Anda di halaman 1dari 18

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER

SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KEBIJAKAN

2.1 Tinjauan Umum Minapolitan


Tinjauan umum minapolitan bersisi penjelasan terkait pengembangan Kawasan
Minapolitan berupa pengertian, Tujuan Kawasan Minapolitan, Karakteristik kawasan, persyaratan
Kawasan Minapolitan, struktur dan pola ruang, kawasan sentra bisnis perikanan, linkage system
minapolitan dengan sektor lainnya (sektor agropolitan, sektor industri, dan sektor pariwisata), serta
konsep pengembangan Kawasan Minapolitan, dan sub-sistem Kawasan Minapolitan.
2.1.1 Pengertian Kawasan Minapolitan
Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember Tahun 2015 – 2035,
Kawasan Minapolitan adalah kawasan yang membentuk kota perikanan, yang memudahkan
masyarakat untuk bisa mengembangkan perikanan, dengan kemudahan memperoleh peralatan
tangkap, benih melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan ikan,pasar ikan dan mudah
mendapatkan pakan. Menurut pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan
(Minapolitan) tahun 2010 kawasan minapolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau
lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian (perikanan) dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan
hierarki keruangan satuan system permukiman dan system agribisnis.
Minapolitan pada prinsipnya merupakan suatu program kegiatan perikanan yang berupaya
untuk mensinergikan kegiatan produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran dalam satu
rangkaian kegiatan besar dalam satu kawasan atau wilayah yang terdiri dari sentra sentra produksi
dan perdagangan, jasa, pemukiman dan kegiatan lainnya yang saling terkait. Konsep minapolitan
melibatkan seluruh komunitas yang berada di dalamnya. Tujuan konsep minapolitan adalah untuk
mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama
dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
2.1.2 Tujuan Kawasan Minapolitan
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.12/MEN/2010,
minapolitan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan produksi, produktivitas, dan kualitas
produk kelautan dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, dan
pengolah ikan yang adil dan merata, serta mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 1


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

pertumbuhan ekonomi di daerah. Selain itu adapun dilaksanakannya kawasan minapolitan dengan
sasaran sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan skala mikro
dan kecil, antara lain berupa:
a. Penghapusan dan/atau pengurangan beban biaya produksi, pengeluaran rumah tangga,
dan pungutan liar
b. Pengembangan sistem produksi kelautan dan perikanan efisien untuk usaha mikro dan
kecil
c. Penyediaan dan distribusi sarana produksi tepat guna dan murah bagi masyarakat
d. Pemberian bantuan teknis dan permodalan
e. Pembangunan prasarana untuk mendukung sistem produksi, pengolahan dan atau
pemasaran produk kelautan dan perikanan.
2. Meningkatkan jumlah dan kualitas usaha kelautan dan perikanan skala menengah ke
atas sehingga berdaya saing tinggi, antara lain berupa:
a. Deregulasi udaha kelautan dan perikanan
b. Pemberian jaminan keamanan dan keberlanjutan usaha dan investasi
c. Penyelesaian hambatan usaha dan perdagangan (tarif dan non-tarif barriers)
d. Pengembangan prasarana untuk mendukung sistem produksi, pengolahan, dan/atau
pemasaran
e. Pengembangan sistem insentif dan disinsentif ekspor-impor produk kelautan dan
perikanan.
3. Meningkatkan sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi regional dan
nasional, antara lain berupa:
a. Pengembangan sistem ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah
b. Pengembangan kawasan ekonomi kelautan da perikanan di daerah sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi lokal
c. Revitalisasi sentra produksi, pengolahan dan/atau pemasaran sebagai penggerak
ekonomi masyarakat
d. Pemberdayaan kelompok usaha kelautan dan perikanan di sentra produksi,
pengoalahan, dan/atau pemasaran.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

2.1.3 Karakteristik Kawasan Minapolitan


Karakteristik kawasan minapolitan adalah suatu kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra
produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan kegiatan usaha lainnya, seperti jasa dan
perdagangan. Selain itu kawasan tersebut mempunyai sarana dan prasarana sebagai pendukung
aktivitas ekonomi serta menampung dan mempekerjakan sumberdaya manusia di dalam kawasan
dan daerah sekitarnya. Kawasan minapolitan harus mempunyai dampak positif terhadap
perekonomian di daerah sekitarnya.
Penetapan sebuah kawasan menjadi kawasan minapolitan, terdapat beberapa prasyarat
yang harus dipenuhi. Prasyarat tersebut tertuang pada Peraturan Menteri No. 12 tahun 2010 tentang
Minapolitan. Adapun prasyarat yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Terdapat kesesuaian antara Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
Kabupaten/Kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah
(RPIJMD) yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan;
2. Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi
yang tinggi;
3. Kawasan terletak pada geografi yang strategis secara alami dan memenuhi persyaratan
untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan;
4. Terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif
berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan
mempunyai mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling terkait;
5. Tersedia fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana dan
prasarana produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha,
dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan;
6. Kelayakan lingkungan, yang diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di lokasi di masa
depan;
7. Adanya komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas
pengelolaan dan pengembangan minapolitan;
8. Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang kelautan
dan perikanan; dan

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 3


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

9. Ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan


2.1.4 Persyaratan Kawasan Minapolitan
Penetapan kawasan minapolitan didasarkan pada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh suatu wilayah. Persyaratan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.18/Men/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan. Persyaratan penetapan kawasan minapolitan
meliputi:
1. Terdapat kesesuaian antara Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K)
Kabupaten/Kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah
(RPIJMD) yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan;
2. Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi
yang tinggi;
3. Kawasan terletak pada geografi yang strategis secara alami dan memenuhi persyaratan
untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan;
4. Terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif
berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan
mempunyai mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling terkait;
5. Tersedia fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana dan
prasarana produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha,
dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan;
6. Kelayakan lingkungan, yang diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di lokasi di masa
depan;
7. Adanya komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas
pengelolaan dan pengembangan minapolitan;
8. Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang kelautan
dan perikanan; dan
9. Ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan.
2.1.5 Subsistem Kawasan Minapolitan
Subsistem Kawasan Minapolitan terdiri dari subsistem minabisnis hulu, subsistem usaha

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 4


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

produksi perikanan, subsistem hilir-pengolahan hasil, subsistem hilir-pemasaran, dan subsistem


penunjang (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.
PER.18/MEN/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan
Minapolitan).
1. Subsistem minabisnis hulu mencakup penelitian dan pengembangan, sarana perikanan,
pemodalan berupa kios-kios saprokan (sarana produksi perikanan), gudang, pelataran
parkir, tempat bongkar muat barang dan peralatan saprokan, dok, pabrik jaring, dan lain-
lain.
2. Subsistem usaha produksi perikanan mencakup usaha pembenihan ikan, pembesaran
ikan, dan penyediaan sarana perikanan budidaya berupa fasilitas pelabuhan dan armada,
penyediaan air baku untuk peningkatan produksi (melalui saluran irigasi, tambak, sumur
bor, dan sprinkler), penyediaan air bersih untuk pencucian hasil (melalui sistem perpipaan
atau sumur dalam), dan jalan usaha/akses dari sentra produksi ke pusat pengumpul atau
pengolah.
3. Subsistem hilir-pengolahan hasil berupa industri-industri pengolahan dan pemasarannya,
termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor antara lain unit pengolahan modern
(pengalengan, dll), sarana penjemuran hasil perikanan dan tempat penjemuran ikan,
Gudang penyimpanan hasil perikanan (termasuk didalamnya sarana
pengawetan.pendinginan packing house, sebagai tempat sortasi dan pengepakan), dan
sarana industri kecil termasuk food services (seperti tempat pembauatn keripik, dodol,
manisan, juice, sari, saos, dan aero catering.
4. Subsitem hilir-pemasaran berupa pasar tradisional, kios-kios, los-los pasar (termasuk
pelataran parkir dan tempat bongkar muat), prasarana dan sarana sub terminal
minapolitan (STM), dan jalan antar desa-kota dan jembatan yang dapat memperlancar
pemasaran hasil sampai ke outlet.
5. Subsistem penunjang berupa kegiatan yang menyediakan jasa bagi minabisnis, seperti
perkreditan, asuransi, transportasi, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan
pemerintah, yaitu meliputi sarana utilitas umum (jaringan air bersih, sanitasi,
persampahan, drainase, listik, telpon, dan internet), sarana pelayanan umum (sarana
perbelanjaan, kesehatan, pendudukan, perkantoran, peribadatan, rekreasi dan olahraga,
ruang terbuka hijau, dll), dan sarana kelembagaan (badan pengelolan, kantor perbankan,

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 5


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

koperasi, unit-unit usaha, dll).


2.1.6 Struktur dan Pola Ruang Kawasan Minapolitan
Penataan ruang kawasan minapolitan diwujudkan dalam struktur dan pola ruang kawasan
yang disesuaikan dengan karakteristik dan aktivitas minapolitan di wilayah perencanaan.
Perencanaan struktur dan pola ruang kawasan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
pengembangan kawasan minapolitan yang terintegrasi. Perencanaan struktur dan pola ruang
kawasan minapolitan mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor Per.18/Men/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Kawasan Minapolitan.
A. Struktur Ruang Kawasan Minapolitan
Struktur ruang minapolitan merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan
minapolitan yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana.
Struktur ruang kawasan minapolitan terdiri atas dua komponen utama yakni nodes berupa pusat
kegiatan dan linkages berupa jaringan prasarana. Struktur ruang kawasan minapolitan meliputi:
a. Pusat kawasan, berupa kota kecil/ibu kota kecamatan untuk perikanan budidaya sedangkan
untuk perikanan tangkap pusat kawasannya adalah pelabuhan/sentra nelayan (perairan
umum darat);
b. Sub pusat kawasan, berupa pusat dari kawasan sentra produksi (satu desa maju) untuk
perikanan budidaya sedangkan untuk perikanan tangkap berupa pelabuhan/sentra nelayan
dengan skala yang lebih kecil;
c. Sub sub pusat kawasan, berupa desa pengumpul atau pusat permukiman penduduk sebagai
tempat pengumpulan komoditi; dan
d. Linkages, berupa jaringan prasarana yang digunakan untuk menghubungkan tiap pusat-
pusat kegiatan guna mempermudah pergerakan baik orang maupun barang pada sektor
perikanan.
B. Pola Ruang Kawasan Minapolitan
Pola ruang minapolitan merupakan distribusi pemanfaatan ruang pada kawasan
minapolitan. Pola ruang kawasan minapolitan terbagi atas empat zona pemanfaatan ruang. Zona
pemanfaatan ruang kawasan minapolitan meliputi:
a. Minapolis/zona inti, adalah pusat kegiatan minapolitan yang merupakan sentra pelayanan
dan jasa. Pada perikanan budidaya, minapolis bisa berupa ibu kota kecamatan yang

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 6


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

merupakan pusat kegiatan pelayanan dan jasa, sedangkan pada perikanan tangkap zona inti
merupakan pelabuhan perikanan dan sentra nelayan untuk perairan umum daratan;
b. Sentra produksi/zona penangkapan, adalah sentra penghasil produk perikanan;
c. Zona pengembangan dan pendukung, adalah wilayah di luar zona inti yang diperuntukkan
bagi pengembangan usaha berbasis perikanan dan berintegrasi dengan usaha penangkapan
ikan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); dan
d. Zona keterkaitan, adalah wilayah di luar zona pengembangan dan pendukung yang
memiliki keterkaitan erat dan langsung dalam kelancaran bisnis perikanan, di antaranya
adalah pangsa pasar yang merupakan konsumen dari produk perikanan yang dihasilkan
maupun produsen untuk keperluan pemenuhan kebutuhan operasional usaha perikanan.
2.1.7 Kawasan Sentra Bisnis Perikanan
Kawasan sentra bisnis perikanan merupakan pemanfaatan ruang kawasan minapolitan yang
ditujukan untuk mengintegrasikan sistem produksi, pengolahan dan pemasaran produk perikanan.
Kawasan sentra bisnis perikanan merupakan upaya industrialisasi kelautan dan perikanan yang
bertujuan untuk meningkatnya skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai
tambah sumber daya kelautan dan perikanan. Fokus pembangunan kawasan sentra bisnis kelautan
dan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
48/Permen-Kp/2015 tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan, diarahkan pada 4 (empat) aspek yaitu
peningkatan nilai tambah, peningkatan daya saing, modernisasi dan korporatisasi usaha, dan
penguatan produksi dan produktivitas pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan.
Upaya pengembangan kawasan sentra bisnis perikanan meliputi:
a. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana, ditekankan pada pelaksanaan
konstruksi dan revitalisasi sarana dan prasarana utama dan penunjang bisnis kelautan dan
perikanan. Sarana dan prasarana akan mendukung secara menyeluruh proses produksi
bisnis kelautan dan perikanan, mulai dari hulu hingga hilir. Sarana dan prasarana diarahkan
untuk memperkuat aspek penyediaan bahan baku, penanganan dan pengolahan, serta
pemasaran.
b. Pengembangan kelembagaan diarahkan untuk membangun sistem dalam pengelolaan
sentra bisnis kelautan dan perikanan rakyat yang bertumpu pada peran nelayan dan
pembudidaya. Penguatan peran diiringi dengan peningkatan keterampilan sumber daya

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 7


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

manusia (SDM). Selain itu pengelolaan bisnis kelautan dan perikanan dikembangkan
melalui konsep kemitraan dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait.
c. Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan berkelanjutan, ditekankan pada
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal dengan memperhatikan
kelestariannya agar usaha perikanan dan kelautan dapat berlanjut (sustainable). Percepatan
pembangunan kelautan dan perikanan wajib mempertimbangkan antara potensi lestari
dengan tingkat pemanfaatannya. Upaya tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan
dampak berupa overexploited atau overfishing.
2.1.8 Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kawasan minapolitan dikembangkan dengan konsep yang memfokuskan kemajuan sektor
perikanan dan mengedepankan prinsip efisiensi, kualitas, percepatan dan berkesinambungan.
Konsep dasar dari pengembangan kawasan minapolitan adalah upaya untuk menciptakan
pembangunan yang interregional berimbang dengan pengembangan kawasan pedesaan yang
terintegrasi di dalam sistem perkotaan secara fungsional dan spasial. Pengembangan kawasan
minapolitan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada disekitar
kawasan tersebut (Fatmawaty, et al., 2018). Kawasan Minapolitan juga merupakan kawasan yang
dikembangkan oleh pemerintah, swasta, dan organisasi non pemerintah yang dilakukan untuk
menciptakan keadaan yang lebih baik untuk pertumbuhan perekonomian lokal dan untuk
menciptakan lapangan kerja pada wilayah yang sudah ditetapkan (Hubeis & Wasmana, 2010).
2.2 Tinjauan Umum Perikanan
Tinjauan Umum Perikanan berisi penjelasan mengenai pengertian perikanan, serta jenis-
jenis kegiatan perikanan. Jenis Kegiatan perikanan sendiri terbagi atas dua kegiatan utama yakni
perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada tinjauan umum perikanan juga menjelaskan
terkait sarana dan prasarana, lokasi perikanan baik tangkap maupun budidaya serta jenis perikanan
itu sendiri.
2.2.1 Pengertian Perikanan
Definisi Perikanan -Perikanan menurut undang undang mengacu pada peraturan perundang
undangan no 45 tahun 2009 dimana pengertian atau definisi perikanan yaitu semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai
dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam
suatu sistem bisnis perikanan

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 8


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

2.2.2 Jenis Kegiatan Perikanan


A. Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau
pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut atau perairan umum secara bebas.
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, usaha perikanan tangkap adalah usaha
perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan pengertian penangkapan
ikan sendiri adalah kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan yang tidak dalam keaadaan
dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya
a. Sarana dan Prasarana
b. Lokasi Perikanan Tangkap
Mengacu kepada Masterplan Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember
Tahun 2014, penduduk di Kabupaten Jember yang memiliki kegiatan bermata pencaharian
nelayan berada di Kecamatan Puger, Ambulu, Kencong, Gumuk Mas dan Tempurejo
dengan jumlah nelayan keseluruhan sebesar 14.213 orang. Alat atau media yang digunakan
untuk kegiatan menangkap ikan di laut berupa paying 1.124unit, gill net 550 unit, parawai
1.064 unit dan media lainnya sebesar 1.407 unit. Kecamatan di Kabupaten Jember yang
memiliki potensi hasil pengolahan perikanan tangkap hanya berada di empat kecamatan
yaitu Kecamatan Puger, Ambulu, Kencong dan Kecamatan Gumukmas.
c. Jenis Perikanan Tangkap
Mengacu kepada Masterplan Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember
Tahun 2014, berdasarkan pemasarannya, perikanan tangkap di Kabupaten Jember terbagi
menjadi 3, yaitu
1. Pengepul, dengan pemasarannya keluar Kabupaten Jember yaitu ke Surabaya,
Probolinggo, Banyuwangi, Situbondo, Lamongan, Tuban dan Jakarta
2. Pedagang ikan, dengan pemasarannya berada di dalam Kabupaten Jember yaitu ke pasar
ikan lokal dan rumah makan
3. Pelaku industri pengolahan ikan
Kemudian, berdasarkan Masterplan Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten
Jember Tahun 2014, jenis ikan yang banyak diproduksi dari perikanan tangkap adalah

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 9


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

1. Ikan lemuru
2. Ikan layang
3. Ikan tongkol
4. Ikan kakap
5. Ikan tuna
6. Ikan cakalang
d. Pengolahan dan Pemasaran
Pengolahan adalah proses mengubah suatu barang mentah menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi untuk meningkatkan nilai suatu barang. Dalam perikanan budidaya, proses
pengolahan adalah mengubah hasil ikan budidaya menjadi produk lain yang memiliki nilai
lebih tinggi. Sarana dalam kegiatan pengolahan hasil perikanan tangkap menurut Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 18/Men/2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Induk Kawasan Minapolitan terdiri dari
1. Sarana penjemuran hasil perikanan
2. Gudang penyimpanan hasil perikanan yang mencakup sarana pengawetan , pendinginan
(cold storage) dan sarana sortasi dan pengepakan (sorting house)
3. Sarana industri kecil
Pemasaran merupakan kegiatan memasarkan suatu produk kepada konsumen dengan untuk
memperoleh keuntungan dan lingkup pemasaran yang lebih besar. Hasil perikanan yang
dipasarkan dapat berupa produk mentah, setengah jadi maupun barang jadi. Kegiatan
pemasaran terdiri dari
1. Pemasaran hasil perikanan di pasar dan kios
2. Prasarana dan sarana sub terminal minapolitan
3. Prasarana jaringan jalan yang dapat memperlancar pemasaran hasil perikanan
B. Perikanan Budidaya
Perikanan budidaya didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk memproduksi biota
(organisme) akuatik secara terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Definisi perikanan
budidaya lainnya adalah upaya manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan. Ruang
lingkup perikanan budidaya berdasarkan spasial mencakup kawasan sejak pegunungan hingga laut
dalam yaitu berdasarkan sumber air yang dimanfaatkan mencakup budidaya air tawar, berdasarkan

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 10


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

pada kegiatan mencakup pengadaan sarana dan prasarana produksi, proses produksi hingga
pemanenan, serta penanganan pascapanen dan pemasaran (Effendi, Irzal, & Mulyadi, 2007).
a. Sarana dan Prasarana
Sarana budidaya adalah semua fasilitas yang dimanfaatkan untuk kegiatan operasional,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sarana dibagi menjadi dua, yaitu sarana
pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok adalah fasilitas yang digunakan secara
langsung untuk kegiatan produksi, sedangkan sarana penunjang adalah fasilitas yang tidak
digunakan secara langsung untuk proses produksi tetapi sangat menunjang kelancaran
produksi. Sarana penunjang yang dimaksud antara lain jalan, gudang pakan, gudang
peralatan mekanik, kendaraan, sarana laboratorium, dan sarana komunikasi (Kordi, 2009).
Berikut merupakan beberapa sarana pokok dan budidaya perikanan (Kordi, 2009):
1. Reservior atau tandon air berfungsi sebagai penampung air, mengendapkan lumpur,
dan cadangan air tambak.
2. Aerator untuk mempertahankan oksigen dan mempertahankan oksigen terlarut agar
berkisar pada konsentrasi jenuh 6-7 ppm.
3. Pompa air untuk mengatur kedalaman air dan sebagai alat bantu dalam pergantian
air.
4. Pakan dalam budidaya merupakan bagian dari upaya mempertahankan
pertumbuhan optimal ikan.
5. Peralatan panen, alat utama untuk panen adalah jala, jaring arad, dan bak
penampung ikan, dan bak pengangkut hasil panen.
b. Lokasi Perikanan Budidaya
Terdapat budidaya ikan laut dan air tawar. Pemilihan untuk lokasi perikanan budidaya laut
haruslah mempertimbangkan faktor lingkungan dan kualitas air. Layaknya suatu lokasi,
merupakan hasil dari kesesuaian antara persyaratan hidup dan berkembangnya suatu
komoditas budidaya terhadap lingkungan fisik perairan (kondisi oseanografi, kualitas
perairan dan topografi dasar laut) (Affan, 2012). Kriteria-kriteria yang digunakan untuk
menentukan kelayakan budidaya ikan laut mengacu dari hasil penelitian Ahmat at al.
(1991), Atjo (1992), Mubarak et al. (1990), Radiarta et al. (2007) dan Utojo et al. (2007).
Kriteria-kriterianya seperti kedalaman (m), kecerahan (m), kecepatan arus (cm/dt). Suhu
perairan (ºC), salinitas (ppt), derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut (mg/1) (Affan,

