

“SISTEM URAT DAGING DAN SISTEM SARAF PADA IKAN”

Disusun Oleh :
Nama : Titin Kartika
NPM : E1I022048
Kelas/Kelompok : B/4
Dosen Pengampu : 1. Ir. Zamdial, M.Si
2. Nurlaila Ervina Herliany, S.Pi., M.Si
3. Maya Angraini Fajar Utami, S.Pi., M.Si
4. Firdha Iresta Wardani, S.Tr.Pi., M.Si
Asisten Dosen : 1. Emilio Roeskana (E1I019020)
2. Qinthara Aqiila Syahri (E1I020001)
3. Nur Alvi Syahrin (E1I020005)
4. Melisabeth Br. Purba (E1I020013)

LABORATORIUM PERIKANAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan
otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur
dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga
bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang
tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos. Dari penempelannya juga bisa
dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak
menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos. Pekerjaan urat daging atau otot
untuk setiap aktifitas kehidupan hewan sehari- hari sangat penting. Dari mulai gerakan tubuh
hingga kepada peredaran darah, kegiatan utama gerakan tubuh disebabkan karena keaktifan
otot tersebut. Secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah
rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak.

Selain memiliki sistem urat daging ikan juga memiliki beberapa organ dalam antara
lain: otak, insang, mulut, embrane, jantung, hati, lambung renang, lambung, usus dan anus.
Sehingga struktur anatomi mulut erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan. Otak
merupakan salah satu organ yang sangat penting fungsinya bagi ikan. Organ otak ini dibentuk
pada saat ikan masih embrio sedangkan organ-organ lainnya dibentuk kemudian. Bersamaan
dengan pembentukan organ-organ lainnya, otak berkembang menjadi lebih sempurna terlebih
dahulu.

Pada prinsipnya ikan memiliki tiga jenis tendon atau otot menurut struktur dan
fungsinya, yaitu: otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Dapat juga dibedakan menjadi dua
jenis dari perlengketannya, yang pertama adalah otot yang menempel pada tulang, yaitu otot
lurik, dan yang lainnya adalah otot yang tidak melekat pada tulang, yaitu otot jantung dan
otot yang tidak melekat pada tulang. otot polos. Myoelectricity adalah modifikasi otot
tertentu yang menghasilkan listrik. Pada ikan pari, dengan menghasilkan arus 500 volt, otot-
otot sumbu posterior di daerah ekor berubah. Terdiri dari piringan bermuatan = Electroplax,
yang masing-masing dihubungkan ke ujung saraf, yang menghasilkan arus listrik. Ratusan
spesies ikan memiliki organ pembangkit tenaga, tetapi hanya sedikit yang dapat
menghasilkan listrik yang kuat. Organ pembangkit tenaga kebanyakan ikan terdiri dari sel
saraf dan otot yang telah mengalami perubahan penting. Bentuk organ listrik seperti piringan
kecil yang memproduksi lendir disebut elektrosit, tersusun dan menyatu di bagian atas dari
susunan lain yang sejajar.

Sistem saraf adalah sistem organ makhluk hidup (manusia dan hewan) dan terdiri dari
jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung dan mengatur semua aktivitas tubuh makhluk
hidup. Sel saraf pada ikan berkembang dari tahap embrionik dan berasal dari neuron atau sel
saraf. Setiap neuron terdiri dari nukleus neuron dan jaringan sel yang diperluas yang terdiri
dari dendrit dan akson. Fungsi dendrit adalah untuk menerima impuls, sedangkan akson
bertanggung jawab untuk mentransmisikan impuls tersebut. Titik pertemuan dendrit dan
akson disebut sinapsis. Salah satu sistem organ yang penting pada makhluk hidup adalah
sistem saraf. Sistem saraf adalah kumpulan organ saraf yang berperan sebagai pengatur dan
pengontrol setiap aktivitas pada suatu organisme, seperti gerakan, melihat, berbicara,
menanggapi rangsangan, hingga mengatur kinerja berbagai organ tubuh lainnya.

Fungsi sistem saraf ikan adalah menerima impuls atau rangsangan dari lingkungan
dan mengolahnya untuk menghasilkan respon atau tanggapan. Mengatur kinerja organ dan
sistem organ ikan, seperti pergerakan ikan di air, pencernaan, sirkulasi darah, dll. Mengatur
keseimbangan dan koordinasi otot dan saraf ikan, terintegrasi dengan sistem endokrin, dan
mengontrol pengaturan tekanan osmotik, sistem metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, dll.
Jenis-jenis sistem saraf vertebrata, termasuk ikan, memiliki sistem saraf pusat (Systema
Nervorum Centrale) seperti otak (encephalon) Bagian ini dibagi menjadi beberapa bagian,
misalnya Telecphalon adalah bagian paling depan dari otak ikan. adalah gelembung
penciuman di telencephalon, Ada sel-sel saraf penciuman di dalam, yang merupakan pusat
penciuman ikan. Yang memiliki bagian-bagian seperti lobus olfactory, Tractus olfactorius,
Bulbus olfactorius, Hemisphaerium cerebri. Diecphalon yang terletak di bagian belakang
telecphalon ventral, Thalamus, Hypothalamus, Lobus inferior, Saccus vasculous.

Fungsi dari sistem saraf ikan yang paling utama adalah untuk melakukan koordinasi
terhadap segala bentuk aktivitas ikan, kinerja organ-organ tubuh ikan, mengatur
osmoregulasi, sistem melabolisme, pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Jenis sistem
saraf pada ikan terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang, sistem
saraf tepi, sistem saraf otonom, dan organ perasa khusus. Saraf pada ikan dibedakan menurut
fungsi organ yang dirangsang dan juga fungsi dari rangsangan yang dihasilkan. Cara kerja
sistem saraf ikan adalah: ikan menerima impuls atau rangsangan dari lingkungannya melalui
organ-organ perasa impuls diubah menjadi gelombang elektromagnetik, gelombang
elektronik ditransmisikan ke sepanjang sistem saraf rangsangan sampai ke pusat saraf
direspon dalam bentuk tingkah laku. Secara umum, cara kerja dari sistem saraf pada ikan
yaitu, ketika ikan menerima rangsang dari lingkungannya melalui organ perasa (sense
organs), seperti kulit (sisik), sirip, dan ekor. Impuls yang berupa yang diterima ikan melalui
organ perasa diubah menjadi gelombang elektrokimia dan ditransmisikan ke sepanjang sistem
saraf yang tersusun atas neuron-neuron atau serabut saraf. Rangsangan tersebut kemudian
diteruskan ke otak ikan yang kemudian direspon dalam bentuk tingkah laku.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan Sistem Urat Daging Pada Ikan.


Adapun tujuan dari praktikum kali ini tentang sistem urat daging pada ikan, sebagai
berikut:
1. Untuk melihat dan mengetahui struktur urat daging secara keseluruhan pada ikan.
2. Untuk melihat dan mengetahui bentuk dan bagian-bagian urat daging pada potongan
melintang pada tubuh ikan, urat daging pada sirip punggung, sirip ekor dan sirip
berpasangan.
Tujuan Sistem Sarat Pada Ikan.
Adapun tujuan dari praktikum kali ini tentang sistem saraf pada ikan, sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui organ-organ yang membangun sistem saraf pada ikan.
2. Untuk mengetahui letak dan mempelajari bagian-bagian dari otak dan organ saraf
lainnya pada teleostei (ikan mas) dan elasmobranchi (ikan hiu).
3. Untuk mengetahui perbedaan antara sistem saraf pada teleostei (ikan mas) dan
elasmobranchi (ikan hiu).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Urat Daging

Sistem urat daging (mosculorum), berdasarkan histologisnya, otot-otot ikan dapan


dibedakan atas tiga jenis, yaitu otot licin (smooth muscle), otot bergaris melintang
(sceletal muscel), dan otot jantung (cardia muscle). Urat daging ikan yang tampak
merupakan kesatuan, dan hal ini tersusun atas komponen-komponen penyusunnya. Blok
urat daging disebut myotome, dan kupulan-kumpulan myotome disebut myosepta. Urat
daging (otot) pada ikan tersebar hampir keseluruh tubuhnya. Oleh karena itu urat daging
ikan mempunyai peranan fungsi dan penamaan yang sesuai dengan letak dan fungsinya di
dalam tubuh. Otot dan jaringan ikat adalah dua komponen utama dari jantung. biasanya
otot jantung berwarna merah tua, yang kontras dengan otot rangka yang biasanya
berwarna puti atau merah muda (jarang kemerahan coklat) menurut spesies. Jaringanotot
jantung memperlihatkan garis-garis melintang padaserabutnya. Pada otot initidak ada
serabut yang terpisah, masing-masing berhubungan satu sama lainnya. Otot jantung
berkonstraksikuat dan terus menerus bekerja, sampai individu ini mati. Kerjaotot jantung
ini sifatnya involuntary karena bekerja diluar rangsangan otak (Suwetja, 2022).

Umumnya serabut otot mengarah anteroposterior, tetapi beberapa serabut hypoksial


dari setiap myomer tersusun serong ventromedial. Kontraksi dari kelompok myomer di
satu pihak akan disambut oleh kontraksi kelompok myomer di lain pihak, menyebabkan
tubuh ikan menjadi meliuk-liuk dalam gerakan berenang. Pola kontruksi orot-otot parietal
terdiri dari urutan myomer yang zig-zag diikat oleh myoseptum yaitu bagian jaringan ikat
yang membatasi antara myomer berurutan. Myomer terbentang mulai dari tengkorak
sampai ujung ekor yang berdaging. Setiap myomer terdiri dari bagian dorsal yang disebut
epaksial dan bagian ventral disebut hypaksial (Naiu, 2021).

Serabut otot polos lebih sederhana dan kecil dibandingkan dengan serabut otot
lainnya. Serabut ini tumbuh dari mesenchim embrio. Secara primer berasal dari mesoderm
dengan disertai sel-sel jaringan ikat, kemudian berkembang menjadi otot polos. Kerja otot
polos ini disebut involuntary karena kerjanya tidak dipengaruhi oleh rangsangan otak.
Serabut otot polos pada umumnya tersusun dalam ikatan, tetapi banyak pula yang tersebar.
Kontraksi otot ini lambat dan kerjanya lama (Fadhli dkk., 2020).

Urat daging jaringan jantung memperlihatkan garis-garis melintang pada serabutnya.


Pada otot ini tidak ada serabut yang terpisah, masing-masing berhubungan satu sama
lainnya. Otot jantung berkontraksi kuat dan terus menerus bekerja, sampai individu ini
mati. Kerja otot jantung ini sifatnya involuntary karena bekerja diluar rangsangan otak.
Secara embriologi, otot jantung merupakan tipe istimewa dari otot polos, dimana sel-
selnya menjadi bersatu seperti syncytium. Otot ini berwarna merah tua, berbeda dengan
otot bergaris yang berkisar antara warna putih hingga warna merah jambu bergantung
pada jenis kannya. Otot ini disebut pula sebagai myocardium. Myocardium ini dilapisi
oleh selaput pericardium (selaput luar) dan endocardium (selaput dalam) (Nugroho, 2021).

Pada dasarnya, ikan mempunyai tiga macam urat daging. Yaitu urat daging bergaris,
urat daging licin, dan urat daging jantung. Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan
secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu otot yang bekerja di bawah
rangsangan otak dan otot yang bekerja tidak dibawah rangsangan otak. Tipe urat daging
yang berfungsi dibawah rangsangan otak adalah urat daging jantung. Dari penempelannya
juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu: urat daging yang menempel pada rangka (urat
daging licin dan urat daging jantung) serta urat daging yang tidak menempel pada rangka
(urat daging bergaris) (Chadijah, 2019).

2.2 Sistem Saraf

Pada semua vertebrata, sistem saraf pada ikan dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat disusun oleh otak, sumsum tulang belakang dan
dua saraf kranial. Sementara sistem saraf tepi tediri tepi terdiri dari sisa saraf kranial dan
saraf tulang belakang. Sistem saraf pusat dan tepi juga dapat dibagi menjadi bagian
somatik dan otonom. Dan secara umum pula sistem saraf somatik memasukkan berbagai
reseptor sensorik, otot somatik dinding dan kepala tubuh. Sementara itu sistem saraf
otonom memasukkan asupan sensorik ke jantung dan kelenjar-kelenjar (Benli et al.,
2020).

Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan


kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan
akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar
endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang hormon dikirim ke organ target dan
aktivitas metabolisme dibutuhkan akan merangsang jaringan-jaringan. Vertebrata (hewan
bertulang belakang) menerima rangsangan dari lingkungan melalui organ perasa (sense
organ) yaitu otak dan sumsum tulang belakang yang melalui impuls ke otak atau kelenjar.
Syaraf adalah organ yang paling dulu dibentuk dari lapisan terluar (exoderm) yang
berfungsi sebagai penghubung. System syaraf bersama-sama dengan system hormonal
mengatur peranan penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang
berlangsung dalam tubuh (Lensoni dkk., 2020).
Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui saraf berjalan relative
cepat jika dibandingkan melalui system hormonal. Pusat koordinasi syaraf terdapat pada
otak dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah melalui impuls syaraf
yang dibawa oleh syaraf motoris ke organ-organ efektor, dan sebaliknya, Otak akan
menerima informasi melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh syaraf sensoris dari reseptor.
Dalam menjalarkan impuls baik yang berasl dari syaraf pusat ke efektor, maupun dari
reseptor ke otak dibantu oleh adanya neurotransmitter yang bekerja pada sinaps sebagai
titik temu antara dua neuron. Neuron atau sel syaraf hanyalah merupakan satuan/unit
structural, sedangkan unit fungsionalnya merupakan apa yang disebut lengkung refleks
yang terdiri atas syaraf pusat sebagai pusat koordinasi, syaraf sensoris, syaraf motoris,
efektor dan reseptor (Firdaus dkk., 2020).
Ikan biasanya memiliki cukup kecil otak relatif terhadap ukuran tubuh dibandingkan
dengan vertebrata lainnya, biasanya satu-lima belas massa otak dari burung berukuran
sama atau mamalia. Namun, ikan beberapa memiliki otak yang relatif besar, terutama
mormyrids dan hiu, yang telah untuk berat badan otak tentang besar sebagai relatif burung
dan marsupial. Otak Ikan dibagi menjadi beberapa daerah. Di depan adalah lobus
penciuman, sepasang struktur yang menerima dan memproses sinyal dari lubang hidung
melalui dua saraf penciuman. Lobus penciuman yang sangat besar dalam ikan yang
berburu terutama oleh bau, seperti. hagfish, hiu, dan lele. Di balik cuping pencium adalah
dua-lobed telencephalon, setara struktural ke otak dalam vertebrata yang lebih tinggi.
Dalam ikan telencephalon yang bersangkutan kebanyakan dengan penciuman (Ma'arif
dkk., 2022).
Otak cyclostomes (Hagfish dan lamprey) yang sederhana namun khusus berevolusi
untuk memenuhi gaya hidup mereka. Misalnya lobus optik dikembangkan dengan baik di
lamprey visual berorientasi tapi yg tak dpt dibedakan dalam Hagfish buta. Dalam kedua
medula Namun besar dan kecil dan otak kecil. Bersama medula otak kecil membuat otak
belakang. Medula yang mengontrol operasi dari organ bagian dalam seperti detak jantung,
tekanan darah, pencernaan dan pembuangan limbah. Ini juga merupakan pusat relay untuk
banyak saraf mengirimkan pesan ke dan dari pertengahan dan atau otak depan. Kontrol
otak motor koordinasi (tetapi tidak melakukan kegiatan motor). Ini berarti mengontrol
waktu dan interaksi otot sekali tindakan otot telah dimulai. Otak kecil juga penting dalam
menjaga keseimbangan. Pertengahan-otak ikan sebagian besar terdiri dari lobus optik,
yang sangat bervariasi antar spesies sesuai dengan ketergantungan mereka pada
penglihatan, dan pada beberapa spesies lobus optik mungkin begitu besar mereka benar-
benar menutupi otak depan. Dalam ikan pertengahan-otak adalah penting dalam memilah
informasi yang masuk dan juga pusat utama belajar (sedangkan pada mamalia itu adalah
otak depan yang merupakan pusat utama belajar) (Ferdyan dkk., 2020).
Otak depan ikan didominasi oleh lobus penciuman yang memperpanjang ke depan
dan dapat ditempatkan pada ujung tangkaiLobus ini penciuman yang besar di cyclostomes
dan sangat besar di elasmobranchs mencerminkan pentingnya bau tersebut kepada
kelompok-kelompok ikan the teleosts, untuk siapa penglihatan sering rasa paling penting
memiliki cuping pencium yang lebih kecil. Dalam elasmobranchs banyak dan beberapa
teleosts terdapat otak atau sepasang belahan otak ini juga tampaknya menjadi dominan
terlibat dengan indera penciuman (pada mamalia otak besar jauh lebih besar dan terlibat
dalam perencanaan dan belajar). Pituitary juga muncul dari otak depan, itu memainkan
peranan penting dalam regulasi metabolisme. Otak ikan tidak pernah benar-benar mengisi
kranium, rongga dalam tengkorak di mana terletak dilindungi. Akhirnya seperti dalam
semua vertebrata otak, plus gel, dikelilingi oleh suatu membran yang membantu menjaga
benda asing dan mikro-organisme dari kontak ini organ yang paling penting. Asam lemak
tak jenuh mempunyai fungsi yang lebih kompleks, antara lain sebagai bioregulator
endogen, misalnya dalam pengaturan homeostasis ion, transkripsi gen, signal transduksi
hormon, mensintesis lemak, serta mempengaruhi pembentukan protein. Fungsi utama
lainnya adalah untuk memproduksi prostagladin, yang mengatur fungsi tubuh seperti
denyut jantung, tekanan darah, penggumpalan darah, kesuburan, dan pembuahan
(Muhtiani dkk., 2020).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun praktikum yang berjudul sistem urat daging dan sistem saraf ini dilaksanakan
pada hari Jum’at, 10 Maret 2023. Praktikum ini dimulai pada pukul 14.00 WIB dan
berlangsung sampai dengan selesai. Tempat praktikum ini dilaksanakan yaitu di Gedung
Laboratorium Perikanan Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Tabel Alat Dan Bahan Sistem Urat Daging

No. ALAT KEGUNAAN


1. Milimeter block Sebagai tempat meletakan obyek bahan
yang di pakai saat praktikum ke
mikroskop.
2. Alat bedah Untuk membedah ikan yang dipakai saat
praktikum.
3. Karter Digunakan untuk memotong kulit ikan.
4. Alat tulis Untuk mencatat hasil praktikum.
5. Buku gambar Untuk menggambar hasil dari praktikum.
7. Baki/nampan Sebagai alas ikan saat praktikum.
8. Kaca pembesar Untuk melihat sisik ikan agar lebih jelas.
9. Tisu pembersih Untuk membersihkan alat-alat praktikum
dan ikan.

No. BAHAN KEGUNAAN


2. Ikan mas Sebagai objek praktikum.
4. Ikan kakap merah Sebagai objek praktikum.
6. Ikan Nila Sebagai objek praktikum.
3.2.2 Tabel Alat Dan Bahan Sistem Saraf

No. ALAT KEGUNAAN


1. Baki/nampan Sebagai alas ikan saat praktikum.
2. Peralatan bedah Untuk membedah ikan yang dipakai saat
praktikum.
3. Tisu pembersih Untuk membedah ikan yang dipakai saat
praktikum.
4. Kaca pembesar Untuk melihat sisik ikan agar lebih jelas.
5. Alat tulis Untuk mencatat hasil praktikum.
6. Buku gambar Untuk menggambar hasil dari praktikum.

No. BAHAN KEGUNAAN


1. Ikan mas Sebagai obyek praktikum
2. Ikan hiu Sebagai obyek praktikum

3.3 Langkah Kerja

3.3.1 Sistem Urat Daging

Adapun prosedur kerja pada sistem urat daging adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan semua ikan yang menjadi obyek praktikum sistem urat daging,
meletakkan baki plastik yang sudah disediakan.
b. Menyiapkan alat bedah diatas meja kerja.
c. Membuang semua sisik pada salah satu bagian samping tubuh ikan dengan
menggunakan pisau bedah. Membuang kulit tubuh bagian atas dengan hati-hati untuk
melihat urat daging yang ada pada sisi tubuh secara horizontal. Mengamati dan
menggambar serta melengkapi dengan keterangan gambar.
d. Memotong tubuh ikan secara melintang dibagian pertengahan tubuh dengan
menggunakan pisau untuk melihat struktur urat daging secara vertikal. Mengamati
dan menggambar, serta melengkapi dengan keterangan gambar.
e. Membuka lapisan kulit pada bagian sirip punggung dan sirip ekor dengan
menggunakan pisau. Mengamati dan menggambar, serta melengkapi dengan
keterangan gambar.
3.3.2 Sistem Saraf

Adapun prosedur kerja pada sistem saraf adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pembedahan untuk melihat otak ikan dengan cara sebagai berikut:
b. Menggambar masing-masing otak ikan nila dan ikan kakap merah, dari sisi dorsal dan
lateral serta memberi keterangan untuk menunjukkan bagian-bagian otak pada gambar
yang sudah dibuat.
c. Memperhatikan organ-organ saraf lainnya pada masing-masing jenis ikan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sistem Urat Daging

a. Ikan Mas (Ciprinnus carpio)

Gambar Urat Daging

(Horizontal)
(vertikal)

(sirip punggung)

(sirip ekor)
a. Ikan Nila (Orechromis niloticus)
Gambar Urat Daging

(vertikal) (Horizontal)

(sirip
(sirip punggung) ekor)

b. Ikan Kakap Merah (Lutjannus campechanus)

Gambar Urat Daging

(vertikal) (Horizontal)

(sirip punggung) (sirip ekor)


4.1.2 Sistem Saraf

Ikan Hiu (Alopias pelagicus) Ikan Mas (Ciprinnus carpio)

Otak ikan hiu pada posisi dorsal Otak ikan mas pada posisi dorsal

Otak ikan hiu pada posisi lateral Otak ikan mas pada posisi lateral

2.2 Pembahasan
2.2.1 Sistem Urat Daging
a. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada sistem urat daging pada ikan mas Tubuh
ikan mas hampir seluruhnya dipenuhi oleh urat daging yang memiliki peran dan fungsi sesuai
tempatnya. Urat daging berperan dalam gerak renang ikan dan sangat penting terutama dalam
pergerakan tubuh ikan mas dan organ lainnya seperti sirip. Peranan urat daging yang
terbanyak disoroti oleh para pakar dalam analisis gerak renang ikan adalah peranan myomere
untuk menghasilkan gelombang tubuh (metachronal) yang menimbulkan daya tolak dalam
renang ikan. Pada saat pembedahan ikan mas secara melintang urat daging pada ikan mas
sangat terlihat yang mana urat daging terebut dibagi menjadi urat daging bagian atas atau
apaxial dan urat daging bagian bawah atau hypaxial. Urat daging ikan terdiri dari kumpulan
blok-blok urat daging. Menurut Prahadina dkk. (2015) Ikan mas (Cyprinus carpio)
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang mempunyai bentuk tubuh pipih memanjang
dan bertubuh lunak. Kontraksi myotome untuk menimbulkan gelombang gerak tubuh ikan
memiliki mekanisme tertentu. Myotome yang memegang menghasilkan gaya yang
mengakibatkan ikan melengkung. Ikan dalam keadaan melengkung dan kejang tersebut
menyebabkan myotome dan garis tengah tubuh membentuk sudut dan serat urat daging dalam
myotome kurang lebih sejajar dengan. Jika serat urat daging berkontraksi, maka akan
menarik septum bagian belakang ke depan dan bagian depan ke belakang. Ikan mas tidak
memiliki red lateral muscle karena ikan mas merupakan ikan yang gerak renangnya tidak
konstan.

Otot polos atau sering disebut (urat daging licin) ini terdapat pada saluran ekskresi dan
reproduksi yang digunakan untuk menggerakkan atau menyalurkan sperma pada sebagian
jenis ikan. Otot ini lebih sederhana dan kecil dibandingkan dengan serabut otot yang lainnya.
Serabut otot ini tumbuh dari mesenkhim embrio. Secara primer berasal dari mesoderm
dengan disertai sel-sel jaringan ikan, kemudian berkembang menjadi otot polos. Kerja otot
polos ini disebut dengan involuntary karena kerjanya tidak dipengaruhi rangsangan otak,
menurut Mangat dan Hundal, (2014) Otot jantung (urat daging jantung) terdapat garis-garis
melintang pada bagian serabutnya. Garis melintang pada serabut-serabut otot tersebut terletak
pada jarak tertentu yang dinamakan sebagai cakram interkalar. Otot jantung berkontraksi kuat
dan terus menerus bekerja, sampai ikan ini mati. Kerja otot jantung ini sifatnya involuntary
karena bekerja diluar rangsangan otak. Otot bergaris disebut otot bergaris karena serabutnya
memperlihatkan garis-garis melintang dengan banyak inti tersebar pada bagian-bagian
pinggirnya. Otot ini disebut juga otot rangka karena melekat pada rangka atau kulit, dan
disebut voluntary karena kerjanya dipengaruhi oleh rangsangan otak (Nessa, 1985).

Sistem urat daging ikan mas ini dibagi menjadi urat daging horizontal (badan,
punggung dan ekor) serta urat daging vertikal. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan, urat daging atau otot pada ikan kakap merah ini memiliki serabut-serabut
berwarna putih baik pada bagian horizontal (badan, punggung dan ekor) serta bagian vertikal.
Serabut-serabut tersebut dinamakan myosepta, terletak diantara myotome. Pada bagian ekor,
myosepta ini nampak lebih rapat, tidak seperti pada bagian badan, punggung dan vertikal
yang nampak agak jarang diantara satu sama lain. Menurut Noviyanti dan Maharani (2015)
otot-otot yang terletak di bagian sebelah kiri dan kanan tubuh dipisahkan olehsuatu sekat
yang disebut septum vertical. Oleh suatu sekat yang disebut septumhorizontale atau
horizontale skeletogenousseptum.

b. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Sistem urat daging pada ikan nila ini hampir sama dengan urat daging pada ikan air
tawar pada umumnya. Terdapat 3 macam urat daging atau otot pada ikan nila, yaitu otot
polos, otot jantung, dan otot bergaris. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai
otot bergaris pada ikan nila, myosepta pada ikan nila tak terlihat memiliki perbedaan warna
dengan myotome disekelilingnya, namun masih terlihat adanya serabut dengan guratan-
guratan halus yang sangat tipis. Pola myosepta pada ikan nila juga berbentuk piscine, yang
lekukan ujungnya menajam. Menurut Ghandi (2014) hasil pemeriksaan histopalogi dan
biokimia pada otot ikan, ternyata terdapat sejumlah tipe serabut otot yang banyak pada
spesies ikan tersusun dalam banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Pada urat daging ikan
nila ini terdapat myosepta yang tergolong dalam tipe piscine.

Dari hasil penelitian urat daging yang telah dilakukan pada ikan nila, sistem urat daging
dapat dilihat ketika disiram oleh air panas agar lebih mudah melihat sistem urat daging pada
ikan nila. Sistem urat daging pada ikan nila ini hampir sama dengan urat daging pada ikan air
tawar pada umumnya. Pada ikan nila, myosepta pada ikan nila tak terlihat memiliki
perbedaan warna dengan myotome disekelilingnya, namun masih terlihat adanya serabut
dengan guratan-guratan halus yang sangat tipis. Pola myosepta pada ikan nila juga berbentuk
piscine, yang lekukan ujungnya menajam. Tubuh ikan nila hampir seluruhnya dipenuhi oleh
urat daging yang memiliki peran dan fungsi sesuai tempatnya. Urat daging berperan dalam
gerak renang ikan dan sangat penting terutama dalam pergerakan tubuh ikan nila dan organ
lainnya seperti sirip. Dari hasil pengamatan kami kali ini bahwasanya otot ikan nila saat
proses praktikum sudah mulai mengalami pelembekan atau tidak elastis lagi, Menurut
pendapat Liviawatiy dkk (2014) ikan yang baru mati dan masih dalam fase pre-rigeor mortis
mempunyai tekstur daging yang kenyal,elastis, dan lentur. Hal ini ada hubunganya dengna
kontraksi dan relaksi yang terjadi pada otot ikan. Ikan yang baru mati masih mempunyai sisa
ATP sebelum mati dan hasil proses glikolisis anaerob yang menyebabkan otot ikan masih
bisa melakukan relaksasi, dengan demikian daging ikan mempunyai kondisi yang masih
elastis dan lentur. Tekstur daging ikan yang kenyal, elastis dan lentur secara berangsur-angsur
akan mengeras karena energi yang tersisa tidak cukup untuk merombak aktomiosin menjadi
aktin dan myosin.

Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan
otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur
dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga
bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang
tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos. Urat daging licin Serabut otot
polos lebih sederhana dan kecil dibandingkan dengan serabut otot lainnya. Serabut ini
tumbuh dari mesenchim embrio. Secara primer berasal dari mesoderm dengan disertai sel-sel
jaringan ikat, kemudian berkembang menjadi otot polos. Kerja otot polos ini disebut
involuntary karena kerjanya tidak dipengaruhi oleh rangsangan otak. Serabut otot polos pada
umumnya tersusun dalam ikatan, Tetapi banyak pula yang tersebar. Kontraksi otot ini lambat
dan kerjanya lama. Otot polos antara lain terdapat pada: Otot polos yang terdapat pada
dinding saluran pencernaan, baik yang melingkar maupun yang memanjang. Otot ini
digunakan untuk meng-gerakkan makanan (Ramlah dkk., 2016).

c. Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus)

Ikan kakap merah memiliki tendon atau sistem otot yang membantu ikan bergerak.
Sistem tendon dibagi menjadi tendon transversal (tubuh, punggung, ekor) dan tendon
longitudinal. Dari hasil latihan yang telah dilakukan, urat dan otot ikan kakap merah ini
memiliki serat berwarna putih pada bagian horizontal ikan (tubuh, punggung dan ekor) dan
pada bagian vertikal ikan kakap merah. Tubuh kakap. Serabut putih ini, yang disebut septa,
terletak di antara sarkomer. Myosepta adalah bagian dari jaringan ikat yang memisahkan
miosfer yang berdekatan dan digunakan untuk mengikat dan menyatukannya. Pada bagian
ekor ikan kakap merah ini septum intermuskularnya kurang begitu terasa karena bagian ekor
ikannya sedikit terganggu selama masa latihan, namun septa intermuskular pada ikan kakap
merah ini terlihat lebih rapat, tidak seperti pada bagian badan, punggung dan bagian vertikal
Muncul satu sama lain relatif jarang. Menurut Yufidasari (2019) Ikan Kakap Merah, Lutjanus
malabaricus, merupakan salah satu ikan demersal berukuran besar yang memiliki nilai
ekonomis tinggi karena permintaan pasar yang tinggi. Spesies ini bersama Lutjanidae
lainnya, terutama Pristipomoides (Goldband snapper), tersebar luas dan dieksploitasi secara
intensif di perairan Indonesia. Ikan kakap merah memiliki pola miomer yang disebut piscine.
Otot ikan kakap merah belang berwarna putih dengan daging buah berwarna merah muda.
Serat putih yang ditemukan pada ikan disebut myofascia dan terletak di antara sarkomer.
Pada ekor kakap merah, otot-otot ini tampak lebih rapat, tidak seperti pada tubuh, punggung,
dan bagian vertikal yang cukup jarang satu sama lain. Pada ikan kakap merah ini, otot septa
tersusun membentuk bentuk ikan, alur dengan tepi yang tajam.

Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang
dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan
mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot
polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua
yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka
yaitu otot jantung dan otot polos. Menurut Wiharti dan Hanik (2022) sistem urat/otot daging
ikan kakap adalah mempunyai kolagen juga merupakan komponen serat utama dalam tulang,
gigi, tulang rawan, lapisan kulit dalam (dermis), tendon (urat daging) dan tulang rawan yang
terdapat pada hewan vertebrata. Kolagen juga dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi,
aplikasi kolagen seperti kosmetik (krim kulit, shampo, produk-produk perawatan rambut, cat
kuku), dan medis (material benang bedah, perbaikan katup prostensis, dan perbaikan selaput
mata).

Sama seperti ikan pada umumnya, ikan kakap merah memiliki sistem urat daging atau
otot yang membantu pergerakan ikan tersebur. Sistem urat daging ini dibagi menjadi urat
daging horizontal (badan, punggung dan ekor) serta urat daging vertikal. Berdasarkan hasil
dari penelitian yang telah dilakukan, urat daging atau otot pada ikan kakap merah ini
memiliki serabut-serabut berwarna putih baik pada bagian horizontal (badan, punggung dan
ekor) serta bagian vertikal. Serabut-serabut tersebut dinamakan myosepta, terletak diantara
myotome. Pada bagian ekor, myosepta ini nampak lebih rapat, tidak seperti pada bagian
badan, punggung dan vertikal yang nampak agak jarang diantara satu sama lain. Pada ikan
kakap merah ini, myosepta tersusun menurut pola piscine, yaitu lekukan yang ujungnya
tajam. Menurut Anggraini (2019) dalam penelitiannya, mengatakan bahwa ikan kakap merah
ini termasuk ke dalam golongan ikan teleostei, untuk itu ia memiliki pola penyusun myomer
yang dinamakan piscine. Otot bergarisnya memiliki warna putih dengan daging yang
berwarna merah muda.

2.2.2 Sistem Saraf


a. Ikan Hiu (Alopias pelagicus)

Otak ikan hiu merupakan tipe otak yang lebih maju. Dari dua kantung olfaktori
dihidung, saluran olaktori besar dan memanjang ke lobus olfaktori, yang melekat dengan erat
ke pasangan hemisfer serebral di diensefalaon (Adrim, 2007). Di bagian dorsal, diensefalaon
mengandung sebuah tangkai pineal serta badan pineal dan di bagian ventraldiensefalon
terdapat infundibulum, tempat melekatkan hipofisis. Semua struktur ini merupakan bagian
darai otak depan. Dua lobus optik yang bundar terdapat di bagian dorsal otak tengah
(Friedlander dan Demartini, 2002).

Sistem Saraf dan Indera Hiu Sistem Saraf pada Hiu. Systema Nervossum Central
(SNC) yang terdiri dari otak dan Medulla Spinalis. Systema Nervossum Peripherium (SNP)
yang terdiri dari 10 pasang Nervus Cranialis dan Nervus Spinalis. Hiu mempunyai indera
yang sangat bagus, beberapa spesies mampu mendeteksi sedikitnya satu bagian per juta darah
di air laut. Mereka lebih tertarik pada bahan kimia yang ditemukan di usus banyak spesies,
dan sebagai akibatnya sering berlamalama dekat atau di tempat pembuangan limbah.
Beberapa spesies seperti hiu perawat, memiliki barbel eksternal yang sangat memperbesar
kemampuan mereka untuk mengindera mangsa. Mata hiu mirip dengan mata vertebrata
lainnya. Penglihatan mereka beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan laut dengan
bantuan sebuah jaringan yang disebut tapetum lucidum. Ini berarti hiu dapat mengerutkan
dan melebarkan pupil mereka seperti manusia. Jaringan ini di belakang retina dan
memantulkan cahaya kembali padanya, oleh karena itu meningkatkan visibilitas dalam air
yang gelap (Zulfahmi dkk., 2020).

Hiu bernafas melalui lima hingga tujuh celah insang terletak di sisisisi dari kepala
mereka. Hiu mempunyai penutup 'dentikal kulit' (sisik yang keras) yang melindungi kulit
mereka dari kerusakan dan parasite, dan memperbaiki dinamika cairan sehingga mereka
dapat bergerak lebih cepat melalui air. Hiu punya penciuman yang cukup baik untuk
mendeteksi mangsa. Hiu punya porsi besar di otaknya untuk indera penciuman. Penciuman
darah ini juga sebenarnya bukan bagian yang fiktif dari mitos ini, karena hiu bisa mencium
tetesan darah mangsa dengan perbandingan satu tetes banding 10 miliar tetes (Wahab dkk.,
2022).

Mata hiu mirip dengan mata vertebrata lainnya. Penglihatan mereka beradaptasi
dengan baik terhadap lingkungan laut dengan bantuan sebuah jaringan yang disebut tapetum
lucidum. Ini berarti hiu dapat mengerutkan dan melebarkan pupil mereka seperti manusia.
Jaringan ini di belakang retina dan memantulkan cahaya kembali padanya, oleh karena itu
meningkatkan visibilitas dalam air yang gelap. Hiu mempunyai kelopak mata, tetapi mereka
tidak berkedip karena air di sekelilingnya membersihan mata mereka. Untuk melindungi mata
mereka, beberapa spesies memiliki membrane nictitating (berkedip). Membran ini menutupi
mata saat sedang berburu dan saat hiu sedang diserang. Akan tetapi, beberapa spesies
termasuk hiu putih besar (Carcharodon carcharias), tidak mempunyai membran ini, tetapi
mereka memutar mata mereka ke belakang untuk melindungi mereka saat menyerang mangsa
(Hidayat dan Fauzi, 2020).

Walaupun sulit untuk menguji pendengaran hiu, mereka mungkin memiliki indera
pendengaran yang tajam dan mungkin dapat mendengar mangsa mereka dari jarak bermil mil
jauhnya. Bukaan kecil di setiap sisi kepala mereka mengarah langsung pada telinga bagian
dalam melalui saluran tipis. Kedua organ pendeteksi getaran dan bunyi dikelompokkan
bersamasama untuk me mbentuk sistem pendengaran. Hiu memiliki sensitivitas elektrik
terbesar dari hewan apa pun. Hiu menemukan mangsa yang bersembunyi di pasir dengan
mendeteksi medan listrik yang mereka hasilkan. Arus lautan yang bergerak dalam medan
magnetic bumi juga menghasilkan medan listrik yang dapat digunakan oleh hiu untuk
orientasi dan mungkin navigasi (Simamora dkk., 2020).

Teleostei merupakan salah satu superordo dari kelas Osteichthyes. Menurut


Brotowidjoyo (1994) kelompok ikan ini memiliki mulut berahang, skeleton bertulang sejati.
Kondrokranium (kranium tulang rawan) dilengkapi oleh tulang dermal untuk membentuk
tengkorak majemuk. Sisik tipe ganoid, sikloid atau stenoid yang semuanya berasal dari
mesodermal, atau tidak bersisik kelompok ikan ini memiliki satu celah insang di kedua sisi
kepala, mulutnya biasanya di bagian depan tubuh, sirip ekor yang panjangnya hampir sama
atas dan bawah. Selain itu mempunyai sirip yang berpasangan serta mempunyai satu pasang
lubang hidung Pada spesies tertentu ada yang mempunyai berbel, bentuk rahang bawah
memanjang dan ada juga yang memiliki sifat-sifat tertentu misalnya pada famili Anguillidae
(ikan sidat) di mana pada waktu dewasa lebih banyak hidup di air tawar tetapi akan kembali
lagi ke laut untuk memijah, sebaliknya untuk famili Chanidae (ikan bandeng) hidup
sepanjang tahun di laut tetapi akan memasuki pantai dan muara sungai untuk memijah.

Organ dengan sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun
dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat
susunan saraf. Indera Penglihatan (Visus). Letak : dorsal dari chepal transversal dari chepal,
Fungsi: mencari makanan dan identifikasi predator (bukan organ utama) Elasmobranchia.
Ovarium pada Elasmobranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga
abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe
ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang. Saluran reproduksi Elasmobranchi berjumlah
sepasang, bagian anteriornya berfungsi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh
fimbre-fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya
pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan
langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang.
Teleostei tidak memiliki kloaka (Maya dan Nur, 2021)

b. Ikan Mas (Cyprinnus carpio)

Dari hasil pengamatan pada praktium kali ini kami mengetahui bahwa sistem saraf
pada ikan mas (Cyprinus carpio) ini dimulai dari otak. Yang mana bentuk otak dari ikan mas
ini kecil, berwarna cerah, terletak tepat diatas mata dan diatas kepalanya. Pada otak ikan mas
ini terdapat cairan sejenis lendir yang kami yakini lendir ini sebagai pelindung otak dai
bakteri-bakteri. Kami membedah kepala ikan ini secara dorsal dan lateral dengan
menggunakan alat bedah. Perlu hati-hati dalam membedah bagian kepala ikan mas (Cyprinus
carpio) agar tidak terjadi kerusakan pada bagian-bagian sistem saraf lainnya. Sedangkan
menurut Achyani (2011) sistem saraf pada ikan dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem
cerebro spinal dan sistem autonomik. Sistem cerebro spinal terdiri dari bagian pusat,
mencakup otak dan spinal cord serta bagian perifer, meliputi syaraf spinal, syaraf cranial dan
organ sensori.

Otak Pada ikan berfungsi untuk penerimaan, elaborasi, dan penghantar impuls bau.
Ukuran telensefalon bervariasi sesuai dengan kebutuhan ikan. Saraf penciuman sebelah kiri
disertai oleh sepasang saraf yaitu saraf terminal kecil . Saraf ini diketahui memiliki
vasomotor untuk fungsi sensorik. Pada bagian anterior telencephalon terdapat sebuah bulbus
pencium dan dibagian caudalnya terdapat lobus penciuman dan dua bagian internalnya
berupa rongga ventrikel otak. Menurut Manda (2011) otak pada ikan terbungkus oleh kotak
otak terletak di daerah kepala. Kotak otak berperan sebagai pelindung otak, karena otak
merupakan organ yang lunak dan lembut. Otak yang terdapat dalam tengkorak kepala
dibedakan menjadi cerebellum (otak kecil) dan cerebrum (otak besar).

Sistem saraf pada ikan mas adalah otak yang dimana saraf otak ikan bagian depan,
dan saraf utama yang keluar dari daerah ini adalah saraf alfaktori yang berhubungan dengan
hidung sebagai penerima rangsangan. Jaringan saraf merupakan jaringan yang yang mampu
menerima rangsangaan dari lingkungaan nya mengubah rangsangan itu menjadi implus.
Implus tersebut menuju pusat dan akhiranya pusat akan memberikan jawaban rangsangan.
Menurut Koesharyani dkk., (2018) Otak ikan mas merupakan cerminan berkembang tidaknya
fungsi organorgan sensoris pada ikan. Otak depan (forebrain) disebut juga prosencephalon,
otak tengah (mesencephalon) dan otak belakang (rhombencephalon) berkembang seperti
halnya vertebrata lainnya, juga mengalami difrensiasi. Secara umum pola perkembangan
sistem saraf sama pada semua ikan. Walaupun demikian ada perbedaan yang disebabkan oleh
perkembangan dari bagian-bagian otak. Pola dasar dan kemajuan dari proses yang terjadi di
kepala (cephalisasi). Pada hewan vertebrata konsentrasi rangsangan diterima dan dipadukan
pada satuan atau unit-unit yang terdapat di dalam kepala, mulai dari Cyclostomata,
Chondrichthyes sampai ikan tulang sejati (Teleostei).

Otak dan organ saraf lainnya pada ikan mas terletak di sepanjang sumsum tulang
belakang dan membentuk sistem saraf yang kompleks (Ghandi, 2014). Bagian-bagian dari
sistem saraf pada ikan mas yaitu otak depan yang berfungsi untuk mengendalikan indera
penciuman, penglihatan, dan keseimbangan. Otak tengah berfungsi untuk memproses
informasi yang diterima dari indera pendengaran dan mengatur gerakan mata. Otak belakang
berfungsi dalam mengatur gerakan dan koordinasi. Medula spinalis berfungsi sebagai pusat
pengaturan gerakan dan refleks. Saraf-saraf sensorik membawa informasi dari indera ke otak,
sementara saraf-saraf motorik membawa informasi dari otak ke otot untuk menggerakkan
tubuh. Ikan mas memiliki beberapa indera, termasuk indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan perabaan. Indera-indera ini memiliki sel-sel sensorik yang mengubah
stimulus dari lingkungan menjadi sinyal-sinyal listrik yang dapat diolah oleh otak (Fadhli
dkk., 2020). Ampula Lorenzini adalah organ sensorik khusus yang terletak di sekitar kepala
ikan mas. Organ ini membantu ikan mas mendeteksi medan listrik yang dihasilkan oleh
mangsa atau predator. Kelenjar Pineal pada ikan mas berfungsi sebagai regulator sirkadian,
yang mengatur ritme tidur dan bangun, serta aktivitas fisik. Secara keseluruhan, otak dan
organ saraf lainnya pada ikan mas berfungsi sebagai pusat pengendali tubuh,
mengintegrasikan informasi dari lingkungan dan mengatur gerakan serta respon terhadap
stimulus. Dengan sistem saraf yang kompleks ini, ikan mas dapat beradaptasi dengan
lingkungannya dan bertahan hidup di habitatnya (Aslamsyah dan Karim, 2013).
Perbedaan antara sistem saraf teleostei dan elasmobranchii pada ikan mas meliputi
struktur dan fungsi (Anggraini dkk., 2019). Selain itu, elasmobranchii memiliki sistem saraf
yang lebih kuat untuk mengendalikan gerakan tubuh mereka yang besar dan cepat, seperti
sirip dan ekor. Ini membuat elasmobranchii lebih lincah dan dapat bergerak dengan cepat
dalam air, sementara teleostei cenderung bergerak dengan gerakan yang lebih lambat dan
teratur. Perbedaan antara sistem saraf teleostei dan elasmobranchii pada ikan mas terletak
pada struktur dan fungsi otak. Elasmobranchii memiliki otak yang lebih besar dan kompleks,
dan lebih banyak area sensorik dan motorik yang terlibat dalam pengolahan informasi
daripada teleostei (Hadi, 2020). Ini membuat elasmobranchii lebih lincah dan cepat dalam
gerakan dan merespons perubahan lingkungan lebih cepat. Pada saat bahan anestesi larut
dalam air, maka laju espirasi akan berkurang. Sehingga ikan akan berupaya mencari oksigen
ke permukaan dan fungsi syaraf mulai menurun. Kemudian dijelaskan juga bahwa secara
langsung atau tidak langsung bahan-bahan anastesi akan mengganggu keseimbangan ionik
dalam otak ikan. Hal ini terjadi karena penurunan kosentrasi kation K dan peningkatan kation
Na, Fe³ dan Ca. Kemudian gangguan ini akan mempengaruhi kerja syaraf motorik dan
pernafasan, sehingga menyebabkan menyebabkan kematian rasa atau pingsan (Rahmawati,
2016).
Ikan mas yang termasuk golongan Elasmobranchii mempunyai mekanisme
pernapasan sebagai berikut Tahap pertama (inspirasi). Mulut terbuka, rongga mulut dan tekak
mengembang, rongga insang berkontraksi dan celah insang menutup. Pada proses tersebut air
dari luar masuk ke dalam rongga mulut, kemudian rongga mulut menutup, rongga mulut
berkontraksi (menyempit), rongga insang mengembang, celah insang tertutup. Tahap kedua
(ekspirasi). Mulut tertutup, rongga mulut berkontraksi (menyempit), dan celah insang
terbuka. Saat ekspirasi ini air bergerak keluar dari rongga insang melalui celah insang
Mekanisme pernapasan pada kelompok ikan mas bertulang sejati (Teleostei) berlangsung
sebagai berikut; Tahap pertama (inspirasi). Insang tertutup rapat, mulut terbuka dan beberapa
otot berkontraksi. Air masuk melalui mulut menuju rongga mulut, selanjutnya ruang antar
insang dan operkulum meluas ketika tutup insang mengembang ke arah muka meskipun kulit
penutup insang tertutup di bagian posterior oleh tekanan air dari luar. Saat air dari rongga
mulut bergerak melewati insang, terjadi difusi dari lingkungan luar menuju lingkungan dalam
(kapiler darah) pada lamela sekunder Tahap kedua (ekspirasi). Mulut menutup, kemudian
rongga insang menyempit, sementara katup mulut mencegah aliran air keluar melalui
mulut. Operkulum, dengan tutup insang tetap tertutup, telah mencapai kondisi yang lebih
lanjut dari penyempitan dan air berkumpul di luar insang (Dianyah, 2017).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum sistem urat daging yaitu sebagai berikut:

1. Struktur urat daging pada ikan pada umumnya dibedakan menjadi otot polos yang
terletak pada dinding saluran pencernaan, saluran peredaran darah, mata dan saluran ekskresi
serta reproduksi; otot jantung yang terletak pada ruang perikardial di sebelah posterior
insang; dan otot bergaris yang terletak melekat pada rangka atau kulit.
2. Bentuk atau pola urat daging pada ikan memiliki perbedaan antara ikan kelompok
agnatha dan teleostei/elasmobranchii. Pada ikan kelompok agnatha pola urat dagingnya
dinamakan cyclostomine (ujung lekukannya menumpul) dan pada ikan Teleostei /
elasmbranchii pola urat dagingnya dinamakan piscine (ujung lengkungannya menajam).
Bagian-bagian urat daging ini terdiri dari serabut-serabut otot yang dinamakan myosepta, dan
bagian blok otot diantara myosepta yang dinamakan myotome.
Adapun kesimpulan pada praktikum sistem saraf yaitu sebagai berikut:

1. Organ-organ yang membangun sistem saraf pada ikan, yang utama adalah otak,
kemudian terdapat saraf cranial, spinal cord dan saraf spinal serta sistem indera.
2. Otak pada ikan umumnya terletak pada bagian anterior didalam tempurung kepala.
Bagian-bagian dari otak ikan dibagi menjadi lima bagian yaitu: telenchepalon, diencephalon,
mesencephalon, metencephalon, dan myelencephalon.
3. Perbedaan sistem saraf atau otak pada ikan teleostei dan elasmobranchii yaitu pada
elasmobranchii, seluruh bagian otak dibungkus oleh tulang rawan yang massif tanpa batas
yang nyata seperti biasanya pada terdapat pada vertebrata lainnya, sedangkan pada golongan
ikan teleostei yang rendah tingkatannya, masih terdapat rawan pada neurocranium tetapi pada
golongan ikan yang lebih tinggi tingkatannya tulang tengkorak telah mengalami proses
osifikasi dengan baik.
5.2 Saran

Saran saya untuk praktikum ini bagi para praktikan untuk lebih mengutamakan
kedisiplinan diri. Selalu datang tepat waktu di setiap pertemuan praktikum, agar praktikum
yang dijalankan sesuai dengan jadwal yang tertera dan dapat diperpanjang agar praktikan
dapat lebih maksimal dalam melakukan pengamatan. Para praktikan diharapkan untuk lebih
berhati-hati dalam melakukan pengamatan agar tidak terjadi kecelakaan. Kemudian dapat
diperpanjang agar praktikan dapat lebih maksimal dalam melakukan pengamatan. Praktikan
juga harus selalu menjaga kebersihan laboratorium dan protokol kesehatan.

Saran saya untuk kakak co-ass diharapkan kedepannya bisa lebih ramah kepada semua
peserta praktikum. Secara keseluruhan konsep yang dijelaskan oleh kakak co-ass sangat
mudah dimengerti. Ada baiknya, kakak co-ass diharapkan untuk bisa menjelaskan semua
materi dan langkah kerja dalam praktikum secara perlahan (tidak terlalu cepat) agar para
praktikan dapat lebih memahani materi praktikum dengan baik. Dan tolong diringankan
untuk dendanya kak.
DAFTAR PUSTAKA

Achyani, R. 2011. Mekanisme Pengaturan Sisitem Saraf pada Tubuh Ikan Di Lingkungan
Perairan Yang Terkontaminasi Oleh Sianida. Jurnal Harpodon Borneo. 4(2): 1-5.

Anggraini, B. 2019. Identifikasi Sistem Pembentuk Urat Daging pada Ikan Kakap Merah
(Lutjanus sp). Jurnal Perikanan. 7(1): 44-56.

Benli, A.C., Köksal, G., dan Ozkul, A. 2020. Sublethal Ammonia Exposure Of Nile Tilapia
(Oreochromis niloticus) Effects On Gill, Liver and Kidney Histology. Journal
Chemosphere. 72(9): 1355.

Brotowidjoyo, M. D. 1994. Indentifikasi Jenis-Jenis Ikan Teleostei. Journal Zoologi


Dasar. 1(2): 20-21.
Chadijah, A. 2019. Studi Pendahuluan Biologi Reproduksi Ikan Di Danau Sidenreng
Kabupaten Sidenreng Rappang. Journal Octopus. 3(1): 1-8.

Dianyah, K. R. 2017. Keanekaragaman Spesies Ikan Di Zona Sub Litoral Perairan Pulo
Rubiah Sabang Sebagai Materi Pendukung Kingdom Animalia Di Sman 2 Sabang
(Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry Banda Aceh).

Fadhli, U., Budijono, dan M. Hasbi. 2020. Kandungan Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd)
Dalam Insang, Ginjal, Dan Otot Ikan Dari Waduk Koto Panjang, Riau. Jurnal
Sumberdaya Dan Lingkungan Akuatik. 1(2): 153-158.

Ferdyan, R., Razak, A., Sumarmin, R., dan Zulyusri, Z. 2020. Analisis Relevansi Materi
Superkelas Pisces Dalam Aspek Penerapan Ilmu Taksonomi Hewan Di Sekolah:
(Analysis Of The Relevance Of Pisces Superclass Material In The Aspect Of
Application Animal Taxonomy In Schools). Jurnal Biodik. 6(4): 442-453.
Firdaus, A. N., Dewi, A. R., dan Purnomo, Y. 2020. Efek Dekokta Daun Pulutan (Urena
Lobata) Terhadap Kadar Superoxide Dismutase (SOD) Jaringan Otak Dan Motilitas
Ikan Zebra (Danio rerio) Fase Juvenil Yang Dipapar Malathion Secara Kronis. Jurnal
Kedokteran Komunitas. 8(1).

Friedlander, A.M. dan Demartini, E. E. 2002. Biomassa Ikan dan Pengamatan Terhadap
Sistem Saraf Ikan. Jurnal Ekologi Laut. 2(30): 253-264.
Ghandi, S. P. 2014. Fisiologi Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Histopalogi
Dan Biokimia. 11(2): 202-220.

Hidayat, M., dan Fauzi, K. 2016. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Saraf Pusat Pada Ikan.
Jurnal Perikanan. 2(3): 9-15.
Hidayat, T., dan Fauzi, M. 2020. Karakteristik Kimiawi Enkapsulasi Minyak Ikan Berbahan
Baku Patin dan Hiu Dengan Penambahan Minyak Sawit Merah. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia. 23(2): 342-351.

Koesharyani, I., Gardenia, L., Widowati, Z., Khumaira, K., dan Rustianti, D. 2018. Studi
Kasus Infeksi Tilapia Lake Virus (TILV) Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Jurnal Riset Akuakultur. 13(1): 85-92.
Lensoni, L., Nurdin, A., dan Zaini, Z. I. 2020. Pengaruh Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air
Di Sungai Krueng Sabee Terhadap Peningkatan Kadar Merkuri Pada Ikan,
Langkitang/Chu (Melanoides Tuberculata) Dan Kerang (Anodonta Sp) Di Sungai
Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Aceh Medika. 4(2): 102-112.

Liviawaty, E., dan Afrianto, E. 2014. Penentuan Waktu Rigor Mortis Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus) Berdasarkan Pola Perubahan Derajat Keasaman. Jurnal
Akuatika. 5(1).
Ma'arif, B., Maimunah, S., Muslikh, F. A., Saidah, N. L., Fihuda, D. A., Khotimah, H., dan
Agil, M. 2022. Efek Ekstrak Daun Marsilea Crenata Presl. Pada Aktivitas Lokomotor
Ikan Zebra. Farmasis: Jurnal Sains Farmasi. 3(1): 18-24.

Manda, P.R. 2011. Teknologi Pembenihan Dan Budidaya Ikan Pantau (Rasbora Lateristriata
Blkr). Jurnal Universitas Riau Pekanbaru. 5(5): 69-80.

Maya, S., dan Nur, R. A. 2021. Ciri-Ciri Dan Pola Perkembangan Tubuh Hewan Vertebrata.
Zoologi Vertebrata. 15(5): 56-80.
Muhtiani, D., Ibrahim, N., dan Jamaluddin, J. 2020. Studi Perbandingan Profil Asam Lemak
Pada Ikan Sidat (Anguilla marmorata) Dan Sidat (Anguilla bicolor) Asal Danau Poso
Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Biocelebes. 14(1): 79-93.

Naiu, A. S. 2021. Perkembangan Terkini Perubahan Selama Penurunan Mutu Ikan Basah.
Jurnal Saintek. 6(2): 1-12.

Nessa, M. N. 1985. Mekanisme Dan Daya Renang Ikan. Jurnal Oseana. 10(1): 31-38.
Noviyanti, K., dan Maharani, H. W. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina Pada
Pakan Buatan Terhadap Intensitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius Auratus). e-
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 3(2): 411-416.

Nugroho, M. 2021. Pengaruh Suhu Dan Lama Ekstraksi Secara Pengukusan Terhadap
Rendemen Dan Kadar Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). Jurnal
Teknologi Pangan. 3(1): 64-75.

Prahadina, V.D., Boer, M. dan Fahrudin, A. 2015. Sumber Daya Ikan Dan Pengenalan
Sistem Otot. Jurnal Marine Fisherier. 6(2): 169-175.
Rahmawati, Z. 2016. Analisis Histopatologi Saraf Ikan Mas (Cyprinus carpio) Yang
Terinfeksi Koi Herpes Virus (KHV) Pada Kolam Pemeliharaan Ikan Mas. Jurnal
Biologi Perikanan. 12(3): 58-62.

Ramlah, R., Soekendarsi, E., Hasyim, Z., dan Hassan, M. S. 2016. Perbandingan Kandungan
Gizi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Asal Danau Mawang Kabupaten Gowa Dan
Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar. BIOMA: Jurnal Biologi Makassar.
1(1).

Simamora, M. A., Bugar, N., dan Rario, R. 2020. Fortifikasi Minyak Ikan Hiu Cucut
(Stegostoma fasciatum) Pada Nilai Gizi Pengolahan Cookies. Journal Of Tropical
Fisheries. 15(2): 61-70.

Suwetja. 2022. Perubahan Kadar ATP Dan Mioglobin Pada Ikan Dan Pengaruhnya Terhadap
Kesegaran Selama Penanganan Di Perahu Dan Pelabuahan Perikanan. Jurnal Reseach
And Development Unsrat. 3(8): 50-55.

Tahang, N. W. 2018. Gambaran Histopatologi Insang, Labirin, Dan Hepatopankreas Ikan


Sepat Siam, Trichopodus Pectoralis Regan, 1910 Di Danau Lapompakka Kabupaten
Wajo Dan Di Waduk Borong Kota Makassar (Doctoral Dissertation, Universitas
Hasanuddin).

Wahab, I., Muhammad, S. H., Iskandar, R., Alwi, D., Akbar, N., dan Ismail, F. 2022.
Morfologi Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium Halmahera, Allen 2013) (Suatu
Tinjauan Morfometrik) Di Perairan Laut Pulau Morotai. Jurnal Ilmu Kelautan
Kepulauan. 5(1).
Wiharti, T., dan Hanik, N. R. 2022. Identification Of Types Of Fish Captured By Fishermen
At TPI Wuryantoro Wonogiri That Are Consumed By The Community. Jurnal
Biologi Tropis. 22(4): 1177-1187.

Yufidasari, H. S. 2019. Karakteristik Edible Film Dari Gelatin Kulit Ikan Kakap Merah
(Lutjanus argentimaculatus) Dengan Penambahan Pektin. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 22(1): 174-186.

Zulfahmi, I., Nasution, D. N., Nisa, K., dan Akmal, Y. 2020. Logam Berat Pada Hiu Tikus
(Alopias pelagicus) Dan Hiu Kejen (Loxodon macrorhinus) Dari Pelabuhan Perikanan
Samudera Lampulo, Banda Aceh. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
23(1): 47-57.

Anda mungkin juga menyukai