Anda di halaman 1dari 34

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

STRATEGI NASIONAL PENANGANAN


ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA

NOVEMBER 2018
DAFTAR ISI
Daftar Isi i

BAB 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Landasan Hukum 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Ruang Lingkup 3
1.5 Kementerian Pendukung Utama 4
1.6 Kerangka Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah 4
BAB 2. Perencanaan dan Pelaksanaan Strategi Nasional
Penanganan ATS di Daerah 7
2.1 Tim Pelaksana Strategi Nasional Penanganan ATS di Daerah 7
2.2 Alur Tahapan Pelaksanaan Stranas ATS di Daerah 9
2.3 Tahap Persiapan 10
2.4 Tahap Pengembangan Rencana Aksi Daerah (RAD)
Penanganan ATS 14
2.5 Tahap Pelaksanaan RAD Penanganan ATS 16
2.6 Komponen Berkelanjutan Pelaksanaan Stranas ATS di Daerah 18
BAB 3. Penutup 21

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | iii
iv | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melalui Nawacita yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, Wajib Belajar 12 tahun ditetapkan sebagai
salah satu prioritas pembangunan pendidikan. Salah satu tantangan terbesar pencapaian Wajar
12 Tahun adalah masih besarnya jumlah proporsi Anak Tidak Sekolah (ATS) di Indonesia. Menurut
data SUSENAS 2017, diperkirakan masih sekitar 8% anak usia sekolah (7 – 18 tahun) yang tidak
bersekolah. Dalam angka, diperkirakan terdapat 4,4 juta anak usia sekolah yang karena berbagai
alasan dan faktor penyebab tidak terpenuhi haknya untuk mendapatkan pendidikan.

Untuk mempercepat penanganan masalah Anak Tidak Sekolah, Bappenas bekerjasama dengan
UNICEF dan didukung oleh kementerian/lembaga telah mengembangkan Strategi Nasional
Penanganan Anak Tidak Sekolah (Stranas ATS).

Stranas ATS yang dikembangkan memberikan kerangka logis dan strategis upaya penanganan ATS
secara nasional yang perlu dilakukan pemerintah pusat dan daerah. Stranas ATS memaparkan hasil
analisa situasi anak usia sekolah (7-18 tahun) di Indonesia yang tidak bersekolah atau mendapatkan
layanan pendidikan dan pelatihan apa pun saat ini, termasuk analisa kebijakan dan program yang
sudah dijalankan Pemerintah Indonesia dan kesenjangan yang masih ditemukan. Stranas ATS
mengedepankan sejumlah strategi prioritas pencegahan anak putus sekolah dan intervensi anak
yang tidak bersekolah melalui kegiatan pendataan ATS, penjangkauan dan pendampingan sampai
anak kembali ke jalur pendidikan dan pelatihan yang sesuai, serta melalui perluasan dan penguatan
kerangka kebijakan, program, dan sejumlah komponen sistem layanan pendidikan yang masih
menjadi tantangan dan menjadi faktor penyebab anak tidak bersekolah.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 1
1.2 Landasan Hukum
Peraturan perundangan yang menjadi payung kebijakan seluruh upaya dan mekanisme pelaksanaan
penanganan ATS di daerah adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN)
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar, yang merupakan pelaksanaan
dari UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan
7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2015-2015 (terkait pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun);
10. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
11. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019
12. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan
13. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara
14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga
Produktif
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 80 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Menengah Universal (PMU)
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
17. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun
2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019

2| BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


18. Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (UN Convention on the Rights of the Child)
19. Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas (UN Convention on the Rights of Persons
with Disabilities)
20. Konvensi PBB tentang Penghapusan Diskriminasi Perempuan (UN Convention on the Elimination of
All Forms of Discrimination Against Women)
Selanjutnya Stranas ATS tersebut dilengkapi dengan sebuah Petunjuk Teknis Pelaksanaan Strategi Nasional
Penanganan Anak Tidak Sekolah (Juknis Stranas ATS).

1.3 Tujuan
1. Memberikan panduan perencanaan dan pelaksanaan Strategi Nasional Penanganan ATS di
daerah terutama untuk pengembangan Rencana Aksi Daerah Penanganan ATS (RAD ATS) untuk
mengatasi isu ATS di daerah masing-masing.
2. Menjadi rujukan bagi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(Kemendesa), Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko-PMK), Kementerian teknis terkait, Kantor Staf Presiden (KSP), serta pemerintah
kabupaten/kota untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penanganan ATS di
Indonesia dan di setiap daerah.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup Juknis ini meliputi:

1. Penetapan tim teknis penanganan ATS


di tingkat daerah (kabupaten/kota) yang
memiliki berbagai peran dan tanggung
jawab untuk mengkoordinasikan, menjadi
penggerak, mendukung dan memantau
pelaksanaan seluruh tahapan implementasi
Strategi Nasional Penanganan ATS
2. Implementasi Strategi Nasional Penanganan
ATS di daerah yang terdiri dari beberapa tahap
sebagai berikut:
□ Tahap persiapan
□ Tahap pengembangan Rencana Aksi
Daerah Penanganan ATS (RAD ATS)
□ Tahap pelaksanaan RAD ATS

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 3
1.5 Kementerian Pendukung Utama
Seperti yang dipaparkan dalam Stranas ATS, sejumlah Kementerian/Lembaga berperan penting dalam
pelaksanaan Strategi Nasional Penanganan ATS dengan uraian sebagai berikut:

1. Bappenas, Kementerian Koordinasi Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan, dan Kantor


Staf Presiden berperan mengkoordinasi berbagai K/L terkait penguatan dan perluasan kerangka
kebijakan dan program pendukung utama untuk penanganan ATS di daerah, serta melakukan
pemantauan dan evaluasi penanganan ATS
2. Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Kementerian Sosial, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memfasilitasi dan mendorong
pengembangan dan pelaksanaan strategi pendataan ATS yang tepat sasaran dan akurat
3. Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal
mendorong dan memantau pelaksanaan perencanaan penanganan ATS dengan pemerintah daerah
4. Kementerian teknis (misalnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial,
Kementerian Agama, Kementerian Hukum dan HAM dan sejumlah Kementerian lainnya)
mendorong dan mendukung pelaksanaan aksi prioritas penanganan ATS terkait berbagai isu ATS
melalui perluasan dan penguatan program yang sudah berjalan dan yang perlu dikembangkan

1.6 Kerangka Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah


Sasaran pelaksanaan Stranas ATS adalah anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah
menengah atas (7-18 tahun) yang:

▪ tidak pernah bersekolah baik di jenjang SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat, atau SMA/MA
sederajat

▪ putus sekolah tanpa menyelesaikan jenjang pendidikannya (putus sekolah ketika masih belajar di
jenjang SD, SMP, atau SMA)

▪ putus sekolah tanpa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (transisi dari jenjang SD ke
jenjang SMP atau dari jenjang SMP ke jenjang SMA)
Sasaran penerima manfaat Stranas ATS adalah anak yang tidak bersekolah yang juga dikelompokkan
berdasarkan sasaran program Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam sejumlah kebijakan dan program
prioritas Kementerian/Lembaga sebagai berikut:

1. Anak yang berada di daerah 3T


2. Anak yang bekerja dan pekerja anak
3. Anak penyandang disabilitas
4. Anak yang berhadapan dengan hukum (ABH)
5. Anak jalanan (Anjal) dan anak terlantar (Antar)
6. Anak dalam pernikahan anak / ibu remaja
7. Kelompok ATS lainnya

4| BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Stranas ATS mengidentifikasi empat faktor dominan yang saling berhubungan yang menjadi penyebab anak
tidak besekolah berikut ini:

1. Kurangnya ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan dan pelatihan di sejumlah daerah;
2. Kurangnya relevansi dan manfaat, serta rendahnya mutu layanan pendidikan dan pelatihan dalam
memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat;
3. Hambatan ekonomi dan kemiskinan;
4. Hambatan yang berakar pada faktor sosial-budaya dan persepsi negatif terhadap pentingnya
pendidikan

Rekomendasi arah kebijakan dan aksi prioritas penanganan ATS untuk menangani faktor penyebab anak
tidak bersekolah berdasarkan setiap kelompok ATS dapat dilihat pada Lampiran 1 dokumen Stranas ATS
(“Matriks Strategi Penanganan ATS & Pemetaan Kebijakan dan Program Berjalan”). Dari semua rekomendasi yang
menjadi bagian dokumen utama Stranas ATS, sejumlah strategi dan aksi prioritas merupakan kewenangan
pemerintah daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Oleh karena itu, pengembangan sebuah
strategi daerah untuk menangani isu ATS dapat merujuk kepada rekomendasi yang sudah diberikan. Pada
tahap pengembangan RAD ATS, dapat dilakukan pemetaan kewenangan dan tanggung jawab pelaksanaan
aksi prioritas pada tingkat daerah.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 5
6| BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB 2.

PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN STRATEGI
NASIONAL PENANGANAN
ATS DI DAERAH
2.1 Tim Pelaksana Strategi Nasional Penanganan ATS di Daerah
Upaya penanganan ATS di daerah membutuhkan struktur koordinasi, pengaturan keterlibatan dan
peran tim yang bekerja berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing. Dua tim penggerak daerah
utama dipaparkan pada bagian berikut ini:

Tim Teknis Penanganan ATS Daerah: Tim Teknis Daerah memainkan peran kunci dalam menginisiasi,
mengembangkan dan melaksanakan Rencana Aksi Daerah penanganan ATS di kabupaten/kota serta
desa/kelurahan. Tanggung jawab Tim Teknis Daerah meliputi:

▪ Meninjau ketersediaan data mikro terkait ATS dan sumber data yang tersedia dan
menerapkan strategi pendataan ATS yang sesuai, termasuk pengembangan sebuah sistem
informasi pendidikan berbasis masyarakat di tingkat desa/kelurahan jika diperlukan, dan
melakukan pemutakhiran data terkait ATS secara reguler

▪ Mereviu data ATS yang dimiliki dan mengidentifikasi kelompok ATS serta faktor penyebab
yang dominan yang berkontribusi pada isu ATS baik pada tingkat kecamatan mau pun desa/
kelurahan

▪ Mengidentifikasi dan merumuskan strategi prioritas dan arah kebijakan untuk penanganan
isu ATS

▪ Memetakan layanan pendidikan dan pelatihan, dan kapasitas kelembagaan yang sudah
tersedia di daerah, mengidentifikasi kesenjangan dan potensi potensi yang dimiliki untuk
mengatasinya

▪ Memantau pelaksanakan program Pemerintah yang sudah berjalan yang berkontribusi


langsung untuk penanganan ATS (misalnya berbagai bentuk bantuan sosial dan pendidikan,
seperti PIP dan PKH)

▪ Mengembangkan Rencana Aksi Daerah untuk mengatasi masalah ATS secara keseluruhan
di daerah, atau di kecamatan atau desa/kelurahan yang menjadi daerah prioritas (misalnya
desa dengan populasi ATS terbesar)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 7
▪ Memastikan ketersediaan berbagai sumber daya termasuk dari segi peraturan, kebijakan, program,
dan penganggaran yang memadai untuk mendukung pelaksanaan seluruh fase implementasi
strategi nasional penanganan ATS, termasuk pendataan ATS dan rencana aksi penanganan ATS

▪ Meningkatkan kapasitas pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan untuk melakukan perencanaan


pendidikan yang berbasis data akurat, melalui upaya pendataan dan penanganan ATS di dalam
program dan anggaran pembangunan

▪ Memberi bantuan teknis dan memantau pengembangan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes)
terkait penanganan ATS untuk memastikan adanya dukungan yang sesuai, termasuk memfasilitasi
kegiatan pembelajaran antar-desa/kelurahan.

▪ Mendukung, memfasilitasi, dan mengkoordinasi pelibatan masyarakat dalam seluruh fase


perencanaan dan pelaksanaan strategi nasional penanganan ATS di daerah
Tim Penanganan ATS tingkat Desa/Kelurahan: Dipimpin oleh Kepala Desa, tim teknis desa/kelurahan ini
mencakup staf administrasi desa, kepala sekolah dan guru, pemuka agama dan masyarakat. Dengan dukungan
dari Tim Teknis Daerah, Tim Teknis Desa bertanggung jawab untuk:

▪ Melakukan pengumpulan dan pemutakhiran data terkait ATS (jumlah dan tempat tinggal ATS, serta
faktor penyebab anak tidak bersekolah)

▪ Mengembangkan strategi penanganan ATS tingkat desa sambil berkoordinasi dengan Tim Teknis
Daerah, termasuk dalam mengupayakan dan memfasilitasi terwujudnya empat sasaran strategi
intervensi ATS (memastikan ketersediaan layanan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan
dianggap relevan, serta mengupayakan dan mengadvokasikan penanganan hambatan ekonomi dan
faktor sosial budaya yang menyebabkan anak tidak bersekolah) untuk seluruh kelompok ATS

▪ Mengkoordinasikan dan melakukan kegiatan penjaringan Anak Tidak Sekolah di desa/kelurahan


serta pendampingan sampai anak bersekolah dan tidak putus lagi, termasuk memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan yang mendukung kemampuan anak untuk bersekolah

▪ Mengintegrasikan upaya penanganan ATS dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa, termasuk
penganggaran yang memadai (melalui Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa (DD) atau sumber
lainnya)

▪ Melaporkan aktivitas dan kemajuan upaya penanganan ATS kepada Tim Teknis Daerah, serta
melakukan konsultasi terkait tantangan yang dihadapi

8| BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


2.2 Alur Tahapan Pelaksanaan Stranas ATS di Daerah
Proses pelaksanaan strategi nasional penanganan ATS daerah terdiri dari empat tahap utama: tahap persiapan,
tahap pengembangan RAD ATS, tahap pelaksanaan RAD ATS, dan tahap pemantauan dan reviu. Secara singkat,
gambar di bawah menerangkan ketiga tahap utama.

Gambar | 1. Ikhtisar Tahap Pelaksanaan Strategi Nasional Penanganan ATS di Daerah

FASE PERSIAPAN

PEMBENTUKAN KOMITMEN DAN KOORDINASI MULTI


BASIS DATA ATS & SISTEM PENDATAAN ATS
PIHAK
Pembentukan Tim Teknis Daerah Lintas Sektor Peninjauan Basis Data ATS

• Menetapkan sebuah Tim Teknis Penanganan ATS • Memetakan dan meninjau data ATS dan sistem informasi
• Memastikan keterlibatan para pemangku kepentingan yang sudah ada
yang relevan dan strategis • Identifikasi kesenjangan dalam metode pengumpulan
• Menetapkan rencana kerja Tim Teknis Penanganan ATS data ATS
• Mengembangkan rencana peningkatan kualitas data ATS

Penetapan Payung Kebijakan Identifikasi Kelompok ATS Prioritas

• Menetapkan landasan hukum program dan kegiatan • Menggunakan data yang ada untuk mengindentifikasi
terkait penanganan ATS (contohnya, pembentukan dan dan memprioritas sub-kelompok ATS
kinerja Tim Teknis Penanganan ATS, pengembangan • Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab isu ATS yang
RAB, dsb.) dominan di daerah

FASE PENGEMBANGAN RENCANA AKSI DAERAH


PENGEMBANGAN RENCANA AKSI DAERAH PENANGANAN
ANALISA SITUASI ISU ATS DAN ANALISA KESENJANGAN
ATS
• Mengkaji situasi yang menimbulkan isu ATS, berdasarkan • Mengkaji dan menetapkan aksi prioritas yang diperlukan
kelompok-kelompok tertentu yang termaginalisasi (dari segi arah kebijakan, program/aktifitas, dan sumber
(contohnya, ATS karena disabilitas, Anak berhadapan daya) untuk menangani isu ATS yang diprioritaskan, serta
dengan Hukum, dll.), dari segi akses, relevansi/kualitas menetapkan perencanaan (jangka pendek, menengah,
layanan pendidikan, hambatan ekonomi, atau hambatan dan panjang)
sosial budaya lainya • Menetapkan pemetaan tanggung jawab dan peran
• Analisa kesenjangan dari segi kebijakan, program/ instansi terkait
aktifitas, sumber daya, mau pun kolaborasi dan • Menetapkan keperluan dana untuk setiap aksi prioritas,
koordinasi yang menyebabkan isu di atas belum serta inovasi mekanisme penganggaran/sumber dana
tertangani yang berpotensi

FASE PENGEMBANGAN RENCANA AKSI DAERAH


INTERGRASI RENCANA AKSI DALAM PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN RAD PENANGANAN ATS
ANGGARAN DAERAH
• Integrasi aksi prioritas dan arah kebijakan yang • Pelaksanaan strategi penanganan ATS jangka pendek
diperlukan dalam dokumen perencanaan pembangunan melalui sebuah Gerakan Kembali Bersekolah, berfokus
dan perencanaan daerah (seperti Renstra, RPJMD, dan pada penjangkauan ATS untuk kembali ke pendidikan
APBD, dan di tingkat Desa, dalam Rencana Kerja Desa • Pelaksanaan RAD yang berfokus pada penguatan
dan Pengalokasian Dana Desa) layanan pendidikan dan pengurangan hambatan ekonomi
dan sosial budaya, dan meliputi kegiatan penjangkauan
kelompok ATS yang belum terjangkau, serta kegiatan
pendampingan ATS untuk memampukan mereka kembali
dan tetap berada dalam pendidikan

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 9
Untuk mendukung pelaksanaan penanganan ATS yang efektif, diperlukan dua komponen pendukung utama
yang diperlukan untuk setiap tahap, yaitu pengembangan kapasitas Tim Teknis pemangku kepentingan yang
terlibat, serta komponen partisipasi masyarakat.

Gambar | 2. Komponen yang Berkelanjutan

PENGEMBANGAN KAPASITAS TIM PENANGANAN ATS DAN


PELIBATAN MASYARAKAT
INSTANSI TERKAIT
• Melakukan berbagai kegiatan pengembangan kapasitas, • Pelibatan komponen masyarakat yang strategis untuk
di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan, sampai bermitra dan mendukung seluruh fase implementasi
Desa untuk dapat melakukan fase-fase mekanisme Stranas ATS (contohnya, perwakilan sekolah, perwakilan
pelaksanaan di atas (contohnya, pengembangan remaja bahkan mereka yang ATS, media masa dan
kapasitas terkait analisa kesenjangan, dll.) jurnalis, pihak DUDI, perguruan tinggi, pemimpin agama,
• Menilai kebutuhan pengembangan kapasitas dan dll.)
mengembangkan rencana pengembangan kapasitas • Forum konsultasi terbuka dan sosialisasi masyarakat,
yang dibutuhkan khususnya terkait data ATS, hasil analisa situasi ATS,
kesenjangan, dan penetapan rencana aksi daerah

Petunjuk langkah-langkah setiap tahap dijelaskan dengan lebih rinci di bagian berikut ini.

2.3 Tahap Persiapan


2.3.1. Pengembangan Tim Teknis Penanganan ATS Daerah
Pembentukan tim teknis di tingkat Kabupaten/Kota dan membangun komitmen bersama merupakan upaya
pertama yang penting dalam mengembangkan strategi dan RAD ATS dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

Langkah 1: Bappeda (atau perwakilan pemerintah kabupaten/kota yang relevan) mengkoordinasi


pengadaan sebuah rapat sosialisasi dan/atau sesi FGD pencanangan upaya penanganan ATS
daerah dan mengundang berbagai unsur pemerintah dan masyarakat yang seyogyanya menjadi
bagian dari tim teknis daerah, dan memaparkan peran serta keterlibatan dan tanggung jawab
seluruh unsur dalam upaya penanganan ATS. Keterlibatan instansi pemerintah provinsi,
kabupaten/kota, dan masyarakat yang strategis tercermin melalui perwakilan:

□ Bappeda Provinsi
□ SKPD Provinsi terkait: Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Sosial Provinsi, Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi, dan stakeholder terkait lainnya
□ Bappeda Kabupaten/Kota
□ SKPD tingkat Kabupaten/Kota: Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan,
dan stakeholder terkait lainnya
□ Tenaga kependidikan (seperti pengawas, kepala sekolah, guru, perwakilan komite
sekolah, pengelola PKBM, perguruan tinggi, dsb.)
□ Masyarakat (misalnya, Dewan Pendidikan, LSM/yayasan/komunitas penggerak dan
advokasi, tokoh agama, pihak DUDI, dsb.)

10 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Kegiatan sosialisasi dapat meliputi topik-topik seperti berikut:

□ Situasi ATS di daerah yang dapat dianalisa dan disimpulkan melalui data SUSENAS.
Daerah yang sudah memiliki data ATS mikro (karena sudah mengimplementasi
sebuah sistem informasi pendidikan/pembangunan berbasis masyarakat dapat juga
memaparkan kondisi riil ATS di daerah
□ Pencanangan Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah di Indonesia dan
kerangka logis Stranas ATS
□ Perencanaan pengembangan Rencana Aksi Daerah Penanganan ATS
□ Peran strategis unsur pemerintah dan masyarakat

Langkah2: Bappeda mengkoordinasi penunjukan tim teknis penanganan ATS di daerah melalui Surat
Keputusan Bupati/Walikota, penganggaran untuk mendukung kegiatan perencanaan
penanganan ATS, dan rencana kerja awal (seperti penjadwalan pertemuan rutin) tim teknis.
Penugasan individu secara resmi menggunakan SK Bupati/Walikota menjamin konsistensi
keterlibatan dan kehadiran perwakilan instansi pemerintah dan anggota masyarakat dalam
seluruh kegiatan tim penanganan ATS.

Langkah 3: Mengadakan rapat koordinasi rutin terkait:

□ Pembahasan peraturan dan regulasi daerah yang sudah ada dan diperlukan yang
menjadi payung hukum seluruh aktivitas perencanaan dan pelaksanaan penanganan
ATS di daerah dan untuk menetapkan komitmen multi-pihak
□ Perencanaan dan pelaksanaan setiap tahap upaya penanganan ATS, termasuk tahap
persiapan berikutnya yaitu yang terkait data dan sumber informasi terkait ATS di daerah

2.3.2. Pelaksanaan Strategi Pendataan ATS


Upaya penanganan ATS di daerah yang efektif bergantung pada basis ketersediaan data terkait ATS yang
akurat dan diperbaharui secara periodik. Strategi pendataan Stranas ATS meliputi peninjauan sumber
data ATS yang tersedia dan analisa data terkait ATS dengan tujuan utama agar pemerintah daerah dan tim
penanganan ATS dapat melakukan:

▪ Penentuan ruang lingkup upaya penanganan ATS di daerah termasuk pemetaan dan penetapan
kelompok ATS dan sejumlah daerah prioritas yang memerlukan penanganan dan akan diintervensi,
mengingat kompleksitas isu ATS, beragamnya faktor penyebab dan kondisi keberadaan ATS, serta
uniknya konteks dan tantangan isu ATS di berbagai daerah dalam sebuah kabupaten/kota

▪ Penjaringan atau penjangkauan ATS untuk dapat dikembalikan ke jalur pendidikan, dan melakukan
pendampingan sampai anak kembali ke dan terus berada dalam jalur pendidikan yang sesuai.
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1: Meninjau data makro dan mikro ATS dengan menggunakan sumber data nasional dan daerah
yang sudah ada, terutama BDT, Data PMKS, Dapodik, EMIS Kemenag, dan SIAK Adminduk.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 11
Langkah 2: Melakukan analisa data ATS terutama untuk menyimpulkan apakah sumber data ATS yang
tersedia sudah:

1. Mencakup seluruh daerah dan rumah tangga di sebuah kabupaten/kota, dan


2. Dapat menyediakan informasi utama seperti berikut:
□ Berapa jumlah ATS yang ada di daerah (per kecamatan dan per desa/kelurahan)?
□ Di mana lokasi tempat tinggal ATS atau keluarga anak yang tidak bersekolah?
□ Apa jenjang pendidikan dan tingkat pendidikan terakhir yang telah diselesaikan
ATS?
□ Apa alasan utama anak tidak/belum pernah bersekolah?
□ Apa alasan utama anak tidak lagi/kembali bersekolah?

Langkah 3a: Jika sumber data dan data ATS yang ada belum mencukupi untuk memetakan dan menetapkan
kelompok ATS dan daerah prioritas, untuk mengembangkan sebuah RAD ATS yang terfokus dan
tepat sasaran, serta untuk mengidentifikasi situasi dan lokasi keberadaan ATS untuk dilakukan
penjangkauan dan pendampingan sampai berada di jalur pendidikan, maka tim teknis perlu
mengidentifikasi sistem pendataan lain yang dapat digunakan. Jika merujuk kepada Peraturan
Menteri Desa PDDT Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2019, maka dapat dilaksanakan pendataan dengan pendekatan berbasis masyarakat, seperti
Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM). Penjelasan singkat mengenai
mekanisme pelaksanaan SIPBM disertakan dalam Lampiran 1.

Langkah 3b: Jika sumber data dan data ATS yang cukup lengkap sudah tersedia, tim teknis menyajikan data
yang terpilah berdasarkan lokasi keberadaan ATS (per desa/kelurahan), kelompok ATS, dan
alasan utama anak tidak bersekolah. Berdasarkan disagregasi data ATS yang sudah dianalisa,
Bappeda dan tim teknis penanganan ATS menetapkan usulan kelompok ATS dan daerah
prioritas untuk diintervensi dan dianalisa lebih lanjut, yang menjadi basis pengembangan RAD
ATS.

Langkah 4: Sebagai bentuk pelibatan publik dan strategi komunikasi dan sosialisasi kelanjutan pelaksanaan
Stranas ATS di daerah, tim teknis penanganan ATS melalui Bappeda mengkoordinasi pelaksanaan
sebuah rapat sosialisasi dan/atau sesi konsultasi publik terkait hasil analisa situasi ATS, serta
kelompok ATS dan daerah prioritas yang akan diintervensi dan menjadi basis uji coba RAD ATS.

Langkah 5: Tim teknis penanganan ATS melaksanakan strategi pendataan jangka menengah dan panjang,
yang meliputi perluasan pendataan ATS melalui pendekatan berbasis masyarakat (SIPBM) di
seluruh desa/kelurahan, pemutakhiran dan validasi data ATS secara berkala (misalnya, setiap
tahun), penyelarasan SIPBM dengan Sistem Informasi Desa, serta integrasi ke dalam sistem
informasi pembangunan dan kesejahteraan sosial pada tingkat nasional.

12 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Gambar | 3. Gambar 2. Ikhtisar Alur Strategi Pendataan ATS

Review sumber data ATS yang ada

Perencanaan, pengembangan
Apakah data mencakup
TIDAK kapasitas, dan pelaksanaan
seluruh daerah dan Rumah
sistem pendataan ATS berbasis
Tangga /Keluarga di
masyarakat
kabupaten/kota
(Lihat Lampiran 1)

YA

Disagregasi data berdasarkan:


-Jumlah ATS per daerah (tingkat
kecamatan atau desa/kelurahan)
-Kelompok ATS (lihat bagian 1.6)
-Alasan utama tidak bersekolah

Penyelarasan data ATS dengan


Tentukan daerah prioritas, kelompok ATS, sistem informasi pemerintah
dan/atau isu ATS utama untuk diintervensi pusat

Workshop konsultasi internal dan publik terkait


hasil analisa Situasi ATS & rencana
pengembangan RAD ATS

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 13
2.4 Tahap Pengembangan Rencana Aksi Daerah (RAD)
Penanganan ATS
2.4.1. Analisa Situasi ATS, Analisa Kesenjangan, dan Pengembangan Strategi Penanganan
Analisa situasi ATS dan kesenjangan dilakukan terhadap isu ATS terkait kelompok ATS yang diprioritaskan
dan akan diintervensi. Secara keseluruhan, langkah-langkah yang perlu ditempuh tim teknis penanganan ATS
pada tahap ini adalah:

Langkah 1: Melaksanakan rapat kerja untuk melakukan analisa situasi lebih lanjut yang berfokus pada
kelompok ATS atau isu ATS prioritas yang akan diintervensi.

Berbagai cara untuk menganalisa dapat digunakan dengan tujuan utama untuk mendiagnosa
permasalahan yang menyebabkan kelompok anak tertentu tidak bersekolah. Proses diagnostik
ini mendorong analisa situasi ATS dari tingkat diskusi terkait apa yang dapat diobservasi di
lapangan ke arah pemahaman bersama akan akar permasalahan yang menjadi penyebab ATS
yang tidak dengan mudah diketahui masyarakat bahkan individu yang bekerja dalam instansi
pemerintahan, dan tantangan yang harus diatasi.

Analisa akar permasalahan dan tantangan yang dihadapi dapat berfokus pada faktor atau
komponen utama situasi ATS berikut ini:

□ keterbatasan ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan dan pelatihan di


beberapa daerah;
□ kurangnya relevansi dan manfaat, serta rendahnya mutu layanan pendidikan dan
pelatihan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat;
□ meminimalkan hambatan ekonomi dan kemiskinan;
□ meminimalkan hambatan yang berakar pada faktor sosial-budaya dan meningkatkan
kepedulian dan pemahaman keluarga dan anak akan pentingnya pendidikan
□ tantangan penjangkauan kelompok ATS tersebut dan pendampingan sampai anak
berada di jalur pendidikan yang sesuai

Jika dipandang perlu untuk memudahkan proses analisa situasi dan kesenjangan ATS,
pengembangan strategi penanganan setiap isu, dan pada akhirnya penyusunan RAD ATS, tim
teknis dapat membentuk sejumlah kelompok kerja (pokja) yang dapat secara spesifik berfokus
pada satu isu prioritas (misalnya, Pokja 1 menganalisa dan menangani isu ATS pernikahan
anak, sementara Pokja 2 menganalisa dan menangani isu ATS karena hambatan ekonomi dan
kemiskinan).

