Anda di halaman 1dari 31

KABUPATEN JEMBER

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020


PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

BAB VI
DATA ANALISA

7.1 Analisis Sumber Daya Manusia


7.1.1 Analisis Partisipasi
Analisis Partisipasi merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat untuk
mengetahui dan menganalisis bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pengembangan Kawasan Minapolitan yang ada di Kabupaten Jember. Partisipasi
masyarakatnya dalam pengadaan saran atau ide dalam penentuan kebijakan dan
pengambilan keputusan adalah adanya kelompok nelayan yang mengumpulkan aspirasi
para nelayan untuk kemudian disalurkan ke pemerintah.

7.2 Analisis Kelembagaan


Analisis kelembagaan dilakukan untuk menganalisis kondisi kelembagaan yang
mendukung dalam pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember. Setiap
kelembagaan yang berada di Kabupaten Jember memiliki perannya masing-masing.
Berikut merupakan tabel analisis kelembagaan yang mendukung pengembangan Kawasan
Minapolitan yang ada di Kabupaten Jember :
Tabel 7. 1 Analisis Kelembagaan yang ada di Kabupaten Jember
No
Lembaga Peran Potensi Masalah
.
1. Dinas Perikanan dan  Menyebarkan ilmu dan teknologi Telah Belum adanya
Peternakan Kabupaten tentang perikanan melaksanaka program untuk
Jember  Melaksanakan pengelolaan usaha n tugas dan pengembangan
perikanan tangkap fungsinya Kawasan
 Pembinaan nelayan Minapolitan
 Pengembangan sarana dan
prasarana teknologi penangkapan
ikan
 Menyusun dan merencanakan
kegiatan dan anggaran perikanan
2. Kelompok Nelayan  Mengembangkan kegiatan Kelompok Adanya
Perikanan perikanan tangkap perikanaan beberapa
 Mengatur anggaran dan kegiatan yang ada di nelayan yang
nelayan Kabupaten tidak membuat
Jember ataupun masuk
bertambah, kedalam
sehingga kelompok
teraturnya perikanan
biaya dikarenakan

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-1
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

No
Lembaga Peran Potensi Masalah
.
adanya
anggaran
pemikiran
dalam
bahwa jika
kegiatan
berkelompok
perikanan
maka akan
pada masing-
adanya
masing
permainan
kelompok
uang
Sumber: Hasil Analisis, 2020

7.3 Analisis Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan Minapolitan


7.3.1 Analisis Struktur Ruang
Struktur ruang Minapolitan Kabupaten Jember terdiri dari pusat, sub pusat dan sub-
sub pusat. Struktur ruang Minapolitan Kabupaten Jember dibagi menjadi dua yaitu struktur
ruang perikanan tangkap dan struktur ruang perikanan budidaya. Pusat perikanan tangkap
terdapat di kecamatan Puger karena kecamatan puger memiliki hasil produksi yang paling
tinggi daripada kecamatan yang lain, serta memiliki tempat pelelangan ikan untuk menjual
hasil tangkapan nelayan. Sub pusat Kawasan Minapolitan terdapat di Kecamatan Ambulu,
dan Kecamatan Gumukas. Sub-sub pusat Kawasan Minapolitan terdapat di Kecamatan
Kencong dan Kecamatan Tempurojo (Masterplan Kawasan Minapolitan Jember, 2015).
Pusat perikaan budidaya sama dengan pusat perikanan tangkap yaitu terletak di
Kecamatan Puger. Sub pusat perikanan budidaya terletak di Kecamatan Semboro,
Kecamatan Umbul Sari, Kecamatan Kencong, Kecamatan Gumukmas, dan Kecamatan
Ambulu. Sub-sub pusat perikanan budidaya terletak pada Kecamatan Wuluhan
(Masterplan Kawasan Minapolitan Jember, 2015).

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-2
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Peta 7. 1 Struktur Ruang Perikanan Tangkap di Kabupaten Jember

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-3
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

7.3.2 Analisis Pola Ruang Kawasan Minapolitan


Analisis pola ruang Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember merupakan distribusi
pemanfaatan ruang pada Kawasan Minapolitan. Analisis pola ruang Kawasan Minapolitan
Kabupaten Jember dilakukan berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil survei yang telah
dilakukan. Pola ruang Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember tebagi atas empat zona
pemanfaatan ruang yaitu zona inti, zona penangkapan, zona pengembangan, dan zona
keterkaitan. Berikut merupakan zona pemanfaatan ruang Kawasan Minapolitan Kabupaten
Jember.
A. Zona Inti
Zona inti adalah pusat kegiatan minapolitan yang merupakan sentra pelayanan dan jasa.
Pada perikanan tangkap zona inti merupakan pelabuhan perikanan dan sentra nelayan untuk
perairan umum daratan. Berdasarkan hasil survei, pelabuhan perikanan dan sentra nelayan
utama di Kabupaten Jember terletak di Kecamatan Puger. Berdasarkan teori dan kondisi
eksisting yang ada maka Kecamatan Puger merupakan zona inti pada Kawasan Minapolitan.
B. Zona Penangkapan
Zona penangkapan adalah sentra penghasil produk perikanan. Pada Kawasan
Minapolitan Kabupaten Jember, sentra penghasil produk perikanan hasil tangkapan terbesar
berada di Kecamatan Puger. Kecamatan Puger menjadi zona penangkapan karena di Kecamatan
Puger terdapat sarana pendukung perikana tangkap berupa pelabuhan perikanan dan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) sehingga dapat meningkatkan dan mendukung produksi perikanan yang
dihasilkan oleh nelayan Kabupaten Jember.
C. Zona Pengembangan dan Pendukung
Zona pengembangan dan pendukung adalah wilayah di luar zona inti yang
diperuntukkan bagi pengembangan usaha berbasis perikanan dan berintegrasi dengan usaha
penangkapan ikan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan RTRW
Kabupaten Jember Tahun 2015 disebutkan bahwa wilayah perikanan tangkap Kabuapten Jember
terletak di Kecamatan Ambulu, Kecamatan Gumukmas, Kecamatan Wuluhan, Kecamatan
Tempurejo, dan Kecamatan Kencong.
D. Zona Keterkaitan
Zona keterkaitan adalah wilayah di luar zona pengembangan dan pendukung yang
memiliki keterkaitan erat dan langsung dalam kelancaran bisnis perikanan, di antaranya adalah
pangsa pasar yang merupakan konsumen dari produk perikanan yang dihasilkan maupun

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-4
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

produsen untuk keperluan pemenuhan kebutuhan operasional usaha perikanan. Kawasan


Minapolitan Kabupaten Jember memiliki keterkaitan dengan wilayah di Kota Surabaya, Kota
Pasuruan, Kota Malang, Kota Probolinggo, dan dikeseluruhan Kabupaten Jember. Pada lokasi
tersebut tedapat pasar yang menjual hasil produksi perikanan tangkap dan dengan adanya pasar-
pasar tersebut diharapkan dapat menjadikan kawasan perikanan Kabupaten Jember dapat lebih
berkembang.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-5
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Peta 7. 2 Peta Pola Ruang Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-6
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

7.4

Analisis Kebutuhan Sarana Prasarana Minapolitan


Analisis kebutuhan sarana prasarana didapat dengan membandingkan ketersediaan pada

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-7
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

kondisi eksisting dengan kebutuhan sarana prasarana minapolitan yang didapat dari hasil survei.
Kebutuhan sarana prasarana dibagi berdasarkan sub sistem bisnis perikanan, sub sistem usaha
budidaya, sub sistem hilir pengolahan hasil dan sub sistem hilir pemasaran.
Kawasan minapolitan Kabupaten Jember memiliki pelabuhan perikanan dan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) yang terletak di Kecamatan Puger. Keberadaan pelabuhan yang dapat
menampung sekitar 890 perahu berukuran 3-10 GT terletak di muara sungai sehingga
menyebabkan beberapa perahu akan sulit untuk masuk kedalam pelabuhan ini. Kesulitan
nelayan ketika memasuki pelabuhan ini yaitu karena adanya endapan tanah pada pintu masuk
menuju pelabuhan serta arus yang tidak stabil. Namun, kondisi tersebut akan ditanggulangi
dengan pengerukan secara rutin di Pelabuhan Puger.

Gambar 7. 1 Pelabuhan Perikanan Puger


Sumber: Hasil Survei 2020
Sedangkan TPI Puger memiliki kondisi yang baik secara fisik, karena TPI ini berada
dalam kawasan pelabuhan perikanan puger. Hal ini juga menyebabkan ikan yang dipasarkan
sangat segar dan dijual tanpa adanya pengolahan. Pedagang yang berjualan di TPI puger lebih
banyak berasal dari keluarga nelayan atau istri yang juga membantu menjual hasil tangkapan
suaminya.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-8
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Gambar 7. 2 TPI Puger


Sumber: Hasil Survei 2020
Selain itu kawasan minapolitan Kabupaten Jember juga memiliki 5 Cold Storage yang
berada di Kecamatan Puger. Namun, terdapat satu cold storage milik pemerintah yang belum
berjalan dikarenakan belum adanya pengelolaan. Kelompok nelayan sudah sepakat untuk
mengelola cold storage tersebut, tetapi dari pemerintah belum menyetujui hal tersebut dan
berencana dikelola oleh perusahaan. Hingga kini cold storage tersebut terbengkalai dan tidak
terpakai.

Gambar 7. 3 Cold Storage Puger


Sumber: Hasil Survei 2020
Tabel 7. 2 Analisis Kebutuhan Sarana Prasarana Perikanan Tangkap
No. Sub Sistem Kebutuhan Ketersediaan
Kecamatan Puger Sudah Memproduksi Kapal
Perahu
Sendiri
1 Subsistem Minabisnis
Pelabuhan
Terdapat 1 pada Kecamatan Puger
Perikanan
2 Subsistem Usaha Dermaga Dermaga terdapat di Pelabuhan Puger
3 Subsistem Hilir- Gudang Pengasapan Terdapat 7 Gudang

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-9
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

No. Sub Sistem Kebutuhan Ketersediaan


Penglolahan
TPI Pelabukan Perikanan Puger sudah memiliki TPI 
4 Subsistem Hilir-Pemasaran
Cold Storage Terdapat 5, namun 1 belum berfungsi
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Tabel 7. 2 menjelaskan sarana prasarana perikanan tangkap pada sub sistem bisnis
perikanan, sub sistem usaha dan sub sistem hilir pemasaran sudah terpenuhi di Kabupaten
Jember. Sarana prasarana perikanan tangkap yang dibutuhkan untuk menunjang pengembangan
kawasan minapolitan terdapat pada sub sistem hilir pengolahan hasil perikanan tangkap berupa
penyimpanan atau cold storage untuk menjaga kualitas ikan laut saat dipasarkan serta sarana
industri kecil untuk mengolah hasil ikan laut sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari
produk ikan laut. Sub sistem pemasaran perlu dikembangkan mengingat terdapat masalah pada
Cold Storage yang belum berfungsi. Serta Pelabuhan Perikanan Puger yang sering mengalami
permasalahan sedimentasi perlu diselesaikan.

7.5 Analisis Subsistem Minabisnis


Analisis subsistem minabisnis Kawasan Puger, Kabupaten Jember terdirisi atas analisis
minahulu (input), subsistem usaha produksi perikanan, susbsistem hilir pengolahan, subsistem
hilir pemasaran dan analisis subsistem penunjang. Berikut adalah penjelasan rinci dari analisis
subsistem perikanan tangkap.
7.5.1 Analisis Mina Bisnis Hulu
Subsistem hulu perikanan tangkap membahas terkait dengan pemodalan yang dibutuhkan
dalam melakukan proses penangkapan ikan. Adapun hal-hal yang perlu disiapkan sebelum
melakukan penangkapan ikan, yaitu bensin untuk perahu, es balok dan gill net sebagai alat
tangkap yang digunakan oleh para nelayan di Kabupaten Jember. Berikut adalah rincian
pembiayaan atas perikanan tangkap.
Tabel 7. 3 Pembiayaan Modal Usaha Nelayan Perahu GT 5
Kebutuhan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total (Rp)
Bensin (Solar) 30 liter 5.000 150.000
Es Balok 2 12.000 24.000
Gill Net 1 pack (147 meter) 1.200.000 1.200.000
Upah Nelayan 2 30.000/kerja 60.000
Perahu GT 5 1 25.000.000 25.000.000
Sumber : Hasil Survei, 2020

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-10
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Tabel 7. 4 Pembiayaan Modal Usaha Nelayan Perahu GT 10 s/d > 10 GT


Kebutuhan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total (Rp)
Bensin (Solar) >200 liter 5.000 1.000.000
Es Balok 15 12.000 180.000
Gill Net 1 pack (147 meter) 1.200.000 1.200.000
Upah Nelayan 20 30.000/kerja 600.000
Perahu GT 10 s/d >10 1 700.000.000 700.000.000
GT
Sumber : Hasil Survei, 2020
Dalam memulai kegiatan perikanan tangkap, diperlukan adanya komponen-komponen
seperti pada tabel di atas. Bensin yang digunakan oleh para nelayan adalah solar untuk
menyalakan mesin perahu, para nelayan memperoleh bensin dari SPBU atau toko-toko bensin
eceran terdekat. Es balok dibutuhkan untuk menjaga kualitas ikan hasil tangkapan yang
diperoleh para nelayan, harga diatas merupakan harga minimal diperoleh dari toko-toko yang
menyediakan keperluan es balok di sekitar kawasan penangkapan. Berikutnya, dibutuhkan
gillnet sebagai alat tangkap ikan yang digunakan oleh para nelayan di Kabupaten Jember.
Perahu yang digunakan oleh para nelayan pada perahu dengan ukuran 1-5 GT berisikan 2 (dua)
ABK atau Anak Buah Kapal, sedangkan perahu 5-10 GT atau >10 GT membutuhkan setidaknya
20-25 Anak Buah Kapal. ABK merupakan buruh nelayan yang berasal dari wilayah Puger
maupun wilayah-wilayah disekitar kawasan Puger. Untuk perahu sendiri, di Puger perahu
nelayan dapat memproduksinya dan terdapat bengkel-bengkel pembuatan kapal.
Modal uang yang dibutuhkan oleh para nelayan untuk memulai kegiatan perikanan
tangkap, dapat diperoleh melalui uang pribadi maupun bantuan pemerintah. Namun, bantuan
pemerintah memiliki prasyarat dalam mencairkan subsidi tersebut, yakni adanya pembentukan
kelompok perikanan dengan jumlah anggota minimal yaitu 10 orang, namun banyak ditemukan
Kelompok Nelayan berisikan kurang dari 10 anggota. Berdasarkan data dari Lembaga
Pengelolaan Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) Kabupaten Jember, pada Tahun
2019 sudah terdapat pencairan dana yakni KUB Sinar Abadi, Desa Puger Wetan sebesar Rp.
120.000.000 yang berisikan anggota 8 orang dan KUB Armada Laut, Desa Puger Kulon sebesar
Rp. 125.000.000 yang berisikan 7 orang anggota. KUB memfasilitasi para nelayan untuk
memperoleh bantuan permodalan guna melakukan kegiatan melaut.
Tabel 7. 5 Potensi dan Masalah
Masalah Potensi
Jika ingin mencari pekerjaan sebagai nelayan, Individu bisa bergabung dengan kelompok-kelompok
membutuhkan modal yang tidak sedikit. Jika tidak bisa nelayan untuk memperoleh pinjaman modal dari
membeli kapal maka akan bekerja sebagai buruh pemerintah kabupaten.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-11
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Masalah Potensi
nelayan (ABK) untuk para juragan nelayan yang
mempunyai perahu sendiri.
Sumber: Hasil Analisis, 2020
7.5.2 Analisis Subsistem Usaha Produksi Perikanan
Subsistem usaha produksi perikanan tangkap membahas terkait dengan rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh para nelayan di Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil wawancara
(2020), para nelayan memiliki jadwal penangkapan ikan yang tetap yakni 2 kali sehari pada
pukul 05.00-12.00 siang dan pada pukul 18.00-03.00 dini hari. Hal ini dikarenakan pada waktu-
waktu tersebut biasanya ikan aktif bergerak, dan suhu yang tinggi juga ikut mendukung
dinamisnya gerak ikan. Alat yang digunakan para nelayan untuk menangkap ikan adalah gillnet,
karena gillnet merupakan alat tangkap ikan yang diizinkan oleh pemerintah, selain itu nelayan
juga menggunakan alat pancing yakni Pancing rawi yang berisi 60 kail untuk menangkap ikan
tongkol dan ikan kembung.
Dalam sekali melakukan kegiatan penangkapan, perahu kecil membutuhkan 2-3 orang
dalam satu perahu, untuk mengarahkan perahu, menangkap ikan. Namun untuk perahu besar,
membutuhkan 20-25 orang anak buah kapal (ABK) dalam mengoperasikan perahu dan
menangkap ikan. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan, yakni
kondisi cuaca, gelombang, dan suhu. Untuk perahu-perahu nelayan kecil, mereka melakukan
kegiatan melaut pulang-pergi dalam satu hari namun untuk perahu-perahu besar, nelayan di
perahu besar dapat melaut hingga 1 (satu) minggu lamanya, terutama untuk mengikuti musiman
ikan, nelayan dapat melaut hingga Pacitan dan Bali pada saat musim Ikan Layur.
Berikut merupakan tabel usaha produksi perikanan tangkap di Kawasan Puger,
Kabupaten Jember :
Tabel 7. 6 Usaha Produksi Perikanan Tangkap di Kawasan Puger, Kabupaten Jember
Harga Beli/ Kg Harga Jual/Kg
Jenis Ikan Pemasaran
(Dari Nelayan) (Ke Pabrik)
Ikan Rp. 32.000 Rp. 35.000  Online : Kecamatan Balung dan Kecamatan
Tompek Rambi
Gurita Rp. 30.000 Rp. 33.000  Lokal : Probolinggo, Jember, Surabaya, dan
Cumi-cumi Rp. 15.000 - Rp. 15.000 - Pasuruan
35.000 40.000  Nasional : Bali
Ikan Layur Rp. 40.000 – Rp. 40.000 -  Internasional : Korea dan Cina (transit melalui
70.000 80.000 bali)
Ikan Kakap Rp. 45.000 Rp. 50.000
Sumber : Hasil Survei, 2020
Subsistem usaha produksi perikanan tangkap membahas terkait dengan rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh para nelayan di Kabupaten Jember. Setelah melakukan kegiatan

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-12
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

melaut, maka nelayan akan menjual hasil tangkapan. Para nelayan ini terbagi pada beberapa
rangkaian kegiatan yang berbeda. Ada nelayan yang langsung menjual hasil tangkapan di TPI,
namun ada pula yang menjualnya ke pabrik-pabrik dan memasarkan seperti yang telah tertera
pada tabel diatas. Sistem pengiriman penjualan yang dilakukan nelayan yakni, pengepul akan
membeli ikan yang masih segar dari nelayan, ikan-ikan itu dikumpulkan hingga total berat ikan
minimal mencapai 500 ton, ikan dalam kondisi segar (menggunakan es) dan pengepul ini akan
melakukan pengiriman dengan pada pukul 10.00 menggunakan containaer, dan selanjutnya akan
diterima oleh pabrik maksimal pukul 15.00. Hal ini berlangsung tiap hari.
Tabel 7. 7 Potensi dan Masalah
Masalah Potensi
Pendapat nelayan selalu berubah karena bergantung Pabrik akan selalu menerima hasil tangkapan
pada jenis musim ikan, serta pada kualitas ikan. Untuk walaupun kapasitas sudah penuh karena sudah ada
kapal-kapal yang penyimpanan (es baloknya sedikit) kontrak antara pedagang dengan pihak pabrik
seperti pada kapal berukuran 1-5GT, kuantitas ikan
yang didapatkan akan lebih sedikit dan kualitasnya
akan lebih berkurang karena kurangnya balok es agar
ikan tetap segar.
Sumber: Hasil Analisis, 2020
7.5.3 Analisis Subsistem Hilir-Pengolahan
Subsistem hilir Pengolahan perikanan tangkap akan membahas terkait dengan produk
yang dihasilkan dari proses pengolahan terhadap komoditas. Komoditas yang paling banyak
diperoleh dari kegiatan perikanan tangkap adalah ikan tongkol, ikan benggol dan ikan salem.
Berdasarkan Hasil Wawancara dengan pedagang pindang, jenis produk olahan dari komoditas
ikan tongkol, ikan benggol dan ikan salem adalah ikan pindang.

Gambar 7. 4 Tempat Pengolahan Ikan Pindang


Sumber: Hasil Survei Primer, 2020

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-13
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Gambar 7. 5 Bahan Bakar Pengolahan Ikan Pindang


Sumber: Hasil Survei Primer, 2020
Gambar di atas merupakan bentuk proses pemindangan ikan yang dilakukan oleh
masyarakat dalam pengolahan ikan tangkap. Bahan baku dari pemindangan ini yaitu ikan yang
didapat masyarakat dari nelayan yaitu di TPI yang terdapat di Kecamatan Puger, besek di dapat
masyarakat dari Bondowoso, kayu bakar didapat dari perhutani dan pedagang kayu. Biaya
pindang Rp10.000/ikat (besek, tali, kayu, dll). Dalam satu hari dapat menghasilkan ikan pindang
sebanyak 2-5 ton/proses atau sejumlah 80 besek. Proses memasak ikan pindang untuk dua ton
dibutuhkan lima kali proses memasak. Proses memasak pindah berlangsung selama lima jam
yaitu dari pukul (08.00-13.00). Adapun pembiayaan dari proses pemindangan ikan yaitu sebagai
berikut:
Tabel 7. 8 Pembiayaan Proses Pemindangan Ikan
Kebutuhan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total (Rp)
Besek 80 buah 16.500 1.320.000
Kayu Bakar 30 ikat 5.000 150.000
Tali 1 pak 10.000 10.000
Jumlah 1.480.000
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui bahwa modal yang dibutuhkan untuk
mengolah komoditas ikan tongkol, benggol dan salem menjadi pindang adalah Rp1.480.000,-
yang akan menghasilkan 80 renteng (10-20 besek/perenteng). Sedangkan, harga pasaran
terhadap pindang ikan berkisar Rp13.000,-. Adapun diagram yang menggambarkan atas
subsistem hilir pengolahan perikanan tangkap adalah sebagai berikut:

