Anda di halaman 1dari 19

Laporan Akhir

RP4D Kota Parepare

Bagian II
KONSEP DASAR DAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
KOTA PAREPARE

2.1 KONSEP DASAR PENYUSUNAN RP4D KOTA PAREPARE


2.1.1. Pengertian Perumahan dan Permukiman
Istilah yang lazim dipergunakan dalam pedoman penyusunan Rencana Pembangunan,
Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) mengacu pada pengertian
sebagaimana dimaksudkan dalam UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman,
dan UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang, UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah beserta segenap peraturan pelaksanaannya yang masih berlaku.

Beberapa istilah lain yang sering dipergunakan, masih memerlukan redefenisi kembali
dan kajian ilmiah, agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penafsiran, antara lain:
a. Dipergunakannya perumahan dan permukiman dalam satu kesatuan pengertian
yang tidak terpisahkan. Artinya perumahan dan permukiman merupakan satu
kesatuan pengertian yang memberikan gambaran ruang kegiatan berkehidupan dan
penghidupan, dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal/bermukim.
b. TRIBINA, adalah suatu prinsip/pendekatan pembangunan yang dikembangkan dan
mendasari keseluruhan upaya penanganan perumahan dan permukiman.
Didalamnya menyangkut 3 lingkup binaan yang harus dilaksanakan sebagai satu
kesatuan upaya agar pembangunan perumahan dan permukiman dapat berhasil
guna dan berdaya guna. Upaya yang dimaksud sebagai berikut:
1. Bina Sosial atau Bina Manusia, pada dasarnya merupakan suatu proses yang
diupayakan untuk mendorong terjadinya peningkatan kapasitas dan kapabilitas
sumberdaya manusia, sehingga mereka mampu menolong dirinya dalam
memenuhi kebutuhannya akan rumah layak dalam lingkungan sehat dan lestari.
2. Bina Lingkungan yang diharapkan dapat mendorong terbentuknya lingkungan
perumahan dan permukiman untuk mendukung berkembangnya kegiatan
usaha produktif.
3. Bina Usaha, yaitu upaya yang dapat mendorong terjadinya proses
berkembangnya usaha produktif dalam kawasan perumahan dan permukiman.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 1


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

c. Rumah layak dalam lingkungan sehat, aman, lestari dan berkelanjutan diartikan
sebagai suatu kondisi perumahan dan permukiman yang memenuhi standar minimal
dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi dan kualitas teknis, yang dikelola
secara benar terus menerus, dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
sumberdaya alam yang ada, memperhatikan pola tata air dan usaha konservasi
sumberdaya alam, pengelolaan dan pemanfaatannya. Secara umum berdasarkan
prinsip dasar perumahan dan permukiman terdapat 3 kategori layak, sebagai
berikut:
1. Layak huni terkait dengan pencapaian persyaratan fisik, kesehatan dan
kesusilaan, sebagai kelompok manusia berbudaya.
2. Layak usaha, terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang kondusif
bagi berlangsungnya kehidupan sosial ekonomi.
3. Layak berkembang terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang
mendukung terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat (prospektif dan
produktifitas).
d. Rencana Tata Ruang Wilayah (termasuk penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, penatagunaan sumberdaya alam lainnya serta penataan
bangunan) harus secara jelas menetapkan fungsi dan pemanfaatannya, sehingga:
1. Mampu memberikan kepastian hak atas peruntukannya.
2. Mampu melindungi peruntukan ruang dan tanah bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah.
e. Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah adalah kelompok masyarakat diukur
berdasarkan penghasilannya yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya yang paling
primer. Termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok masyarakat miskin.
Kelompok masyarakat miskin terbagi atas 2 (dua) kategori sebagai berikut:
1. Golongan fakir, yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok lainnya.
2. Golongan miskin produktif, yang mempunyai penghasilan tetap tetapi belum
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
f. Jaringan primer prasarana lingkungan, yaitu jaringan dasar yang memenuhi
kebutuhan dasar suatu lingkungan perumahan dan permukiman mencakup 3
kepentingan:
1. Menghubungkan antarkawasan permukiman atau antarkawasan permukiman
dengan kawasan fungsional lainnya.
2. Melayani lingkungan tertentu (permukiman, pusat kota, pusat olah raga,
perdagangan dll).

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 2


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

3. Mendukung keperluan seluruh lingkungan di kawasan permukiman, mencakup


prasarana transportasi, penyehatan lingkungan, komunikasi dan jaringan listrik).
g. Kawasan, diartikan sebagai wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya;
ruang yang merupakan satu kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
didalamnya, batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta
mempunyai ciri tertentu. Cakupannya antara lain:
1. Kawasan Perdesaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
2. Kawasan Perkotaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi.
3. Kawasan Permukiman, yaitu sebidang tanah yang diperuntukkan bagi
pengembangan permukiman, didominasi tempat hunian, dilengkapi dengan
prasarana dan sarana, serta tempat kerja yang memberikan layanan dan
kesempatan kerja untuk mendukung penghidupan, perikehidupan sehingga
fungsi kawasan dapat berdaya guna dan berhasil guna.

2.1.2. Pengertian RP4D


RP4D merupakan singkatan dari Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan
Permukiman Daerah. Dari pengertian tersebut tersirat makna sebagai berikut:
a. Muatan Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman
Daerah (RP4D) akan mencakup minimal keseluruhan kebutuhan akan pengaturan
dan mekanisme penyusunan Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan
dan Permukiman Daerah (RP4D) sejak perencanaan pelaksanaan, pelaksanaan
rencana, pengembangan, pengelolaan dan pelestarian, pengawasan serta
pengendalian hasil pembangunan yang terkait dengan perumahan dan permukiman.
b. RP4D seyogyanya akan mengakomodasikan aspirasi dan kepentingan seluruh
pihak terkait, termasuk terbukanya peluang masyarakat dalam menjalankan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara, untuk berperan serta dalam penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman.

