Bagian II
KONSEP DASAR DAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
KOTA PAREPARE
Beberapa istilah lain yang sering dipergunakan, masih memerlukan redefenisi kembali
dan kajian ilmiah, agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penafsiran, antara lain:
a. Dipergunakannya perumahan dan permukiman dalam satu kesatuan pengertian
yang tidak terpisahkan. Artinya perumahan dan permukiman merupakan satu
kesatuan pengertian yang memberikan gambaran ruang kegiatan berkehidupan dan
penghidupan, dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal/bermukim.
b. TRIBINA, adalah suatu prinsip/pendekatan pembangunan yang dikembangkan dan
mendasari keseluruhan upaya penanganan perumahan dan permukiman.
Didalamnya menyangkut 3 lingkup binaan yang harus dilaksanakan sebagai satu
kesatuan upaya agar pembangunan perumahan dan permukiman dapat berhasil
guna dan berdaya guna. Upaya yang dimaksud sebagai berikut:
1. Bina Sosial atau Bina Manusia, pada dasarnya merupakan suatu proses yang
diupayakan untuk mendorong terjadinya peningkatan kapasitas dan kapabilitas
sumberdaya manusia, sehingga mereka mampu menolong dirinya dalam
memenuhi kebutuhannya akan rumah layak dalam lingkungan sehat dan lestari.
2. Bina Lingkungan yang diharapkan dapat mendorong terbentuknya lingkungan
perumahan dan permukiman untuk mendukung berkembangnya kegiatan
usaha produktif.
3. Bina Usaha, yaitu upaya yang dapat mendorong terjadinya proses
berkembangnya usaha produktif dalam kawasan perumahan dan permukiman.
c. Rumah layak dalam lingkungan sehat, aman, lestari dan berkelanjutan diartikan
sebagai suatu kondisi perumahan dan permukiman yang memenuhi standar minimal
dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi dan kualitas teknis, yang dikelola
secara benar terus menerus, dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
sumberdaya alam yang ada, memperhatikan pola tata air dan usaha konservasi
sumberdaya alam, pengelolaan dan pemanfaatannya. Secara umum berdasarkan
prinsip dasar perumahan dan permukiman terdapat 3 kategori layak, sebagai
berikut:
1. Layak huni terkait dengan pencapaian persyaratan fisik, kesehatan dan
kesusilaan, sebagai kelompok manusia berbudaya.
2. Layak usaha, terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang kondusif
bagi berlangsungnya kehidupan sosial ekonomi.
3. Layak berkembang terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang
mendukung terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat (prospektif dan
produktifitas).
d. Rencana Tata Ruang Wilayah (termasuk penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, penatagunaan sumberdaya alam lainnya serta penataan
bangunan) harus secara jelas menetapkan fungsi dan pemanfaatannya, sehingga:
1. Mampu memberikan kepastian hak atas peruntukannya.
2. Mampu melindungi peruntukan ruang dan tanah bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah.
e. Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah adalah kelompok masyarakat diukur
berdasarkan penghasilannya yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya yang paling
primer. Termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok masyarakat miskin.
Kelompok masyarakat miskin terbagi atas 2 (dua) kategori sebagai berikut:
1. Golongan fakir, yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok lainnya.
2. Golongan miskin produktif, yang mempunyai penghasilan tetap tetapi belum
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
f. Jaringan primer prasarana lingkungan, yaitu jaringan dasar yang memenuhi
kebutuhan dasar suatu lingkungan perumahan dan permukiman mencakup 3
kepentingan:
1. Menghubungkan antarkawasan permukiman atau antarkawasan permukiman
dengan kawasan fungsional lainnya.
2. Melayani lingkungan tertentu (permukiman, pusat kota, pusat olah raga,
perdagangan dll).
c. Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan sebagai wadah aktifitas ekonomi untuk pemenuhan
kebutuhan penduduk akan sandang dan pangan. Kebutuhan fasilitas/niaga,
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan sarana perdagangan/niaga
meliputi; pasar umum, pertokoan, dan warung/kios, dengan kebutuhan sebagai
berikut:
1. Pasar Umum
Pasar umum merupakan wadah terpenting untuk mendukung kegiatan aktifitas
ekonomi. Karena keberadaannya yang penting perlu untuk dilengkapi dengan
pertokoan dan bengkel/reparasi dengan skala pelayanan regional dan lokal.
Keberadaan pasar sebagai wadah jual beli barang eceran dan grosir, hasil-hasil
pertanian, perkebunan, perikanan dan lain-lain. Untuk mendukung kegiatan
tersebut memerlukan pengadaan terminal, dengan penduduk pendukung
sebesar 30.000 jiwa dan luas lahan yang dibutuhkan 4.500 m 2 dilengkapi
tempat parkir, tempat ibadah, dan sebaiknya terletak di dekat jalan utama untuk
memudahkan pergerakan dan mobilisasi penduduk.
2. Pertokoan
Pertokoan adalah salah satu sarana perdagangan/niaga dengan fungsi utama
menjual barang keperluan sehari-hari secara eceran dan grosir. Letak lokasi
berada di pusat kawasan dan tidak menyeberang jalan lingkungan, minimum
penduduk pendukung setiap unit pertokoan adalah 2.500 jiwa dengan luas
lahan yang dibutuhkan per unit 1.200 m 2.
3. Warung/Kios
Fungsi utama warung/kios untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang
keperluan sehari-hari secara eceran, lokasinya terletak di pusat lingkungan
yang mudah dicapai dengan radius pelayanan maksimum 500 m. Jumlah
penduduk pendukung 250 jiwa/unit. Luas bangunan yang dibutuhkan 50 m2
termasuk gudang kecil. Bila terletak sendiri tidak menyatu dengan rumah
tinggal luas tanah yang dibutuhkan adalah 100 m 2.
d. Peribadatan
Pengembangan kehidupan beragama akan memerlukan ketersediaan fasilitas
peribadatan dan lebih ditekankan pada pengadaan dan peningkatan fasilitas untuk
kebutuhan dimasa yang akan datang dengan penduduk pendukung 2.500 jiwa dan
luas lahan yang dibutuhkan sebesar 250 m 2.
e. Fasilitas Olah Raga dan Open Space
Fasilitas olah raga dan open space memiliki fungsi utama sebagai taman tempat
bermain anak-anak dan lapangan olah raga untuk memberikan kesegaran udara
(cahaya dan udara segar), serta mentranspusi dan menetralisir polusi udara. Karena
fungsinya yang vital keberadaan fasilitas tersebut perlu dijaga kelestariannya untuk
memberikan manfaat bagi penduduk dan keindahan estetika lingkungan.
Pelayanan kebutuhan air bersih akan disesuaikan dengan kebutuhan penduduk dan
keberadaan fasilitas sosial ekonomi. Kebutuhan air bersih untuk setiap jenis fasilitas
sebagai berikut:
1. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas perumahan
Kebutuhan air bersih perumahan dihitung berdasarkan kebutuhan air bersih per
orang/liter/hari. Setiap unit rumah diasumsikan dihuni 5 (lima) orang. Dengan
demikian kebutuhan air bersih akan menggunakan ketentuan standar
kebutuhan air bersih untuk satu orang sebesar 120 liter/hari dan didasarkan
pada klasifikasi dan type perumahan.
2. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Pendidikan
Standar kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan dihitung berdasarkan
kebutuhan dan jumlah murid dengan asumsi sebagai betikut:
a) TK jumlah murid maksimum 80 murid, dengan kebutuhan air bersih 800
liter/unit/hari.
b) SD jumlah murid maksimum 240 orang membutuhkan air bersih 2.400
liter/unit/hari.
c) SLTP jumlah siswa maksimum 180 orang membutuhkan air bersih 1.800
liter/unit/hari.
d) SMU jumlah siswa maksimum 180 orang membutuhkan air bersih 1.800
liter/unit/hari.
3. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Kesehatan
Puskesmas pembantu akan membutuhkan 4.000 liter/unit/hari. Kebutuhan air
bersih untuk fasilitas kesehatan adalah 92.000 liter/hari ditambah dengan
asumsi kebocoran 10% dari kebutuhan.
4. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Peribadatan
Jenis sarana peribadatan antara lain mesjid, mushollah, dan gereja. Kebutuhan
air bersih untuk mesjid dan geraja berdasarkan standar perencanaan adalah
10.000 liter/unit/hari dengan pertimbangan dimanfaatkan setiap hari. Mushollah
membutuhkan 1.000 liter/unit/hari.
5. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Perdagangan
Sesuai dengan standar kebutuhan air bersih untuk fasilitas perdagangan
meliputi; pasar umum dengan kebutuhan air bersih 10.000 liter/unit/hari.
Pertokoan 1.000 liter/unit/hari, sedangkan warung/kios sebanyak 100
liter/unit/hari.
6. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Olah Raga + Taman Bermain
Standar kebutuhan air bersih untuk taman sebesar 1.000 liter/unit/hari.
d. Jaringan Drainase
Pengembangan sistem drainase dimaksudkan untuk mengalirkan air hujan dan air
buangan sebelum sampai ke pembuangan akhir. Pembangunan jaringan drainase
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi topografi. Saluran pembuangan primer
(utama) diarahkan untuk memanfaatkan aliran sungai. Pengembangan sistem
drainase mengikuti pola sebagai berikut:
1. Drainase utama (aliran sungai) dengan fungsi sebagai berikut:
a) Pengumpulan aliran berasal dari drainase sekunder dan tersier.
b) Pengendalian banjir.
2. Drainase tersier, berfungsi untuk menyalurkan air buangan dan air hujan antara
lain:
a) Drainase tersier untuk kawasan perumahan dan permukiman termasuk di
dalamnya menyalurkan air hujan dan air buangan rumah tangga, dan
lainnya.
b) Drainase jalan berfungsi mengamankan badan jalan agar tidak tergenang.
c) Drainase lahan bertujuan untuk mengurangi kelebihan air dan reklamasi
tanah.
Untuk lebih memahami dan mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang terbaik,
perlu dilakukan pendekatan sistem transportasi secara menyeluruh ke dalam bentuk
sistem transportasi makro yang terdiri atas beberapa sistem transportasi mikro. Sistem
transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem
yang lebih kecil (mikro) masing-masing saling terkait, antara lain:
a. Sistem kegiatan (tata guna lahan) meliputi; sistem pola kegiatan sosial, ekonomi,
kebudayaan dan lain-lain.
b. Sistem jaringan prasarana transportasi, meliputi; sistem jaringan jalan raya, dan
terminal.
c. Sistem pergerakan lalu lintas meliputi sistem; rekayasa dan manajemen lalu lintas.
d. Sistem kelembagaan, meliputi; perangkat aturan resmi pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan ciri tersebut, maka sasaran utama konsep pengelolaan lingkungan kawasan
perumahan dan permukiman pada dasarnya adalah:
a. Produktivitas (productivity).
b. Keberlanjutan (sustainability).
c. Stabilitas (stability).
d. Kerentanan (reciliency).
e. Pemerataan (equity).
Misi Pemerintah berdasarkan RPJPD Kota Parepare Tahun 2005 - 2025 sebagai berikut:
a. Mengembangkan penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan yang merata,
berkualitas dan berdaya saing tinggi.
b. Mengembangkan kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat yang lebih
mandiri, produktif serta bertumpu pada ekonomi kerakyatan.
c. Menciptakan kehidupan masyarakat yang taat beragama, saling menghargai dan
demokratis.
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan secara
berkelanjutan.
e. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik.