Anda di halaman 1dari 5

B.

TIPOLOGI MASYARAKAT DESA

Masyarakat perdesaan meruoakan suatu komunitas tunggal dan seragam, namun ternyata berbeda
menurut lingkungan fisik dan sejarah perkembangannya.

a. Menurut para ahli sosiologi. Berikut pandangan beberapa ahli tentang tipologi masyarakat
perdesaan.

1. Stephen K. Sanderson
Sanderson (2003: 85-147) membedakan masyarakat perdesaan atas lima tipe, yaitu
masyarakat pemburu dan peramu, masyarakat hortikul tura sederhana, hortikultura
intensif, masyarakat agraris, dan masya- rakat pastoralis. Tipologi yang dibuat
Sanderson tersebut berdasarkan atas sistem stratifikasi sosial, cara pemenuhan
subsistensinya, dan sistem ekonominya.

2. Sediono M.P. Tjondronegoro

Tjondronegoro (2008) membuat tipologi masyarakat perdesaan atas dua basis, yaitu
topografi dan pola pertanian (usaha). Berdasarkan basis topografis, masyarakat
perdesaan dibagi atas desa pegunungan, desa dataran rendah, desa dataran tinggi,
dan desa pantai. Adapun ber- dasarkan atas pola pertanian masyarakat perdesaan
dibagi atas: desa pe- tani sawah menetap (pengairan atau tadah hujan), kampung
peladang berpindah-pindah, desa perkebunan rakyat, dan desa nelayan.

b. Menurut pemerintah Indonesia


Dilihat dari perkembangan suatu desa dan berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.
11 tahun 1972 tentang Pelaksanaan Klasifikasi dan Tipologi Desa di Indonesia, des
digolongkan dalam tiga tingkatan berikut.

1. Pradesa
Bentuk ini merupakan tipologi desa paling sederhana, yang disebut sebagai
permukiman sementara, misalny hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan
dalam satu perjalanan menurut kebiasaan orang-orang yang sering berpindah-
pindah. Dengan demikian, tempat tersebut, pada saatnya akan ditinggalkan lagi.

Pola permukiman seperti ini mempunyai ciri yaitu.

 Hampir tidak ada orang atau keluarga yang tinggal menetap (permanen) di sana.
 Semua penghuni akan berpindah lagi pada saat panen selesai, atau lahan
sebagai sumber penghidupan utama tidak lagi memberikan hasil yang memadai.
 Tidak memungkinkan tumbuh dan berkembangnya berbagai tata kehidupan dan
organisasi atau lembaga-lembaga sosial penunjang kehidupan bermasyarakat,
termasuk pendidikan, ekonomi, hukum, adat, dan hubungan sosial, di samping
tata kehidupan kemasyarakatan yang mantap.

2. Desa Swadaya
Tipologi desa ini merupakan desa yang paling terbelakang dengan budaya kehidupan
tradisional dan sangat terikat dengan adat istiadat. Desa ini memiliki tingkat
kesejahteraan yang sangat rendah, sarana dan prasarana yang minim, serta sangat
bergantung pada alam.

Secara umum, ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut.

 Lebih dari 50% penduduk bermata pencaharian pada sektor primer (berburu,
menangkap ikan, dan bercocok tanam secara tradisional).
 Produksi desa sangat rendah, yaitu di bawah 50 juta rupiah per tahun.
 Adat-istiadat masih mengikat kuat.
 Pendidikan dan keterampilan rendah, kurang dari 30% yang lulus sekolah dasar.
 Prasarana masih sangat kurang.
 Kelembagaan formal ataupun informal kurang berfungsi dengan baik.
 Swadaya masyarakat masih sangat rendah sehingga pembangunan desa sering
menunggu instruksi dari atas.

Selain itu, desa tipologi merupakan tipe atau bentuk desa yang berada pada tingkat yang
lebih berkembang dari tipe pradesa.

3. Desa Swakarsa

Desa swakarsa merupakan desa yang mengalami per- kembangan lebih maju
dibandingkan desa swadaya. Desa ini telah memiliki landasan lebih kuat dan
berkembang lebih baik serta lebih kosmopolit. Penduduknya mulai melakukan peralihan
mata pencaharian dari sektor primer ke sektor lain.

Secara umum, ciri-ciri desa swakarsa adalah sebagai berikut.

 Mata pencaharian penduduk mulai bergeser dari sektor primer ke industri.


Penduduk desa mulai menerapkan teknologi pada usaha taninya. Selain itu,
kerajinan dan sektor sekunder mulai berkembang.
 Produksi desa masih pada tingkat sedang, yaitu 50- 100 juta rupiah setiap tahun.
 Kelembagaan formal dan informal mulai berkembang, yaitu 4-6 lembaga yang
hidup. Keterampilan masyarakat dan pendidikannya pada tingkat sedang, sektor
30-60% telah lulus SD, bahkan ada beberapa yang telah lulus sekolah lanjutan.
 Fasilitas dan prasarana mulai ada meskipun tidak lengkap, yaitu 4-6 sarana
umum yang tersedia dimasyarakat.
 Swadaya masyarakat dan gotong royong dalam pembangunan desa mulai
tampak, meskipun tidak sepenuhnya.
 Desa swakarsa dianggap lebih berkembang dibandingkan desa swadaya.

4. Desa Swasembada

Desa swasembada merupakan desa yang memiliki kemandirian lebih tinggi


dalam segala bidang yang berkaitan dengan aspek sosial dan ekonomi. Desa
swasembada mula berkembang dan maju dan petaninya pun yang tidak terikat
dengan adat-istiadat atau pola tradisional Prasarana dan sarana lebih lengkap
dengan perekonomian lebih mengarah pada industri barang dan jasa. Sektor
primer dan sekunder lebih berkembang

Ciri-ciri desa swasembada adalah sebagai berikut.


 Sebagian besar mata pencaharian penduduk berada dalam sektor jasa
dan perdagangan atau lebih dari 55% penduduk bekerja pada sektor
tertier.
 Produksi desa tinggi dengan penghasilan usaha di atas 100 juta rupiah
setiap tahun.
 Adat-istiadat tidak mengikat lagi meskipun sebagian masyarakat masih
menggunakannya.
 Kelembagaan formal dan informal telah berjalan sesuai fungsinya dan
telah ada 7-9 lembaga yang hidup.
 Keterampilan masyarakat dan pendidikannya pada tingkat 60% telah
lulus SD, sekolah lanjutan, bahkan ada beberapa yang telah lulus
perguruan tinggi.
 Fasilitas dan prasarana mulai lengkap dan baik. Penduduk sudah
memiliki inisiatif sendiri melalui swadaya dan gotong royong dalam
pembangunan desa.

Desa swasembada ini merupakan desa yang terbaik dan lebih berkembang
dibandingkan tipe-tipe desa sebelumnya. Prasarana desa sudah baik, beraspal, dan
terpelihara pula dengan baik. Warganya telah memiliki pendidikan setingkat dengan
sekolah menengah lanjutan atas. Mata pencaharian sangat bervariasi.

c. Berdasarkan mata pencahariannya, desa dibagi menjadi beberapa tipe sebagai berikut.

1. Desa Persawahan
Desa persawahan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya
bergantung pada potensi pertanian sawah, baik yang berpengairan teknis,
nonteknis, maupun tadah hujan. Jika mata pencaharian masyarakatnya bertani di
sawah, potensi desa yang dapat dikembangkan yaitu produk pertanian sawah.
Selama ini, tujuan petani bertani di sawah hanya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Padahal, jika produktivitas lahannya ditingkatkan, selain hasilnya dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, juga dapat dijual. Salah satu cara
untuk meningkatkan produktivitas pertanian yaitu dengan intensifikasi pertanian
dan penerapan teknologi pertanian.

2. Desa Perladangan
Desa perladangan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya
bergantung pada potensi pertanian tanah kering. Ladang dapat ditanami padi atau
palawija Perladangan adalah salah satu usaha pertanian alternatif dari persawahan.
Jika pertanian sawah tidak mungkin. dilakukan, perladangan dapat diandalkan
sebagai penopang hidup. Ada banyak jenis tanaman yang dapat ditanam di ladang,
yaitu jagung, ubi jalar, ketela pohon, dan makanan pokok lainnya.

3. Desa Perkebunan
Desa perkebunan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya
bergantung pada potensi pertanian tanaman keras yang lebih dari satu musim.
Umumny tanaman keras diusahakan secara monoklatur: Optimalisas distribusi hasil
perkebunan merupakan potensi yang dapat dikembangkan dari desa ini. Untuk
perkebunan milik negara, distribusi hasil perkebunan bukanlah hal yang terlalu sulit
Berbeda kondisinya dengan perkebunan milik rakyat. Unti itu, diperlukan usaha
pemerintah untuk mengoptimalkas distribusi hasil perkebunan milik rakyat tersebut.

4. Desa Peternakan
Desa peternakan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya
bergantung pada potensi peternakan Banyak potensi yang dapat dikembangkan dari
usaha peternakan, salah satunya dengan mengembangkan usaha peternakan besar,
seperti sapi. Selain itu, dapat dikembangkan pula usaha peternakan kecil, seperti
domba dan ternak unggas

5. Desa Nelayan
Desa nelayan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung
pada potensi laut. Selain ikan mentah, potensi yang dapat dikembangkan adalah
berbagai makanan hasil olahan, yang bahan dasarnya berasal dari biota laut. Dengan
demikian, industri perikanan pun sesuai untuk dikembangkan di desa ini.

6. Desa Industri Kecil


Desa industri kecil adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya
bergantung pada industri kecil dan kerajinan. Usaha kerajinan adalah salah satu
sektor usaha yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan,terutama untuk skala
ekspor ataupun sekadar cenderamata bagi para wisatawan.

7. Desa Industri Sedang dan Besar


Desa industri sedang dan besar adalah desa yang sebagian besar kehidupan
penduduknya bergantung pada potensi industri sedang dan besar. Masyarakat di
desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai pekerja atau buruh di pabriknya.

8. Desa Jasa dan Perdagangan


Desa jasa dan perdagangan adalah desa yang sebagian besar kehidupan
penduduknya bergantung pada potensi perdagangan dan jasa. Desa ini terletak di
daerah perkotaan atau yang berbatasan dengan daerah kota.

d. Menurut Eko Murdiyanto, desa-desa di Indonesia tidak hanya bernuansa pertanian, tetapi
juga terdapat desa dengan nuansa lain, beberapa tipe desa tersebut, yaitu sebagai berikut.

1. Desa tambangan, yaitu desa yang memiliki kegiatan. penyeberangan orang atau
barang karena banyaknya sungai. besar.
2. Desa nelayan, yaitu desa dengan mata pencaharian utama penduduknya usaha
perikanan laut.
3. Desa pelabuhan, yaitu desa yang memiliki hubungan dengan mancanegara,
antarpulau, dan sebagainya.
4. Desa perdikan, yaitu desa yang dibebaskan dari pungutan pajak, karena diwajibkan
memelihara makam raja atau karena jasa-jasa terhadap raja.
5. Desa penghasil usaha pertanian, kegiatan perdagangan,industri kerajinan,
pertambangan, dan sebagainya.
6. Desa perintis, yaitu desa yang terbentuk karena kegiatan transmigrasi.
7. Desa pariwisata, yaitu desa dengan mata pencaharian penduduknya terutama
karena adanya objek pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai