Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ANTROPOLOGI

SMA NEGERI 1 AMLAPURA

TAHUN AJARAN 2022/2023

KELOMPOK 3 :

1. I Made Agustha Pribadi (17)


2. I Kadek Robi (6)
3. I Kadek Winata Adi Putra (7)
4. I Komang Genta Angga Yusa (14)
5. Ni Wayan Liana Agustini (33)
6. Ni Ketut Sofiani Larastini (21)
MATERI

SISTEM PELAPISAN SOSIAL PADA MASYARAKAT JAWA DAN


SISTEM PELAPISAN SOSIAL PADA MASYARAKAT KASEPUHAN
CICARUCUB KABUPATEN LEBAK, BANTEN

PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG
Untuk mencegah terjadinya konflik akibat stratifikasi sosial, memerlukan
suatu penanaman pengertian terhadap sikap masyarakat. Pemberian pengertian ini,
diantaranya dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa yang membuat
perbedaan kelas sosial dalam masyarakat adalah atas kehendak Tuhan. Sebenarnya,
kesadaran seperti ini sudah terjadi di dalam masyarakat tradisional dengan selalu
mencontoh dan melaksanakan semua yang telah diperintahkan oleh leluhur mereka.
Salah satu contoh tentang kesadaran masyarakat dapat mencegah konflik sosial
ditemukan di Kasepuhan Cicarucub. Kondisi ini muncul sebagai upaya pemimpin
formal dan informal yang berhasil memadukan hukum formal dangan hukum adat.
Perpaduan ini terbukti dapat menciptakan suatu situasi masyarakat yang harmonis
dengan tetap menjunjung kedua hukum tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.

 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelapisan sosial pada masyarakat jawa?
2. Bagaimana pelapisan sosial pada masyarakat kasepuhan Cicarucub kabupaten
Lebak, Banten?

1. Sistem Lapisan Sosial pada Masyarakat Jawa


Bagaimana pelapisan sosial pada masyarakat Jawa? Sistem Pelapisan Sosial
pada Masyarakat Jawa sebagian besar masyarakat Jawa bekerja di sekitar pertanian.
Hal ini mempengaruhi sistem pelapisan sosial dalam masyarakat Jawa. Sistem
pelapisan sosial masyarakat Jawa pun berdasarkan pada kepemilikan tanah. Pada
sistem pelapisan sosial masyarakat Jawa di kelompokkan menjadi beberapa golongan,
antara lain golongan baku, golongan kuli gandok, golongan gondok emplok, golongan
rangkepan, dan golongan sinoman. Golongan-golongan tersebut dapat di gambarkan
pada piramida berikut.

Keterangan :

1. Golongan wong baku (cikal bakal)


2. Golongan kuli gandok (lindung)
3. Golongan mondok emplok
4. Golongan rangkepan
5. Golongan sinoman

Berdasarkan Piramida di atas, dapat dijelaskan hal – hal berikut :

a) Golongan wong baku (cikal bakal)


Golongan ini merupakan keturunan dari orang – orang yang termasuk pendiri
desa. Biasanya mereka mempunyai hak pakai atas tanah pertanian dan
berkewajiban untuk memikul beban atas keturunan para anak keturunan cikal
bakal tersebut. Kewajiban tersebut dikenal dengan istilah gogol atau sikep.
b) Golongan kuli gondok (lindung)
Golongan ini merupakan orang – orang yang memiliki rumah sendiri, namun
tidak memiliki hak pakai atas tanah desa.
c) Golongan mondok emplok
Golongan ini merupakan orang – orang yang memiliki rumah sendiri pada
tanah pekarangan orang lain.
d) Golongan rangkepan
Golongan ini merupakan orang yang sudah berumah tangga, namun belum
memiliki rumah dan pekarangan sendiri.
e) Golongan sinoman
Golongan ini merupakan orang – orang muda yang belum menikah dan masih
tinggal Bersama orang tuanya.

Adapun berdasarkan bidang pekerjaannya, masyarakat Jawa dibagi menjadi dua


golongan, yaitu golongan priayi dan wong cilik. Golongan priayi merupakan orang – orang
keturunan bangsawan, para pegawai pemerintahan, dan para cendekiawan. Golongan priayi
ini menempati lapisan atas. Sementara golongan wong cilik, yaitu para petani, tukang,
pedagang kecil, dan buruh. Golongan wong cilik ini menempati lapisan bawah.

Keterangan :

1. Raja, Bangsawan
2. Priyayi, Ulama, Punggawa
3. Petani, Pedagang, Buruh

2. Sistem pelapisan sosial pada masyarakat kasepuhan


Cicarucub kabupaten Lembak, Banten
Bagaimana pelapisan sosial pada masyarakat kasepuhan Cicarucub kabupaten
Lebak, Banten? Kasepuhan Cicarucub yang berada di wilayah kampung Cicarucub,
Desa Neglasari Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merupakan
kampung adat yang ditandai dengan adanya pemimpin adat yang di sebut olot, serta
adanya norma-norma adat yang mengatur kehidupan sosial masyarakat
pendukungnya. Adapun bagian bagian dari sistem pelapisan sosial pada masyarakat
kasepuhan Cicarucub kabupaten Lebak, Banten antara lain :
 Pelapisan Sosial Berdasarkan Ekonomi
Pelapisan sosial berdasarkan faktor ekonomi pada masyarakat kasepuhan
Cicarucub dapat di cerminkan oleh bentuk rumah. Guna melihat kondisi jelema
beunghar (orang kaya) bedasarkan kepemilikan rumah, perlu dideskripsikan mengenai
kondisi dan komposisi rumah-rumah yang ada di kasepuhan Cicarucub.komposisi
rumah yang berada di kasepuhan Cicarucub di klasifikasikan menjadi beberapa zona.
Berikut klasifikasi komposisi rumah masyarakat Kasepuhan Cicarucub.

1). Zona pertama terletak pada tempat paling tinggi sebagai tempat tinggal olot
( pemimpin adat) beserta keluarganya, rumah adat lain yang berada di sampingnya
yang ditinggali oleh juru basa atau kuncen.

2). Zona kedua adalah rumah- rumah yang di huni oleh keturunan Olot yang
berjumlah dua belas rumah. Pemilik berbagai bentuk rumah tersebut semuanya
menuju pada tiga dimensi, yakni untuk pencapaian kekuasaan, privilege, dan prestise.
Olot dan juru basa yang mendiami rumah adat mematuhi ketentuan adat tentang
bangunan adat dan mempertahankan bentuk tersebut semata-mata untuk mewujudkan
kekuasaan, privilege, dan prestise. Pelapisan sosial berdasarkan faktor ekonomi tidak
hanya dicerminkan oleh bentuk rumah, melainkan oleh kepemilikan tanah, baik tanah
sawah, kebun maupun tanah lainnya. Kepemilikan tanah tersebut diperoleh dengan
berbagai cara, baik dari warisan orang tuanya maupun membeli sendiri.

 Pelapisan Sosial Berdasarkan Usia


Pelapisan berdasarkan usia masih ada pada masyarakat kasepuhan Cicarucub.
Hal ini sangat dimungkinkan, dengan alasan bahwa kewibawaan orangtua harus
ditunjukkan dengan adanya pelapisan berdasarkan usia. Walau bagaimanapun
kedudukan orang tua harus ditempatkan pada posisi diatas anak-anak. Untuk
memperjelas tingkatan orangtua dengan anak anak, banyak aturan yang menyekat hak
dan kewajiban antara anak dan orang tuanya,bahkan ada yang berwujud pamali atau
tabu yang sifatnya dogmatis, si anak tidak boleh bertanya tentang hal yang ditabukan.
Di kasepuhan Cicarucub, bentuk pengkhususan lain tampak pada sebutan
pemimpin adat di kasepuhan yang disebut Olot, yaitu kependekan dari kolot yang
berarti tua padahal sebenarnya Olot ini tidak selalu berusia tua. Orang-orang yang
dipanggil Olot pun akan terus berusaha untuk mempertahankan reputasinya agar tetap
disegani dan dijadikan panutan oleh banyak orang.
 Pelapisan Sosial Berdasarkan Pendidikan
Di Kasepuhan Cicarucub, profesi yang di peroleh Seseorang melalui
pendidikan serta dinilai memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang menjalani pendidikan di bidang lain adalah guru, mantri kesehatan, dan bidan.
Orang dengan profesi tersebut dinilai memiliki jasa langsung dengan kebutuhan
masyarakat dibidang pendidikan dan bidang kesehatan. Penghormatan melalui profesi
tersebut melekat menjadi nama panggilan atau sapaan.
 Pelapisan Sosial Berdasarkan Pekerjaannya
Bentuk dan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk kasepuhan
Cicarucub telah memunculkan perbedaan pandangan masyarakat terhadap pekerjaan
yang dilakukan seseorang. Berikut perbedaan pandangan masyarakat terhadap
pekerjaan yang di lakukan seseorang :
1) Pekerjaan yang di nilai sebagai pekerjaan yang menduduki predikat paling enak dan
menghasilkan uang adalah pekerjaan menjual batu-batuan gunung yang mengandung
biji emas atau mengelola pertambangan emas. Jenis pekerjaan ini paling cepat
menghasilkan uang dalam jumlah sangat banyak. Kebanyakan upah yang mereka
peroleh di kota diwujudkan untuk membeli tanah serta membangun rumah di
kasepuhan Cicarucub.
2) Keluarga yang bekerja di kota merupakan orang yang mampu bersaing mengisi
kesempatan di kota.
3) Orang-orang yang bekerja sebagai guru dinilai sebagai orang yang mulia. Mereka
dinilai sebagai orang yang telah mengamalkan ilmunya demi kecerdasan anak didik.
4) Bila dilihat kepemilikan uang, para petani merasakan bahwa mereka berada pada
pelapisan sosial bawah sebab mata pencaharian bertani tidak langsung menghasilkan
uang.
5) Pekerjaan penggali tambang emas masih dinilai lebih baik di bandingkan bertani.
Walaupu risiko hasil yang di dan kemungkinan tertimpa kecelakaan relatif besar,
pekerjaan tersebut masih dinilai lebih baik. Wujud uang sebagai imbalan dari
pekerjaan ini lebih dipandang sebagai pekerjaan yang enak dan mampu mencukupi
kebutuhan ekonomi.
KESIMPULAN
Pelapisan sosial secara tidak langsung memunculkan pengelompokan masyarakatnya.
Karakteristik kelompok adalah membawa perbedaan-perbedaan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Perbedaan ini dapat membawa dampak tertentu, bergantung pada sudut
pandang yang digunakan. Kekhawatiran yang utama adalah munculnya pandangan negatif
antara kelompok - kelompok tersebut yang berpotensi menimbulkan konflik. Di Kasepuhan
Cicarucub yang masyarakatnya kuat memegang teguh ajaran agama dan norma adat warisan
para leluhur sangat memegang teguh ajaran tersebut dan tercermin secara aplikatif dalam
kehidupan sehari - hari. Pandangan negatif akibat perbedaan status yang disebabkan
kekayaan tidak dipertajam sisi negatifnya melainkan diambil sisi positifnya. Misalnya, orang
kaya tidak mereka jauhi atau dikucilkan malahan didekati, sebab dengan kekayaan yang
dimilikinya terkandung potensi yang dapat menyejahterakan kehidupan masyarakat secara
umum. Pandangan terhadap tata ,harta atau jabatan dan kekayaan milik sendiri atau orang
lain tidak pernah mengganggu pikiran mereka.

Anda mungkin juga menyukai