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 11


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

2012). Tingkat kesesuaian budidaya untuk masing-masing parameter ditentukan dari


pengaruh parameter terhadap komoditas budidaya. Berikut merupakan lokasi atau wadah
budidaya ikan tawar dan ikan laut.
1. Aquarium
Aquarium merupakan wadah atau bak yang transparan dan digunakan untuk
memelihara binatang air. Teknik memelihara organisme air meliputi penyediaan air,
monitoring kualitas air dan memberikan perlengkapan seperti alat resirkulasi, filtrasi,
sinar UV dan lainnya. Aquariaum banyak tipenya. Tipe aquarium gelas/kaca termasuk
murah dan mudah untuk dibersihkan. Sehingga bagus untuk pemeliharaan ikan, larva,
menetaskan telur (produksi), untuk karantina dan pengobatan ikan. Tipe aquarium
akrilik lebih bagus. Bentuk dari tipe aquarium ini bervariasi, tahan pecah dan ringan.
Namun, wadah ini mudah tergores, sehingga untuk pembersihannya harus hati-hati,
untuk ukuran wadah ini harus dipesan terlebih dahulu, biaya yang mahal dan jika rusak
maka sulit untuk diperbaiki dan tidak dapat digunakan kembali (Satyani & Priono,
2012).
2. Kolam Tanah
Kolam tanah banyak mengandung unsur hara dan pakan alami yang penting bagi
kehidupan ikan. Kolam tanah juga memberikan nuansa alami dan memberikan
keleluasaan ikan untuk bergerak bebas. Kelemahan wadah ini adalah air yang masuk
ke kolam jika jauh dari sumbernya, biasanya kualitas airnya suka dijaga. Hama ikan
sering dijumpai di kolam tanah dan karena kolam tanah berada di luar rumah, kadang
kondisi cuaca tidak bisa dikontrol dan tidak bersahabat (Satyani & Priono, 2012).
3. Kolam Semen/Beton
Kolam semen/beton ini pembuatannya tidak susah, awet, mudah dibersihkan dan tidak
terlalu mahal. Ukuran dan bentuknya tidak ada aturannya. Kelemahannya adalah jika
bocor atau rembes, kadang-kadang susah untuk diperbaiki. Umumnya kolam ini dibuat
di luar ruangan yang agak susah mengontrol suhunya dan mudah dimasuki oleh hama
larva capung yang dapat membuat larva ikan banyak mati, terutama jika ada tanaman
airnya (Satyani & Priono, 2012).
4. Kolam Plastik

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 12


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

Bentuk kolam plastik yang sederhana dibuat dari lembaran plastik dengan rangka
bambu. Plastik yang dipakai tebal dan kuat dalam menahan air, sehingga rawan bocor.
Kolam plastik juga lebih efisien, mudah dipindahkan sewaktu-waktu dan tidak
merusak tekstur tanah dasar. Namun ,kolam ini tidak tahan lama, jika bocor susah
untuk memperbaikinya dan hanya cocok untuk digunakan pada waktu yang singkat
seperti memelihara benih-benih atau induk ikan kecil sementara waktu dalam satu atau
dua siklus pemeliharaan (Satyani & Priono, 2012).
5. Keramba Jaring Apung (KJA)
Keramba Jaring Apung (KJA) terbuat dari bambu, kayu, pipa pralon atau besi yang
berbentuk persegi yang kemudian diberi jaring dan pelampung seperti drum plastik
atau steroform sehingga wadah tersebut tetap terapung didalam air. Faktor lingkungan
berpengaruh untuk keberhasilan usaha budidaya ini. Ketersediaan cahaya, suhu
salinitas, arus dan ketersediaan nutrient haruslah optimal. Parameter lingkungan yang
mempengaruhi penentuan lokasi untuk pembudidayaan adalah Suhu, kedalaman,
kecerahan dan kekeruhan (Sambu & Amir, 2017).
c. Jenis Perikanan Budidaya
Terdapat dua jenis ikan budidaya, yaitu ikan budidaya air laut dan ikan budidaya ikan
tawar. Berikut merupakan jenis-jenis ikan budidaya (Perikanan, 2017). Jenis ikan budidaya
air laut yaitu Ikan bandeng, Ikan bawal bintang, Ikan abalon, Ikan bawal putih, Ikan
beronang, Ikan beronang kuning, Ikan beronang tulis, Ikan gabus laut, Ikan kakap merah,
Ikan kakap putih, Kepiting bakau, Kerang darah, Kerang hijau, Kerang mutiara, Ikan
kerapu balong, Ikan kerapu bebek, Ikan kerapu karang, Ikan kerapu lumpur, Ikan kerapu
macan, Ikan napoleon, Ikan rajungan, Rumput laut, Ikan teripang, Udang putih, Udang
rostis, Udang vanam, Udang windu dan lainnya
Jenis ikan budidaya air tawar, yaitu ikan baung putih, ikan bawal air tawar, ikan belida,
belut, ikan betok, ikan betutu, ikan bulu- bulu, ikan gabus, ikan gurami, Ikan hampal, Ikan
mas, Ikan mola, Ikan toman, Ikan jelawat, Ikan kancera, Ikan kehung, Ikan kelabau padi,
Ikan kerandang, Ikan ketub, Ikan kowan, Kura-kura, Labi-labi, Ikan lais, Ikan lais tabirin,
Ikan lais timah, Ikan lampan, Lele, Ikan lindi, Ikan moa kembang, Ikan mujair, Ikan nila,
Ikan nilem, Ikan patin, Ikan payangka, Ikan sadarin, Ikan sepat rawa, Ikan sepat siam, Ikan

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 13


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

seren, Ikan sidat, Ikan singaringan, Ikan tambakan, Ikan tawes, Ikan tempeh, Udang galah,
Ikan unggui dan lainnya.
d. Pengolahan dan Pemasaran
Pengolahan adalah proses mengubah suatu barang mentah menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi untuk meningkatkan nilai suatu barang. Dalam perikanan budidaya, proses
pengolahan adalah mengubah hasil ikan budidaya menjadi produk lain yang memiliki nilai
lebih tinggi. Sarana dalam kegiatan pengolahan hasil perikanan tangkap menurut Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 18/Men/2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Induk Kawasan Minapolitan terdiri dari
1. Sarana penjemuran hasil perikanan
2. Gudang penyimpanan hasil perikanan yang mencakup sarana pengawetan , pendinginan
(cold storage) dan sarana sortasi dan pengepakan (sorting house)
3. Sarana industri kecil
Pemasaran merupakan kegiatan memasarkan suatu produk kepada konsumen dengan untuk
memperoleh keuntungan dan lingkup pemasaran yang lebih besar. Hasil perikanan yang
dipasarkan dapat berupa produk mentah, setengah jadi maupun barang jadi. Kegiatan
pemasaran terdiri dari
1. Pemasaran hasil perikanan di pasar dan kios
2. Prasarana dan sarana sub terminal minapolitan
3. Prasarana jaringan jalan yang dapat memperlancar pemasaran hasil perikanan
2.3 Tinjauan Kebijakan
2.3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional menjelaskan bahwa kawasan peruntukan perikanan memiliki beberapa kriteria.
Kriteria kawasan peruntukan perikanan yang ditetapkan yaitu sebagai berikut:
a. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri
pengolahan hasil perikanan.
b. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup
c. Berada di ruang darat, ruang laut, dan di luar kawasan lindung
Penerapan kriteria kawasan peruntukan perikanan secara tepat diharapkan akan mendorong
terwujudnya kawasan perikanan yang dapat memberikan beberapa manfaat. Adapun manfaat yang

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 14


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

diperoleh dari terwujudnya kawasan perikanan adalah sebagai berikut:


a. Meningkatkan produksi perikanan dan mendayagunakan investasi.
b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan
ekonomi sekitarnya.
c. Meningkatkan fungsi lindung.
d. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam.
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
f. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah.
g. Meningkatkan kesempatan kerja.
h. Meningkatkan ekspor.
i. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.3.2 Peraturan menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2010 tentang Minapolitan
Minapolitan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2010 adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan
berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Sedangkan kawasan
minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari
sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan
pendukung lainnya.
Pengembangan kawasan minapolitan dilakukan secara terintegrasi, efisien, dan berkualitas
serta mendorong percepatan peningkatan produksi, pengolahan dan/atau pemasaran.
Pengembangan kawasan minapolitan dimulai dari pembinaan unit produksi, pengolahan, dan/atau
pemasaran yang terkonsentrasi di sentra produksi, pengolahan dan/atau pemasaran di suatu
kawasan yang diproyeksikan atau direncanakan menjadi kawasan minapolitan yang dikelola
secara terpadu. Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan minapolitan apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau
Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah
(RPIJMD) yang telah ditetapkan.
b. Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 15


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

tinggi.
c. Letak geografi kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk
pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan.
d. Terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif
berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan
mempunyai mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling terkait.
e. Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana
dan prasarana produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga
usaha, dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan.
f. Kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan,
potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di lokasi di masa depan.
g. Komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas pengelolaan dan
pengembangan minapolitan.
h. Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang kelautan
dan perikanan.
i. Ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan.
2.3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur menjelaskan bahawa Kabupaten
Jember merupakan salah satu kabupaten yang memiliki fungsi sebagai kawasan perikanan dan
merupakan wilayah pengembangan komoditi utama perikanan budidaya. Pengembangan kawasan
peruntukan perikanan budidaya meliputi perikanan budi daya air payau, air tawar, dan air laut.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan perikanan yang ada yaitu sebagai berikut:
a. Pemertahanan, perehabilitasian, dan perevitalisasian tanaman bakau/mangrove dan
terumbu karang.
b. Pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budi daya.
c. Penjagaan kelestarian sumber daya air terhadap pencemaran limbah industri.
d. Pengendalian pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir melalui penetapan rencana
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
e. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung perikanan.
f. Peningkatan nilai ekonomi perikanan dengan meningkatkan pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan.

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 16


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

g. Pengembangan kelembagaan kelompok nelayan ke arah kelembagaan ekonomi/koperasi.


h. Pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam agar tidak berubah fungsi.
i. Pembukaan peluang pengembangan tambak garam baru dalam rangka meningkatkan
produksi garam dan membuka peluang investasi.
j. Pengembangan teknologi dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi
garam.
k. Pengembangan kawasan tambak garam dengan mempertimbangkan aspek lingkungan
hidup yang keberlanjutan.
2.3.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember
RTRW Kabupaten Jember menjelaskan bahwa kawasan peruntukan perikanan dibedakan
menjadi lima yaitu kawasan budidaya kolam air tawar, kawasan budidaya air payau, kawasan
minapadi, pengembangan pelabuhan perikanan pantai, dna kawasan perikanan tangkap untuk ikan
pelagis dan demersal. Berikut merupakan penjelasan lebih terkait kawasan peruntukan perikanan
budidaya perikanan air tawar:
a. Kawasan budidaya kolam air tawar berupa ikan lele, tawes, mujair, nila, udang galah,
gurami, tombro, patin dan sidat tersebar diseluruh kecamata.
b. Kawasan budidaya air payau berupa ikan bandeng, udang putih, udang windu dan
vaname pada Kecamatan Puger, Kecamatan Ambulu, dan Kecamatan Gumukmas.
c. Kecamatan minapagi meliputi tujuh kecamatan
d. Pengembangan pelabuhan perikanan pantai berada pada Kecamatan Puger
e. Kawasan perikanan tangkap ikan pelagis dan demersal yang berada pada lima kecamatan
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan perikanan yaitu sebagai berikut:
a. Pemertahanan, perehabilitasian, dan perevitalisasian vegetasi pantai.
b. Pengembangan perikanan dan perikanan budidaya.
c. Penjagaan kelestarian sumber daya air terhadap pencemaran limbah industri.
d. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung perikanan.
e. Peningkatan nilai ekonomi perikanan dengan meningkatkan pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan.
f. Pengembanan kelembagaan kelompok nelayan kearah kelembagaan ekonomi/koperasi.

RIZKA

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 17


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2020 KABUPATEN JEMBER
SEKTOR MINAPOLITAN PROVINSI JAWA TIMUR

BIMO
KARENSA
KIEL
PRADA
SHANIA
KEN

PS S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 18


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai