Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK

ILMU KESEHATAN TERNAK

“PENYAKIT VIRAL PADA AYAM”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

A. Fitri Nurbina I011191256


Agung Setia Nugraha I011191062
Amiruddin I011191298
Andi Pascal Juru I011191286
Arif Maulana Arum I011191284
Cita Sasmyta I011191006
Giant Satria Ta'dung I011191200
I Dewa Ayu Mahayani I011191012
Maqfira Mansur I011191158
Muh. Ikhsan I011191272
Muhammad Fauzi Tajri I011191264
Musdalifah I011191244
Rendi Saputra I011191312
Siti Nuraisya Hamsir I011191106
Yane Banna Andi Ishak I011191114
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASSANUDIN
MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN
Komoditas yang berkembang di Indonesia saat ini salah satunya yaitu
ternak unggas karena daging dan telur yang dihasilkan sangat banyak diminati
oleh masyarakat indonesia. Salah satu jenis ternak unggas yang diminati oleh
masyarakat yaitu ayam petelur. Tetapi untuk memperoleh produksi telur yang
bagus dan keuntungan yang cukup besar, perternak harus mampu memelihara dan
merawat ternak dengan baik agar tidak mudah terserang penyakit. Karena bila
ayam sudah terkena penyakit sehinga dapat berakibat penurunan hasil produksi
telur pada ayam ternak. Oleh itu pemilik atau peternak ayam diharapkan dapat
mengobati dan mencegahnya agar penyakit tidak mewabah ke ayam lainya.
Karena bila salah satu ayam yang kita pelihara menderita sakit, dapat
mengakibatkan penularan penyakit ke ayam yang lain dan berpotensi kematian
pada ayam ternak (Solikin, 2014).
Permasalahan utama yang merupakan tantangan terberat di peternakan
ayam adalah munculnya penyakit, sehingga pengelolaannya perlu dilakukan
secara efisien dan profesional. Penyakit yang menyerang ayam banyak ragam dan
seringkali gejalanya hampir sama. Oleh karena itu, peternak membutuhkan
pengalaman tentang penyebab penyakit secara umum sehingga dapat
membedakan penampilan ayam yang sakit dengan ayam sehat. Penyebab penyakit
pada ayam adalah virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, dan kutu. Tetapi
kekurangan mineral dan vitamin juga dapat menyebabkan penyakit.Wabah
penyakit menular seperti penyakit flu burung pada tahun 2003 adalah risiko
terbesar yang harus dihadapi peternak di Indonesia. Kerugian ekonomi ditaksir
mencapai Rp 7,7 triliun, meliputi kematian unggas sekitar 7,4 juta ekor yang
terdiri atas ayam ras, ayam buras, burung puyuh, itik, merpati, dan unggas
lainnya. Di samping itu, penyakit menimbulkan dampak buruk lainnya seperti
pengurangan kesempatan kerja, gangguan pada industri perunggasan dan industri
pakan (Wiedosari, 2015).

Banyaknya permasalahan menjadi hambatan dalam penanggulangan


penyakit, sehingga sulit mencapai hasil diinginkan.Isolasi peternakan/daerah
bebas penyakit masih sulit dilakukan, maka tingkat keberhasilan vaksinasi saat ini
sangat bervariasi. Biosekuriti cenderung diperlonggar, karena memerlukan biaya
tinggi. Kontrol lalu lintas unggas, produk asal unggas, produk sampingan
(khususnya kotoran) sulit dilakukan. Kesadaran peternak untuk ikut mencegah
perluasan penyebaran penyakit cenderung menurun.Di dalam praktek produksi
unggas dan tataniaga banyak tahapan yang bisa menjadi faktor risiko penyebaran
penyakit, sehingga perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut untuk mengeliminasi
risiko atau mengurangi risiko (Ismail, 2019).
Hal pertama yang harus dilakukan dalam penanganan kasus penyakit ayam
adalah analisis penyebab. Pendekatan melalui diagnosis patologis merupakan
suatu tindakan yang umum dilakukan dalam manajemen kesehatan hewan.
Beberapa penyakit pada ayam mempunyai gejala klinis yang hampir sama, tetapi
dengan pemeriksaan bedah bangkai yang ditunjang dengan informasi mengenai
sejarah penyakit, sifat-sifat agen penyebab, umur ayam, dan karakteristik
epidemiologinya maka diagnosis dapat lebih diarahkan kesuatu penyakit yang
lebih spesifik. Lesi yang menciri pada organ akibat penyakit tertentu membantu
diagnosis yang tepat.Selain itu, perlu diperhatikan beberapa faktor pendukung
timbulnya penyakit antara lain: iklim, letak geografis peternakan, aspek
manajemen, kualitas day old chick (DOC), kualitas pakan/air, dan sistim
pencegahan penyakit (Wiedosari, 2015).

PEMBAHASAN
Penyakit Flu Burung pada Ayam (Avian Influenza)

Gambar 1. Ayam yang terkena flu burung

Penyakit flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

virus influenza tipe A yang berasal dari family orthomyxoviridae. Virus flu

burung merupakan kelompok virus yang termasuk dalam virus RNA yang

memiliki kemampuan bermutasi dengan cepat (Janovie dkk., 2014).

Penyebab Penyakit Flu Burung pada Ayam (Avian Influenza)

Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A dengan subtipe H5N1

yang menyebar antar unggas dan dapat menular pada manusia. Burung liar dan

hewan domestik (ternak) menjadi sumber penyebar H5N1. Virus ini dapat

menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan.

Flu burung termasuk jenis penyakit mikroparasitis (jenis penyakit yang

disebabkan oleh virus) tetapi ada keterkaitan antara unggas dan manusia sebagai

hospes (host). Karena itu model flu burung berbeda dengan model-model flu

umumnya (Rahmalia, 2015).

Gejala Penyakit Flu Burung pada Ayam (Avian Influenza)


Flu burung memiliki gejala yang bervariasi, pada kasus yang sangat ganas

(Akut) ditandai dengan kematian tanpa disertai gejala klinis. Hewan tampak sehat

tetapi tiba-tiba mati. Namun pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh infeksi

virus flu burung akan menunjukan gejala-gejala, antara lain :

1. Kasus Suspek (tersangka)

Kasus Suspek adalah kategori dari penyakit flu burung yang paling ringan.

Biasanya seseorang yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) dengan gejala: demam (hingga suhu badan > 390C), batuk, sakit

tenggorokan dan hidung berhingus.

2. Kasus Probable

Kasus Probable adalah kasus suspek dengan salah satu keadaan sebagai

berikut:

a. 7 hari (seminggu) terakhir sebelum sakit, mengunjungi peternakan

yang sedang terjangkit flu burung.

b. 7 hari (seminggu) sebelum sakit, kontak dengan unggas sakit atau

mati.

c. Cluster (kelompok) radang paru berat (pneumonia berat)

d. Pemeriksaan darah : Leukosit < 5000, Limfositopenia dan

Trombositopenia.

e. Hasil pemeriksaan dengan HI tes positif pada spesimen tunggal

atau kenaikan titer sepasang spesimen kurang dari 4 kali.

3. Kasus Konfirmasi
Kasus Konfirmasi adalah kasus suspek atau “Probable” disertai oleh salah

satu hasil pemeriksaan laboratorium :

a. Kultur virus influenza A / H5N1 positif

b. RT-PCR influenza (H5) positif

c. Peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali atau lebih pada

pemeriksaan specimen kedua dengan Mikro Neutralization tes

d. IF A tes positif (+) dengan antibody Monoklonal / influenza A/H5

4. Gejala Klinis / Observasi

Gejala Klinis yang ditemui seperti gejala pada umumnya, yaitu : demam,

sakit tenggorokan, batuk, beringus, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas.

Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat yaitu

peradangan di paruparu (pneumonia), dan apabila tidak cepat ditangani

dengan baik dapat menyebabkan kematian. Masa Inkubasi flu bururng

dapat dibedakan juga pada manusia dan unggas :

a. Pada unggas : 1 minggu

b. Pada manusia : 1-3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5

hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 2 hari

(Kurniawan,2018).