Dengan dasar tersebut, Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan


Permukiman Daerah (RP4D) akan mempunyai peran dan kedudukan yang penting dalam
kerangka pembangunan daerah maupun dalam kerangka pembentukan sistem
permukiman nasional.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 3


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

2.1.3. Peran RP4D Sebagai Acuan Perencanaan


Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D)
pada dasarnya merupakan bagian integral dari rencana pembangunan dan
pengembangan provinsi, dan kabupaten/kota. Rencana Pembangunan, Pengendalian
Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) mempunyai kedudukan yang sama dengan
berbagai rencana sektor, seperti rencana pengembangan pertanian, rencana penataan
kawasan hutan, rencana pengembangan keparwisataan dan lain-lain. Peruntukan dan
penyusunannya mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, maupun kota yang mengatur secara khusus
ruang kawasan perumahan dan permukiman dan berbagai tindaklanjutnya. Dengan
demikian Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah
(RP4D) akan memuat substansi materi sebagai berikut:
a. Merupakan skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan dari himpunan
rencana sektor terkait di bidang perumahan dan permukiman, dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan penjabaran yang lebih operasional dari kebijaksanaan
pembangunan perumahan dan permukiman daerah yang lebih tinggi.
b. RP4D merupakan payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan penyelenggara
(stakeholder) pembangunan perumahan dan permukiman dalam menyusun dan
menjabarkan kegiatan masing-masing sektor.
c. Cerminan dari kumpulan aspirasi/tuntutan masyarakat terhadap perumahan dan
permukiman yang mampu memberikan akses dan kemudahan layanan yang sama
bagi kepentingan masyarakat dalam mencukupi kebutuhan mereka akan rumah
layak dalam lingkungan permukiman yang sehat, aman, serasi, produktif dan
berkelanjutan.

Dalam konteks penataan ruang, Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan


Permukiman Daerah (RP4D) merupakan:
a. Jabaran dan pengisian rencana tata ruang dalam bentuk rencana untuk peruntukan
perumahan dan permukiman yang selanjutnya akan dipacu oleh seluruh sektor
terkait.
b. Berisikan jabaran lebih lanjut dari program pembangunan prasarana dan sarana
berskala wilayah, khususnya dalam satu kawasan perumahan dan permukiman.

2.1.4. Kedudukan RP4D Dalam Pembangunan Kota dan Wilayah


Di tingkat kabupaten atau kota terutama untuk kabupaten atau kota-kota yang mengalami
permasalahan perumahan dan permukiman yang tinggi intensitasnya, akan memerlukan

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 4


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

upaya dalam mengatur serta menyelenggarakan pembangunan perumahan dan


permukiman secara teratur dan terorganisasikan. Kedudukan Rencana Pembangunan,
Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) dalam kerangka
pembangunan daerah secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
a. Wahana informasi yang memuat arahan dan rambu-rambu kebijaksanaan, serta
rencana pembangunan perumahan dan permukiman dalam suatu tingkatan wilayah
dan kota untuk kurun waktu tertentu (provinsi, kabupaten atau kota).
b. Arahan untuk mengatur perimbangan pembangunan kawasan perumahan dan
permukiman, antara lain:
1. Kawasan perkotaan dan perdesaan.
2. Kawasan perumahan dan permukiman dan kawasan fungsional lainnya dalam
suatu wilayah kota tertentu.
3. Keselarasan pengembangan kawasan perumahan dan permukiman terhadap
rencana investasi jaringan prasarana dan sarana, jaringan utilitas serta jaringan
infrastruktur lain yang berskala regional.
c. Sarana untuk mempercepat terbentuknya sistem permukiman yang mantap,
terutama dalam kota-kota yang berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Penetapan orde/kedudukan kota-kota tersebut dalam kerangka pembangunan
daerah, ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk selanjutnya dipergunakan
sebagai alat dalam :
1. Menetapkan strategi pengembangan kawasan perumahan dan permukiman.
2. Menetapkan strategi pengembangan jaringan investasi prasarana dan sarana
berskala pelayanan regional.
3. Menetapkan strategi pengembangan untuk masing-masing provinsi, kabupaten
atau kota. Dalam penataan kawasan permukiman tersebut yang
dipertimbangkan adalah nilai-nilai budaya dan arsitektur setempat, untuk
mencerminkan citra atau jati diri kota atau daerahnya. Khusus untuk hal ini
memerlukan peraturan daerah. Kondisi tersebut perlu dilakukan mengingat
Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah
(RP4D) merupakan skenario yang akan mengakomodasikan berbagai hal dan
kepentingan daerah, termasuk upaya melestarikan nilai-nilai sosial dan budaya
setempat.
d. Alat pengawasan dan pengendalian terselenggaranya keterpaduan program antar
sektor dan antar lokasi perumahan dan permukiman terhadap kawasan fungsional
lainnya. Bagi wilayah kota Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan
Permukiman Daerah (RP4D) akan berperan sebagai :

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 5


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

1. Sarana pemelihara dan pengendali keterpaduan pemanfaatan ruang kawasan


terutama bagi kawasan perumahan dan permukiman yang berfungsi strategis
dan hal-hal yang menyangkut pengaturan penataan dua atau lebih kecamatan
atau kota yang berbatasan.
2. Alat untuk pembinaan dan penyuluhan serta media fasilitasi pembangunan
perumahan dan permukiman lintas kabupaten atau kota.

2.2 KONSEP PENYIAPAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN


2.2.1. Konsep Penyiapan Sarana Permukiman
Konsep penyiapan fasilitas permukiman, diarahkan untuk memenuhi kebutuhan akan
pelayanan fasilitas sosial ekonomi dan menganalisis kebutuhan ruang yang akan
dimanfaatkan. Pengembangan fasilitas sosial ekonomi kawasan perumahan dan
permukiman yang dimaksud, sebagai berikut:
a. Fasilitas Pendidikan
Membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, sangat ditentukan dengan
ketersediaan fasilitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas
dengan kelengkapan prasarana dan sarana pendidikan, perbaikan mutu pengajaran,
distribusi secara merata serta optimalisasi pelayanan pendidikan. Penyediaan
fasilitas pendidikan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan untuk setiap jenjang
pendidikan. Jenjang pendidikan yang dimaksud antara lain:
1. Taman Kanak-Kanak (TK)
Sesuai ketentuan standar perencanaan kawasan perumahan dan permukiman,
untuk setiap unit TK memiliki 2 ruang kelas dengan kapasitas daya tampung
sebanyak 20 sampai 40 murid per kelas, penduduk pendukung sebesar 1.000
jiwa. Usia sekolah pada jenjang pendidikan TK adalah 5-6 tahun, dengan radius
pelayanan maksimal 500 meter, keberadaan lokasinya sebaiknya berada
ditengah-tengah kelompok perumahan dan permukiman penduduk serta dapat
digabung dengan taman tempat bermain. Luas lahan yang dibutuhkan sebesar
1200 m2 per unit, dan kegiatan dilakukan pada pagi hari.
2. Sekolah Dasar (SD)
Penduduk pendukung untuk setiap unit SD melayani 1.600 jiwa, diperuntukkan
bagi penduduk usia 6-12 tahun. Setiap SD terdiri atas 6 ruang kelas,
menampung 30 sampai 40 murid per kelas atau sekitar 180 sampai 240 murid
tiap SD, dilengkapi 1 ruang guru dan perpustakaan, menempati lahan seluas
2700 m2 serta dapat digabung dengan lapangan olah raga.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 6


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)


Jenjang pendidikan SLTP diperuntukkan bagi penduduk usia 13 sampai 15
tahun, terdiri atas 9 ruang kelas untuk menampung 40 murid per kelas.
Penduduk pendukung minimal 4.800 jiwa setiap unit SD dengan luas lahan 0,36
Ha.
4. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Penduduk pendukung untuk penyediaan SLTA minimal 4.800 jiwa atau setiap 1
unit SMU, diperuntukkan bagi penduduk usia 16-18 tahun. Terdiri atas 9 ruang
kelas, menampung 40 murid perkelas dengan luas lahan 0,36 Ha.
b. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam hal pencegahan, penyembuhan, perawatan dan penyediaan obat-obatan,
termasuk pelayanan keluarga berencana (KB). Keberadaan fasilitas kesehatan
sangat penting untuk menunjang kesehatan penduduk dan untuk mengendalikan
pertumbuhan/perkembangan penduduk (menurunkan angka kelahiran). Penyediaan
fasilitas kesehatan antara lain Puskesmas, Pustu, Balai Pengobatan, Tempat
Dokter/Bidan Praktek, Posyandu, dan Apotek/Toko Obat.
1. Puskesmas/Pustu
Puskesmas merupakan salah satu wadah pelayanan kesehatan pada tingkat
kecamatan atau permukiman berskala besar, oleh karena fungsinya sebagai
pusat ditribusi pelayanan kesehatan terhadap seluruh kawasan permukiman.
Penempatan lokasi fasilitas ini sebaiknya di pusat lingkungan, penduduk
dengan jumlah pendukung minimal 30.000 jiwa dan luas lahan dibutuhkan
sebesar 1.200 m2.
2. Balai Pengobatan
Fungsi utama Balai Pengobatan adalah memberikan pelayanan kepada
penduduk dalam bidang kesehatan dengan menitikberatkan kepada pelayanan
dan penyembuhan tanpa perawatan. Pada kondisi tertentu berfungsi
memberikan pelayanan dari rumah ke rumah (vaksinasi), lokasi penempatan
sebaiknya ditengah-tengah lingkungan permukiman dengan radius pelayanan
1.000 m. Penduduk pendukung minimal 3.000 jiwa dan luas lahan yang
dibutuhkan 300 m2.
3. Apotik/Toko Obat
Fungsi utama apotik/toko obat melayani penduduk dalam memenuhi kebutuhan
akan obat-obatan, penduduk pendukung minimal 5.000-10.000 jiwa dengan
luas lahan 350 m 2 dan dapat bersatu dengan rumah penduduk. Lokasi
penempatan sebaiknya terletak pada pusat lingkungan permukiman.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 7


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

c. Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan sebagai wadah aktifitas ekonomi untuk pemenuhan
kebutuhan penduduk akan sandang dan pangan. Kebutuhan fasilitas/niaga,
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan sarana perdagangan/niaga
meliputi; pasar umum, pertokoan, dan warung/kios, dengan kebutuhan sebagai
berikut:
1. Pasar Umum
Pasar umum merupakan wadah terpenting untuk mendukung kegiatan aktifitas
ekonomi. Karena keberadaannya yang penting perlu untuk dilengkapi dengan
pertokoan dan bengkel/reparasi dengan skala pelayanan regional dan lokal.
Keberadaan pasar sebagai wadah jual beli barang eceran dan grosir, hasil-hasil
pertanian, perkebunan, perikanan dan lain-lain. Untuk mendukung kegiatan
tersebut memerlukan pengadaan terminal, dengan penduduk pendukung
sebesar 30.000 jiwa dan luas lahan yang dibutuhkan 4.500 m 2 dilengkapi
tempat parkir, tempat ibadah, dan sebaiknya terletak di dekat jalan utama untuk
memudahkan pergerakan dan mobilisasi penduduk.
2. Pertokoan
Pertokoan adalah salah satu sarana perdagangan/niaga dengan fungsi utama
menjual barang keperluan sehari-hari secara eceran dan grosir. Letak lokasi
berada di pusat kawasan dan tidak menyeberang jalan lingkungan, minimum
penduduk pendukung setiap unit pertokoan adalah 2.500 jiwa dengan luas
lahan yang dibutuhkan per unit 1.200 m 2.
3. Warung/Kios
Fungsi utama warung/kios untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang
keperluan sehari-hari secara eceran, lokasinya terletak di pusat lingkungan
yang mudah dicapai dengan radius pelayanan maksimum 500 m. Jumlah
penduduk pendukung 250 jiwa/unit. Luas bangunan yang dibutuhkan 50 m2
termasuk gudang kecil. Bila terletak sendiri tidak menyatu dengan rumah
tinggal luas tanah yang dibutuhkan adalah 100 m 2.
d. Peribadatan
Pengembangan kehidupan beragama akan memerlukan ketersediaan fasilitas
peribadatan dan lebih ditekankan pada pengadaan dan peningkatan fasilitas untuk
kebutuhan dimasa yang akan datang dengan penduduk pendukung 2.500 jiwa dan
luas lahan yang dibutuhkan sebesar 250 m 2.
e. Fasilitas Olah Raga dan Open Space
Fasilitas olah raga dan open space memiliki fungsi utama sebagai taman tempat
bermain anak-anak dan lapangan olah raga untuk memberikan kesegaran udara

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 8


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

(cahaya dan udara segar), serta mentranspusi dan menetralisir polusi udara. Karena
fungsinya yang vital keberadaan fasilitas tersebut perlu dijaga kelestariannya untuk
memberikan manfaat bagi penduduk dan keindahan estetika lingkungan.

2.2.2. Konsep Penyiapan Prasarana Kawasan Perumahan dan Permukiman


Penyediaan utilitas kawasan permukiman mencakup; jaringan jalan, air bersih, drainase,
listrik, telepon, persampahan dan air limbah/MCK. Penyediaan sistem utilitas disesuaikan
dengan peningkatan jumlah penduduk, karakteristik fisik dan arah perkembangan fisik
kawasan dimasa yang akan datang.
a. Sistem Jaringan Pergerakan
Sistem jaringan pergerakan direncanakan atas dasar optimalisasi sistem pola
jaringan yang ada. Berdasarkan pola jaringan jalan yang telah terbentuk secara
umum di identifikasi merupakan hasil penggabungan antara pola linear dengan
gabungan pengembangan pola grid, dengan sistem jaringan pergerakan sebagai
berikut:
1. Pola dasar adalah linear.
2. Struktur jaringan jalan dibentuk oleh suatu hirarki fungsi jalan arteri primer,
kolektor sekunder, lokal primer dan lokal sekunder.
b. Moda Angkutan Antar Kawasan Permukiman
Pengaturan rute angkutan umum untuk penumpang disesuaikan dengan pola
pergerakan penduduk. Untuk melayani angkutan umum penumpang dan barang,
dengan pertimbangan yang digunakan sebagai berikut:
1. Pelayanan sistem transportasi baik lokal maupun regional akan melayani
kendaraan umum dan angkutan lainnya. Rute pergerakan kendaraan diarahkan
melintasi sistem jaringan jalan kolektor sekunder atau jalan utama.
2. Pelayanan antar kawasan; sistem pelayanan kendaraan umum penumpang
melayani angkutan umum untuk melintasi jalur kolektor primer.
c. Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan penyediaan air bersih untuk kebutuhan penduduk dalam kawasan
perumahan dan permukiman dengan mempertimbangkan potensi sumber air yang
dapat dimanfaatkan. Sumber air baku potensil yang dapat digunakan sebagai
berikut:
1. Sumber air tanah dalam.
2. Menggunakan sungai sebagai sumber air, diolah dalam bak penampungan.

Distribusi jaringan air bersih didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai


berikut:

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 9


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

1. Berdasarkan konsumen yang menggunakan air bersih antara lain:


a) Kebutuhan air bersih rumah tangga
b) Kebutuhan air bersih aktifitas sosial ekonomi
c) Kebutuhan air bersih untuk pemerintahan dan pelayanan umum
d) Kebutuhan air bersih untuk kegiatan aktivitas ditujukan untuk melayani
pusat kegiatan/sub pusat kegiatan antara lain : perdagangan, pendidikan
dan aktivitas kegiatan lainnya. Standar baku kebutuhan air bersih masing-
masing komponen kegiatan sebagai berikut:
1) Kebutuhan air bersih rumah tangga 120 liter/hari/orang.
2) Kebutuhan air bersih fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum
1/8 x kebutuhan penduduk.
3) Kebutuhan air bersih fasilitas perdagangan/komersil 1/6 x kebutuhan
penduduk
4) Kebocoran pipa dan pemadam kebakaran antara 10 - 20 %
2. Pergerakan dan distribusi air minum (water flow) pada dasarnya menggunakan
sistem pompanisasi dan gravitasi, disesuaikan dengan keadaan topografi
setempat.
3. Untuk memudahkan pelaksanakan dan pengawasan, pola distribusi jaringan air
bersih mengikuti pola jaringan jalan.

Pelayanan kebutuhan air bersih akan disesuaikan dengan kebutuhan penduduk dan
keberadaan fasilitas sosial ekonomi. Kebutuhan air bersih untuk setiap jenis fasilitas
sebagai berikut:
1. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas perumahan
Kebutuhan air bersih perumahan dihitung berdasarkan kebutuhan air bersih per
orang/liter/hari. Setiap unit rumah diasumsikan dihuni 5 (lima) orang. Dengan
demikian kebutuhan air bersih akan menggunakan ketentuan standar
kebutuhan air bersih untuk satu orang sebesar 120 liter/hari dan didasarkan
pada klasifikasi dan type perumahan.
2. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Pendidikan
Standar kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan dihitung berdasarkan
kebutuhan dan jumlah murid dengan asumsi sebagai betikut:
a) TK jumlah murid maksimum 80 murid, dengan kebutuhan air bersih 800
liter/unit/hari.
b) SD jumlah murid maksimum 240 orang membutuhkan air bersih 2.400
liter/unit/hari.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 10


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

c) SLTP jumlah siswa maksimum 180 orang membutuhkan air bersih 1.800
liter/unit/hari.
d) SMU jumlah siswa maksimum 180 orang membutuhkan air bersih 1.800
liter/unit/hari.
3. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Kesehatan
Puskesmas pembantu akan membutuhkan 4.000 liter/unit/hari. Kebutuhan air
bersih untuk fasilitas kesehatan adalah 92.000 liter/hari ditambah dengan
asumsi kebocoran 10% dari kebutuhan.
4. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Peribadatan
Jenis sarana peribadatan antara lain mesjid, mushollah, dan gereja. Kebutuhan
air bersih untuk mesjid dan geraja berdasarkan standar perencanaan adalah
10.000 liter/unit/hari dengan pertimbangan dimanfaatkan setiap hari. Mushollah
membutuhkan 1.000 liter/unit/hari.
5. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Perdagangan
Sesuai dengan standar kebutuhan air bersih untuk fasilitas perdagangan
meliputi; pasar umum dengan kebutuhan air bersih 10.000 liter/unit/hari.
Pertokoan 1.000 liter/unit/hari, sedangkan warung/kios sebanyak 100
liter/unit/hari.
6. Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Olah Raga + Taman Bermain
Standar kebutuhan air bersih untuk taman sebesar 1.000 liter/unit/hari.
d. Jaringan Drainase
Pengembangan sistem drainase dimaksudkan untuk mengalirkan air hujan dan air
buangan sebelum sampai ke pembuangan akhir. Pembangunan jaringan drainase
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi topografi. Saluran pembuangan primer
(utama) diarahkan untuk memanfaatkan aliran sungai. Pengembangan sistem
drainase mengikuti pola sebagai berikut:
1. Drainase utama (aliran sungai) dengan fungsi sebagai berikut:
a) Pengumpulan aliran berasal dari drainase sekunder dan tersier.
b) Pengendalian banjir.
2. Drainase tersier, berfungsi untuk menyalurkan air buangan dan air hujan antara
lain:
a) Drainase tersier untuk kawasan perumahan dan permukiman termasuk di
dalamnya menyalurkan air hujan dan air buangan rumah tangga, dan
lainnya.
b) Drainase jalan berfungsi mengamankan badan jalan agar tidak tergenang.
c) Drainase lahan bertujuan untuk mengurangi kelebihan air dan reklamasi
tanah.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 11


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

e. Kebutuhan Jaringan Listrik


Pemenuhan kebutuhan listrik dilaksanakan oleh unit-unit pembangkit untuk melayani
kebutuhan akan penerangan. Dengan demikian pembangunan kawasan perumahan
dan permukiman akan memerlukan daya listrik dan peningkatan kapasitas
pembangkit. Kebutuhan akan daya listrik dimanfaatkan untuk mendistribusikan
kebutuhan akan penerangan perumahan, penerangan jalan dan kegiatan aktifitas
lainnya.
f. Jaringan Telepon
Pemenuhan kebutuhan sistem sambungan jaringan telepon akan disesuaikan
dengan tingkat kemampuan masyarakat yang menghuni kawasan perumahan dan
permukiman.
g. Sistem Pengelolaan Persampahan
Sistem pengelolaan dan pembuangan sampah didasarkan pada pertimbangan:
1. Produksi minimum rata-rata 2-3 liter/hari/rumah terdiri atas sampah kering dan
sampah basah berdasarkan karakteristiknya. Konsekuensi tersebut akan
memerlukan pewadahan pada unit lingkungan perumahan dan aktifitas
kegiatan lainnya.
2. Mengurangi gangguan kesehatan lingkungan melalui upaya penetapan lokasi
pewadahan yang cukup tersembunyi akan tetapi mudah dicapai oleh alat
pengangkutan sampah.
3. Pembuangan sampah akhir (TPA), memerlukan pemikiran pengelolaan untuk
mendayagunakan produksi volume sampah terutama bahan bekas yang masih
memungkinkan untuk diolah dan digunakan kembali, untuk menjaga
keselamatan lingkungan.

2.2.3. Konsep Sistem Transportasi


Konsep sistem transportasi kawasan perumahan mempunyai ciri yang berbeda dengan
kajian lain, hal ini dikarenakan moda angkutan transportasi cukup luas dan beragam.
Disamping itu kajian transportasi melibatkan aspek yang kompleks. Secara singkat kajian
sistem transportasi ditandai dengan multimoda, multidisiplin, multisektoral dan
multimasalah. Perencanaan sistem transportasi sebagai titik awal dalam perencanaan
dilakukan secara menyeluruh dan sistem koordinasi interaktif sehingga pelaksanaan
pembangunan berdampak positif terhadap penataan tata ruang secara keseluruhan.

Perencanaan transportasi merupakan proses yang dinamis serta tanggap terhadap


perubahan tata guna lahan, keadaan ekonomi, dan pola arus pergerakan transportasi.
Dengan demikian pelayanan transportasi ditujukan untuk meningkatkan pergerakan antar
kawasan dan antar wilayah sehingga perlu ditingkatkan karena perkembangan suatu

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 12


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

kawasan akan seiring dengan majunya moda angkutan transportasi. Penyelesaian


permasalahan transportasi dilakukan melalui penanganan secara terpadu serta dilakukan
untuk menciptakan sinergi kawasan. Gambaran tersebut diatas sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah yang secara nyata mendorong pertumbuhan sumber
ekonomi potensil daerah.