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-14
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Gambar 7. 6 Diagram Alur Subsistem Hilir Pengolahan Perikanan Tangkap


Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan Penjelasan atas rincian pembiayaan pengolahan pindang ikan dan diagram
alur subsistem hilir pengolahan perikanan tangkap, diketahui bahwa pindang ikan dapat dinilai
cukup menguntukan dan mudah dilakukan oleh masyarakat. Namun yang mengelola usaha
pindang ikan baru terdapat 7 pengolah saja padahal dilihat dari bahan bakunya masyarakat
masih mampu membeli bahan-bahan tersebut.
Tabel 7. 9 Potensi dan Masalah Subsistem Hilir Pengolahan Perikanan Tangkap
Variabel Potensi Masalah
Produk Olahan Ikan Prosesnya mudah, sehingga - Kualitas ikan tergantung
memungkinkan untuk dipelajari musim
masyarakat secara umum - Apabila produksi ikan
menurun maka modal bisa
menjadi besar karena harga
ikan meningkat
Sumber: Hasil Analisis, 2020
7.5.4 Analisis Subsistem Hilir-Pemasaran
Subsistem pemasaran perikanan tangkap akan membahas terkait dengan alur pemasaran
yang dilakukan pada komoditas perikanan tangkap, yaitu ikan tongkol. Alur dimulai dari para
nelayan yang menjual hasil perikanan langsung dari perahu dengan pembeli yaitu
penyalur/pengepul, terkadang juga terdapat masyarakat yang langsung membeli ke para nelayan.
Jika para pembeli memperoleh ikan langsung dari nelayan, maka harga yang akan diperoleh
masih berkisar Rp12.000/kg. Penyalur/pengepul melanjutkan alur dengan menjual ke pihak
perusahaan/restaurant dengan menaikkan harga ikan perkilo menjadi Rp15.000,-/kg, begitu
halnya dengan penjualan ke pasar lokal. Kemudian, pasar lokal akan menjual ke masyarakat
dengan harga pasaran yakni Rp18.000/kg.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-15
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Gambar 7. 7 Diagram Alur Subsistem Hilir Pemasaran Perikanan Tangkap


Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan diagram di atas, diketahui terdapat perbedaan antara pendapatan yang
diperoleh saat menjual ikan segar dan ikan olahan, masyarakat yang mengolah kembali
komoditas perikanan tersebut akan memperoleh nilai tambah, pemasaran pindang ikan juga
sudah sampai ke luar daerah seperti Bondowoso, Surabaya dan Malang. Kegiatan pengolahan
perikanan menjadi pindang ini dapat berpotensi untuk meningkatkan produktivitas sehingga
dapat melakukan ekspor ke luar Provinsi di Jawa Timur bahkan bisa sampai ke luar negri.
Tabel 7. 10 Potensi dan Masalah Subsitem Pemasaran Perikanan Tangkap
Variabel Potensi Masalah
Pemasaran Adanya Pemindanga ikan tongkol, Harga ikan ditentukan oleh
benggol dan salem sebagai pengambek kadang harga yang
komoditas olahan hasil perikanan ditentukan terlalu rendah sehingga
tangkap. membuat para nelayan menjadi rugi
Sumber: Hasil Analisis, 2020
7.5.5 Analisis Subsistem Penunjang
Analisis subsistem penunjang digunakan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah
komponen yang terlibat dalam penyediaan jasa bagi subsistem lain pada kegiatan minapolitan di
Kabupaten Jember. Variabel yang akan dikaji dalam analisis subsistem penunjang minapolitan
Kabupaten Jember meliputi penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, koperasi
dan perkreditan nelayan, asuransi nelayan, serta sistem informasi. Analisis subsistem penunjang
di Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember dijelaskan pada sebagai berikut.
A. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan yang ada di Kabupaten Jember umumnya dilakukan oleh
institusi pendidikan seperti universitas. Adapun bentuk penelitian dan pengembangan tersebut
berupa penyusunan dokumen perencanaan seperti Masterplan Pengembangan Kawasan
Minapolitan Kabupaten Jember pada tahun 2015 oleh akademisi Universitas Brawijiaya bekerja

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-16
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Jember. Namun, penelitian dan
pengembangan yang dilakukan hanya sebatas kajian dan tidak ada tindak lanjut ataupun rencana
aksi yang terealisasi dari perencanaan tersebut. Hal ini disebabkan pengembangan kawasan
minapolitan di Kabupaten Jember belum menjadi prioritas pembangunan kepala daerah saat ini
(Survei Primer, 2020).
B. Pendidikan dan Pelatihan
Bentuk pendidikan yang ada di Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember berupa
berdirinya SMK Perikanan dan Kelautan yang berada di Kecamatan Puger. Adapun kompetensi
keahlian dari siswa SMK Perikanan dan Kelautan Puger meliputi nautika kapal penangkap ikan,
agribisnis pengolahan hasil perikanan, teknika kapal penangkap ikan agribisnis perikanan air
payau dan laut, serta desain dan rancang bangun kapal. Salah satu potensi adanya lembaga
pendidikan ini yaitu serapan lulusan sangat tinggi lebih dari 95 % di DU-DI dalam/luar negeri
dan 5% melanjutkan pendidikan. Adanya lembaga pendidikan tersebut diharapkan dapat
membawa pengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM di Kawasan Minapolitan Kabupaten
Jember.
Adapun bentuk pelatihan yang ada di Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember berupa
sosialisasi dan penyaluran dana terkait asuransi nelayan yang disampaikan oleh KKP dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Jember. Selain itu terdapat pelatihan penggunaan fish finder atau
GPS yang digunakan untuk membantu nelayan dalam melaut. Pelatihan tersebut diberikan oleh
KKP dan ditambah dengan penyaluran bantuan alat sejumlah tiga unit (diberikan kepada
Kecamatan Puger, Kecamatan Ambulu, dan Kecamatan Gumukmas) oleh salah satu calon DPR
RI. Pelatihan dan bantuan perikanan yang ada dirasakan masih kurang merata karena adanya
sistem bergilir dalam keikutsertaan kegiatan penyuluhan sehingga sangat berpengaruh terhadap
produktivitas perikanan yang dihasilkan (Masterplan Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Jember, 2015). Oleh karena itu, perlu penyuluhan perikanan secara lebih luas dan
merata. Penyuluhan dan pelatihan kepada pelaku usaha perikanan misalnya dapat berupa melatih
teknis, kewirausahaan dalam bidang produksi, manajemen keuangan, manajemen pemasaran,
manajemen SDM, desain, processing dan labeling bagi pengusaha-pengusaha kecil.
C. Koperasi dan Perkreditan Nelayan
Terdapat tiga koperasi perikanan yang ada di Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember.
Ketiga koperasi tersebut meliputi koperasi perikanan yang berada di Kecamatan Puger,
Kecamatan Ambulu, dan Kecamatan Gumukmas. Namun, sistem dan kinerja dari koperasi

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-17
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

dirasa belum maksimal menyebabkan para nelayan sulit untuk melakukan pinjaman modal
usaha. Hal ini disebabkan koperasi dibentuk hanya sebagai badan untuk menyalurkan bantuan
berupa alat tangkap dan kapal dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP). Masing-masing koperasi mendapatkan bantuan satu unit alat tangkap jaring
handline dan kapal ukuran 3-5 GT.
Oleh karena itu kendala tersebut diatasi dengan pinjaman bantuan modal produksi
melalui program Bank Mikro Nelayan (BMN) yang disalurkan oleh Lembaga Pengembangan
Manajemen Keuangan dan Pemerintahan (LPMKP) melalui mitra (bank konvensional). LPMKP
merupakan lembaga keuangan yang berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) dengan sumber pendanaan utama yakni APBN. LPMKP berbentuk Badan Layanan
Umum (BLU) yang berfungsi memberikan peluang kepada nelayan untuk melakukan pinjaman
sebagai modal melaut.
Sistem peminjaman modal pada LPMKP menyerupai pinjaman pada bank konvensional
yakni dengan sistem jaminan, umumnya berupa sertifikat kepemilikan tanah. Pengajuan dapat
dilakukan secara individu maupun kelompok, tetapi porsi pinjaman akan lebih besar peluangnya
untuk kelompok nelayan dibanding dengan individu. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa
gotong royong antar nelayan dengan sistem Tanggung Renteng. Tanggung Renteng dimaknai
dengan sistem bahu-membahu dalam hal pemenuhan modal melaut antar anggota kelompok
nelayan sehingga setiap anggota dapat saling memenuhi kebutuhan produksinya.
Ada dua jenis pinjaman yang diberikan oleh LPMKP meliputi bantuan modal untuk
investasi dan modal untuk produksi (melaut). Periode pinjaman yang diberikan yakni 5 tahun
untuk modal investasi serta 10 tahun untuk modal produksi. Sistem angsuran yang ditetapkan
oleh LPMKP juga dirasa lebih mudah dibandingkan dengan bank konvensional yakni
menyesuaikan dengan musim panen dari nelayan. Hingga tahun 2019 terdapat dua kelompok
nelayan yang berhasil melakukan pencairan dana bantuan modal yakni KUB Sinar Abadi Desa
Puger Wetan senilai Rp 120.000.000 (8 anggota) dan KUB Armada Laut Desa Puger Kulon
senilai Rp 125.000.000 (7 anggota).
D. Asuransi Nelayan
Asuransi nelayan (ASNEL) adalah program penunjang kegiatan minapolitan di
Kabupaten Jember yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan nelayan. ASNEL merupakan
bentuk implementasi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam melalui

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-18
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program tersebut ditujukan sebagai apresiasi kepada
nelayan atas upaya peningkatan stabilitas ekonomi di sektor kelautan dan perikanan. Selain itu
ASNEL juga diterapkan sebagai upaya menjamin perlindungan nelayan untuk menghindari
risiko kecelakaan kerja selama melaut. Nilai manfaat per orang dari ASNEL diberikan dalam
bentuk santunan untuk kecelakaan akibat aktivitas penangkapan ikan dan/atau aktivitas lain
apabila menyebabkan kematian, apabila menyebabkan cacat tetap, dan untuk biaya pengobatan.
Penyaluran bantuan ASNEL di Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember dilakukan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2016-2018. Program tersebut kemudian
dilanjutkan oleh Pemerintah Kabupaten Jember pada tahun 2019-sekarang. Tercatat hingga
tahun 2019 jumlah nelayan yang terdaftar sebagai penerima ASNEL di Kabupaten Jember ialah
sebesar 6.513 orang dengan jumlah yang telah disalurkan sebanyak 873 orang nelayan. Jumlah
tersebut dirasa masih belum maksimal dengan persentase senilai 52% dari total keseluruhan
nelayan sebanyak 12.493 orang. Hal ini disebabkan karena kekhawatiran nelayan apabila
mendaftar sebagai peserta ASNEL akan semakin besar peluang untuk dicelakai oleh oknum
yang tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi lebih lanjut terkait
manfaat yang diterima nelayan yang ikut serta dalam program ASNEL.
E. Sistem Informasi Perikanan
Informasi perikanan tangkap yang ada di Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember hanya
berupa informasi-informasi tentang teknis perikanan secara umum seperti hasil produksi dan
nilai produksi perikanan, jenis alat tangkap, serta armada yang digunakan oleh nelayan. Hal ini
karena kurang maksimalnya fungsinya organisasi/kelompok-kelompok perikanan yang berperan
untuk koordinasi penjualan hasil perikanan dan informasi teknologi perikanan. Umumnya
kelengkapan informasi hanya tersedia di Kecamatan Puger yang dilengkapi sarana prasarana
cukup memadai, sedangkan tidak demikian untuk kecamatan yang lain. Oleh karena itu perlu
adanya upaya sosialisasi kepada organisasi kelompok-kelompok perikanan di Kawasan
Minapolitan Kabupaten Jember.
Tabel 7. 11 Matriks Analisis Subsistem Penunjang Minapolitan Kabupaten Jember
No. Variabel Potensi Masalah
1 Penelitian dan Sudah dilakukan kajian berupa Belum ada tindak lanjut ataupun
Pengembangan Masterplan Pengembangan Kawasan rencana aksi yang terealisasi dari
Minapolitan Kabupaten Jember pada perencanaan tersebut.
tahun 2015 oleh akademisi Universitas
Brawijiaya bekerja sama dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Kabupaten
Jember.
2 Pendidikan dan  Terdapat lembaga pendidikan berupa Pelatihan dan bantuan perikanan
Pelatihan yang ada dirasakan masih kurang

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-19
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

No. Variabel Potensi Masalah


SMK Perikanan dan Kelautan Puger merata.
 Sudah dilakukan sosialisasi dan
pelatihan terkait asuransi nelayan dan
fish finder.
3 Koperasi dan  Terdapat tiga koperasi yang berada di  Sistem dan kinerja dari koperasi
Perkreditan Nelayan Kecamatan Puger, Kecamatan dirasa belum maksimal karena
Ambulu, dan Kecamatan Gumukmas hanya berperan sebagai lembaga
 Terdapat perbankan nelayan yang untuk menyalurkan bantuan dari
membantu dalam pemodalan melaut pusat
berupa LPMKP  Adanya anggota kelompok
nelayan yang tidak bertanggung
jawab dalam membayar angsuran
sehingga tidak banyak kelompok
nelayan yang mau melakukan
pinjaman
4 Asuransi Nelayan Terdapat program bantuan asuransi Persentase nelayan yang mendaftar
nelayan baik dari Pemerintah Pusat ASNEL belum maksimal yakni
maupun Pemerintah Daerah Kabupaten senilai 52% dari total keseluruhan
Jember sebagai upaya menjamin nelayan sebanyak 12.493 orang. Hal
perlindungan untuk menghindari risiko ini disebabkan karena kekhawatiran
kecelakaan kerja selama melaut. nelayan apabila mendaftar sebagai
peserta ASNEL akan semakin besar
peluang untuk dicelakai oleh oknum
yang tidak bertanggungjawab.
5 Sistem Informasi Terdapat informasi-informasi tentang Kurang maksimalnya fungsinya
Perikanan teknis perikanan secara umum organisasi/kelompok-kelompok
perikanan yang berperan untuk
koordinasi penjualan hasil perikanan
dan informasi teknologi perikanan
Sumber: Hasil Analisa, 2020

7.6 Analisis Linkage System


Pada subbab ini, akan dibahas terkait dengan analisis keterkaitan pada komoditas ikan
tangkap, dengan membagi menjadi 2 (dua) jenis keterkaitan yaitu forward dan backward
linkage. Berikut adalah penjabaran atas kedua komponen analisis keterkaitan tersebut.
A. Analisis Backward Linkage
Potensi perikanan tangkap di Kabupaten Jember berada di Kecamatan Puger, Kecamatan
Ambulu, dan Kecamatan Gumukmas. Berdasarkan hasil wawancara jenis komoditas yang lebih
difokuskan untuk ditangkap adalah ikan tongkol dengan alasan yaitu tingkat produktivitas dan
demand dari masyarakat sama-sama tinggi. Sumber daya manusia yang ada di sektor perikanan
tangkap Kabupaten Jember tergabung dalam 78 kelompok nelayan yang berlokasi di Kecamatan
Gumukmas, Kecamatan Puger, dan Kecamatan Ambulu. Dalam pelaksanaan kegiatan
penangkapan ikan, modal yang diperlukan adalah sarana seperti kapal dan alat tangkap. Sarana
tersebut masih dipenuhi secara mandiri dan melalui pengambek dari segi modal dan upaya
pengadaan barang. Peralatan tersebut didapatkan di dalam Kabupaten Jember, seperti jaring dan

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-20
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

kapal yang pembuatannya di Kecamatan Puger. Namun, ada beberapa peralatan masih harus
didapatkan dari luar Kabuapaten Jember karena belum adanya unit kios-kios pengadaan sarana
perikanan atau informasi terkait kios-kios tersebut di Kabupaten Jember.
B. Analisis Forward Linkage
Hasil dari kegiatan penangkapan ikan di kawasan minapolitan Kabupaten Jember berupa
ikan segar yang akan di jual di pasar yang tersebar di Kabupaten Jember. Selain itu Pemasaran
hasil perikanan tangkap di Kabupaten Jember saat ini juga dipegang oleh pengambek yang
kemudian dijual ke pedagang. Pedagang ikan ini yang akan menjual hasil tangkapan nelayan ke
konsumen atau pabrik yang tersebar di wilayah Jawa Timur maupun Bali. hasil ikan tangkap di
Kabupaten Jember juga berupa hasil olahan ikan yabg dibuat oleh masyarakat dengan hasil
produk olahan ikan berupa pindang atau ikan asap. Pemasaran produk pindang ikan dilakukan di
Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, Malang Raya, hingga Kota Surabaya. Pemasaran di
pasar lokal dilakukan mulai pukul 05.00-10.00 di pasar Tanggul, pukul 10.00-12.00 di pasar
Jember, pukul 14.00-17.00 di pasar Bondowoso. Sisanya akan dikirim ke kabupaten/kota
lainnya.

Gambar 7. 8 Backward dan Forward Linkage Perikanan Tangkap


Sumber: Hasil Analisa,2020

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-21
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Peta 7. 3 Peta Linkage System Kabupaten Jember

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-22
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

7.7

Analisis Akar Masalah


Analisis akar masalah adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui akar dari suatu

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-23
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

permasalahan. Pada sub-bab ini analisis akar masalah dilakukan untuk mngetahui akar
permasalahan pendapatan nelayan Kabuapten Jember yang rendah. Berikut merupakan analisis
akar masalah yang didapatkan dari hasil analisis yang lainnya.

Gambar 7. 9 Akar Masalah


Sumber: Hasil Analisis, 2020
Dari Gambar 7.5 diketahui akar masalah perikanan tangkap Kabupaten Jember.
Masalah utama pada perikaan tangkap ini yaitu rendahnya pendapatan nelayan. Terdapat faktor
internal dan faktor eksternal yang memperngaruhi rendahnya pendapatan nelayan Kabupaten
Jember. Berikut merupakan empat permasalahan pokok perikanan tangkap Kabupaten Jember:
a. Rendahnya harga jual ikan. Rendahnya harga jual ikan dikarenakan oleh dua sebab yaitu
adanya monopoli harga ikan oleh pengambek dan rendahnya kualitas ikan yang dijual
oleh nelayan. Monopoli harga ikan oleh pengambek merupakan hal yang sangat
berpengaruh pada pendapatan nelayan, jika pengambek melakukan monopoli harga maka
pendapatan nelayan berkurang dan bisa jauh lebih rendah dari pendapatan yang
seharusnya didapatkan oleh nelayan. Rendahnya kualitas ikan yang dijual oleh nelayan
disebabkan karena nelayan Kabupaten Jember tidak memiliki tempat penyimpanan ikan
agar tetap segar ketika dipasarkan. Hal ini karena nelayan biasanya kembali ke darat
setelah melaut pada dini hari atau pagi hari yakni pukul 03.00-04.00, sehingga ketika
dipasarkan di TPI pukul 07.00 kualitas ikan sudah berkurang atau sudah tidak segar lagi.
b. Kurangnya permodalan oleh pemerintah untuk nelayan. Kurangnya permodalan ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu kinerja koperasi yang belum maksimal dan adanya
persyaratan dalam pencairan subsidi yang kurang sesuai dengan kehidupan nelayan.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-24
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

c. Kurang efektifnya teknologi yang diberikan kepada nelayan. Penyebab kurang efektifnya
teknologi yang diberukan kepada nelayan ini disebabkan karena kurangnya peran
kelompok nelayan dalam memberikan informasi kepada pemerintah terkait teknologi
yang benar-benar dibutuhkan oleh para nelayan.
d. Belum adanya unit kios-kios pengadaan sarana perikanan atau informasi terkait kios-kios
sarana perikanan. Belum adanya unit kios-kios pengadaan sarana perikanan disebabkan
karena pelatihan dan bantuan yang diberikan masih kurang merata.

7.8 Analisis Akar Tujuan


Analisis akar tujuan adalah analisis yang dipergunakan untuk menyusun suatu rencana
kegiatan di masyarakat dengan cara membuat gamaran masalah atau akar masalah terlebih
dahulu kemudian menyusun tujuan yang akan dicapai. Berikut merupakan skema analisis akar
tujuan perikanan tangkap Kabupaten Jember.

Gambar 7. 10 Akar Tujuan


Sumber: Hasil Analisis, 2020
Dari Gambar 7.6 diketahui skema akar tujuan perikanan tangkap Kabupaten Jember.
Skema menunjukkan untuk meningkatkan pendaptan nelayan terdapat beberapa hal yang harus
dilakukan yaitu sebagai berikut.
a. Harga jual ikan tangkapan tinggi. Untuk mencapai harga jual ikan tangkapan tinggi maka
ada beberapa hal yang harus dicapai terlebih daulu. Pertama yaitu memutus rantai
pemasaran dengan pengambek, dan yang kedua menjalankan cold storage milik
pemerintah. Dengan berjalannya cold storage milik pemerintah maka kualitas ikan yang
akan di pasarkan akan meningkat atau lebih segar.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-25
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

b. Pemerintah memberikan modal yang besar kepada nelayan. Dalam mencapai ini maka
ada beberapa hal yang harus dicapai terlebih dahulu yaitu memaksimalkan kinerja
koperasi untuk membantu melakukan pinjaman modal, dan menyediakan forum
kelompok nelayan dengan pemerintah agar persyaratan untuk mencairkan modal dapat
sesuai dengan mereka dan tidak menghambat mereka dalam peminjaman modal.
c. Pemerintah memberikan teknologi yang efektif kepada nelayan. Untuk melakukan hal ini
maka perlu untuk memaksimalkan fungsi kelompok perikanan agar informasi terkait
teknologi perikanan dapat diketahui oleh seluruh nelayan yang ada.
d. Membangun sarana perikanan seperti kios peralatan perikanan. Untuk mecapai hal ini,
maka pemerintah harus melakukan bantuan atau pelatihan kepada masyarakat terkait
perikanan.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-26
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

7.9 Analisis PESTO


Analisis PESTO dilakukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi kondisi lingkungan
umum kawasan minapolitan atau kondisi perikanan yang ada di Kabupaten Jember untuk
kemudian dapat diketahui potensi dan masalahnya. Berikut merupakan tabel PESTO di
Kabupaten Jember
Tabel 7. 12 PESTO Kabupaten Jember
Network Scan Isu Sumber
Terdapat rencana pengembangan kawasan strategis
RTRW Kabupeten Jember 2015-
yaitu pengembangan kawasan minapolitan di
2035
Kecamatan Puger sebagai pertumbuhan ekonomi
Terdapat rencana pengembangan sarana pendukung
RTRW Kabupeten Jember 2015-
perikanan berupa Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
2035
tipe C di Kecmatan Puger
Terdapat rencana peningkatan sarana dan prasarana
perikanan seperti peningkatan alat tangkap dan RPIJM Kabupaten Jember 2015-
kemudahan aksesibilitas pemasaran di kawasan 2020
minapolitan
Misi ketiga RPJMD yaitu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang mandiri dan berdaya
RPJMD Kabupaten Jember 2016-
Politik saing dengan salah satu strategi yaitu meningkatkan
2021
potensi sumberdaya kelautan dan meningkatkan
perlindungan bagi masyarakat pesisir
Belum adanya program untuk pengembangan
Kawasan Minapolitan
Kelompok perikanaan yang ada di Kabupaten
Jember bertambah, sehingga teraturnya biaya
anggaran dalam kegiatan perikanan pada masing-
Analisis Kelembagaan
masing kelompok. Namun, adanya beberapa nelayan
yang tidak membuat ataupun masuk kedalam
kelompok perikanan dikarenakan adanya pemikiran
bahwa jika berkelompok maka akan adanya
permainan uang
Ekonomi Penduduk di Kabupaten Jember yang memiliki
kegiatan bermata pencaharian nelayan berada di
Kecamatan Puger, Ambulu, Kencong, Gumuk Mas Masterplan RPIJM Kawasan
dan Tempurejo dengan jumlah produksi hasil Minapolitan Tahun 2015-2020
pengolahan perikanan sebesar 5.972,28 ton. Produksi RPJMD Kabupaten Jember
produk hasil olahan perikanan tangkap mengalami Tahun 20-16-2021
kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2019
mencapai nilai 4.030 ton
Produksi perikanan tangkap kelompok nelayan
RPJMD Kabupaten Jember
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun
Tahun 20-16-2021
2019 senilai 2.981,85 ton
Produksi Ikan Laut di Kabupaten Jember yang Kabupaten Jember Dalam Angka
terbesar yaitu Ikan Manyung yang memiliki jumlah Tahun 2019
produksi terbesar (1.389,71 ton), namun nilai
produksinya lebih rendah yaitu senilai
(Rp16.676,502) dibandingkan dengan Ikan Tongkol
yang jumlah produksinya senilai (1.118,09 ton) akan
tetapi nilai produksi nya mencapai (Rp17.889.408)

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-27
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

Network Scan Isu Sumber


Terdapat nelayan yang langsung menjual hasil
tangkapan di TPI dan ada yang menjualnya ke
pabrik-pabrik dan di jual di dalam negeri maupun ke
Analisis Sub Sistem Minabisnis
luar negeri.

Terdapat pelabuhan ikan dan TPI di Kecamatan


Puger. Pelabuhan ikan di Kecamatan Puger dapat
menampung sekitar 890 perahu berukuran 3-10 GT
terletak di muara sungai. Sedangkan TPI Puger
memiliki kondisi yang baik secara fisik, karena TPI Hasil Survei Primer, 2020
ini berada dalam kawasan pelabuhan perikanan
puger. Hal ini juga menyebabkan ikan yang
dipasarkan sangat segar dan dijual tanpa adanya
pengolahan.
Kabupaten Jember sudah terdapat 14
UMKM pengolah hasil perikanan dan bantuan
modal produksi melalui program Bank Mikro
Nelayan (BMN) yang disalurkan oleh Lembaga Hasil Survei, 2020
Pengembangan Modal Usaha Kelautan dan
Sosial Perikanan (LPMUKP) melalui mitra yaitu bank
konvensional.
Terdapat 184 kelompok pembudidaya ikan Kabupaten Jember Dalam Angka,
di Kabupaten Jember. Selain itu, terdapat 17 2019
poklahsar yang menunjang pengolahan hasil
perikanan budidaya di Kabupaten Jember
Terdapat bantuan dari pemerintah berupa
alat pendingin ikan (cold storange) berjumlah 1 unit,
namum masih belum berfungsi dan adanya cold
storage milik swasta yang berjumlah 4 unit.
Sudah adanya sosialisasi dan pemberian
teknologi fish finder yang berjumlah 1 unit untuk
penangkapan ikan dan masyarakat sudah bisa untuk
Teknologi mengoperasikannya. Namun, para nelayan menilai Hasil Survei Primer, 2020
tidak efektifnya teknologi tersebut dikarenakan
jangkauan terlalu dalam.
Nelayan di Kabupaten Jember memakai rumpon,
yang merupakan alat bantu untuk mengumpulkan
ikan dan pemasangannya memiliki tujuan untuk
menarik ikan agar berkumpul disekitar rumpon.
Rumpon tersebut masih bersifat konvensional.
Terdapat 410 warga Kabupeten Jember
keracunan ikan tongkol dengan gejala gatal, panas
dalam tubuh, pusing, mual, ada yang muntah, dan Dinas Kesehatan dan Dinas
Other membuat badan gemetar. Hal ini dikarenakan Perikanan Pemerintah Kabupaten
kurangnya cold storage sehingga kurang segarnya Jember, 2020
ikan tangkap yang dijual di pasar (Hasil suvei
primer, 2020).

7.10 Analisis Pergeseran Paradigma (Value Shift)


Paradigma diartikan sebagai tren yang berkembang pada suatu periode. Pergeseran
paradigma merupakan proses perubahan paradigma lama ke paradigma yang baru. Analisis

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-28
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

pergeseran paradigma dimaksudkan untuk mengidentifikasi perkembangan tren terkait kegiatan


perikanan di Kabupaten Jember. Paradigma yang diamati merupakan fenomena yang dapat
mendukung rencana pengembangan. Pola yang terbentuk dari adanya pergeseran paradigma
dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan rencana strategis Kawasan Minapolitan Kabupaten
Jember. Adapun hasil analisa pergeseran paradigma perikanan di Kabupaten Jember dijelaskan
pada Tabel 7. 13
Tabel 7. 13 Matriks Analisis Pergeseran Paradigma Perikanan Kabupaten Jember
Paradigma Lama Paradigma Baru
Nelayan Kabupaten Jember mencari ikan di laut Terdapat pelatihan penggunaan teknologi rumpon
dengan metode konvensional, yaitu berburu ikan portabel. Rumpon portabel merupakan pengembangan
dengan menggunakan insting. Metode mencari ikan dari rumpon konvensional yang menggunakan
seperti ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan frekuensi suara, lampu, dan tali rafia sebagai atraktor
tidak efisien karena hasil produksi perikanan tangkap sehingga mudah dikemas, ramah lingkungan, serta
hanya 23,85% dari total potensi lestari yang ada di mudah dioperasikan. Selain itu juga nelayan pada saat
perairan Jember. Selain itu juga ketika melaut nelayan ini membawa es pada saat melaut sehingga hasil
tidak membawa balok es dan hanya menaruh ikan tangkapan ikan ketika dibawa kedarat atau di jual
tangkapan kedalam keranjang sehingga ketika ikan masih dalam kondisi segar dan jika dilakukan
sampai di darat sudah tidak segar dan hanya bertahan 1 pengemasan mampu bertahan hingga 7 hari (Analaisis
hari mina bisnis hulu).
Hasil perikanan tangkap dijual dalam kondisi segar Terdapat bantuan dari pemerintah berupa alat
tanpa adanya tahap pembekuan untuk meningkatkan pendingin ikan (cold storage) sebanyak 1 unit di
nilai jual. Ikan yang telah ditangkap langsung Kecamatan Puger. Teknologi pendingin ikan untuk
didistribusikan kepada pengambek yang kemudian hasil perikanan tangkap memiliki kapasitas 100 ton
akan dijual kepada pedagang lokal. Namun, dalam dan daya listrik sebesar 240 Kva. Pendingin ikan ini
pendistribusian terdapat kendala yaitu ikan segar yang dapat digunakan untuk menyimpan ikan dalam jangka
hanya bertahan 3-4 jam setelah dibeli oleh pengambek waktu yang lebih lama tanpa mengurangi kualitas dari
atau pengepul. Sehingga transaksi pembelian ikan yang ikan. Kemudian pada saat tidak musim, maka ikan-
dilakukan lebih dari 3-4 jam akan membuat ikan ikan tersebut tetap bisa dijual dan dapat menjadi
tersebut mengeluarkan zat yang dapat menyebabkan pemasukan yang lebih untuk nelayan.
keracunan jika di konsumsi.
Antara nelayan dengan kelompok pengolah dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendorong UMKM
pemasar (poklahsar) perikanan Kabupaten Jember berbasis perikanan melalui sinergi antara nelayan
tidak terintegrasi atau bergerak masing-masing. dengan kelompok pengolah dan pemasar (poklahsar).
Sinergi industri perikanan dilakukan antara poklahsar
dengan penyedia ikan segar, kelompok pengolah, toko
oleh-oleh dan juga supermarket seperti Transmart
Jember selaku pihak ritel yang memasarkan produk.
Sumber: Hasil Analisis, 2020

7.11 Analisis Value Proposition


Analisis value proporsition bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan kawasan
minapolitan Kabupaten Jember yang memiliki manfaat dan mengedepankan target objek
perencanaan. Value proposition terdiri atas tiga aspek, yaitu customer intimacy, product
leadership, dan operational excellence. Salah satu dari ketiga aspek tersebut akan dipilih dan
dijadikan sebagai arahan strategi pengembangan. Strategi-strategi tersebut menurut Wahyuni
(2018) adalah:

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-29
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

A. Customer intimacy
Pendekatan customer intimacy mengharapkan penghargaan lebih dari pelanggan dengan
peningkatan kepercayaan. Harga produk bisa jadi mahal namun dapat membangun kepercayaan
pelanggan dalam waktu yang sangat lama. Perusahaan cenderung memenuhi keinginan
pelanggan sampai pada keinginan yang spesifik.
B. Product leadership
Pendekatan product leadership berusaha menciptakan produk yang unggul dan inovatif.
Dibutuhkan kreativitas dalam menciptakan produk di luar yang biasa dipasarkan dan harus
dengan cepat dipasarkan.
C. Operational excellence
Pendekatan operational excellence bertujuan untuk menjadi pemimpin pasar dalam hal
harga dan kenyamanan. Perusahaan berusaha untuk meminimalkan pengeluaran dan fokus untuk
memberikan harga yang kompetitif dengan kualitas barang yang baik.

Gambar 7. 11 Value Proposition


Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis PESTO dapat disimpulkan bahwa permasalahan perikanan
Kabupaten Jember adalah nilai produk yang masih rendah akibat keterbatasan teknologi
penangkapan dan sarana prasarana penunjang perikanan tangkap serta disintegrasi subsistem
perikanan. Oleh karena itu value proporsition yang ditetapkan untuk perikanan Kabupaten
Jember adalah product leadership. Aspek product leadership berkaitan dengan proses produksi
sehingga arahan pengembangan difokuskan pada peningkatan subsistem produksi perikanan
tangkap di Kabupaten Jember. Rencana pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Jember
akan ditekankan pada integrasi hulu-hilir perikanan serta pengembangan iklim usaha berbasis
UMKM. Adapun arahan yang dilakukan dalam aspek product leadership meliputi:

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-30
KOTA

FAKULTAS TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020
PROVINSI JAWA TIMUR
SEKTOR MINAPOLITAN

1. Pengembangan sarana cold storage untuk menjaga kualitas ikan dan meningkatkan harga
jual. Saat ini, di Kabupaten Jember terdapat 4 cold storage yang dikelola oleh pihak
swasta dan 1 cold storage dikelola pemerintah. Namun, hanya 1 cold storage dari total
cold storage yang ada yang sudah beroperasi. Kedepannya, pengelolaan cold storage
milik pemerintah akan diserahkan ke kelompok nelayan agar bisa langsung menyimpan
hasil tangkapannya. Penyimpanan hasil tangkapan di cold storage dapat membuat ikan
lebih tahan lama dan akan meningkatkan harga jual.
2. Peningkatan ukuran kapal yang masih kurang dari 15 GT agar mampu membawa lebih
banyak ikan untuk dipasarkan dan diolah serta agar mampu memuat balok es untuk
menjaga kualitas ikan selama melaut.
3. Industrialisasi perikanan tangkap berbasis masyarakat dengan peningkatan kualitas
SDM, pengembangan industri pengolahan, dan bantuan modal melalui koperasi dan
perbankan. Saat ini, di Kabupaten Jember sudah terdapat 14 UMKM pengolah hasil
perikanan dan bantuan modal produksi melalui program Bank Mikro Nelayan (BMN)
yang disalurkan oleh Lembaga Pengembangan Modal Usaha Kelautan dan Perikanan
(LPMUKP) melalui mitra yaitu bank konvensional.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


IV-31
KOTA

FAKULTAS TEKNIK

Anda mungkin juga menyukai