Analisis Faktor Risiko Kejadian Brucellosis dan Kerugian Ekonomi Pada Sapi Perah Di Kabupaten

Bandung Barat
YULIYANTI, 1) Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc.; 2)Dr. Ir. Tri Anggraeni Kusumastuti,SP., MP., IPM.
Universitas Gadjah Mada, 2020 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Analisis Faktor Risiko Kejadian Brucellosis

dan Kerugian Ekonomi Pada Sapi Perah
Di Kabupaten Bandung Barat

Intisari

Yuliyanti
18/433706/PKH/0684

Brucellosis merupakan penyakit hewan menular bersifat zoonosis.

Kabupaten Bandung Barat merupakan sentra peternakan sapi perah di provinsi
Jawa Barat dan daerah endemis brucellosis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui prevalensi, faktor risiko, dan kerugian ekonomi brucellosis di
Kabupaten Bandung Barat.
Kajian lintas seksional digunakan untuk penelitian ini dengan materi sampel
serum darah dan data kuisioner. Besaran sampel dihitung dengan rumus Martin et
al. (n = 4 PQ/L2) dengan prevalensi 7,5%, galat 5%, dan tingkat kepercayaan CI 95%
diperoleh 555 ekor sampel ternak. Desain effect varian peternakan digunakan untuk
menghitung jumlah peternakan dan ternak, sehingga diperoleh 108 peternakan dan
5 ekor ternak setiap peternakan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
sampel tahapan ganda. Sampel kecamatan diambil secara proporsional dengan
populasi ternak setiap kecamatan. Pemilihan desa dan peternakan dilakukan secara
random sederhana, sedang sampel ternak diambil by-judgment. Uji diagnostik Rose
Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT) digunakan untuk
pengujian brucellosis. Analisis data digunakan analisis univariat dengan frekuensi
distribusi dan statistik deskriptif, bivariat dengan Chi-square (2) dan Odds Ratio
(OR), serta analisis multivariat dengan regresi logistik dan linier.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi brucellosis pada tingkat
ternak 5,10% dan tingkat peternakan 18,96%. Faktor risiko hasil analisis bivariate
yang berasosiasi (p < 0,05) dengan brucellosis di tingkat ternak adalah riwayat
abortus umur kebuntingan 7-8 bulan (OR=15,2), riwayat abortus (OR=9,9), retensi
plasenta (OR=6,6), riwayat endometritis (OR=5,5), riwayat abortus umur
kebuntingan 4-6 bulan (OR=3,8), dan riwayat still birth (OR=3,0). Hasil analisis
multivariate faktor risiko yang meningkatkan kasus brucellosis pada tingkat ternak
adalah riwayat abortus umur kebuntingan 7-8 (=+3,41033), riwayat abortus
kebuntingan umur kebuntingan 4-6 bulan (=+2,54503), umur ternak >2 tahun
(=+1,86185). Faktor risiko yang menurunkan brucellosis tingkat ternak adalah
calving interval 12 bulan (= -1,0469). Hasil analisis bivariate faktor risiko yang
berasosiasi (P < 0,05) dengan brucellosis di tingkat peternakan adalah pembelian
sapi baru (OR=4,5), biosekuriti (OR=3,0), tindakan tidak memotong ternak positif
brucellosis (OR=2,9), pembuangan sisa lahir di sekitar kandang (OR=2,8).
Selanjutnya, hasil analisis multivariate faktor risiko yang meningkatkan kejadian
brucellosis di tingkat peternakan adalah pembelian sapi baru (=+1,665),
 Analisis Faktor Risiko Kejadian Brucellosis dan Kerugian Ekonomi Pada Sapi Perah Di Kabupaten
Bandung Barat
YULIYANTI, 1) Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc.; 2)Dr. Ir. Tri Anggraeni Kusumastuti,SP., MP., IPM.
Universitas Gadjah Mada, 2020 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pembuangan sisa lahir di sekitar kandang ( = +1,625), riwayat endometritis (= +

1,584), biosekuriti rendah ( =+1,546). Faktor yang menurunkan kejadian
brucellosis tingkat peternakan adalah tindakan pemotongan ternak positif
brucellosis ( = – 1,481), adanya kandang lahir (= – 1,525), dan kondisi lantai
bersih kering (= – 2,583). Hasil analisis kerugian ekonomi brucellosis
menyebabkan penurunan pendapatan peternak per tahun untuk infeksi 13%
(abortus 1x Rp. 11,163,616.4, abortus 2x Rp 22,327,232.8, dan abortus 3x Rp
33,490,849.2); infeksi brucellosis 40% (abortus 1x Rp. 22,327,232.8, abortus 2x
Rp. 44,654,465.6, dan abortus 3x Rp. 66,981,698.4.); infeksi brucellosis 60%
(abortus 1x maka Rp. 33,490,849.2, abortus 2x Rp 66,981,698.4, dan abortus 3x
Rp. 100,472,547.6.). Hasil analisis ekonomi berdasarkan perhitungan nilai
kelayakan usaha menggunakan metode BCR, NPV dan IRR dengan rata-rata
kepemilikan induk laktasi 5 ekor di tingkat peternakan maka usaha menjadi tidak
layak pada infeksi brucellosis 40% (2 ekor) dengan abortus 2x, 3x dan infeksi
brucellosis 60% (3 ekor) abortus 1x, 2x, 3x. Kerugian ekonomi sapi perah akibat
brucellosis di Kabupaten Bandung Barat secara langsung Rp. 14.018.055.283,00
dan tidak langsung Rp. 7,186,022,500,00. Total kerugian ekonomi mencapai Rp.
21.204.077.783,00. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
prevalensi brucellosis pada tingkat ternak dan peternakan sapi perah di Kabupaten
Bandung Barat cukup tinggi (>2%). Faktor risiko yang meningkatkan kasus
brucellosis pada sapi perah, secara berurutan, adalah riwayat abortus umur
kebuntingan 4-8 bulan, umur sapi > 2 tahun. Faktor risiko yang dapat menurunkan
kasus brucellosis pada sapi perah adalah calving interval 12 bulan. Selanjutnya,
faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian brucellosis pada tingkat peternakan
sapi perah adalah pemasukan sapi baru, pembuangan sisa lahir, riwayat
endometritis dan rendahnya biosekuriti. Faktor risiko yang dapat menurunkan
kejadian brucellosis pada tingkat peternakan sapi perah adalah tindakan
pemotongan ternak positif brucellosis, mempunyai kandang lahir, dan kondisi
lantai bersih dan kering. Brucellosis menyebabkan kerugian ekonomi di tingkat
peternakan dan menyebabkan dampak kerugian ekonomi lebih luas di kabupaten
Bandung Barat.

Kata kunci : Brucellosis, prevalensi, faktor risiko dan kerugian ekonomi

 Analisis Faktor Risiko Kejadian Brucellosis dan Kerugian Ekonomi Pada Sapi Perah Di Kabupaten
Bandung Barat
YULIYANTI, 1) Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc.; 2)Dr. Ir. Tri Anggraeni Kusumastuti,SP., MP., IPM.
Universitas Gadjah Mada, 2020 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Risk Factor Analysis for Brucellosis Occurrence

and Economic Losses in Dairy Cattle
In West Bandung District

ABSTRACT

Yuliyanti
18/433706 / PKH / 0684

Brucellosis is a zoonotic infectious animal disease. West Bandung District

endemic of brucellosis and dairy farming centers in the province of West Java. This
study aims to determine the prevalence, risk factors, and economic losses of
brucellosis in West Bandung District.
Cross-sectional methode studies are used for research with blood serum
sample material and questionaire data. The sample size was calculated using the
formula Martin et al., (n = 4 PQ / L2) with a prevalence of 7.5%, an error of 5%
and a confidence level of 95% CI obtained 555 individual of dairy cattle samples.
The farm of variant effect design was used to count the number of individual of
dairy cattle and farm, so that 108 farms and 5 individual of dairy cattle per farms
were obtained. The sampling technique was done by multiple stage samples. The
subdistrict of samples were taken proportionally base on individual of dairy cattle
populations in each subdistrict. The village and farms selection were done by simple
random sampling, while the samples individual of dairy cattle were taken by
judgment. The Rose Bengal Test (RBT) and Complement Fixation Test (CFT)
diagnostic tests were used for brucellosis testing. Data analysis used univariate
analysis with frequency distribution and descriptive statistics, bivariate with Chi-
square (2) and Odds Ratio (OR), and multivariate analysis with logistic regression
and linear.
The results of this study was indicated that the prevalence of brucellosis at
individual level was 5.10% and the farms level was 18.96%, The results of bivariate
analysis of risk factors associated (p < 0,05) with case brucellosis at the individual
level was history of abortion, 7-8 months gestation (OR = 15.2), history of abortion
(OR = 9.9), retention of the placenta (OR = 6,6), history of endometritis (OR = 5.5),
history of pregnancy with 4-6 months gestation (OR = 3.8) and history of still birth
(OR = 3.0). The results of multivariate analysis of risk factors that increase the case
of brucellosis at the individual level of dairy cattle is history of abortion of
gestational age 7-8 (= + 3,41033, OR = 30.3), history of pregnancy abortion of
pregnancy age 4-6 months (= + 2.54503, OR = 12.7), age of dairy cattle > 2 years
(= + 1.86185, OR = 1.2). The risk factors that decrease the case of brucellosis at
individual level of dairy cattle is calving interval 12 months (= -1.04691; OR =
0.34). The results of bivariate analysis of risk factors associated (p < 0,05) with
brucellosis occurrence at farms level were the purchase of new cattle (Sapiru) (OR
 Analisis Faktor Risiko Kejadian Brucellosis dan Kerugian Ekonomi Pada Sapi Perah Di Kabupaten
Bandung Barat
YULIYANTI, 1) Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc.; 2)Dr. Ir. Tri Anggraeni Kusumastuti,SP., MP., IPM.
Universitas Gadjah Mada, 2020 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

= 4.5), biosecurity (OR = 3.0), non-slaughtering of cattle positive brucellosis (OR

= 2.9), disposal of material post partus around the cage (OR = 2,8). Risk factors that
increase the incidence of brucellosis at the farm level are the purchase of new cattle)
(= + 1.665), disposal of material post partus around the cage (= +1,625), history
of endometritis (Rimet) (= + 1.584), low biosecurity (= + 1.546, OR = 3.0). The
risk factors that reduce incidence of brucellosis at the farm level are acts of
slaughtering positive brucellosis (Iftibru) (= - 1.481); the presence of a partus cage
(= - 1.525) and the condition of the dry clean floor (Kontai) (= - 2.583). The
results of the analysis of economic losses of brucellosis caused a decrease in farmers
income per year of 13% infection (abortion 1x Rp. 11,163,616.4, abortion 2x;
Rp22,327,232.8, abortion 3x Rp.33,490,849.2); brucellosis infection 40% (abortion
1x Rp. 22,327,232.8; abortion 2x Rp. 44,654,465.6; abortion 3x Rp. 66,981,698.4.);
brucellosis infection 60% (abortion 1x then Rp. 33,490,849.2; abortion 2x
Rp.66,981,698.4; abortion 3x amounting to Rp. 100,472,547.6.). The results of an
economic analysis based on the calculation of business feasibility using the NPV,
BCR and IRR methods with an average ownership of 5 lactation broodstock at the
farm level means that the business becomes unfit for brucellosis infection of 40%
(2 individual) with abortion 2x, 3x, brucellosis infection 60 % (3 individual)
abortion 1x, 2x, 3x. The spatial impact of economic losses on dairy cows due to
brucellosis in West Bandung District is directly Rp. 14.018.055.283,00; indirectly
Rp. 7,186,022,500.00. The total economic loss reached Rp. 21.204.077.783,00. The
results of the study can be concluded that the prevalence of brucellosis at the level
of livestock and dairy farming in West Bandung District is quite high (> 2%). The
risk factors that increasing of the case of brucellosis in dairy cows, sequentially, are
a history of abortion of 4-8 months gestation, cattle age> 2 years. The risk factors
that can reduced the case of brucellosis in dairy cows are calving intervals of 12
months. The Risk factors that can increasing the incidence of brucellosis at the level
of dairy farming are the entry of new cattle, removal of the residual material post
partus, history of endometritis and low biosecurity. The Risk factors that can
reduced the incidence of brucellosis at the level of dairy farming are the act of
slaughtering positive brucellosis livestock, having a stable, and clean and dry floor
conditions can be used to reduce brucellosis at the level of dairy farming.
Brucellosis causes economic losses at the farm level and causes wider economic
losses in the district of West Bandung.

Keywords: Brucellosis, prevalence, risk factors and economic losses

Analisis Faktor Risiko Kejadian Brucellosis dan Kerugian Ekonomi Pada Sapi Perah Di Kabupaten
Bandung Barat
YULIYANTI, 1) Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc.; 2)Dr. Ir. Tri Anggraeni Kusumastuti,SP., MP., IPM.
Universitas Gadjah Mada, 2020 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lampiran 1. Surat keterangan pengganti pengesahan

Analisis Faktor Risiko Kejadian Brucellosis dan Kerugian Ekonomi Pada Sapi Perah Di Kabupaten
Bandung Barat
YULIYANTI, 1) Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc.; 2)Dr. Ir. Tri Anggraeni Kusumastuti,SP., MP., IPM.
Universitas Gadjah Mada, 2020 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lampiran 2. Surat Pengesahan Tesis

Analisis Faktor Risiko Kejadian Brucellosis dan Kerugian Ekonomi Pada Sapi Perah Di Kabupaten
Bandung Barat
YULIYANTI, 1) Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc.; 2)Dr. Ir. Tri Anggraeni Kusumastuti,SP., MP., IPM.
Universitas Gadjah Mada, 2020 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/