Anda di halaman 1dari 3

Arthur Ignatius Conan Doyle (lahir 22 Mei1859 – meninggal 7 Juli 1930 pada umur 71

tahun) adalah pengarang cerita fiksi terkenal berkebangsaan Inggris. Salah satu
karangannya yang paling terkenal adalah serial petualangan Sherlock Holmes,
seorang detektif fiksi yang eksentrik.
Sir Arthur Conan Doyle

Doyle dilahirkan pada tahun 1859. Ia mendapat gelar dokter dari Universitas
Edinburgh dan mulai membuka praktik di Southsea, Inggris pada tahun 1882. Ia
mengarang banyak cerita, dua diantaranya tidak pernah dipublikasikan.
Pada tahun 1886, ia menciptakan tokoh Sherlock Holmes yang diilhami dari Dr. Joseph
Bell, salah satu dosennya. Cerita pertama yang berjudul A Study in Scarlet(bahasa
Indonesia: Penelusuran Benang Merah) ini diterima publik dengan baik. Akan tetapi,
ketenaran tokoh itu baru dimulai pada tahun 1891 ketika ia menulis serial
petualangan Sherlock Holmes bersama sahabat setianya, Dr. Watson, dalam bentuk
kompilasi cerita pendek.

The First Case of Sherlock Holmes: Study in Scarlet

"Tak ada yang kecil untuk pikiran yang besar." (Holmes-halaman 102)
Dr. Watson adalah seorang ahli bedah militer. Sepulangnya dari Perang Afghanistan, ia
justru mendapatkan banyak musibah. Karena kondisi kesehatannya yang buruk,
akhirnya dia diberikan liburan selama sembilan bulan agar segera pulih. Dr. Watson
dipulangkan ke Inggris, dan dia memilih berada di kota London. Awalnya dia hidup
cukup mewah, tetapi mengingat kondisi keuangannya yang memburuk, ia memutuskan
untuk mengubah gaya hidupnya dan tinggal di pedesaan.

Setelah mengambil keputusan, dia bertemu dengan Stamford, mantan asisten


bedahnya, di sebuah bar -tanpa direncanakan. Dr. Watson pun menceritakan apa yang
terjadi padanya, termasuk soal tempat tinggal. Stamford lalu menawarkan Dr. Watson
tinggal bersama Sherlock Holmes, rekan kerjanya. Kebetulan Holmes juga sedang
mencari teman berbagi tempat tinggal. Dr. Watson langsung tertarik.

Awal mula pertemuan Watson dengan Holmes, dia dikejutkan dengan pengetahuan
Holmes akan banyak hal. Nyentrik. Jenius. Tapi lemah pula dalam banyak hal, terutama
tentang hal-hal yang menurut Holmes tidak penting untuk disimpan di memorinya,
misalnya tentang sastra dan filsafat. Gaya bicara Holmes juga sombong. Tapi minatnya
akan permainan biola sangat tinggi. Walau begitu Watson tetap memutuskan untuk
bersedia tinggal dengan Holmes di Baker Street No. 221B.

Awalnya Watson berpikir bahwa, seperti dirinya, Holmes tidak memiliki teman. Namun,
nyatanya belakangan ada banyak orang datang ke apartemen mereka. Orang-orang
tersebut adalah klien Holmes. Tidak lama berselang akhirnya Holmes mengakui apa
pekerjaannya sebenarnya, yaitu seorang detektif konsultan, tempat dimana para
detektif pemerintah maupun swasta melakukan konsultasi tentang kasus yang mereka
tangani tapi belum dapat mereka pecahkan.

Suatu ketika dia mendapatkan surat dari Tobias Gregson, seorang detektif kepolisian.
Di dalam surat itu, dia meminta pendapat kepada Holmes tentang sebuah kasus yang
sedang ditanganinya. Gregson sedang menyelidiki kejadian ditemukannya mayat
seorang laki-laki yang di dalan saku pakaiannya ditemukan kartu nama bertuliskan
"Enoch, J. Drebber, Claveland, Ohio, AS". Tidak ada perampokan, tidak ada luka pada
tubuh korban, tapi ditemukan jejak darah di ruangannya. Sebuah kata "RACHE" ditulis
di dinding dengan darah.

Bagaimanakah analisis Holmes atas kasus ini? Siapakah pelakunya? Dan apa
hubungan pelaku dengan korban?

temukan jawabannya dalam buku ini...

Dari kali pertama menonton filmnya di layar lebar, saya terpukau oleh sosok Holmes
yang unik. Meskipun terkesan sombong, dari nada bicaranya, tapi kejeniusannya
dalam menganalisis sebuah kasus benar-benar patut diacungi jempol. Hm, tapi di
buku ini bukan hanya diceritakan tentang kejeniusannya menganalisis kasus. Di awal-
awal juga diceritakan kebolehannya menganalisis calon teman sekamarnya, Dr.
Watson dan seorang pengantar surat. Sepertinya mata Holmes seringkali bisa melihat
apa yang tidak bisa dilihat orang kebanyakan. Karakter Holmes sendiri dideskripsikan
oleh penulis mengenai percakapan antartokohnya, sehingga pembaca tidak perlu lagi
sibuk-sibuk menerkanya.

"Oh, aku tidak bilang ada yang salah. Hanya, pemikirannya agak aneh. Dia sangat
antusias dalam ilmu-ilmu tertentu. Tapi, setahuku dia cukup menyenangkan."
(Stamford-halaman 10)
Ini kali pertama saya membaca karya Sir Arthur Conan Doyle. Keinginan saya
membaca karyanya adalah karena sampai saat ini saya masih menyukai kisah komik
"Detective Conan", karya Doyle banyak memberi pengaruh pada cerita dalam komik
ini, sebut saja penamaan tokoh utamanya. Wajar saja kisahnya begitu menginspirasi
karena keapikan dan begitu sistematisnya karya Doyle ini.

Ketika membaca buku ini, saya sama sekali tidak merasakan kesulitan sama sekali.
Salah satunya karena ada catatan kaki di beberapa halaman untuk membantu
pembaca dalam memahami istilah ataupun ungkapan dalam bahasa asing yang penulis
gunakan. Di awal bab selalu ditampilkan gambaran sebagai icon dari bab tersebut. Hal
lain yang saya suka adalah sampul muka dari terbitan visimedia. Suka warna hijaunya
dan ilustrasi perkotaan padatnya. :))

Awalnya saya kira Doyle juga adalah seorang detektif. Namun, ternyata dia adalah
seorang dokter yang karena karya-karyanya, dia didatangi oleh berbagai kasus untuk
dipecahkan. Di dalam novel terjemahan Visimedia ini, pembaca diberikan bonus, yaitu
beberapa kasus yang pernah ditangani oleh Sir Arthur Conan Doyle dalam kehidupan
nyatanya.

Anda mungkin juga menyukai