NOVEMBER 2018
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
BAB 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Landasan Hukum 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Ruang Lingkup 3
1.5 Kementerian Pendukung Utama 4
1.6 Kerangka Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah 4
BAB 2. Perencanaan dan Pelaksanaan Strategi Nasional
Penanganan ATS di Daerah 7
2.1 Tim Pelaksana Strategi Nasional Penanganan ATS di Daerah 7
2.2 Alur Tahapan Pelaksanaan Stranas ATS di Daerah 9
2.3 Tahap Persiapan 10
2.4 Tahap Pengembangan Rencana Aksi Daerah (RAD)
Penanganan ATS 14
2.5 Tahap Pelaksanaan RAD Penanganan ATS 16
2.6 Komponen Berkelanjutan Pelaksanaan Stranas ATS di Daerah 18
BAB 3. Penutup 21
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | iii
iv | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melalui Nawacita yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, Wajib Belajar 12 tahun ditetapkan sebagai
salah satu prioritas pembangunan pendidikan. Salah satu tantangan terbesar pencapaian Wajar
12 Tahun adalah masih besarnya jumlah proporsi Anak Tidak Sekolah (ATS) di Indonesia. Menurut
data SUSENAS 2017, diperkirakan masih sekitar 8% anak usia sekolah (7 – 18 tahun) yang tidak
bersekolah. Dalam angka, diperkirakan terdapat 4,4 juta anak usia sekolah yang karena berbagai
alasan dan faktor penyebab tidak terpenuhi haknya untuk mendapatkan pendidikan.
Untuk mempercepat penanganan masalah Anak Tidak Sekolah, Bappenas bekerjasama dengan
UNICEF dan didukung oleh kementerian/lembaga telah mengembangkan Strategi Nasional
Penanganan Anak Tidak Sekolah (Stranas ATS).
Stranas ATS yang dikembangkan memberikan kerangka logis dan strategis upaya penanganan ATS
secara nasional yang perlu dilakukan pemerintah pusat dan daerah. Stranas ATS memaparkan hasil
analisa situasi anak usia sekolah (7-18 tahun) di Indonesia yang tidak bersekolah atau mendapatkan
layanan pendidikan dan pelatihan apa pun saat ini, termasuk analisa kebijakan dan program yang
sudah dijalankan Pemerintah Indonesia dan kesenjangan yang masih ditemukan. Stranas ATS
mengedepankan sejumlah strategi prioritas pencegahan anak putus sekolah dan intervensi anak
yang tidak bersekolah melalui kegiatan pendataan ATS, penjangkauan dan pendampingan sampai
anak kembali ke jalur pendidikan dan pelatihan yang sesuai, serta melalui perluasan dan penguatan
kerangka kebijakan, program, dan sejumlah komponen sistem layanan pendidikan yang masih
menjadi tantangan dan menjadi faktor penyebab anak tidak bersekolah.
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 1
1.2 Landasan Hukum
Peraturan perundangan yang menjadi payung kebijakan seluruh upaya dan mekanisme pelaksanaan
penanganan ATS di daerah adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
1. Memberikan panduan perencanaan dan pelaksanaan Strategi Nasional Penanganan ATS di
daerah terutama untuk pengembangan Rencana Aksi Daerah Penanganan ATS (RAD ATS) untuk
mengatasi isu ATS di daerah masing-masing.
2. Menjadi rujukan bagi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(Kemendesa), Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko-PMK), Kementerian teknis terkait, Kantor Staf Presiden (KSP), serta pemerintah
kabupaten/kota untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penanganan ATS di
Indonesia dan di setiap daerah.
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 3
1.5 Kementerian Pendukung Utama
Seperti yang dipaparkan dalam Stranas ATS, sejumlah Kementerian/Lembaga berperan penting dalam
pelaksanaan Strategi Nasional Penanganan ATS dengan uraian sebagai berikut:
▪ tidak pernah bersekolah baik di jenjang SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat, atau SMA/MA
sederajat
▪ putus sekolah tanpa menyelesaikan jenjang pendidikannya (putus sekolah ketika masih belajar di
jenjang SD, SMP, atau SMA)
▪ putus sekolah tanpa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (transisi dari jenjang SD ke
jenjang SMP atau dari jenjang SMP ke jenjang SMA)
Sasaran penerima manfaat Stranas ATS adalah anak yang tidak bersekolah yang juga dikelompokkan
berdasarkan sasaran program Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam sejumlah kebijakan dan program
prioritas Kementerian/Lembaga sebagai berikut:
1. Kurangnya ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan dan pelatihan di sejumlah daerah;
2. Kurangnya relevansi dan manfaat, serta rendahnya mutu layanan pendidikan dan pelatihan dalam
memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat;
3. Hambatan ekonomi dan kemiskinan;
4. Hambatan yang berakar pada faktor sosial-budaya dan persepsi negatif terhadap pentingnya
pendidikan
Rekomendasi arah kebijakan dan aksi prioritas penanganan ATS untuk menangani faktor penyebab anak
tidak bersekolah berdasarkan setiap kelompok ATS dapat dilihat pada Lampiran 1 dokumen Stranas ATS
(“Matriks Strategi Penanganan ATS & Pemetaan Kebijakan dan Program Berjalan”). Dari semua rekomendasi yang
menjadi bagian dokumen utama Stranas ATS, sejumlah strategi dan aksi prioritas merupakan kewenangan
pemerintah daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Oleh karena itu, pengembangan sebuah
strategi daerah untuk menangani isu ATS dapat merujuk kepada rekomendasi yang sudah diberikan. Pada
tahap pengembangan RAD ATS, dapat dilakukan pemetaan kewenangan dan tanggung jawab pelaksanaan
aksi prioritas pada tingkat daerah.
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 5
6| BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB 2.
PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN STRATEGI
NASIONAL PENANGANAN
ATS DI DAERAH
2.1 Tim Pelaksana Strategi Nasional Penanganan ATS di Daerah
Upaya penanganan ATS di daerah membutuhkan struktur koordinasi, pengaturan keterlibatan dan
peran tim yang bekerja berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing. Dua tim penggerak daerah
utama dipaparkan pada bagian berikut ini:
Tim Teknis Penanganan ATS Daerah: Tim Teknis Daerah memainkan peran kunci dalam menginisiasi,
mengembangkan dan melaksanakan Rencana Aksi Daerah penanganan ATS di kabupaten/kota serta
desa/kelurahan. Tanggung jawab Tim Teknis Daerah meliputi:
▪ Meninjau ketersediaan data mikro terkait ATS dan sumber data yang tersedia dan
menerapkan strategi pendataan ATS yang sesuai, termasuk pengembangan sebuah sistem
informasi pendidikan berbasis masyarakat di tingkat desa/kelurahan jika diperlukan, dan
melakukan pemutakhiran data terkait ATS secara reguler
▪ Mereviu data ATS yang dimiliki dan mengidentifikasi kelompok ATS serta faktor penyebab
yang dominan yang berkontribusi pada isu ATS baik pada tingkat kecamatan mau pun desa/
kelurahan
▪ Mengidentifikasi dan merumuskan strategi prioritas dan arah kebijakan untuk penanganan
isu ATS
▪ Memetakan layanan pendidikan dan pelatihan, dan kapasitas kelembagaan yang sudah
tersedia di daerah, mengidentifikasi kesenjangan dan potensi potensi yang dimiliki untuk
mengatasinya
▪ Mengembangkan Rencana Aksi Daerah untuk mengatasi masalah ATS secara keseluruhan
di daerah, atau di kecamatan atau desa/kelurahan yang menjadi daerah prioritas (misalnya
desa dengan populasi ATS terbesar)
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 7
▪ Memastikan ketersediaan berbagai sumber daya termasuk dari segi peraturan, kebijakan, program,
dan penganggaran yang memadai untuk mendukung pelaksanaan seluruh fase implementasi
strategi nasional penanganan ATS, termasuk pendataan ATS dan rencana aksi penanganan ATS
▪ Memberi bantuan teknis dan memantau pengembangan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes)
terkait penanganan ATS untuk memastikan adanya dukungan yang sesuai, termasuk memfasilitasi
kegiatan pembelajaran antar-desa/kelurahan.
▪ Melakukan pengumpulan dan pemutakhiran data terkait ATS (jumlah dan tempat tinggal ATS, serta
faktor penyebab anak tidak bersekolah)
▪ Mengembangkan strategi penanganan ATS tingkat desa sambil berkoordinasi dengan Tim Teknis
Daerah, termasuk dalam mengupayakan dan memfasilitasi terwujudnya empat sasaran strategi
intervensi ATS (memastikan ketersediaan layanan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan
dianggap relevan, serta mengupayakan dan mengadvokasikan penanganan hambatan ekonomi dan
faktor sosial budaya yang menyebabkan anak tidak bersekolah) untuk seluruh kelompok ATS
▪ Mengintegrasikan upaya penanganan ATS dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa, termasuk
penganggaran yang memadai (melalui Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa (DD) atau sumber
lainnya)
▪ Melaporkan aktivitas dan kemajuan upaya penanganan ATS kepada Tim Teknis Daerah, serta
melakukan konsultasi terkait tantangan yang dihadapi
FASE PERSIAPAN
• Menetapkan sebuah Tim Teknis Penanganan ATS • Memetakan dan meninjau data ATS dan sistem informasi
• Memastikan keterlibatan para pemangku kepentingan yang sudah ada
yang relevan dan strategis • Identifikasi kesenjangan dalam metode pengumpulan
• Menetapkan rencana kerja Tim Teknis Penanganan ATS data ATS
• Mengembangkan rencana peningkatan kualitas data ATS
• Menetapkan landasan hukum program dan kegiatan • Menggunakan data yang ada untuk mengindentifikasi
terkait penanganan ATS (contohnya, pembentukan dan dan memprioritas sub-kelompok ATS
kinerja Tim Teknis Penanganan ATS, pengembangan • Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab isu ATS yang
RAB, dsb.) dominan di daerah
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 9
Untuk mendukung pelaksanaan penanganan ATS yang efektif, diperlukan dua komponen pendukung utama
yang diperlukan untuk setiap tahap, yaitu pengembangan kapasitas Tim Teknis pemangku kepentingan yang
terlibat, serta komponen partisipasi masyarakat.
Petunjuk langkah-langkah setiap tahap dijelaskan dengan lebih rinci di bagian berikut ini.
□ Bappeda Provinsi
□ SKPD Provinsi terkait: Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Sosial Provinsi, Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi, dan stakeholder terkait lainnya
□ Bappeda Kabupaten/Kota
□ SKPD tingkat Kabupaten/Kota: Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan,
dan stakeholder terkait lainnya
□ Tenaga kependidikan (seperti pengawas, kepala sekolah, guru, perwakilan komite
sekolah, pengelola PKBM, perguruan tinggi, dsb.)
□ Masyarakat (misalnya, Dewan Pendidikan, LSM/yayasan/komunitas penggerak dan
advokasi, tokoh agama, pihak DUDI, dsb.)
□ Situasi ATS di daerah yang dapat dianalisa dan disimpulkan melalui data SUSENAS.
Daerah yang sudah memiliki data ATS mikro (karena sudah mengimplementasi
sebuah sistem informasi pendidikan/pembangunan berbasis masyarakat dapat juga
memaparkan kondisi riil ATS di daerah
□ Pencanangan Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah di Indonesia dan
kerangka logis Stranas ATS
□ Perencanaan pengembangan Rencana Aksi Daerah Penanganan ATS
□ Peran strategis unsur pemerintah dan masyarakat
Langkah2: Bappeda mengkoordinasi penunjukan tim teknis penanganan ATS di daerah melalui Surat
Keputusan Bupati/Walikota, penganggaran untuk mendukung kegiatan perencanaan
penanganan ATS, dan rencana kerja awal (seperti penjadwalan pertemuan rutin) tim teknis.
Penugasan individu secara resmi menggunakan SK Bupati/Walikota menjamin konsistensi
keterlibatan dan kehadiran perwakilan instansi pemerintah dan anggota masyarakat dalam
seluruh kegiatan tim penanganan ATS.
□ Pembahasan peraturan dan regulasi daerah yang sudah ada dan diperlukan yang
menjadi payung hukum seluruh aktivitas perencanaan dan pelaksanaan penanganan
ATS di daerah dan untuk menetapkan komitmen multi-pihak
□ Perencanaan dan pelaksanaan setiap tahap upaya penanganan ATS, termasuk tahap
persiapan berikutnya yaitu yang terkait data dan sumber informasi terkait ATS di daerah
▪ Penentuan ruang lingkup upaya penanganan ATS di daerah termasuk pemetaan dan penetapan
kelompok ATS dan sejumlah daerah prioritas yang memerlukan penanganan dan akan diintervensi,
mengingat kompleksitas isu ATS, beragamnya faktor penyebab dan kondisi keberadaan ATS, serta
uniknya konteks dan tantangan isu ATS di berbagai daerah dalam sebuah kabupaten/kota
▪ Penjaringan atau penjangkauan ATS untuk dapat dikembalikan ke jalur pendidikan, dan melakukan
pendampingan sampai anak kembali ke dan terus berada dalam jalur pendidikan yang sesuai.
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Meninjau data makro dan mikro ATS dengan menggunakan sumber data nasional dan daerah
yang sudah ada, terutama BDT, Data PMKS, Dapodik, EMIS Kemenag, dan SIAK Adminduk.
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 11
Langkah 2: Melakukan analisa data ATS terutama untuk menyimpulkan apakah sumber data ATS yang
tersedia sudah:
Langkah 3a: Jika sumber data dan data ATS yang ada belum mencukupi untuk memetakan dan menetapkan
kelompok ATS dan daerah prioritas, untuk mengembangkan sebuah RAD ATS yang terfokus dan
tepat sasaran, serta untuk mengidentifikasi situasi dan lokasi keberadaan ATS untuk dilakukan
penjangkauan dan pendampingan sampai berada di jalur pendidikan, maka tim teknis perlu
mengidentifikasi sistem pendataan lain yang dapat digunakan. Jika merujuk kepada Peraturan
Menteri Desa PDDT Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2019, maka dapat dilaksanakan pendataan dengan pendekatan berbasis masyarakat, seperti
Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM). Penjelasan singkat mengenai
mekanisme pelaksanaan SIPBM disertakan dalam Lampiran 1.
Langkah 3b: Jika sumber data dan data ATS yang cukup lengkap sudah tersedia, tim teknis menyajikan data
yang terpilah berdasarkan lokasi keberadaan ATS (per desa/kelurahan), kelompok ATS, dan
alasan utama anak tidak bersekolah. Berdasarkan disagregasi data ATS yang sudah dianalisa,
Bappeda dan tim teknis penanganan ATS menetapkan usulan kelompok ATS dan daerah
prioritas untuk diintervensi dan dianalisa lebih lanjut, yang menjadi basis pengembangan RAD
ATS.
Langkah 4: Sebagai bentuk pelibatan publik dan strategi komunikasi dan sosialisasi kelanjutan pelaksanaan
Stranas ATS di daerah, tim teknis penanganan ATS melalui Bappeda mengkoordinasi pelaksanaan
sebuah rapat sosialisasi dan/atau sesi konsultasi publik terkait hasil analisa situasi ATS, serta
kelompok ATS dan daerah prioritas yang akan diintervensi dan menjadi basis uji coba RAD ATS.
Langkah 5: Tim teknis penanganan ATS melaksanakan strategi pendataan jangka menengah dan panjang,
yang meliputi perluasan pendataan ATS melalui pendekatan berbasis masyarakat (SIPBM) di
seluruh desa/kelurahan, pemutakhiran dan validasi data ATS secara berkala (misalnya, setiap
tahun), penyelarasan SIPBM dengan Sistem Informasi Desa, serta integrasi ke dalam sistem
informasi pembangunan dan kesejahteraan sosial pada tingkat nasional.
Perencanaan, pengembangan
Apakah data mencakup
TIDAK kapasitas, dan pelaksanaan
seluruh daerah dan Rumah
sistem pendataan ATS berbasis
Tangga /Keluarga di
masyarakat
kabupaten/kota
(Lihat Lampiran 1)
YA
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 13
2.4 Tahap Pengembangan Rencana Aksi Daerah (RAD)
Penanganan ATS
2.4.1. Analisa Situasi ATS, Analisa Kesenjangan, dan Pengembangan Strategi Penanganan
Analisa situasi ATS dan kesenjangan dilakukan terhadap isu ATS terkait kelompok ATS yang diprioritaskan
dan akan diintervensi. Secara keseluruhan, langkah-langkah yang perlu ditempuh tim teknis penanganan ATS
pada tahap ini adalah:
Langkah 1: Melaksanakan rapat kerja untuk melakukan analisa situasi lebih lanjut yang berfokus pada
kelompok ATS atau isu ATS prioritas yang akan diintervensi.
Berbagai cara untuk menganalisa dapat digunakan dengan tujuan utama untuk mendiagnosa
permasalahan yang menyebabkan kelompok anak tertentu tidak bersekolah. Proses diagnostik
ini mendorong analisa situasi ATS dari tingkat diskusi terkait apa yang dapat diobservasi di
lapangan ke arah pemahaman bersama akan akar permasalahan yang menjadi penyebab ATS
yang tidak dengan mudah diketahui masyarakat bahkan individu yang bekerja dalam instansi
pemerintahan, dan tantangan yang harus diatasi.
Analisa akar permasalahan dan tantangan yang dihadapi dapat berfokus pada faktor atau
komponen utama situasi ATS berikut ini:
Jika dipandang perlu untuk memudahkan proses analisa situasi dan kesenjangan ATS,
pengembangan strategi penanganan setiap isu, dan pada akhirnya penyusunan RAD ATS, tim
teknis dapat membentuk sejumlah kelompok kerja (pokja) yang dapat secara spesifik berfokus
pada satu isu prioritas (misalnya, Pokja 1 menganalisa dan menangani isu ATS pernikahan
anak, sementara Pokja 2 menganalisa dan menangani isu ATS karena hambatan ekonomi dan
kemiskinan).
Langkah 2: Dengan berfokus kepada setiap isu yang diidentifikasi sebagai faktor penyebab dan akar
permasalahan yang dihadapi kelompok ATS tertentu, tim teknis atau pokja melakukan analisa
strategi penanganan yang berpotensi dan sumber daya yang sudah ada dengan memetakan
program pemerintah pusat dan daerah serta kebijakan peraturan perundangan yang sudah ada
dan langsung berkaitan dengan atau berpotensi untuk menangani isu tersebut.
Langkah 4: Untuk setiap isu, sumber daya, dan kesenjangan yang telah diidentifikasi, tim teknis/pokja
mengembangkan strategi penanganan setiap isu melalui penetapan aksi prioritas dan arah
kebijakan yang perlu diambil.
Strategi penanganan dapat berupa penguatan dan perluasan program, kebijakan, dan upaya yang
sudah dijalankan terkait isu tersebut, dan dapat juga berupa pengadaan program dan kegiatan
atau pelaksanaan aksi prioritas intervensi lain yang masih diperlukan. Lampiran 2 memberikan
contoh matriks yang dapat digunakan dalam diskusi dan mengilustrasikan alur pemikiran dan
proses yang disebutkan dalam langkah 1-4.
Tim teknis harus menyepakati mekanisme koordinasi antara pemerintah kabupaten/kota dan
provinsi yang akan dilakukan untuk memfasilitasi ATS yang ingin kembali bersekolah di jenjang
pendidikan menengah atas maupun melalui pendidikan layanan khusus.
Langkah 5: Untuk mematangkan proses analisa situasi, kesenjangan, dan penetapan arah kebijakan
sejumlah isu ATS yang menjadi prioritas untuk ditangani, tim teknis/pokja dapat memfasilitasi
sebuah lokakarya dengan mengundang unsur pemerintah dan masyarakat lebih luas yang
secara langsung mempunyai keahlian di bidang yang relevan dengan isu ATS tersebut atau
berada dalam institusi yang relevan dan dapat memberikan masukan-masukan yang strategis
terhadap penetapan strategi penanganan terfokus yang akan dilakukan
▪ Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah (dasar hukum penyusunan RAD ATS)
▪ RPJMD
▪ Renstra SKPD
▪ Dokumen kebijakan lain yang terkait pemenuhan hak seluruh anak Indonesia untuk mendapatkan
layanan pendidikan yang sesuai
Langkah penyusunan RAD ATS adalah sebagai berikut:
Langkah 1: Tim teknis memfasilitasi rapat koordinasi untuk membahas mekanisme, tahapan, dan jadwal
penyusunan RAD
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 15
Langkah 2: Tim teknis (dan pokja) melakukan rapat kerja pertama untuk menyusun draft RAD dengan:
□ Menetapkan program dan kegiatan/tindakan yang akan dilakukan untuk setiap arah
kebijakan dan aksi prioritas yang dipilih
□ Melakukan analisa pembiayaan dan menetapkan alokasi sumber daya anggaran dan non-
anggaran yang dibutuhkan, serta memetakan sumber pendanaan dalam pelaksanaan
program, kegiatan, dan tindakan yang diperlukan
□ Melakukan pemetaan keterlibatan dan tanggung jawab berbagai instansi pemerintah
daerah maupun masyarakat
□ Mengembangkan seperangkat target atau indikator dan tahapan pencapaian indikator
per tahun untuk mereviu kemajuan, mengukur dampak, dan mengevaluasi keberhasilan
upaya penanganan ATS
Informasi diatas yang menjadi isi RAD dapat diatur dalam berbagai format, seperti matriks
rencana aksi yang disertakan dalam Lampiran 3.
Langkah 3: Melaksanakan rapat kerja/lokakarya kedua untuk memaparkan draft narasi dan matriks
rencana aksi yang sudah disusun untuk setiap isu prioritas (oleh setiap tim kecil) untuk dibahas
tim teknis keseluruhan. Lokakarya ini dapat pula menggunakan format konsultasi publik dan
mengundang berbagai perwakilan pemerintah daerah dan anggota masyarkat
Langkah 4: Draft RAD divalidasi, disempurnakan, dan difinalisasi berdasarkan masukan rapat kerja/
workshop kedua
Langkah 5: Pengesahan RAD ATS dengan oleh Bupati/Walikota dan diratifikasi dengan sebuah peraturan
daerah atau peraturan kepala daerah
Langkah 6: Melakukan launching atau sosialisasi RAD ATS kepada seluruh pemangku kepentingan.
Langkah pengintegrasian RAD ATS ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan
daerah yang perlu ditempuh tim teknis penanganan ATS meliputi:
Langkah 1: Meninjau kembali atau menginventarisasi kegiatan atau program yang diperlukan sebagai
aksi prioritas penanganan ATS yang terfokus. Termasuk dalam peninjauan ini adalah proyeksi
tahapan capaian atau indikator yang akan diintegrasikan.
□ Salah satu misi dalam RPJMD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) secara
spesifik dapat menjadi payung penerapan aksi prioritas penanganan ATS
□ Salah satu tujuan dalam RPJMD dan RKPD mengarah pada bukan hanya perbaikan
layanan pendidikan, tetapi upaya penanganan ATS
□ Sasaran atau salah satu indikator RAD ATS tercantum dalam indikator kinerja RPJMD
dan RKPD
□ Salah satu misi, tujuan, dan sasaran Renstra dan Rencana Kerja (Renja) SKPD yang
relevan berkaitan dengan upaya penanganan ATS, termasuk pendataan ATS, perbaikan
layanan pendidikan, meminimalkan hambatan ekonomi dan sosial budaya yang
menyebabkan anak tidak bersekolah, serta penjangkauan dan pendampingan sampai
seluruh ATS berada dalam jalur pendidikan
Langkah 3: Menyusun usulan revisi RPJMD dan Renstra SKPD berdasarkan reviu dan komparasi dokumen
supaya usulan bisa menjadi masukan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA SKPD) dan
Rancangan APBD (RAPBD).
Upaya integrasi RAD ATS ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran ini memerlukan
hubungan kerja sama yang erat bukan hanya antara tim teknis dengan instansi terkait, yang
keanggotaannya sudah merupakan perwakilan instansi, tetapi juga antara instansi-instansi
tersebut yang dapat dijalin melalui rapat kerja, workshop, mau pun diskusi kekeluargaan dan
non formal.
Langkah 1: Sebagai strategi penanganan ATS jangka pendek, tim teknis daerah dan desa/kelurahan dapat
melakukan sebuah Gerakan Kembali Bersekolah melalui koordinasi dan kegiatan penjaringan
dan penjangkauan ATS untuk dikembalikan ke jalur pendidikan formal dan nonformal.
Langkah 2: Tim teknis memegang komitmen pemerintah daerah dan masyarakat terkait pelaksanaan aksi
prioritas dan advokasi arah kebijakan untuk mengintervensi isu terkait ATS yang diprioritaskan,
termasuk mengawal kegiatan yang sudah direncanakan dan dianggarkan sambil memfasilitasi
keterlibatan dan sosialisasi dampak kegiatan pada masyarakat.
Langkah 3: Tim teknis daerah memandu implementasi RAD ATS di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan
dan melakukan pendampingan dan pengembangan kapasitas pemerintah daerah untuk
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 17
melakukan analisa situasi ATS di masing-masing daerah, mengembangkan strategi penanganan
ATS melalui rencana kerja tahunan sesuai kewenangan masing-masing yang diselaraskan
dengan RAD ATS.
Langkah 4: Tim teknis mengembangkan sistem pemantauan dan reviu sambil melakukannya untuk
memastikan bahwa semua kegiatan, program, dan arah kebijakan penanganan ATS diterapkan
dan sesuai dengan desain dan tujuannya. Tim teknis juga dapat melakukan pemantauan internal
untuk mereviu proses pelaksanaan Stranas ATS di daerah dengan menggunakan sebuah
panduan daftar periksa (checklist) langkah-langkah penting untuk setiap tahapannya yang
disertakan dalam Lampiran 4.
Kecamatan/ Tim Teknis • Peningkatan kesadaran akan kondisi ATS di desanya masing-masing
Desa & Desa/ • Pelatihan pengembangan SIPBM, pengumpulan data, dan pemutakhiran data
Kelurahan Kelurahan secara berkala
• Pelatihan analisa data untuk mengidentifikasi di mana ATS berada, jumlah ATS di
desa/kelurahannya, kelompok ATS paling dominan, dan faktor penyebab isu ATS
yang paling dominan di desa/kelurahannya
• Pelatihan analisa kesenjangan terutama terkait 1) layanan pendidikan dan pelatihan;
2) program bantuan kesejahteraan dan pendidikan yang belum tersalurkan dengan
baik
• Pelatihan pengembangan rencana kerja tahunan desa/kelurahan (termasuk
program, dan penganggaran) yang inklusi dan mengafirmasi ATS serta mengupaya
mereka kembali ke jalur pendidikan dan pelatihan
• Pelatihan pelibatan dan kolaborasi dengan berbagai komponen masyarakat dalam
setiap tahap pelaksanaan Stranas Penanganan ATS
• Pelatihan untuk memantau dan mengevaluasi kerja desa/kelurahannya
Langkah 1: Menilai kebutuhan dan mengkoordinasikan atau memfasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas
terkait topik-topik tertentu sesuai dengan tahap perencanaan dan pelaksanaan Stranas ATS
yang dilalui.