Pencegahan dan Pengobatan Flu Burung pada Ayam (Avian Influenza)

Upaya pencegahan penularan virus flu burung (H5N1) dari unggas ke

manusia dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi kotoran

dan secret unggas, dengan tindakan Universal Preucation antara lain setiap orang

yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas termasuk

pupuk harus menggunakan pelindung diri seperti masker, kacamata dan sarung
tangan dan keranjang, kandang bekas dan kotoran ayam tidak boleh dikeluarkan

dari lokasi peternakan dalam keadaan belum didesinfeksi (Karmaningsih dkk.,

2014).

Penyakit Viral Arthritis pada Ayam

Gambar 2. Penyakit Viral Arthritis pada Ayam

Viral Arthritis merupakan suatu penyakit infeksikus yang disebabkan oleh

avian reovirus dan menyebabkan kelemahan pada kaki, pincang atau kelumpuhan

pada anggota gera, ayam yang terserang penyakit ini akan terganggu, karena

ketidak normalan fungsi organ geraknya. Ayam akan merasa sakit jika bergerak,

sehingga sulit untuk beraktivitas seperti mmakan dan minum secara normal

sehingga akan menurunkan produktivitas serta konversi pakannya yang pada

akhirnya secara nyata akan mempengaruhi bobot badannya (Krisna, 2021).

Penyebab Penyakit Viral Arthritis pada Ayam

Viral Arthritis merupakan suatu penyakit infeksikus yang disebabkan oleh

avian reovirus dan menyebabkan kelemahan pada kaki, pincang atau kelumpuhan

pada anggota gera, ayam yang terserang penyakit ini akan terganggu, karena
ketidak normalan fungsi organ geraknya. Ayam akan merasa sakit jika bergerak,

sehingga sulit untuk beraktivitas seperti mmakan dan minum secara normal

sehingga akan menurunkan produktivitas serta konversi pakannya yang pada

akhirnya secara nyata akan mempengaruhi bobot badannya (Krisna, 2021).

Gejala Penyakit Viral Arthritis pada Ayam

Avian reovirus lebih peka pada ayam umur muda, sehingga ayam ini dapat

menjadi tersebarnya penyakit ini dalam suatu flok. Faktor kontaminan atau kurang

tidaknya nutrisi pada pakan yang menyebabkan terjadinya wabah viral arthritis.

Selain itu, adanya faktor-faktor yang menyebabkan trauma pada kaki (Krisna,

2021).

Penyakit yang berhubungan dengan organ gerak seperti otot, tulang, dan

persendian pada umunya menimbulkan manisfestasi klinik seperti pincang,

kesulitan bergerak, lumpuh, dan kelainan dari tubuh. Gejala umum yang dapat

diamati pada penyakit viral arthritis berupa pembengkakan pada tendon metatarsal

ekstensor dan digital fleksor. Beberapa ayam yang terserang tampak malas

bergerak, tidak dapat makan dan minum, sehingga ayam cepat mengalami

dehidrasi dan akhirnya mati. Kepincangan pada ayam akibat penyakit ini terjadi

pada umur 6-7 minggu. Ayam yang terserang terkadang masih dalam kondisi

baik, tetapi beberapa ekor ayam tampak menunjukkan kekerdilan. Kematian pada

kasus ini cukup rendah (Dharmayanti dan Darminto, 2000).

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Viral Arthritis pada Ayam


Pencegahan untuk penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan

vaksinasi. Vaksinasi reovirus pada peternakan tampaknya merupakan metode

yang efektif untuk mengontrol viral arthritis dan reovirus lainnya. Selain itu, ayam

yang terinfeksi harus diisolasi, kandang dibersihkan dengan seksama sehingga

dapat mengurangi meluasnya penyakit ini dalam suatu populasi. Untuk mencegah

penularan secara vertikal, peternakan sebaiknya tidak menetaskan telur dari flok

yang terifeksi virus ini (Dharmayanti dan Darminto, 2000).

Penyakit Chicken Anemia Syndrome (CAS) pada Ayam

Gambar 3. Penyakit Chicken Anemia Syndrome (CAS) pada Ayam

Chicken anemia syndrome (CAS) merupakan penyakit viral yang bersifat akut

pada ayam muda. Penyakit ditandai adanya anemia aplastika dan atrofi organ limfoid

yang mengakibatkasn terjadinya imunosupresif (Wahyuwardani dan Syafriati,2005).

Penyebab Penyakit Chicken Anemia Syndrome (CAS) pada Ayam

Chicken anemia syndrome disebabkan oleh Chicken Anemia Agent

(CAA), termasuk grup Circovirus. Virus berukuran 18-26,5 nm, tergolong ss-

DNA, tidak beramplop dan berbentuk ikosahedral (Wahyuwardani dan

Syafriati,2005).

Gejala Penyakit Chicken Anemia Syndrome (CAS) pada Ayam


 Bursa fabrisius dan limpa mengalami atrofi

 Perdarahan dibawah kulit, otot dan proventrikulus

 Hati membengkak dan pucat (Damayanti dkk., 2013).

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Chicken Anemia Syndrome (CAS)

pada Ayam

Pengendalian penyakit CAS dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

pengobatan ayam yang telah terinfeksi, dan pencegahan pada ayam yang masih

sehat. Pengobatan CAS dapat dilakukan dengan pemberian antibiotic untuk

mencegah terjadinya infeksi sekunder, sedangkan pencegahan dapat dilakukan

dengan cara vaksinasi (Wahyuwardani dan Syafriati,2005).

PENUTUP
Kesimpulan

Penyakit viral pada ayam merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.

Jenis-jenis penyakit viral yang dapat menyerang ayam yaitu Flu Burung (Avian

Influenza) yang disebabkan oleh virus Influenza tipe A, Viral Arthritis disebabkan

oleh virus avian reovirus, dan Chicken Anemia Syndrome (CAS) disebabkan oleh

virus Chicken Anemia Agent (CAA). Ketiga penyakit ini memiliki gejala yang

berbeda dan cara pencegahan serta pengobatan yang berbeda pula.

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Y., Oka Winaya, I., & Rudyanto, M. 2013. Evaluasi Penyakit Virus
pada Kadaver Broiler Berdasarkan Pengamatan Patologi Anatomi di
Rumah Pemotongan Unggas. Indonesia Medicus Veterinus, 1(3), 417-427.

Dharmayanti, N.I. dan Darminto. 2000. Viral arthritis pada ayam : permaslahan
dan cara pengendalian. Wartazoa, 9(2): 57-64.

Ismail, M., E. R. Cahyadi, dan H. Hardjomidjojo. 2019. Manajemen risiko


penyaki tunggas pada peternak dan pedagang ayam broiler di Jawa Barat.

Janovie, A., Rusdi, R., & Supiyani, A. 2014. Uji efektivitas vaksin flu burung
subtipe H5N1 pada ayam kampung di Legok, Tangerang, Banten. Bioma,
10(2), 35-40.

Karminiasih, N. L. P., Marwati, N. M., & Asmara, I. W. 2014. Hubungan


pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja ternak unggas dengan keadaan
sanitasi kandang dalam upaya pencegahan penyakit flu burung. J Kesehat
Lingkung Poltekkes Denpasar, 4(1), 50-56.

Krisna. 2021. Kejadian Viral Arthritis pada pembibitan ayam broiler (strain cob)
fase growing di PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm 2. Thesis. Fakultas
Peternakan, Universitas Jambi. Jambi.
Kurniawan, A. 2019. Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Flu Burung Secara
Online Dengan Metode Forward Chaining. Jika (Jurnal Informatika), 2(1).
Rahmalia, D. 2015. Pemodelan Matematika dan Analisis Stabilitas dari
Penyebaran Penyakit Flu Burung. Unisda Journal of Mathematics and
Computer Science (UJMC), 1(01), 11-19.

Solikin, R., Jusak, E. Sutomo. 2014. Sistem pakar diagnosis penyakit pada ayam
petelur menggunakan metode certainty factor. Jurnal Sistem Informasi.
3(2) : 151-157.

Wiedosari, E.,dan S.Wahyu wardani. 2015. Studi kasus penyakit ayam pedaging
Di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan. 9(1) : 9-
13.

Wahyuwardani, S., & Syafriati, T. 2005. Infection of Chicken Anaemia Virus:


Etiology, Epidemiology, Clinical Sign, Pathological Changes and Disease
Control. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences, 15(3),
155-163.

Anda mungkin juga menyukai