Langkah 2: Dengan berfokus kepada setiap isu yang diidentifikasi sebagai faktor penyebab dan akar
permasalahan yang dihadapi kelompok ATS tertentu, tim teknis atau pokja melakukan analisa
strategi penanganan yang berpotensi dan sumber daya yang sudah ada dengan memetakan
program pemerintah pusat dan daerah serta kebijakan peraturan perundangan yang sudah ada
dan langsung berkaitan dengan atau berpotensi untuk menangani isu tersebut.

14 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Langkah 3: Untuk setiap isu yang diidentifikasi dan dengan melihat sumber daya (dari segi kebijakan,
program atau kegiatan, dan penganggaran) yang sudah ada, tim teknis/pokja menganalisa
lebih lanjut dan mengidentifikasi kesenjangan yang masih ada yang menyebabkan upaya yang
sudah dilakukan masih belum optimal menangani isu ATS tersebut. Analisa kesenjangan dapat
berfokus pada tantangan utama yang disebutkan diatas.

Langkah 4: Untuk setiap isu, sumber daya, dan kesenjangan yang telah diidentifikasi, tim teknis/pokja
mengembangkan strategi penanganan setiap isu melalui penetapan aksi prioritas dan arah
kebijakan yang perlu diambil.

Strategi penanganan dapat berupa penguatan dan perluasan program, kebijakan, dan upaya yang
sudah dijalankan terkait isu tersebut, dan dapat juga berupa pengadaan program dan kegiatan
atau pelaksanaan aksi prioritas intervensi lain yang masih diperlukan. Lampiran 2 memberikan
contoh matriks yang dapat digunakan dalam diskusi dan mengilustrasikan alur pemikiran dan
proses yang disebutkan dalam langkah 1-4.

Tim teknis harus menyepakati mekanisme koordinasi antara pemerintah kabupaten/kota dan
provinsi yang akan dilakukan untuk memfasilitasi ATS yang ingin kembali bersekolah di jenjang
pendidikan menengah atas maupun melalui pendidikan layanan khusus.

Langkah 5: Untuk mematangkan proses analisa situasi, kesenjangan, dan penetapan arah kebijakan
sejumlah isu ATS yang menjadi prioritas untuk ditangani, tim teknis/pokja dapat memfasilitasi
sebuah lokakarya dengan mengundang unsur pemerintah dan masyarakat lebih luas yang
secara langsung mempunyai keahlian di bidang yang relevan dengan isu ATS tersebut atau
berada dalam institusi yang relevan dan dapat memberikan masukan-masukan yang strategis
terhadap penetapan strategi penanganan terfokus yang akan dilakukan

2.4.2. Pengembangan RAD Penanganan ATS


Dokumen yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAD ATS meliputi:

▪ RPJMN tahun 2015-2019 (atau jika sudah diterbitkan, tahun 2020-2024)

▪ Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga tahun 2015-2019 (atau tahun 2020-2024)

▪ Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah (dasar hukum penyusunan RAD ATS)

▪ RPJMD

▪ Renstra SKPD

▪ Dokumen kebijakan lain yang terkait pemenuhan hak seluruh anak Indonesia untuk mendapatkan
layanan pendidikan yang sesuai
Langkah penyusunan RAD ATS adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Tim teknis memfasilitasi rapat koordinasi untuk membahas mekanisme, tahapan, dan jadwal
penyusunan RAD

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 15
Langkah 2: Tim teknis (dan pokja) melakukan rapat kerja pertama untuk menyusun draft RAD dengan:

□ Menetapkan program dan kegiatan/tindakan yang akan dilakukan untuk setiap arah
kebijakan dan aksi prioritas yang dipilih
□ Melakukan analisa pembiayaan dan menetapkan alokasi sumber daya anggaran dan non-
anggaran yang dibutuhkan, serta memetakan sumber pendanaan dalam pelaksanaan
program, kegiatan, dan tindakan yang diperlukan
□ Melakukan pemetaan keterlibatan dan tanggung jawab berbagai instansi pemerintah
daerah maupun masyarakat
□ Mengembangkan seperangkat target atau indikator dan tahapan pencapaian indikator
per tahun untuk mereviu kemajuan, mengukur dampak, dan mengevaluasi keberhasilan
upaya penanganan ATS

Informasi diatas yang menjadi isi RAD dapat diatur dalam berbagai format, seperti matriks
rencana aksi yang disertakan dalam Lampiran 3.

Langkah 3: Melaksanakan rapat kerja/lokakarya kedua untuk memaparkan draft narasi dan matriks
rencana aksi yang sudah disusun untuk setiap isu prioritas (oleh setiap tim kecil) untuk dibahas
tim teknis keseluruhan. Lokakarya ini dapat pula menggunakan format konsultasi publik dan
mengundang berbagai perwakilan pemerintah daerah dan anggota masyarkat

Langkah 4: Draft RAD divalidasi, disempurnakan, dan difinalisasi berdasarkan masukan rapat kerja/
workshop kedua

Langkah 5: Pengesahan RAD ATS dengan oleh Bupati/Walikota dan diratifikasi dengan sebuah peraturan
daerah atau peraturan kepala daerah

Langkah 6: Melakukan launching atau sosialisasi RAD ATS kepada seluruh pemangku kepentingan.

2.5 Tahap Pelaksanaan RAD Penanganan ATS


2.5.1. Integrasi RAD dalam Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Untuk menjamin pelaksanaan RAD ATS dan intervensi penanganan ATS yang dapat menghasilkan perubahan
yang nyata di lapangan, maka perlu dilakukan langkah penyelarasan perencanaan dan penganggaran
pembangunan daerah dengan aksi prioritas yang sudah ditetapkan. Penyelarasan dan integrasi rencana
dan penganggaran ini menjadi bentuk komitmen pemerintah daerah yang lebih luas untuk penguatan dan
perluasan layanan pendidikan serta partisipasi pendidikan oleh masyarakat di daerah tersebut. RAD ATS yang
berisikan analisa situasi dan kesenjangan, serta pilihan arah kebijakan, aksi prioritas, proyeksi pembiayaan
yang diperlukan untuk penanganan ATS memerlukan tindak lanjut pengintegrasian kedalam dokumen
perencanaan pembangunan daerah, termasuk RPJMD dan Renstra SKPD yang relevan.

Langkah pengintegrasian RAD ATS ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan
daerah yang perlu ditempuh tim teknis penanganan ATS meliputi:

Langkah 1: Meninjau kembali atau menginventarisasi kegiatan atau program yang diperlukan sebagai
aksi prioritas penanganan ATS yang terfokus. Termasuk dalam peninjauan ini adalah proyeksi
tahapan capaian atau indikator yang akan diintegrasikan.

16 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Langkah 2: Melakukan reviu RPJMD dan Renstra SKPD dan komparasi dokumen untuk melihat sejauh
mana:

□ Salah satu misi dalam RPJMD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) secara
spesifik dapat menjadi payung penerapan aksi prioritas penanganan ATS
□ Salah satu tujuan dalam RPJMD dan RKPD mengarah pada bukan hanya perbaikan
layanan pendidikan, tetapi upaya penanganan ATS
□ Sasaran atau salah satu indikator RAD ATS tercantum dalam indikator kinerja RPJMD
dan RKPD
□ Salah satu misi, tujuan, dan sasaran Renstra dan Rencana Kerja (Renja) SKPD yang
relevan berkaitan dengan upaya penanganan ATS, termasuk pendataan ATS, perbaikan
layanan pendidikan, meminimalkan hambatan ekonomi dan sosial budaya yang
menyebabkan anak tidak bersekolah, serta penjangkauan dan pendampingan sampai
seluruh ATS berada dalam jalur pendidikan

Langkah 3: Menyusun usulan revisi RPJMD dan Renstra SKPD berdasarkan reviu dan komparasi dokumen
supaya usulan bisa menjadi masukan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA SKPD) dan
Rancangan APBD (RAPBD).

Upaya integrasi RAD ATS ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran ini memerlukan
hubungan kerja sama yang erat bukan hanya antara tim teknis dengan instansi terkait, yang
keanggotaannya sudah merupakan perwakilan instansi, tetapi juga antara instansi-instansi
tersebut yang dapat dijalin melalui rapat kerja, workshop, mau pun diskusi kekeluargaan dan
non formal.

2.5.2. Implementasi Rencana Aksi Daerah Penanganan ATS (RAD ATS)


Seperti yang telah dijelaskan dalam Stranas ATS, strategi penanganan ATS jangka pendek adalah dengan
pendekatan langsung melalui sebuah Gerakan Kembali Bersekolah (GKB) yang bertujuan untuk menjangkau
dan mengembalikan anak-anak yang tidak sekolah ke jalur pendidikan formal mau pun nonformal.1 Upaya
penanganan secara langsung ini berpotensi efektif jika didasarkan pada pendataan ATS yang akurat dan
struktur tim teknis baik daerah maupun tingkat desa/kelurahan sudah terbangun. Maka dari itu, pelaksanaan
strategi pendataan ATS yang sesuai diperlukan sebelum Gerakan Kembali Bersekolah dicanangkan. GKB
dapat dilakukan seiring dengan pengembangan sebuah RAD ATS yang komprehensif dan secara sistematis
menelaah dan mengupayakan penanganan akar permasalahan faktor penyebab isu ATS seperti yang sudah
dijabarkan di atas. Tanpa adanya perbaikan secara sistemik dan yang berfokus pada faktor-faktor penyebab
anak tidak bersekolah yang dituangkan dalam sebuah RAD ATS, permasalahan ATS tidak akan tuntas
terselesaikan meskipun daerah sudah berulang kali melakukan GKB.

Langkah 1: Sebagai strategi penanganan ATS jangka pendek, tim teknis daerah dan desa/kelurahan dapat
melakukan sebuah Gerakan Kembali Bersekolah melalui koordinasi dan kegiatan penjaringan
dan penjangkauan ATS untuk dikembalikan ke jalur pendidikan formal dan nonformal.

Langkah 2: Tim teknis memegang komitmen pemerintah daerah dan masyarakat terkait pelaksanaan aksi
prioritas dan advokasi arah kebijakan untuk mengintervensi isu terkait ATS yang diprioritaskan,
termasuk mengawal kegiatan yang sudah direncanakan dan dianggarkan sambil memfasilitasi
keterlibatan dan sosialisasi dampak kegiatan pada masyarakat.

Langkah 3: Tim teknis daerah memandu implementasi RAD ATS di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan
dan melakukan pendampingan dan pengembangan kapasitas pemerintah daerah untuk

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 17
melakukan analisa situasi ATS di masing-masing daerah, mengembangkan strategi penanganan
ATS melalui rencana kerja tahunan sesuai kewenangan masing-masing yang diselaraskan
dengan RAD ATS.

Langkah 4: Tim teknis mengembangkan sistem pemantauan dan reviu sambil melakukannya untuk
memastikan bahwa semua kegiatan, program, dan arah kebijakan penanganan ATS diterapkan
dan sesuai dengan desain dan tujuannya. Tim teknis juga dapat melakukan pemantauan internal
untuk mereviu proses pelaksanaan Stranas ATS di daerah dengan menggunakan sebuah
panduan daftar periksa (checklist) langkah-langkah penting untuk setiap tahapannya yang
disertakan dalam Lampiran 4.

2.6 Komponen Berkelanjutan Pelaksanaan Stranas ATS di


Daerah
2.6.1. Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas menjadi bagian seluruh fase pelaksanaan stranas penanganan ATS di daerah.
Berikut adalah beberapa arahan kapasitas yang perlu dikembangkan.

Tabel | 1. Pengembangan Kapasitas Kebutuhan Pelatihan

Tingkat Kelompok Kebutuhan Pengembangan Kapasitas


Provinsi & Tim Teknis • Peningkatan kesadaran akan kondisi ATS di Indonesia dengan sosialisasi data dan
Kabupaten/ Penanganan hasil analisa kesenjangan saat ini di daerah dan tingkat desa
Kota ATS Daerah • Pelatihan perencanaan dan implementasi strategi pendataan ATS, serta
pengembangan SIPBM
• Pelatihan analisa data untuk mengidentifikasi lokasi kantong-kantong ATS,
kelompok ATS paling dominan, dan faktor penyebab isu ATS yang paling dominan di
daerahnya
• Pelatihan analisa kesenjangan dalam kebijakan, program, dan penganggaran,
serta pengembangan arah kebijakan dan aksi prioritas menuju terwujudnya empat
sasaran utama strategi penanganan ATS
• Pelatihan pengembangan rencana pembangunan (termasuk rencana kerja, program,
dan penganggaran) yang inklusi dan mengafirmasi ATS
• Pelatihan pelibatan dan kolaborasi dengan berbagai komponen masyarakat dalam
setiap tahap pelaksanaan Stranas Penanganan ATS
• Pelatihan dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi

Kecamatan/ Tim Teknis • Peningkatan kesadaran akan kondisi ATS di desanya masing-masing
Desa & Desa/ • Pelatihan pengembangan SIPBM, pengumpulan data, dan pemutakhiran data
Kelurahan Kelurahan secara berkala
• Pelatihan analisa data untuk mengidentifikasi di mana ATS berada, jumlah ATS di
desa/kelurahannya, kelompok ATS paling dominan, dan faktor penyebab isu ATS
yang paling dominan di desa/kelurahannya
• Pelatihan analisa kesenjangan terutama terkait 1) layanan pendidikan dan pelatihan;
2) program bantuan kesejahteraan dan pendidikan yang belum tersalurkan dengan
baik
• Pelatihan pengembangan rencana kerja tahunan desa/kelurahan (termasuk
program, dan penganggaran) yang inklusi dan mengafirmasi ATS serta mengupaya
mereka kembali ke jalur pendidikan dan pelatihan
• Pelatihan pelibatan dan kolaborasi dengan berbagai komponen masyarakat dalam
setiap tahap pelaksanaan Stranas Penanganan ATS
• Pelatihan untuk memantau dan mengevaluasi kerja desa/kelurahannya

18 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Langkah yang dapat ditempuh tim teknis adalah:

Langkah 1: Menilai kebutuhan dan mengkoordinasikan atau memfasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas
terkait topik-topik tertentu sesuai dengan tahap perencanaan dan pelaksanaan Stranas ATS
yang dilalui.

2.6.2. Pelibatan Masyarakat


Partisipasi dan pelibatan masyarakat dapat dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan Stranas ATS, dari
strategi pendataan ATS, analisa situasi ATS dan kesenjangan, pengembangan RAD ATS, sampai implementasi
dan pengawalan pelaksanaan RAD ATS, serta penjangkauan langsung kepada ATS.

Partisipasi masyarakat bisa berbentuk keterlibatan menjadi bagian dalam tim teknis penanganan ATS daerah
baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan dalam, maupun dalam bentuk mengundang
kehadiran mereka dalam sesi konsultasi publik dan berbagai kegiatan sosialisasi.

Keterwakilan berbagai unsur masyarakat penting, maka dari itu tim teknis perlu memfasilitasi dan
mengundang keterlibatan anggota masyarakat berikut:

▪ tokoh agama

▪ pemimpin adat

▪ pendidik dan tenaga kependidikan

▪ pihak DUDI

▪ mitra pembangunan pemerintah

▪ organisasi masyarakat dan LSM dan individu pemerhati isu sosial

▪ pihak perguruan tinggi

▪ orang tua murid

▪ anak remaja baik yang bersekolah maupun tidak bersekolah

▪ kelompok masyarakat lainnya

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 19
20 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB 3.

PENUTUP
Pedoman penyusunan Rencana Aksi Daerah Penanganan ATS (RAD ATS) memandu setiap pimpinan
daerah untuk merancang RAD ATS yang selaras dengan kebijakan nasional dan daerah. Pedoman
ini merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari dokumen Strategi Nasional Penanganan
Anak Tidak Sekolah di Indonesia (Stranas ATS) yang menjadi dasar hukum pengembangan RAD
ATS. Juknis ini bertujuan untuk menyediakan panduan dan menjadi alat yang dapat digunakan untuk
merencanakan upaya penanganan ATS di daerah, mulai dari penetapan struktur dan jalur koordinasi
dan keterlibatan, menganalisa situasi ATS di daerah, dan mengembangkan strategi penanganannya.
Juknis ini tidak memberikan solusi atau peta jalan penanganan ATS itu sendiri, tetapi merupakan
dokumen yang dinamis yang dapat memandu proses perencanaan di masing-masing daerah, dapat
direvisi di kemudian hari atau diadaptasikan sesuai kebutuhan. Dengan pedoman ini diharapkan daerah
dapat mendukung perluasan partisipasi sekolah seluruh anak usia sekolah di Indonesia dalam rangka
pemenuhan hak seluruh anak Indonesia untuk mendapatkan layanan pendidikan, mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan terkait pendidikan berkualitas untuk semua anak, dan menuntaskan
Wajib Belajar 12 Tahun.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 21
LAMPIRAN 1.
SEKILAS TENTANG SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT
(SIPBM)
Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM) adalah prosedur pengumpulan data dari
Masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat dan dimanfaatkan untuk masyarakat dan pemerintah sehingga
masyarakat mengetahui permasalahan pembangunan di wilayahnya dan mencari cara untuk mengatasinya.

SIPBM bertujuan menyediakan data mikro untuk penyusunan perencanaan pembangunan bidang pendidikan
baik di daerah maupun di tingkat desa/kelurahan, melalui pendataan dan pengelolaan data Anak Tidak
Sekolah (ATS) by name by address. Data SIPBM bersumber dari dan dikumpulkan oleh masyarakat serta meliputi
data seminimalnya sebagai berikut:

▪ Partisipasi sekolah penduduk

▪ Anak Tidak Sekolah dengan tiga kelompok utama


□ Anak yang belum pernah bersekolah
□ Anak yang lulus satu jenjang pendidikan tetapi tidak lanjut ke jenjang berikutnya sampai
selesai pendidikan 12 tahun
□ Anak yang putus sekolah sebelum menyelesaikan jenjang pendidikannya

▪ Alasan anak tidak sekolah

▪ Keberaksaraan

▪ Jarak, waktu tempuh, dan alat transportasi ke fasilitas pendidikan terdekat

▪ Penyandang disabilitas dan jenis disabilitas


Tim SIPBM perlu dibentuk dan dilatih, serta bertugas merekrut dan melatih pendata/pencacah yang
melakukan pendataan setiap keluarga di desa/kelurahan. Data SIPBM divalidasi dan kemudian dimanfaatkan
Pemerintah Desa dan Kabupaten/Kota dalam rangka penyusunan Renja SKPD dan RKP Desa. Pembaharuan
data SIPBM dapat dilakukan setiap tahun oleh desa yang dikawal oleh tim SIPBM Desa. Pendanaan SIPBM
berasal dari Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Dana Operasional Kelurahan, dan/atau sumber dana lainnya yang
sah dan tidak mengikat. Kegiatan SIPBM yang memerlukan dana meliputi pelatihan tim SIPBM kabupaten,
kecamatan, dan desa, pengumpulan data, operator penginputan data, kegiatan reviu, editing, dan pengolahan
data SIPBM, serta pembaharuan data. Tabel berikut mengilustrasikan data mikro yang dapat dihasilkan
pengembangan SIPBM.

22 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Tabel 1. Contoh Format Tabel Data ATS SIPBM

Keterangan Kode Isian:


PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 23

Keterangan Kode Isian:


PENDIDIKAN TERTINGGI : PENYANDANG CACAT :
HUBUNGAN DENGAN KEPALA KELUARGA : 1. Belum/Tdk pernah sekolah/tdk tamat SD 1. Tuna Rungu/Tuli *3
1. Kepala Keluarga 2. SD/MI 2. Tuna Netra/Buta
2. Isteri 3. Paket A 3. Tuna Wicara/Bisu
3. Anak Kandung *1 4. SLTP/MTs *2 4. Tuna Daksa/Cacat Fisik
4. Cucu 5. Paket B 5. Cacat Mental (Kelainan Jiwa)
5. Anak Tiri 6. SLTA/MA 6. Tuna Grahita/Idiot
6. Anak Angkat 7. Paket C 7. Authis
7. Anak Panti 8. Diploma 8. Tidak Cacat
8. Family (Ada hubungan kekerabatan) 9. Sarjana
9. Lainnya (Tidak Ada Hubungan) 10. Magister 11. Doktoral
24 |
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Contoh Format Tabel Data ATS SIPBM (Lanjutan)

PENYEBAB KECACATAN :
*9
1. Penyakit kronis
2. Bawaan sejak lahir
*4 3. Kecelakaan
4. Keturunan
5. Depresi atau stres
6. Lainnya: ……………………

PENYEBAB KECACATAN :
1. Penyakit kronis
2. Bawaan sejak lahir
*5 3. Kecelakaan
4. Keturunan
5. Depresi atau stres
6. Lainnya: ……………………

STATUS PERNIKAHAN :
1. Belum Nikah
*6 2. Nikah
3. Cerai Hidup
4. Cerai Mati
ALASAN TIDAK PAUD JENJANG:
(Usia 0-6 Tahun) *7 0. Tidak sekolah 1. Dalam Desa 5. Menikah/Mengurus RT
1. Tidak Mau ikut PAUD 1. SD/MI *8 2. Luar Desa dalam Kecamatan 6. Mengalami kekerasan/trauma di
2. Tidak Ada Biaya 2. Paket A 3. Luar Kec. dalam Kab/Kota Sekolah
3. Tidak ada Bangunan / Fasilitas / 3. SLTP/MTs 4. Luar Kab/Kota dalam Prov. 7. Bekerja Tidak Mendapatkan
layanan PAUD 4. Paket B 5. Luar Provinsi Upah
4. Bangunan / Fasilitas / layanan 5. SLTA/MA 8. Bekerja Mendapatkan Upah
PAUD jauh 6. Paket C ALASAN TIDAK SEKOLAH (Usia 7-18 9. Pengaruh Lingkungan
5. Menganggap PAUD Tidak 7. Diploma Tahun) 10. Sekolah Tidak Penting
Penting 8. Sarjana 1. Tidak Mau Sekolah 11. Tidak ada seragam sekolah
6. Tidak Ada Seragam 9. Magister 10. Doktoral 2. Tidak Ada Biaya *10 12. Tidak Punya Akte Kelahiran
7. Lainnya...... 3. Sekolahnya jauh 13. Tidak Pernah Terlayani PAUD
LOKASI SEKOLAH: 4. Pendidikan Cukup 14. Cacat 15. Lainnya:…………..

3
LAMPIRAN 2.
MATRIKS RENCANA AKSI PENANGANAN ATS

Rencana Kebijakan Program Kegiatan Target/Sasaran Tahun Berjalan Rencana (Tahun Berikutnya) Penanggung
dan Aksi Prioritas Jawab
Penanganan ATS Keluaran Alokasi Sumber Keluaran Alokasi Sumber Utama
(Output) Dana Dana (Output) Dana Dana
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
26 |
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN 3.
MATRIKS PROSES ANALISA SITUASI ATS, PEMETAAN SUMBER DAYA, DAN
PILIHAN ARAH KEBIJAKAN DAN AKSI PRIORITAS

Isu ATS / Kelompok ATS Prioritas #1:

Akar Strategi Penanganan Sumber Daya yang Tantangan yang Dihadapi Aksi Prioritas/Kegiatan Instansi Pendanaan Aksi Prioritas
Permasalahan (Arah Kebijakan dan Sudah Ada / Kesenjangan yang yang Diperlukan Terkait yang
Penyebab Aksi) yang Berpotensi (Kebijakan, Program, Membuat Strategi ini Bertanggung Aksi Perlu Jika Ya, Sumber
Penganggaran, dsb.) Belum Terlaksana (Penguatan, Perluasan, Jawab Dana? Dana yang
atau Pengadaan Sumber Berpotensi?
Daya) (Ya/Tdk)

1 2 3 4 5 6 7 8
LAMPIRAN 4.
INSTRUMEN PEMANTAUAN DAN REVIU INTERNAL: DAFTAR PERIKSA
(CHECKLIST) LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN STRANAS ATS DI DAERAH
Daftar Periksa Pemantauan dan Reviu Internal Pelaksanaan Stranas ATS di Daerah

Langkah-Langkah Pelaksanaan Sudah?

Tahap Pengembangan Tim Penanganan ATS Daerah

1. Pembentukan Tim Teknis Penanganan ATS yang meliputi berbagai unsur pemerintah
dan masyarakat (termasuk Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota, SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota, tenaga dan komunitas kependidikan dan wakil masyarakat)

2. Penunjukan resmi dengan Surat Keputusan kepala daerah

3. Menentukan rencana kerja dan struktur kepemimpinan Tim Penanganan ATS

4. Rapat koordinasi rutin pembahasan peraturan perundangan daerah yang sudah ada
atau diperlukan yang menjadi payung hukum seluruh upaya penanganan ATS

5. Sosialisasi pencanangan dan advokasi upaya penanganan ATS di Daerah

Tahap Pelaksanaan Strategi Pendataan

1. Meninjau data makro dan mikro ATS, dan sumber data yang sudah ada

2. Reviu kualitas dan kecukupan data mikro ATS

3. Jika data terkait ATS di tingkat desa/kelurahan belum memadai, mengembangkan dan
menerapkan sistem pendataan ATS berbasis masyarakat

4. Jika data terkait ATS di tingkat desa/kelurahan sudah tersedia, memilah data ATS
berdasarkan lokasi keberadaan ATS (per desa/kelurahan), kelompok ATS, dan alasan
utama anak tidak bersekolah

5. Menentukan isu prioritas, kelompok ATS prioritas, dan daerah prioritas yang akan
diintervensi

6. Integrasi data ATS dari pendataan berbasis masyarakat ke dalam sistem informasi
pembangunan dan kesejahteraan sosial pada tingkat daerah dan nasional

Tahap Analisa Situasi ATS, Analisa Kesenjangan, dan


Penetapan Aksi Prioritas

1. Analisa situasi isu/kelompok ATS prioritas yang akan diintervensi dan akar
permasalahan

2. Analisa strategi penanganan yang berpotensi dan sumber daya yang sudah ada
(kebijakan dan program pemerintah pusat dan daerah)

3. Analisa kesenjangan dan menetapkan aksi prioritas dan arah kebijakan

4. Melakukan konsultasi internal and publik terkait hasil analisa dan rancanagan aksi
prioritas penanganan ATS

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 27
Langkah-Langkah Pelaksanaan Sudah?

Tahap Pengembangan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanganan ATS

1. Pembahasan mekanisme, tahapan, dan jadwal penyusunan RAD

2. Penyusunan RAD: Menetapkan program dan kegiatan, analisa pembiayaan dan sumber
dana, sasaran/target, tahapan pencapaian, dan pemetaan keterlibatan dan tanggung
jawab

3. Konsultasi publik draft RAD ATS

4. Penyempurnaan dan finalisasi RAD ATS

5. Pengesahan RAD ATS oleh Kepala Daerah & ratifikasi dalam peraturan daerah/kepala
daerah

Tahap Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanganan ATS

1. Penyelarasan RAD ATS dengan dokumen perencanaan dan penganggaran


pembangunan daerah

2. Pelaksanaan program dan kegiatan dan mengawal kegiatan yang sudah direncanakan
dan dianggarkan

3. Implementasi RAD ATS di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan dan melakukan


pendampingan serta pengembangan kapasitas pemerintah kecamatan dan desa/
kelurahan

4. Melakukan pemantauan dan reviu sederhana pelaksanaan sejumlah aksi prioritas yang
sudah ditetapkan

Komponen Berkelanjutan: Pengembangan Kapasitas

1. Memetakan kebutuhan peningkatan kapasitas setiap tim yang terlibat di setiap tahap
pelaksanaan Stranas ATS

2. Mengkoordinasi dan memfasilitasi kegiatan pengembangan kapasitas

3. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pengembangan kapasitas

Komponen Berkelanjutan: Pelibatan Masyarakat

1. Perwakilan masyarakat termasuk Dewan Pendidikan, LSM/yayasan/komunitas


penggerak dan advokasi, tokoh agama, pihak DUDI, dsb. Menjadi bagian tim teknis
penanganan daerah

2. Pelaksanaan konsultasi publik/terbuka untuk beberapa tahap pelaksanaan, termasuk


terkait hasil analisa situasi ATS, rancangan awal arah kebijakan dan aksi prioritas, dan
RAD ATS

3. Menjalin kerjasama dan kolaborasi erat dengan pers, media dan komunitas jurnalis

28 | BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


KREDIT FOTO
Design and layout oleh:
Abdillah Kusumajati Foto Sampul, hal. i-ii, hal. iii, hal. 3, hal. 5, hal. 6, hal. 20;
Abdillahkj@gmail.com fotografi oleh UNICEF

Copyright 2018
BAPPENAS.GO.ID

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK TIDAK SEKOLAH DI INDONESIA | 29
BAPPENAS
JL. TAMAN SUROPATI NO.2, RT.6/RW.4, MENTENG, KOTA
JAKARTA PUSAT, DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
10310

WWW.BAPPENAS.GO.ID

Anda mungkin juga menyukai