Partisipasi masyarakat bisa berbentuk keterlibatan menjadi bagian dalam tim teknis penanganan ATS daerah
baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan dalam, maupun dalam bentuk mengundang
kehadiran mereka dalam sesi konsultasi publik dan berbagai kegiatan sosialisasi.
Keterwakilan berbagai unsur masyarakat penting, maka dari itu tim teknis perlu memfasilitasi dan
mengundang keterlibatan anggota masyarakat berikut:
▪ tokoh agama
▪ pemimpin adat
▪ pihak DUDI
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 19
20 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB 3.
PENUTUP
Pedoman penyusunan Rencana Aksi Daerah Penanganan ATS (RAD ATS) memandu setiap pimpinan
daerah untuk merancang RAD ATS yang selaras dengan kebijakan nasional dan daerah. Pedoman
ini merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari dokumen Strategi Nasional Penanganan
Anak Tidak Sekolah di Indonesia (Stranas ATS) yang menjadi dasar hukum pengembangan RAD
ATS. Juknis ini bertujuan untuk menyediakan panduan dan menjadi alat yang dapat digunakan untuk
merencanakan upaya penanganan ATS di daerah, mulai dari penetapan struktur dan jalur koordinasi
dan keterlibatan, menganalisa situasi ATS di daerah, dan mengembangkan strategi penanganannya.
Juknis ini tidak memberikan solusi atau peta jalan penanganan ATS itu sendiri, tetapi merupakan
dokumen yang dinamis yang dapat memandu proses perencanaan di masing-masing daerah, dapat
direvisi di kemudian hari atau diadaptasikan sesuai kebutuhan. Dengan pedoman ini diharapkan daerah
dapat mendukung perluasan partisipasi sekolah seluruh anak usia sekolah di Indonesia dalam rangka
pemenuhan hak seluruh anak Indonesia untuk mendapatkan layanan pendidikan, mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan terkait pendidikan berkualitas untuk semua anak, dan menuntaskan
Wajib Belajar 12 Tahun.
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 21
LAMPIRAN 1.
SEKILAS TENTANG SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT
(SIPBM)
Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM) adalah prosedur pengumpulan data dari
Masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat dan dimanfaatkan untuk masyarakat dan pemerintah sehingga
masyarakat mengetahui permasalahan pembangunan di wilayahnya dan mencari cara untuk mengatasinya.
SIPBM bertujuan menyediakan data mikro untuk penyusunan perencanaan pembangunan bidang pendidikan
baik di daerah maupun di tingkat desa/kelurahan, melalui pendataan dan pengelolaan data Anak Tidak
Sekolah (ATS) by name by address. Data SIPBM bersumber dari dan dikumpulkan oleh masyarakat serta meliputi
data seminimalnya sebagai berikut:
▪ Keberaksaraan
PENYEBAB KECACATAN :
*9
1. Penyakit kronis
2. Bawaan sejak lahir
*4 3. Kecelakaan
4. Keturunan
5. Depresi atau stres
6. Lainnya: ……………………
PENYEBAB KECACATAN :
1. Penyakit kronis
2. Bawaan sejak lahir
*5 3. Kecelakaan
4. Keturunan
5. Depresi atau stres
6. Lainnya: ……………………
STATUS PERNIKAHAN :
1. Belum Nikah
*6 2. Nikah
3. Cerai Hidup
4. Cerai Mati
ALASAN TIDAK PAUD JENJANG:
(Usia 0-6 Tahun) *7 0. Tidak sekolah 1. Dalam Desa 5. Menikah/Mengurus RT
1. Tidak Mau ikut PAUD 1. SD/MI *8 2. Luar Desa dalam Kecamatan 6. Mengalami kekerasan/trauma di
2. Tidak Ada Biaya 2. Paket A 3. Luar Kec. dalam Kab/Kota Sekolah
3. Tidak ada Bangunan / Fasilitas / 3. SLTP/MTs 4. Luar Kab/Kota dalam Prov. 7. Bekerja Tidak Mendapatkan
layanan PAUD 4. Paket B 5. Luar Provinsi Upah
4. Bangunan / Fasilitas / layanan 5. SLTA/MA 8. Bekerja Mendapatkan Upah
PAUD jauh 6. Paket C ALASAN TIDAK SEKOLAH (Usia 7-18 9. Pengaruh Lingkungan
5. Menganggap PAUD Tidak 7. Diploma Tahun) 10. Sekolah Tidak Penting
Penting 8. Sarjana 1. Tidak Mau Sekolah 11. Tidak ada seragam sekolah
6. Tidak Ada Seragam 9. Magister 10. Doktoral 2. Tidak Ada Biaya *10 12. Tidak Punya Akte Kelahiran
7. Lainnya...... 3. Sekolahnya jauh 13. Tidak Pernah Terlayani PAUD
LOKASI SEKOLAH: 4. Pendidikan Cukup 14. Cacat 15. Lainnya:…………..
3
LAMPIRAN 2.
MATRIKS RENCANA AKSI PENANGANAN ATS
Rencana Kebijakan Program Kegiatan Target/Sasaran Tahun Berjalan Rencana (Tahun Berikutnya) Penanggung
dan Aksi Prioritas Jawab
Penanganan ATS Keluaran Alokasi Sumber Keluaran Alokasi Sumber Utama
(Output) Dana Dana (Output) Dana Dana
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
26 |
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN 3.
MATRIKS PROSES ANALISA SITUASI ATS, PEMETAAN SUMBER DAYA, DAN
PILIHAN ARAH KEBIJAKAN DAN AKSI PRIORITAS
Akar Strategi Penanganan Sumber Daya yang Tantangan yang Dihadapi Aksi Prioritas/Kegiatan Instansi Pendanaan Aksi Prioritas
Permasalahan (Arah Kebijakan dan Sudah Ada / Kesenjangan yang yang Diperlukan Terkait yang
Penyebab Aksi) yang Berpotensi (Kebijakan, Program, Membuat Strategi ini Bertanggung Aksi Perlu Jika Ya, Sumber
Penganggaran, dsb.) Belum Terlaksana (Penguatan, Perluasan, Jawab Dana? Dana yang
atau Pengadaan Sumber Berpotensi?
Daya) (Ya/Tdk)
1 2 3 4 5 6 7 8
LAMPIRAN 4.
INSTRUMEN PEMANTAUAN DAN REVIU INTERNAL: DAFTAR PERIKSA
(CHECKLIST) LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN STRANAS ATS DI DAERAH
Daftar Periksa Pemantauan dan Reviu Internal Pelaksanaan Stranas ATS di Daerah
1. Pembentukan Tim Teknis Penanganan ATS yang meliputi berbagai unsur pemerintah
dan masyarakat (termasuk Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota, SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota, tenaga dan komunitas kependidikan dan wakil masyarakat)
4. Rapat koordinasi rutin pembahasan peraturan perundangan daerah yang sudah ada
atau diperlukan yang menjadi payung hukum seluruh upaya penanganan ATS
1. Meninjau data makro dan mikro ATS, dan sumber data yang sudah ada
3. Jika data terkait ATS di tingkat desa/kelurahan belum memadai, mengembangkan dan
menerapkan sistem pendataan ATS berbasis masyarakat
4. Jika data terkait ATS di tingkat desa/kelurahan sudah tersedia, memilah data ATS
berdasarkan lokasi keberadaan ATS (per desa/kelurahan), kelompok ATS, dan alasan
utama anak tidak bersekolah
5. Menentukan isu prioritas, kelompok ATS prioritas, dan daerah prioritas yang akan
diintervensi
6. Integrasi data ATS dari pendataan berbasis masyarakat ke dalam sistem informasi
pembangunan dan kesejahteraan sosial pada tingkat daerah dan nasional
1. Analisa situasi isu/kelompok ATS prioritas yang akan diintervensi dan akar
permasalahan
2. Analisa strategi penanganan yang berpotensi dan sumber daya yang sudah ada
(kebijakan dan program pemerintah pusat dan daerah)
4. Melakukan konsultasi internal and publik terkait hasil analisa dan rancanagan aksi
prioritas penanganan ATS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 27
Langkah-Langkah Pelaksanaan Sudah?
2. Penyusunan RAD: Menetapkan program dan kegiatan, analisa pembiayaan dan sumber
dana, sasaran/target, tahapan pencapaian, dan pemetaan keterlibatan dan tanggung
jawab
5. Pengesahan RAD ATS oleh Kepala Daerah & ratifikasi dalam peraturan daerah/kepala
daerah
2. Pelaksanaan program dan kegiatan dan mengawal kegiatan yang sudah direncanakan
dan dianggarkan
4. Melakukan pemantauan dan reviu sederhana pelaksanaan sejumlah aksi prioritas yang
sudah ditetapkan
1. Memetakan kebutuhan peningkatan kapasitas setiap tim yang terlibat di setiap tahap
pelaksanaan Stranas ATS
3. Menjalin kerjasama dan kolaborasi erat dengan pers, media dan komunitas jurnalis
Copyright 2018
BAPPENAS.GO.ID
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 29
BAPPENAS
JL. TAMAN SUROPATI NO.2, RT.6/RW.4, MENTENG, KOTA
JAKARTA PUSAT, DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
10310
WWW.BAPPENAS.GO.ID