Untuk lebih memahami dan mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang terbaik,
perlu dilakukan pendekatan sistem transportasi secara menyeluruh ke dalam bentuk
sistem transportasi makro yang terdiri atas beberapa sistem transportasi mikro. Sistem
transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem
yang lebih kecil (mikro) masing-masing saling terkait, antara lain:
a. Sistem kegiatan (tata guna lahan) meliputi; sistem pola kegiatan sosial, ekonomi,
kebudayaan dan lain-lain.
b. Sistem jaringan prasarana transportasi, meliputi; sistem jaringan jalan raya, dan
terminal.
c. Sistem pergerakan lalu lintas meliputi sistem; rekayasa dan manajemen lalu lintas.
d. Sistem kelembagaan, meliputi; perangkat aturan resmi pemerintah dan masyarakat.

2.3 KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN


Konsep pengembangan kawasan permukiman tidak terlepas dari konsep dasar
pengelolaan lingkungan (environmental management) melibatkan komponen-komponen
dasar sumberdaya, lingkungan dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam. Hubungan
ketiganya dinyatakan dalam suatu siklus pertukaran energi, materi, dan informasi.
Sebagai suatu pendekatan perencanaan dan pengelolaan untuk mencapai satu atau
lebih hasil yang lebih baik, maka pengelolaan dalam mengelola siklus pertukaran
tersebut harus bersifat:
a. Berkelanjutan secara ekologis.
b. Pengambilan keputusannya proaktif dan antisipatif.
c. Memperhatikan keseimbangan efektif dan merata antara pengguna sumberdaya dan
kelompok lain yang terpengaruh.
d. Memperhitungkan perubahan sosial dan ekonomi.

Berdasarkan ciri tersebut, maka sasaran utama konsep pengelolaan lingkungan kawasan
perumahan dan permukiman pada dasarnya adalah:
a. Produktivitas (productivity).
b. Keberlanjutan (sustainability).
c. Stabilitas (stability).
d. Kerentanan (reciliency).

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 13


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

e. Pemerataan (equity).

Karakteristik pengelolaan lingkungan kawasan perumahan dan permukiman adalah:


a. Mencakup seluruh sistem kawasan.
b. Menfokuskan pada hubungan antar komponen yang bekerja dalam sistem
perumahan dan permukiman.
c. Mengakui adanya sifat dinamis ekosistem sehingga mencerminkan gambar
bergerak, bukan gambar mati.
d. Memasukkan konsep daya dukung, ketahanan dan keberlanjutan.
e. Mempertimbangkan unsur lingkungan secara luas.

Berdasarkan karakterisitik di atas, maka konsep dasar dari pengelolaan lingkungan


kawasan perumahan dan permukiman harus dibangun di atas dimensi-dimensi
komprehensif, interkonektif dan srategik-reduktif (Born dan Sonzogni, 1995).
a. Dimensi Komprehensif
Dimensi komprehensif adalah ide dasar perencanaan dan pengambilan keputusan.
Komprehensif mengandung pengertian lingkup yang luas dari berbagai pemikiran.
Dalam konteks pengelolaan terpadu kawasan perumahan dan permukiman, yang
penting diperhatikan dalam mengaktualisasikan dimensi komprehensif adalah
derajat ketercakupan suatu komponen dalam struktur. Aspek ini merupakan bagian
penting yang harus dikerjakan pada tahap awal analisis.

Faktor-faktor yang dijelaskan dalam menggerakkan derajat ketercakupan adalah:


1. Elemen-elemen sumberdaya atau komponen ekosistem lingkungan yang
dipertimbangkan.
2. Fungsi-fungsi pengelolaan sumberdaya atau sektor-sektor pengguna
sumberdaya.
3. Posisi dengan kewenangan untuk bertindak. Dengan kata lain, pengelolaan
lingkungan secara terpadu harus mencakup semua aspek biofisik, kimia, dan
manusia dalam satu ekosistem, termasuk potensi-potensi penggunaan serta
kelompok individu dan publik yang berpengaruh atau dipengaruhi oleh kegiatan
pengelolaan.
b. Dimensi Interkonektif
Dimensi interkonektif menyatakan keterkaitan proses dan komponen dalam struktur
pengelolaan. Berbagai analisis yang telah diketahui seperti yang dikenal antara lain
analisis sistem dan sistem informasi geografi (GIS), dan sasarannya mengarah ke
analisis antar hubungan. Dalam praktek, interaksi dan koordinasi berbagai

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 14


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

kepentingan mengarah ke pengertian interkoneksi kemudian bergerak ke arah


pendekatan integrasi.
c. Dimensi Strategik-Reduktif
Dimensi strategi-reduktif merupakan konsep dasar yang akan membatasi ruang
gerak dimensi komprehensif dan interkonektif. Seperangkat komponen yang
dipertimbangkan harus betul-betul merupakan komponen yang terlibat dan dinilai
penting. Dimensi ini akan menyusun kemudian mereduksi kompleksitas dan
kesulitan-kesulitan pencapaian derajat komprehensif secara murni.

