PENDAHULUAN
U n g g a s a d a l a h t e r n a k k e l o m p o k b u r u n g ya n g d i m a n f a a t k a n u n t u k
d a gi n g dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Umumnya
unggas merupakan bagian dari ordo Galliformes (seperti ayam dan kalkun), dan
Anseriformes (seperti bebek). Unggas adalah tipe hewan yang berkembang
biak dengan cara bertelur. Telur yang dihasilkan dapat berupa fertil atau infertil, telur yang
dapat ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas.
Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. jika tidak dibuahi
oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi,
artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk
dikonsumsi saja.
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan
embrio sampai menetas. Adapun beberapa p e r s ya r a t a n ya n g
m e m p e n g a r u h i keberhasilan dalam menetaskan telur unggas, anatara lain : suhu,
kelembaban, kandungan oksigen, kandungan karbon dioksida, aliran udara serta
pemutaran telur. Untuk memperbanyak populasi hewan unggas seperti itik, ayam,
dan burung puyuh dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman telur tetas
yang akan diperbanyak. Pengeraman ini dapat terjadi jika sifat mengerami
telur pada unggas itu telah muncul, misalnya pada ayam buras, sifat mengerami
telur tampak jelas sekali dan sangat sulit untuk menghilangkan sifat mengeram
ayam buras ini. Berbeda dengan ayam ras yang sifat mengeramnya dapat diatur atau
dihilangkan dari induknya.
Daya tahan hidup dipengaruhi oleh adaptasi yang baik terhadap lingkungan dan
telur yang salah menyebabkan embrio kesulitan memecah rongga udara ketika embrio
Daya tetas telur ayam salah satunya dipengeruhi oleh lama penyimpanan
telur (Zakaria, 2010). Daya tetas merupakan persentase telur yang menetas dari jumlah telur
yang fertil.
Daya tetas ayam kampung sebesar 75,26%. Daya hidup telur ayam sebesar 100%,
hasil ini menunjukan bahwa daya hidup yang cukup baik. Mesin tetas dengan sumber panas
B. PELAKSANAAN PENETASAN
Langkah – langkah :
Dari umur 1 sampai 22 hari :
Pada hari pertama masukkan telur kedalam mesin tetas dengan posisi miring atau
tegak ( bagian tumpul di atas ), mesin di tutup dengan rapat dan tidak di bolak-balik, pada
hari ketiga telur mulai di balik serta melakukan peneropong telur, keluarkan telur yang
infertil dari mesin serta melakukan pengecekan suhu dan ventilasi dibuka sedikit, hari ke 4
sampai hari 6 telur tetap dibolak-balik serta melakukan pengecekan suhu dan ventilasi
dibuka sedikit sedikit, pada hari 7 lakukan peneropongan dan keluarkan telur yang infertil
dan mati, telur tetap di bolak-balik serta cek suhu, tambahkan air kedalam bak mesin dan
ventilasi dibuka sepenuhnya, pada hari ke 8 sampai 17 dilakukan seperti hari biasanya dan air
di tambahkan jika habis, pada hari ke 18 lakukan peneropong dan keluarkan k telur yang mati
serta cek suhu dan naikkan kelembapan nya, mulai pada hari ke 18 telur sudah tidak di bolak-
balik lagi dan suhu di stabilkan untuk persiapan penetasan telur.
A. Jumlah telur ayam yang dimasukkan 3 butir, telur yang menetas 2 butir
1. Telur A006 : 2. Telur A007 :
Berat : 47,61gr Berat : 49,36 gr
Tinggi : 4,8 Tinggi : 4,2
Lebar : 3,3 Lebar : 3,7
L L
Indeks : x 100% Indeks : x 100%
𝑇 𝑇
3,3 3,7
= x 100% = x 100%
4,8 4,2
= 68.75 % = 68.75 %
3. A008 :
Berat : 49,89gr
Tinggi : 5,6
Lebar : 4,2
L
Indeks : 𝑇 x 100%
4,2
= 5,6 x 100%
= 75 %
telur yang menetas
B. Daya tetas = telur yang di tetaskan x 100%
3
= 3 x 100%
= 100 %
Fertilitas
telur yang fertil
= telur yang ditetaskan x 100%
3
= 3 x 100%
= 100 %
Mortalitas
telur embrio yang mati
= x 100%
telur fertil
0
= 3 x 100%
= 0%
C. Telur yang menetas
1. Telur A006
2
Berat DOC = 3 x berat telur
2
= 3 x 47,61 gr
2. Telur A007
2
Berat DOC = 3 x berat telur
2
= 3 x 49,36 gr
3. Telur A008
2
Berat DOC = 3 x berat telur
2
= 3 x 46,90 gr
manajemen penetasan sudah baik akan tetapi masih kurang baik dalam melakukan
pengecekan suhu mesin tetas sehingga suhu terkadang tinggi, hal tersebut dapat
mempengaruhi daya tetas dan daya hidup dari telur. Dilihat dari angka fertilitas yang tinggi,
hal ini didukung oleh faktor genetik dan pakan dari induk. Faktor-faktor yang mempengaruhi
daya tetas adalah malposition yang dapat berakibat susah menetasnya telur, suhu hatchery
dan turning. Sedangkan faktor yang mempengaruhi daya hidup adalah ketersediaan pakan
4.2. Saran
Sebaiknya dalam menejemen penetasan harus teliti dan berhati-hati dalam melakukan
penetasan telur tetas mulai dari pemilihan telur fertil, telur yang bersih, dan telur yang
ukuranya ideal, posisi telur untuk mendapatkan hasil penetasan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, H. 2001. Pengaruh Bobot Telur Terhadap Daya Tetas Serta Hubungan Antara
Bobot Telur dan Bobot Tetas Itik Mojosari. Skripsi Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Hasnelly, Z., Rinaldi, dan Suwardhi. 2013. Penangkaran dan Pembibitan Ayam Merawang di
Bangka Belitung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kurtini, T dan Riyanti. 2003. Teknologi Penetasan. Buku Ajar. Universitas Lampung.
Lampung
Mulyantini, MGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta: Gajah Mada,
University Press
Nuryati , T., Sutarto, M. Khamim, dan P.S. Hardjosworo. 2002. Sukses Menetaskan Telur.
Cetakan keempat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwanti, S. , E. Kurnianto, S. Johari, Sutopo dan A. Shinjo. 2009. Analisis partial diallel
cross sifat kuantitatif dari tiga bangsa ayam. J. Indo. Trop. Anim. Agric. 34 (1): 57 – 64
Achmanu, A., M. Muharlien dan R. Fajar. 2010. Efek lantai kandang (renggang dan rapat)
dan imbangan jantan-betina terhadap fertilitas, daya tetas dan kematian embrio pada
burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). J. Ilmu Peternakan 20 (1): 48 – 54
Zakaria, M.A.S. 2010. Pengaruh lama penyimpanan telur ayam buras terhadap fertilitas, daya
tetas telur dan berat tetas. J. Agrisistem. 6 (2): 97 – 103
Nafiu, L.O., M. Rusdin dan A.S. Aku. 2014. Daya tetas dan lama menetas telur ayam tolaki
pada mesin tetas dengan sumber panas yang berbeda. J. Ilmu dan Teknologi Peternakan
Tropis 1 (1): 32 – 44