Pengelolaan harus mampu mengidentifikasi dan memilih aspek-aspek kunci,


menyeleksi isu-isu kritis dan fungsi-fungsi yang esensial untuk mencapai sukses.
Dalam praktek, pelaksanaan dimensi ini sangat bersifat situasional.
Mempertimbangkan alasan-alasan perlunya keterpaduan, maka dapat dikemukakan
beberapa karakteristik pengelolaan lingkungan kawasan perumahan dan
permukiman sebagai berikut:
1. Perencanaan kawasan perumahan dan permukiman adalah kerangka
kelembagaan dan kebijakan yang dirancang untuk mendorong kerjasama dan
koordinasi antar badan dan antar pemerintahan yang diperlukan untuk
mencapai sasaran perencanaan.
2. Dokumen yang dibuat bersama antara badan-badan pemerintah dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya untuk mengelola pembangunan kawasan
perumahan dan permukiman dengan melibatkan sumberdaya dan lingkungan
untuk melindungi ekosistem akibat perubahan pemanfaatan.
3. Konsep pengelolaan secara terpadu paling sedikit mencakup pertimbangan-
pertimbangan:
a) Penyusunan proyek tujuan ganda.
b) Berbagai cara untuk mencapai sasaran pengelolaan
c) Interaksi kualitas dan kuantitas.
d) Interaksi pemanfaatan lahan.
e) Aspek sosial.
f) Aspek lingkungan.
4. Perencanaan dengan menggunakan lahan sebagai landasan biofisik bagi
perencanaan dan pengelolaan. Perencanaan didasarkan atas proses kerja daur
penunjang kehidupan (life support cyclus) sebagai jalur yang memadukan
proses-proses fisika, kimia dan biologi ekosistem.

Kebutuhan memadukan berbagai daya suatu perubahan dalam perencanaan. Suatu


rencana dapat dianggap memiliki berbagai langkah yang berbeda, yaitu:

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 15


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

a. Memaparkan sistem; identifikasi sumberdaya, habitat dan pemanfaatan oleh


manusia.
b. Menetapkan struktur; saling keterkaitan sistem yang efektif dan komponen utama
yang akan diteliti (fungsi-fungsi).
c. Mengurangi komponen dasar sistem untuk tujuan penelitian ilmiah.
d. Meneliti bagian-bagian komponen; hidrologi, tanah, dan komponen lain yang terkait.
e. Menyatukan ulang sistem.
f. Mengevaluasi ulang paparan yang memfokuskan pada hubungan komponen
lingkungan kawasan perumahan dan permukiman dengan kawasan lainnya.

2.4 KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN KOTA PAREPARE


2.4.1. Kebijaksanaan Dasar Pembangunan Kota Parepare, Visi dan Misi
Untuk mendukung terwujudnya cita-cita dan harapan komponen masyarakat Kota
Parepare kedepan yang tertuang dalam visi pemerintah Kota Parepare, maka
dirumuskan visi dan misi pemerintah kota melalui Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Parepare tahun 2005-2025 sebagai berikut:
“ TERWUJUDNYA MASYARAKAT MAJU YANG RELIGIUS DAN BERDAYATAHAN
LINGKUNGAN”
a. Masyarakat Maju adalah masyarakat yang cerdas, modern dan sejahtera dalam
bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan unggul dalam pelayanan jasa.
b. Religius adalah masyarakat yang taat beragama dan menjunjung tinggi nilai-nilai
ketuhanan, berdasarkan keyakinan masing-masing dan menghormati perbedaan
antara sesama umat beragama.
c. Berdayatahan Lingkungan adalah masyarakat yang dalam setiap aktivitasnya
senantiasa memelihara kelestarian lingkungan alam, sosial dan budaya secara
berkelanjutan.

Misi Pemerintah berdasarkan RPJPD Kota Parepare Tahun 2005 - 2025 sebagai berikut:
a. Mengembangkan penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan yang merata,
berkualitas dan berdaya saing tinggi.
b. Mengembangkan kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat yang lebih
mandiri, produktif serta bertumpu pada ekonomi kerakyatan.
c. Menciptakan kehidupan masyarakat yang taat beragama, saling menghargai dan
demokratis.
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan secara
berkelanjutan.
e. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 16


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

Untuk mensinkronkan kebijaksanaan pembangunan (RPJPD) Kota Parepare tahun 2005


- 2025 dengan rencana tata ruang Kota Parepare, maka dirumuskan kebijakan penataan
ruang sebagai berikut:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi yang
merata dan berhirarki.
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah Kota Parepare.
c. Pengembangan kawasan-kawasan strategi.

2.4.2. Tujuan, Sasaran Strategis dan Agenda Pembangunan Kota Parepare


a. Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan Kota Parepare yang sesuai dengan penjabaran visi dan misi
pembangunan daerah adalah sebagai berikut:
1. Terwujudnya sumber daya manusia yang mandiri, yaitu sumber daya manusia
yang cerdas, sehat, religius, berakhlak dan berkepribadian luhur, demokratis,
tertib dan taat hukum, produktif, unggul dan berdaya saing, serta antisipatif dan
adaptif terhadap perubahan dan perkembangan.
2. Terwujudnya kondisi ekonomi yang mapan, yang bertumpu pada ekonomi
kerakyatan, berkembangnya investasi, tercapainya tingkat pendapatan
masyarakat yang adil, merata dan optimal, serta tercegah dan
tertanggulanginya kemiskinan.
3. Terwujudnya kondisi lingkungan hidup yang optimal, yang dapat mendukung
terpelihara dan terlestarikannya fungsi-fungsi pendukung kehidupan yang
merupakan penopang terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan,
dengan didukung oleh tumbuhnya kehidupan lingkungan sosial budaya yang
aman, nyaman dan holistik.
4. Terwujudnya pemerintahan yang amanah, bersih, serta mengedepankan
kepentingan rakyat sesuai dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik.
b. Sasaran Pembangunan
Sasaran pembangunan sebagaimana yang dijabarkan dalam visi dan misi,
dituangkan ke dalam perencanaan pembangunan yang spesifik dan terinci, yaitu :
1. Terwujudnya masyarakat cerdas, sehat, dan berdaya saing.
Terwujudnya sistem dan kualitas sesuai yang dibutuhkan dalam tatanan
kehidupan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan
dan teknologi, riset dan inovasi, serta berdaya saing tinggi.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 17


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

2. Terwujudnya masyarakat yang religius, rukun dan berkepribadian luhur.


Terwujudnya sistem dan kualitas sesuai yang dibutuhkan dalam tatanan
kehidupan beragama dan bermasyarakat, terpeliharanya kerukunan hidup
umat beragama, terpeliharanya kebebasan dalam menjalankan syariat,
berkesetaraan, serta terpeliharannya hak-hak dasar manusia.
3. Terciptanya kehidupan masyarakat yang berbasis lingkungan.
Terciptanya kehidupan masyarakat yang dalam setiap aktivitasnya senantiasa
memperdulikan lingkungan, hemat dan tidak merusak, berwawasan dan
bertindak sesuai prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan, terlembagakan dan
terbudayakannya praktek-praktek konservasi/pelestarian sumberdaya dan
lingkungan, serta terwujudkannya Parepare Hijau (Parepare Go Green).
4. Terbangunnya kualitas kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat
yang adil, kondusif dan dinamis, dengan mengutamakan penguatan dan
pemberdayaan potensi lokal. Terbangunnya sistem yang berkualitas tatanan
yang dibutuhkan dalam bidang niaga, industri dan jasa, pemanfaatan sumber
daya alam, optimalisasi kelembagaan usaha, peluang dan kebebasan
berusaha, pemerataan dan peningkatan daya saing, rekayasa dan tata kelola,
terbangunnya sentra-sentra usaha agribisnis dan agroindustri, berkembangnya
potensi ekonomi dan sosial budaya yang spesifik lokal ( trade mark, land mark,
dan bench mark), serta tercegah dan tertanggulanginya kemiskinan.
5. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang antisipatif dan akomodatif terhadap
pengaruh modernisasi dan globalisasi. Terwujudnya sistem dan kualitas
tatanan masyarakat yang mampu mengantisipasi dan sekaligus akomodatif
terhadap perkembangan, alih teknologi dan budaya, terlembagakannya
kehidupan masyarakat yang berbasis teknologi dan informasi (community
based technology and information), serta termilikinya tingkat kesiagaan dan
sekuriti yang maksimal terhadap pengaruh dari luar.
6. Terbangunannya kehidupan masyarakat yang tertib, demokratis, harmonis,
aman dan nyaman. Terbangunnya tatanan kehidupan masyarakat yang taat
hukum, disiplin, saling menghormati, memiliki solidaritas dan rasa partisipasi
yang tinggi, konsisten dalam memanfaatkan hak-hak dan kewajibannya,
menjunjung tinggi hak azasi dan kesetaraan, menjaga persatuan dan keutuhan
bangsa, ramah dan adaptif.
7. Terselenggarakannya praktek pemerintahan sesuai dengan sistem dan prinsip-
prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Terselenggaranya praktek
pemerintahan yang menjunjung tinggi keterbukaan, partisipatif, akuntabel,
responsif, terdepan dan terbaik dalam pelayanan, memiliki keberpihakan yang

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 18


(RP4D) Kota Parepare
Laporan Akhir
RP4D Kota Parepare

tinggi kepada masyarakat (community based policy), menjamin dan


memelihara kepastian hukum, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
c. Agenda Pembangunan Tahun 2005 - 2025
1. Mewujudkan kelembagaan pemerintahan yang akuntabel dengan penataan
kelembagaan yang efektif yang ditunjang oleh sumberdaya aparatur yang
terampil dan profesional, termasuk pengembangan kelembagaan fungsional
yang sejalan dengan kebutuhan program pemerintahan dan pembangunan.
2. Mewujudkan Kota Parepare sebagai daerah tujuan pendidikan dengan
penataan sistem pendidikan yang unggul bertaraf nasional dan internasional
yang ditunjang oleh tenaga kependidikan yang profesional dan berkompetensi
dengan sarana pembelajaran yang berbasis teknologi.
3. Mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, penataan kependudukan,
keluarga sejahtera, serta ketenagakerjaan yang dapat dijangkau, dengan
menyediakan infrastruktur pelayanan yang modern dan sesuai dengan
kebutuhan.
4. Meningkatkan kualitas hidup beragama melalui penyediaan sarana dan
prasarana keagamaan, penguatan peran lembaga-lembaga keagamaan, serta
pengembangan wawasan umat beragama.
5. Meningkatkan iklim berinvestasi yang kondusif melalui pengembangan
agribisnis dan agroindustri unggul, kelembagaan usaha pemerintah dan
masyarakat, yang ditunjang oleh tersedianya prasarana industri dan
perdagangan yang modern dan berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi kota.
6. Mengembangkan jasa perhubungan modern, baik perhubungan laut yang
ditunjang oleh terminal cargo maupun perhubungan udara yang ditunjang oleh
fasilitas pelayanan kompetitif.
7. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui
pengembangan pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan, perhutanan,
perairan (laut dan sungai), dan pertambangan, dengan membangun model
pengusahaan multiguna disertai dengan sistem penunjang yang serasi
(kepariwisataan, ruang terbuka hijau, serta pembangunan kawasan-kawasan
konservasi).
8. Penataan dan pengembangan infrastruktur perkotaan, melalui penataan dan
pengembangan perumahan dan pemukiman asri dengan fasilitas penyehatan
lingkungan dan ketersediaan energi yang memadai.

Rencana Pembangunan, Pengendalian Perumahan dan Permukiman Daerah II - 19


(RP4D) Kota Parepare

Anda mungkin juga menyukai