Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, kita

dapat menyaksikan hal itu dari kenyataan sosiologis dalam masyarakat

Indonesia. Dalam masyarakat Indonesia terdapat banyak perbedaan budaya

dan cara hidup diantara kelompok-kelompok dan anggota masyarakat yang

ada. Hal itu tampak dalam corak setiap suku bangsa di Indonesia yang

terbentang dari pulau Sumatera hingga Papua. Wilayah Indonesia terdiri dari

ribuan pulau, yaitu 13.600 pulau besar dan kecil. Sebagai Negara kepulauan,

setiap pulau memiliki iklim dan geografis tertentu. Keadaan iklim dan

geografis itu mempengaruhi budaya dari pulau-pulau di Nusantara.

Keanekagaman suku bangsa, agama, bahasa, ras, dan unsur etnis lain di

Indonesia merupakan warisan sejarah1.

Masyarakat kepulauan Kei memiliki pelbagi macam kekayaan adat

istiadat yang kebanyakan dipertahankan keberadaannya sebagai budaya lokal.

Budaya yang saat ini diwariskan adalah bagian yang tak terpisahkan dari

generasi yang terdahulu yang berjasa membentuk budaya itu sendiri. Generasi

yang dimaksud adalah generasi para leluhur kita. Hampir di setiap daerah

budaya-budaya dilestarikan sebagai kekayaan daerah secara turun temurun,

tetapi kadang budaya itu semakin hilang pengaruhnya karena masuknya


1
Lambang Tijono, Suharko, “sosiologi II” (Jakarta: PT. Jimika Ekakarya, 1998), hal. 43

1
budaya modern dengan paham moderenisme yang melihat budaya sebagai

tradisi tua yang sama sekali tidak membawah keuntungan, aspek materialisme

yang mementingkan kepuasan individual terhadap suatu materi ketimbang

mengupayakan aspek kebersamaan2. Ada juga aspek lainnya seperti

kurangnya tradisi tulisan ketimbang banyaknya tradisi lisan yang

memungkinkan satu citra budaya yang satu, diceritakan dalam versi yang

beraneka ragam dan berakibat pada kekaburan budaya itu sendiri. Tidak

hanya itu, budaya juga dipakai sebagian orang menjadi tameng (alat) dalam

upaya memperkat dan mempertahankan posisinya pada bidang-bidang atau

posisi-posisi tertentu (sosial-poitik, ekonomi dan dll)3. Kasta dibagi atas 3

bagain yaitu Mel (Tinngi) , Ren (Menengah), Iri ( Rendah) hal imi yang

menjadi patokan perkawinan di kei sampai saat ini. Perkawinan bedah kasta

dapat mengakibatkan problem dalamadat istiadat kei sehingga mengakibatkan

gagal melakukan perkawinan karena adanya perbedaan kasta.

Masyarakat suku Kei adalah kelompok masyarakat yang masih kuat

memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka. Salah satu budaya yang

masih hidup hingga saat ini adalah budaya sistem strativikasi dalam

perkawinan yang diwarnai dengan adanya tiga kelompok yakni, Ren, Mel dan

Iri. Budaya tersebut masih dipertahankan hingga saat ini selain bentuk budaya

daerah Kei lainnya yang tertuang dalam seni rupa, seni musik, seni tari,

permainan rakyat, bahasa dan seni sastra dan cerita sejarah yang hidup hingga

2
Ibid.,
3
Budaya juga dipakai sebagian orang menjadi tameng (alat) dalam upaya memperkat dan
mempertahankan posisinya dalam bidang atau posisi tertentu.

2
saat ini. Semua bentuk budaya di atas dan kehidupan semua masyarakat Kei

dipersatukan dalam satu hukum adat yang sama yakni hukum Larvul Ngabal.

Hukum adat di atas menjadi jaminan hidup bagi semua individu

masyarakat Kei4. Hukum tersebut mengatur pola kehidupan dan pola

bertingkah laku setiap masyarakat Kei. Walaupun hukum yang mengatur tata

hidup masyarakat Kei namun tidak jarang ditemukan adanya penyimpangan

terhadap nilai adat itu sendiri yang dibuat olek kelompok tertentu dengan

maksud untuk mempertahankan status dan kedudukan mereka dalam bidang

sosial ekonomi, sosial politik, dll. Pelanggaran itu mengakibatkan adanya

pergeseran nilai dari nilai adat itu sendiri oleh kelompok masyarakat yang

memanfaatkan demi kedudukan sosial semata.

Sistem persaudaraan adat seperti yang diuraikan di atas saat ini telah

menunjukan pergeseran yang sangat tajam. Sistem persaudaraan bergeser

kepada sistem kasta yang diadopsi dari budaya Bali. Akibatnya, kelompok

Mel (masyarakat pendatang) memasuki posisi teratas dalam masyarakat, Ren

(penduduk asli) menjadi kelompok kelas kedua dan Iri menjadi masyarakat

kelas bawah yang banyak kali disebut budak. Kelompok Ren (penduduk asli)

percaya bahwa Mel (masyarakat pendatang) memiliki kemampuan atau

keahlian dibanding mereka sendiri, maka penduduk asli mengangkat

kelompok pendatang itu sebagai saudara mereka dan diberi kepercayaan

berperan sebagai, dir’u (pemuka), wawaat (pembicara) dan hamwang

(pembagi).

4
Disampaikan dalam pidato kebudayaan, 16-7-2009, dalam DR. Yong Ohoitimur, Op. Cit., hlm.
21

3
Namun dalam perkembangannya sistem kasta yang pada awalnya

bersifat fungsional kemudian mengalami perubahan menjadi Mel berkuasa

atas Ren. Jika dirunut dari asal muasal pembagian kasta tersebut, kasta Ren

lebih berkuasa atas tanah di Kei dibanding kasta Mel yang hanya diberi

kepercayaan menjadi pemimpin5. Sistem kasta kemudian mempengaruhi

pergeseran nilai-nilai budaya masyarakat adat kei dan berimbas hingga

kehidupan sosial ekonomi, politik masyarakat. Intinya selain kelompok Mel,

kelompok Ren dan kelompok Iri sama sekali tidak akan menduduki posisi

penting dalam sistem pemerintahan sipil, (bupati, camat, dan kepala-kepala

bagian dalam perkantoran).

Berbagai persoalan dalam perkawinan yang disebabkan oleh sistem

kasta yang berlaku di masyarakat kei menyebabkan sehingga kadang

menyebabkan suatu perkawinan dilarang atau kisah perkawinan yang

landaskan atas dasar cinta menajdi terhambat dan dilarang oleh orang tua atau

tua-tua adat karena tidak pada sistem kasta yang dipraktekan. Berdasarkan hal

tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan suatu kajian ilmiah dan

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sistem Kasta dalam

Perkawinan di Desa Bombai, Kecamatan

5
Elly kudubun “masyarakat kei” http://ellykudubun.wordpress.co,/tag/masyarakat-kei/diakses
pada tanggal 4 agustus 2015

4
B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas maka masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah masyarakat adat Kei mengenal sistem kasta dalam suatu

perkawinan ?

2. Bagaimana pengaruh sistem kasta terhadap perkawinan masyarakat Kei.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pemahaman masyarkat Kei terhadap sistem kasta

yang berlaku dalam perkawinan masyarakat Kei hingga sekarang ini.

2. Untuk mendeskripsikan pengaruh sistem kasta terhadap perkawinan pada

masyarakat Kei

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoretis

Adapun manfaat teoretis penelitian ini dilaksanakan adalah :

1) Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan penduduk tentang adat

istiadat masyarakat adat Kei.

2) Hasil penulisan ini dapat mengembangkan pemikiran khususnya

mengenai sistem kelas di kepulauan kei sekaligus perubahan pola pikir

5
masyarakat adat Kei dari paham kasta menuju paham persaudaraan

adat.

3) Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar atau pembanding bagi pihak

lain yang ingin menerapkan kembali konsep ini terhadap objek yang

sama tetapi subjek yang lain atau lebih luas, menuju kearah penelitian

yang lebih baik dan lebih sempurna.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah :

Karya tulis akan sangat berguna bagi penulis dalam upaya

menyelesaikan studi pada perguruan tinggi Universitas Negeri Manado.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Stratifikasi Sosial

Lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam pertumbuhan

masyarakat itu sendiri. Tetapi ada juga yang sengaja disusun untuk mengejar

suatu tujuan bersama6.Alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi

dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan

kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas

tertentu.

Secara teoretis manusia dapat dianggap sama dan sederajat. Namun, sesuai

dengan pernyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah

demikian.Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan

bagian sistim sosial setiap masyarakat7.

Sifat sistem lapisan sosial dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup

(closed social stratification) dan terbuka (open social stratification). Sistim

lapisan yang bersifat tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang

dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik berdasarkan gerak keatas ataupun ke

bawah. Didalam sistim yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi

annggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran.Sebaliknya dalam


6
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.1982).
hlm.199.
7
Robin Wiliams Jr., American Society, (New York: A. Fred A Knopf. 1960), hlm. 88-89

7
sistim terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk

berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang

tidak beruntung jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawahnya.Pada umumnya

sistem terbuka memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota

masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari pada

sistim yang tertutup8.

Dalam kelas sosial, Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar

ekonomis dengan dasar kedudukan sosial, tetapi tetap menggunakan kelas bagi

semua lapisan9.Joseph Schumpeter mengatakan bahwa kelas-kelas dalam

masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat-

keperluan yang nyata.Makna kelasdan gejala-gejala kemasyarakatan lainya

hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya10.

B. Pengertian kelas Sosial

a. Pengertian Stratifikasi Sosial

Secara etimologi stratifikasi sosial berasal dari dua kata yaitu stratifikasi

dan sosial. Kata stratifikasi berasal dari bahasa latin yaitu stratum (jamaknya:

strata) yang berarti lapisan atau tingkat masyarakat. Senada dengan pengertian

tersebut, Tesaurus Bahasa Indonesia juga mengartikan stratifikasi sebagai

pelapisan atau penjenjangan.

Kata sosial dalam Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary, berasal

dari kata social yang artinya concerning the organization of and relations

8
Kingsley Davis, Human Society, (New York: The Macmillan Company, 1960), hlm. 378-379.
9
Max Weber, “Stratification and Class structure “, yang dikutip didalam setangkai bunga
sosiologi.hlm, 303 dan seterusnya.
10
Joseph Schumpeter, “The Problem Of Clases” yang dikutip didalam setangkai Bungan sosiologi.
Hlm, 293 dan seterusnya.

8
between people and communities11.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

kata sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat.

Sedangkan secara terminologi, stratifikasi sosial artinya pembedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar

kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise.

Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara

bertingkat (hierarki)12.Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai

penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistim sosial tertentu

ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan dan prestise13.

Sedangkan James W. Vander Zanden mendefinisikan, social stratification

is a structured rangking of individuals and groups-their grading into

horizontal layers or strata14. Jadi, stratifikasi adalah struktur tingkat individu

dan kelompok yang digolongkan ke dalam lapisan-lapisan tertentu.

b. Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial

Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa

kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat

dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap

sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam

masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat atau

seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau

11
Oxford University Press. Oxford Advanced Learner’s. New York, 2008. Hlm. 456
12
Ibid., Hlm. 51
13
Max Weber. Op Cit. Hlm. 78
14
Joseph Schumpeter. Op Cit. Hal. 134

9
lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau

bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan

lapisan yang rendah.

Ada dua tipe penyebab terjadinya stratifikasi sosial, pertama, terjadi

dengan sendirinya, kedua, terjadi secara sengaja.Stratifikasi yang terjadi

dengan sendirinya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa individu sejak

lahir. Misalnya usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan

seseorang dalam masyarakat.

Sedangkan stratifikasi sosial yang terjadi dengan sengaja untuk tujuan

bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi

dalam organisasi-organisasi formal, seperti: pemerintahan, partai politik,

perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata.

Beberapa kriteria yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial adalah

sebagai berikut.

1) Ukuran kekayaan

Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam

lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah,

mobil pribadi, cara berpakaian, dsb.

2) Ukuran kekuasaan

Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan

paling atas.Misalnya saja presiden, menteri, pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.

3) Ukuran kehormatan

10
Orang yang paling disegani dan dihormati biasanya mendapatkan

tempat paling tinggi. Ukuran ini banyak dijumpai pada pada masyarakat

tradisional.Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang

pernah berjasa.

4) Ukuran ilmu pengetahuan

Seseorang yang memiliki derajat pendidikan yang tinggi

menempati posisi teratas dalam masyarakat.Misalnya, seorang sarjana

lebih tinggi tingkatannya daripada seorang lulusan SMA.Akan tetapi,

ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya efek negatif karena

ternyata bukan mutu ilmu pengetahuannya yang menjadi ukuran,

melainkan ukuran gelar kesarjanaannya.

Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif. Masih banyak ukuran-

ukuran lain yang dapat digunakan untuk menentukan stratifikasi sosial

masyarakat.

c. Sifat Stratifikasi Sosial

11
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, pelapisan sosial

dibedakan menjadi sistim pelapisan sosial tertutup, sistim pelapisan sosial

terbuka, dan sistim pelapisan sosial campuran15.

1) Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)

Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata

sulit mengadakan mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke lapisan

sosial yang lain. Dalam sistim ini, satu-satunya kemungkinan untuk

masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah

karena kelahiran atau keturunan.

Contoh :

 Sistim kasta di India. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi

naik di lapisan Brahmana.

 Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah

tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.

2) Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)

Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat

besar.Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial,

baik vertikal maupun horisontal.Setiap orang memiliki kesempatan

berusaha untuk menaikkan, menurunkan, maupun menstabilkan

statusnya.

Contoh:

15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.1982).
Hal. 61

12
 Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau

sebaliknya.

 Seorang yang rendah tingkat pendidikannya dapat memperoleh

pendidikan yang lebih tinggi dengan usaha yang gigih.

3) Stratifikasi Sosial Campuran

Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara

stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta

Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia

pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah.

Maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat

di Jakarta.

d. Macam-macam Stratifikasi Sosial

Jeffris dan Ransford berpendapat bahwasanya stratifikasi sosial di dalam

masyarakat terbagi menjadi tiga macam, yaitu16:

i. Hierarki Kelas (Class Hierarchies), yaitu stratifikasi yang didasarkan

pada penguasaan barang atau jasa. Di Indonesia, masyarakat

digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu kategori kaya,

menengah, dan miskin. Hal tersebut mengacu pada kriteria yang

ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).BPS selalu mengeluarkan

batasan perbedaan pendapatan per kapita per tahun, dan dibedakan

anatara wilayah pedesaan dengan perkotaan. Menurut BPS,

kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar tertentu

dari kebutuhan dasar, baik makanan maupun non makanan. Standar


16
Ibid., hal. 67

13
tersebut disebut dengan garis kemiskinan. Di Jawa Timur misalnya,

pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin tercatat meningkat dari

19,53% (6,8 juta jiwa) menjadi 20,34% (7,1 juta jiwa).

ii. Hierarki Kekuasaan (Power Hierarchies), yaitu stratifikasi yang

didasarkan pada kekuasaan seseorang dalam suatu masyarakat. Yang

dimaksud engan kekuasaan adalah kemampuan untuk mepengaruhi

individu-individu lain dan mepengaruhi pmbuatan keputusan kolektif.

Menurut Gaetano Mosca, di dalam suatu masyarakat selalu terdapat

dua kelas penduduk yaitu kelas yang menguasai dan kelas yang

dikuasai17. Kelas pertama yang jumlahnya selalu lebih kecil bertugas

menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan

menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan

tersebut.Sedangkan kelas kedua yang jumlahnya jauh lebih besar,

diatur dan dikendalikan oleh kelas yang pertama.

iii. Hierarki Status (Status Hierarchies), yaitu stratifikasi yang didasarkan

pada pembagian kehormatan dan status sosial. Stratifikasi dalam

bentuk ini membagi masyarakat ke dalam dua kelompok, yaitu

kelompok masyarakat yang disegani atau terhormat dan kelompok

masyarakat biasa. Kelompok masyarakat yang menduduki posisi

terhormat biasanya memiliki gaya hidup yang eksklusif. Biasanya

diwujudkan dalam bentuk pembatasan terhadap pergaulan erat dengan

orang yang statusnya lebih rendah.Di lingkungan kerajaan yang

berdarah biru lazimnya menganggap suatu hal yang menyimpang bila


17
Ibid., hal. 68

14
ada anggota keltarganya yang menikah dengan orang biasa.Di Inggris

pernah terjadi polemik ketika Pangeran Charles yang mewarisi tahta

kerajaan Inggris memilih menikah dengan Putri Diana yang berasal

dari kalangan rakyat biasa.

e. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan

peranan (role).Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki

arti penting bagi sistem sosial.

1) Kedudukan (Status)

Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak

dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya 18.

Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih

tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang

status sosialnya rendah.

Ada tiga macam status sosial dalam masyarakat:

a) Ascribed Status

Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak

lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku,

usia, dan lain sebagainya. Misalnya, kedudukan seorang anak

bangsawan adalah bangsawan pula, seorang kasta Brahmana juga


18
Max Weber. Op Cit. Hal. 59

15
akan memperolah kedudukan yang sama. Contoh lainnya yaitu

kedudukan laki-laki yang lebih tinggi daripada perempuan dalam

suatu keluarga.

b) Achieved Status

Achieved status adalah status sosial yang didapat

seseorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya.

Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat

pendidikan, pekerjaan, dll. Status pekerjaan, misalnya sebagai

dokter, dosen, buruh, dll, sangat menentukan status seseorang

dalam masyarakat.Begitu juga dengan tingkat pendidikan yang

telah ditempuh seseorang. Seorang sarjana tentu dipandang lebih

tinggi statusnya dari pada orang yang hanya lulus sekolah dasar.

Hal itu merupakan hasil dari usaha keras yang telah

dilakukannya.

c) Assigned Status

Assigned status adalah status sosial yang diperoleh

seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat

sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan

masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala

suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.Dalam hal ini,

kesalehan seseorang dalam beragama termasuk di dalamnya. Jika

seseorang memiliki pengetahuan agama yang dalam, maka ia

akan memiliki status yang lebih tinggi di masyarakat.

16
2) Peranan (Role)

Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih

dinamis dibandingkan dengan kedudukan.Status sosial merupakan

unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi

masyarakat.Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam

masyarakat.Meskipun demikian, keduanya tak dapat dipisahkan

karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

Berdasarkan cara memperolehnya, peranan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang

diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya

peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, dan sebagainya.

b) Peranan pilihan (achieve roles), yaitu peranan yang diperoleh

atas keputusannya sendiri, misalnya seseorang memutuskan

untuk memilih Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a) Peranan yang diharapkan (expected roles), yaitu cara ideal

dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat.

Masyarakat menghendaki peranan tersebut dilaksanakan

secernat-cermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus

dilaksanakan seperti yang telah ditentukan.Misalnya,

peranan hakim, diplomatik, dan sebagainya.

17
b) Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara

bagaimana sebenarnya peranan tersebut dijalankan. Peranan

ini pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan dengan

situasi dan kondisi tertentu.

Suatu peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku,

karena peran dapat berfungsi sebagai, pertama, memberi arah pada proses

sosialisasi. Kedua, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai, norma, dan

pengetahuan. Ketiga, dapat mempersatukan kelompok atau

masyarakat.Keempat, menghidupkan sistim pengendali dan kontrol sehingga

dapat melestarikan kehidupan masyarakat.

f. Mobilitas Sosial

Dalam sosiologi, mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam

stratifikasi sosial. Menurut Haditono, yang dimaksud mobilitas sosial ialah

perpindahan seseorang atau sekelompok orang dari kedudukan satu ke

kedudukan yang lain19. Mobilitas vertikal mengacu pada mobilitas ke atas atau

ke bawah dalam stratifikasi sosial. Contoh mengenai mobilitas sosial individu

ialah perubahan status seseorang dari seorang tukang menjadi seorang dokter.

Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial secara vertikal

dapat dilakukan melalui beberapa hal, yaitu angkatan bersenjata, lembaga

pendidikan, lembaga keagamaan, organisasi politik, dan organisasi ekonomi20.

19
Koenjaraningrat. Pengantar Antropologi. (Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
1972).Hal. 52
20
Pitirim A. Sorokin. Bunga Rampai Sosiologi. (Jakarta: Lembaa Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1986)
Hal. 40

18
Dalam keadaan perang di mana setiap negara menghendaki kemenangan

maka jasa seorang prajurit akan dihargai dalam masyarakat. Bisa jadi status

prajurit tersebut naik, bahkan memperoleh kekuasaan dan wewenang.

Melalui lembaga pendidikan seseorang dapat mengubah statusnya menjadi

status yang lebih tinggi. Sedangkan melalui lembaga keagamaan, seseorang

yang memiliki kedalaman agama dinilai lebih tinggi statusnya daripada yang

tidak.Seseorang yang pandai berorganisasi dalam dunia politik dapat

menaikkan statusnya melalui partisipasinya sebagai anggota DPR. Adapun

melalui organisasi ekonomi, perusahaan barang maupun jasa memberikan

kesempatan seluas-luasnya untuk menaikkan statusnya, karena organisasi ini

sifatnya relatif terbuka.

g. Pandangan tentang Stratifikasi Sosial

Ada dua pendapat mengenai pentingnya keberadaan stratifikasi sosial.Para

penganut pendekatan fungsionalis biasanya menganggap bahwa stratifikasi

sosial merupakan hal yang penting bagi kelangsungan sistim sosial.Hal

tersebut bertolak belakang dengan penganut pendekatan konflik yang

menyatakan bahwa timbulnya pelapisan sosial merupakan ulah kelompok elit

masyarakat atas yang berusaha mempertahankan dominasinya.

Kingsley Davis dan Wilbert Moore, pelopor pendekatan fungsionalis

menyatakan bahwa stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup

masyarakat yang membutuhkan berbagai jenis pekerjaan21. Tanpa adanya

stratifikasi ini, masyarakat tidak akan terangsang untuk menekuni pekerjaan-

21
Kingsley Davis. Human Society.(New York: The Macmillan Company, 1960).Hal. 29

19
pekerjaan sulit atau pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan proses yang lama

dan mahal.

Sedangkan pendekatan konflik yang dipelopori Karl Marx berpandangan

bahwa adanya pelapisan sosial bukan sebagai hasil dari konsensus (semua

anggota masyarakat menyetujui danmembutuhkan hal itu), melainkan karena

mereka masyarakat terpaksa menerima perbedaan karena mereka tidak

memiliki kemampuan untuk menentangnya22.

Marx sering mengungkapkan bahwa stratifikasi sosial merupakan bentuk

penindasan suatu kelas tinggi kepada kelas yang lebih rendah 23.Menurutnya, di

dalam masyarakat kapitalis, para pemiliki sarana produksi (kelas atas)

melakukan tekanan dan pemaksaan kontrol kepada kelas buruh yang posisinya

lebih rendah.

Perubahan sosial itu bersifat umum meliputi perubahan berbagai aspek

dalam kehidupan masyarakat, sampai pada pergeseran persebaran umur,

tingkat pendidikan dan hubungan antar warga. Dari perubahan aspek-aspek

tersebut terjadi perubahan struktur masyarakat serta hubungan sosial.

Perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal

ini disebabkan kebudayaan hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan

adanya kebudayaan apabila tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan

tidak ada satupun masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan.

Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau

dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan.Sebagai


22
Joseph Schumpeter, “The Problem Of Clases” yang dikutip didalam setangkai Bungan
sosiologi. Hlm, 293 dan seterusnya.
23
Ibid.

20
akibat adanya dinamika anggota masyarakat dan yang telah didukung oleh

sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam

mencari kesetabilannya. Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan

sosial yang dialami masyarakat adalah hal yang wajar. Kebalikannya

masyarakat yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan tidak akan

dapat melayani tuntutan dan dinamika anggota-anggota yang selalu

berkembang kemauan dan aspirasi.

Cara yang paling sederhana untuk dapat memahami terjadinya perubahan

sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang

terjadi dalam masyarakat sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam

masyarakat dapat dianalisis dari berbagai segi:

a) Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (direction

of change) bahwa perubahan tersebut meninggalkan faktor

yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor tersebut,

mungkin perubahan itu bergerak pada sesuatu yang baru sama

sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk

yang sudah ada pada waktu yang lampau.

b) Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan

kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat.

Perubahan sosial bisa terjadi dengan cara:

- Direncanakan (planed) atau/ dan tidak direncanakan (unplaned).

- Menuju kearah kemajuan (progressive) atau/dan kemunduran

(regressive).

21
- Bersifat positif dan tidak negatif.

Menurut Prof. Dr. Soerjono bentuk-bentuk perubahan sosial dapat

terjadi dengan beberapa cara, seperti: 24

1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi

secara cepat.

a) Perubahan secara disebut evolusi, pada evolusi perubahan

terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana atau suatu

kehendak tertentu. Perubahan terjadi karena usaha-usaha

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan,

keadaan, dan konsdisi-kondisi baru yang timbul karena

pertumbuhan masyarakat.

b) Perubahan secara cepat disebur revolusi, dalam revolusi

perubahan yang terjadi direncanakan lebih dahulu maupun

tanpa rencana.

2. Perubahan yang pengaruhnya kecil, dan perubahan yang pengaruhnya

besar.

a) Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada

unsur struktur sosial yang tidak bisa membawa pengaruh

langsung atau pengaruh yang berarti dalam masyarakat.

b) Perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses

industrialisasi pada masyarakat agraris.

3. Perubahan yang di kehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki.

Bdk. Selo Soerjono Soekanto. Pengantar Sosiologi. (Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan
24

Indonesia. 1972).Hal. 50

22
a) Perubahan yang dikehendaki adalah bila seseorang mendapat

kepercayaan sebagai pemimpin.

b) Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan

perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung

dari jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat

menyebabkan timbulnya akibat yang tidak diingini.

C. Pengertian Kasta Versi Masyarakat Adat Kei

Seperti telah dijelaskan pada bagian latar belakang masalah diatas bahwa

pada dasarnya seluruh masyarakat yang mendiami pulau Kei adalah sebagai

hasil dari perpindahan penduduk dari berbagai tempat. Terlepas dari asal usul

penduduk Kei yang beraneka ragam diatas, leluhur Kei yang sejak awal

mendiami tanah Kei telah membentuk adat istiadat dan nilai-nilai yang

dihidupi masyarakat adat Kei hingga saat ini, termasuk didalamnya tingkatan

masyarakat yang disesuaikan dengan keadaan pohon beringin 25. Masing-

masing kelas masyarakat dimaknai berdasarkan filosofi pohon beringin yang

memiliki akar, lapisan cambium batang yang kurang kuat serta lapisan

cambium yang paling kuat. Setiap unsur pohon beringin diatas tak dapat

dilepaskan karena merupakan penyeimbang yang menjamin kelestarian

kehidupan pohon beringin.

Adat istiadat dan nilai-nilai hidup adat adalah harga mati yang harus

dipertahankan dan dihidupi secara konsekwen oleh setiap masyarakat adat Kei

25
Pohon beringin adalah sebuah pohon yang besar dengan akar dan batang yang kuat, menjulang
keatas.Dari pohon beringin, banyak sisi kehidupan terjaga karena pohon beringin adalah salah satu
penyedia makanan bagi banyak spesis hewan yang singgah dan bernaung dalam kerimbunannya.Akar,
batang, dan daun pohon beringin memiliki fungsinya tanpa terpisahkan satu dan yang lainnya, yang
menunjang kehidupan pohon beringin tersebut.

23
tanpa terkecuali, termasuk didalamnya tingkat masyarakat yang kebanyakan

dalam pola pikir mastarakat adat Kei disebut dengan “Kasta”.Sistim kelas

(kasta) dalam dalam masyarakat adat Kei ini telah ada sejak berabad-abad

yang lalu. Istilah untuk kasta dalam bahasa Kei sama sekali tidak ditemukan

(tidak ada), namun walaupun demikian sebagian masyarakat adat Kei tetap

bertahan pada pola pikir mereka bahwa kelas-kelas masyarakat yang ada di

kepulauan Kei disebut sebagai Kasta sekalipun dengan dasar data yang sama

sekali tidak akurat26.

Dalam masyarakat Kei, dijumpai tiga tingkatan kelas atau kasta dalam

pola pikir masyarakat yang tersusun dari atas Kei bawah. Masing-masing

adalah kasta Mel-mel, Ren, dan Iri27.Kasta Mel adalah lapisan masyarakat

yang dipandang sebagai lapisan tertinggi.Kasta Ren adalah kelompok

masyarakat yang dipandang sebagai lapisan yang kedua dan Iri adalah kasta

orang-orang biasa (budak dan rakyat jelata).Susunan kasta tersebut sangat

kompleks dan hingga kini masih dipertahankan dengan sangat kuat, walaupun

sebagian orang-orang Kei sendiri kadang-kadang tidak mengakuinya.

D. KELAS - KELAS DALAM MASYARAKAT ADAT KEI28

a. Kesimpulan Nama Tingkat Masyarakat

Leluhur Kei telah menetapkan nama tiap tingkat masyarakat,

disesuaikan dengan keadaan pohon beringin. Tiap-tiap tingkat itu

26
Munawar Indra, 2008. “Pengertian dan Defenisi Kasta” http://buku.infoque.com/hasil-belajar-
pengertian-dan-definisi-diakses pada tanggal 12 Oktober 2011.
27
Boelaars, J. Manusia Irian, Dahulu, Sekarang, Masa, Depan. (Jakarta: PT Gramedia, 1994),.Hal.
23
28
J. P. Renyaan. Corak Hidup Masyarakat Adat Kei. Diskusi Budaya Masyarakat Adat Kei.
Kamis, 12 januari 2009.

24
diberikan nama dan julukan yang menyatakan keadaan tingkat itu yang

pada lasiznya disebut:

1. REN-RENREN : Dari kata RENAN yang artinya

induk

REN KERBAU : Ren itu sebesar dan sekuat kerbau

REN KERBAU VU’AR : Ren itu sebesar kerbau dan kuat,

Hidup digunung

2. MEL-MELMEL : Dari kata ENMEL artinya

bertumbuh

MEL KASIL : Bangsawan Cecak

MEL KASIL MAS-MAS : Bangasawan cecak bernoda emas

MEL KASIL MAS-MASLAIR : Bangsawan cecak bernoda emas

hidup ditanjung

3. RI-IRI-IRIRI : Dari kata rimraminartinya serabut

IRI TU’AR TOM : Iri sebagai tonggak bersejarah

IRI MADAN TEL : Iri yang berpengalaman luas

Julukan tersebut sudah dimeteraikan dahulu oleh leluhur, tetntang makna

kurang jelas kepada generasi muda. Dapat diduga bahwa maksud julukan itu:

 Mel Kasil Masmas Lair : Bangsawan /diagungkan , karean sebagai cecak

yang kulitnya bernoda emas dan tempatnya ditanjung yang mengajur jauh

kelaut.

 Ren Kerbau Vu’ar maksudnya Ren-ren diagungkan karena besar dan kuat

sebagai kerbau hidup di gunung dan menjulang ke angkasa.

25
 Iri tu;ar tom/Madaan Tel : sebagai tunggul kayu yang bersejarah, pengalaman

hidupnya meluas, ahli bekerja di banyak bidang, pengaruh akar serabut

sungguh besar sebab tanpa akar, tumbuhan tidak dapat tumbuh.

Bahwa pada dasarnya tingkatan yang ada dalam masyarakat Evav saat

ini tidak pasti sebab musababnya karena adanya berbagai versi yang menjadi

cerita, namun satu hal yang perlu menjadi pegangan dan perlu digali

keberadaannya oleh generasi mudadalam menggali apa yang telah ada dan

yang merupakan sejarah Kei.

b. Corak Dalam Tingkat Masyarakat Kei

Adapun setiap tingkat dalam masyarakat, dibedakan berkelompok-

kelompok sesuai dengan asal-usulnya, pembawaan, keadaan dan lain

sebagainya, antara lain :

1. MEL NUHU DUAN : Bangsawan penduduk asli

2. MEL BAL SUMBAW : Bangsawan berasal dari Bali dan

Sumbawa.

3. MEL LUANG MAUBES : Bangsawan berasal dari Luang dan

Maubes

4. MEL SERAN NGORAN : Bangsawan yang berasal dari

Maluku Tengah

5. MEL DELO TERNAT : Bangsawan yang berasal dari

Jailolo dan Ternate

Berdasarkan fungsi/pembawaan, mel ada tujuh corak (Mel sor fit)

1. MEL UUN OHOY KORAN : Berbudi bahasa dan bijaksana

26
2. MEL KABA AINAR : Berkebesaran, kecantikan dan

bagus

3. MEL KASUL VUTVUT : Meliputi sepuluh marga atau desa

4. MEL YAM’A/KAB YAM’A : Sebagai tua-tua adat

5. MEL KAAK WATAN : Bertingkah laku curang

6. MEL MU’UR BONG : Bermulut lancing

7. MEL AHIL KANEU : Berasal dari perkawinan curang

Berdasarkan kebesaran dan keberanian Mel, ada tujuh corak yakni :

1. MEL TETEUK NABNABANG : Mel yang harus dinanti dan

dikawal

2. MEL SUKAT SARANG : Menjadi contah teladan

3. MEL OT OT TALTAL/YOAR TAL : Bertukang dan hartawan

4. MEL KATLAB KANIMUN : Yang berperumahan lengkap

5. MEL HOBAN REN/ ATAR MAS : Berbawahan dan bersimpanan

emas

6. MEL NGILYAU VATAT : Bermarga besar, kuat dan berani.

7. MEL TUNGUN BES, NERAN NTMAAN : Yang tajam muka

belakang

Keadaan juga yang membedakan tingkat Ren-ren atas tujuh corak (Ren sor

fit) :

1. REN KERBAU VU’AR : Tingkat Ren pada umumnya

2. REN KERBAU VU’AR TEL : Di sekitar gunung Dab-tokrau,

Sit yed-yed Nengsilar (Elraan, Ohoilim, Reyamru, Yamtimur)

27
3. REN KERBAU BALUUR LEAN : Ren yang turun dari tingkat

Melmel

4. REN KERBAU HUNGAR NARNAR : Leluhurnya berasal dari

pulau Kuur

5. REN KERBAU ENVEV NI HUNGAR : Ren yang melingkar

tanduknya

6. REN KERBAU MEHE WAIN : Ren tunggal ditempat atau

marga, dan desa.

7. REN KERBAU SIR ENYATAK : Ren yang di bawah naungan

Mel mel

IRIRI juga terdiri dari tujuh corak (Iris or fit) :

1. IRI RAHAN DUAN/TUA’AR TOM : Termasuk sebagai tuan

rumah

2. IRI RAHAN/ YAF URAN : Sudah mengabdi sejak

leluhur

3. IRI BARDIK/ MARKEEN : Iri yang bebas

4. IRI TEMAR VUTVUT : Dengan marga yang besar

5. IRI TAL TAHA : Yang di tawan/ ditangkap

basah

6. IRI MAS ENAN/ TIV TIVUT : Dibeli atau ditebus

7. IRI VAV LOV : Berasal dari Papua29

29
Boelaars, J. Manusia Irian, Dahulu, Sekarang, Masa, Depan. (Jakarta: PT Gramedia,
1994).Hal. 34

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu

paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau

suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk

narasi.

29
B. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian ini, penelitian ini dilaksanakan di

desa Bombai Kecamatan

C. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah bersifat skematik,

narasi, dan uraian juga penjelasan data dari informan baik lisan maupun data

dokumen yang tertulis, perilaku subjek yang diamati dilapangan juga menjadi

data dalam pengumpulan hasil penelitian ini, dan berikutnya dideskripsikan

sebagai berikut :

1. Catatan Lapangan

Dalam membuat catatan dilapangan, maka peneliti melakukan

prosedur dengan mencatat seluruh peristiwa yang benar-benar terjadi

dilapangan penelitian, dan hal ini berkisar pada isi catatan lapangan,

model, dan bentuk catatan lapangan, proses penulisan catatan

lapangan.

2. Dokumentasi

Data ini di kumpulkan dengan melalui berbagai sumber data yang

tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah kondisi objektif, juga

silsilah dan pendukung data lainnya.

3. Wawancara

D. Sumber Data Penelitian

30
1. Unsur manusia sebagai instrument kunci yaitu peneliti yang terlibat

langsung dalam observasi partisipasi, unsur informan terdiri atas Bapak

Raja, Kepala Desa, dan Petu Adat.

2. Unsur non manusia sebagai data pendukung penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Perolehan data penelitian yang luas serta mendalam, maka upaya yang

dilakukan melalui :

1. Observasi berpartisipasi, penentuannya tergantung pada apa yang

dikehendaki oleh peneliti untuk mengambil bagian dari situasi yang

dipelajarinya.

2. Wawancara dibuat sebagai pedoman untuk dijadikan acuan dan instrument

wawancara yang dilakukan bersifat terbuka, terstruktur dengan pedoman.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif naratif. Teknik ini

menurut Miles dan Hubermen diterapkan melalui tiga alur, yaitu :

1. Reduksi data

2. Penyajian data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan

menggunakan metode induktif setelah itu ditarik suatu kesimpulan30.

3. Penarikan kesimpulan /verifikasi.

Data dalam penelitian ini hanya berdasarkan data kepustakaan dan

dokumentasi serta penelitian lapangan, oleh sebab itu, uraian karya tulis ini
30
Moleong Leksi,. Metode penelitian kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). Hal 56

31
bersifat kualitatif artinya data akan disajikan dalam bentuk kalimat-kalimat

sehingga membentuk suatu uraian31.

Analisis data dalam peneliian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban

yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa

belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai

tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan Hubermen

(1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah

analisis ditunjukan pada gambar berikut32:

Periode Pengumpulan Data

………………………………….

Reduksi Data

Selama Setelah

Antisipasi

31
Hilman Hadikusuma, metode pembuatan kertas kerja atau skripsi ilmu sosial, Cet. 1, Mandar
Maju, bandung. 1995,hlm. 67
32
Sugiyono,. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. (Bandung: ALFABETA,cv.
2011). Hal 246

32
Display Data

ANALISIS

Selama Setelah

Kesimpulan/Verifikasi

Selama Setelah

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian dilakukan pengecekan keabsahan data melalui :

1. Derajat kepercayaan (Credibility)

Untuk melakukan inkuiri (penyelidikan keadaan rakyat) sedemikian

rupa sehingga tinggkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan

menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti.

2. Derajat ketergantungan (Dependability)

Dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Caranya dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit

keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Jadi peneliti

harus dapat menunjukkan jejak aktivitas lapangannya.

3. Derajat keteralihan (Transferability)

Untuk membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif maka peneliti

membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas dan

33
dipercaya. Teknik ini menurut cara penelitiannya dilakukan seteliti

mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada fokus penelitian.

4. Derajat kepastian (Comfirmability)

Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati

banyak orang. Menguji kepastian berarti menguji hasil penelitian,

dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Menjaga kemungkinan jangan

sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Data umum: Gambaran umum lokasi penelitian

1. Sejarah Ohoi Bombai Kei Besar Maluku Tenggara

34
Ohoi (Desa) Bombay adalah salah satu desa di kepulauan Kei Besar.

Desa Bombai sebagai pusat Ratschap Ub Ohoifak yang terdiri dari kurang

lebih 15 desa. Desa Bombay dikenal dengan woma (Pusat Desa) Jorhelat hal

ni dipercayakan oleh Warga Desa sebagai tempat untuk melakasanakn

pertemuan bersama kepala desa guna membahas tentang adat istiadat yang

berlaku di Desa.

2. Lokasi: Kecamatan Kei Besar Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara

C. Hasil

Berdasarkan Hasil Wawancara dengan kepala desa serta perangkat

desa yang ada maka hasil yang ditemukan adalah sistem kasta dalam

perkawinan didesa Bombai masih sangat berpengaruh dalam perkawinan adat.

Hal ini dapat mengakibatkan perkawinan bedah kasta sangat tidak di setujui

oleh pihak kelurga karena kasta sendiri memlik tingkatan- tingkatan tersendiri.

Dari hasil wawancara dilarang keras bahwa kasta yang adalah sebagai

pemimpin tertinggi tidak bisa menikah dengan kasta rendah, hal ini sangat

bertentangan dengan kehidupan di masa sekarang. Masalah kasta di jaman

sekarang memang sudah tidak diakui dalam masalah perkawianan namun

masih ada sebagai masyarakat yang measih mengunlkana kasta sebagai sistem

perkawinan.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui penelitian ini

dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap masalah yang dibahas.

Berdasarkan pengujian hipotesis, peneliti menggunakan deskriptif kualitatif. Hal ini

35
dapat disimpulkan bahwa sistem kasta dalam perkawinan di Desa Bombai,

Kecamatan Kei Besar Maluku Tenggara sangat bertolak belakang.

Dilihat dari kondisi di Desa Bombai, Kecamatan Kei Besar Maluku

Tenggara sitem perkawinan kasta sebagian besar masih berlaku. Masalah kasta

mempengaruhi perkawinan dimasa sekarang sehingga tidak sembarang orang

mekakukan perkawinan bedah kasta yang berujung problem dalam perkawinan ini.

Kasta pada dasarnya memiliki 3 tingkatan atau urutan yaitu Ren (Penduduk

Asli), Mel (Masyarakat Pendatang), Iri (Masyarakat kelas bawah) hal ini membuat

setiap perkawinan tidak sembarangan katrena tingkatan perkawinan ini masih di

junjung tinggi dalam hal perkawinan, kalua dilihat secara kasat mata kasta dalam

perkawinan dapat memperhambat perkawinan namun secara hukum adat

perkawinan ini wajib diberlakukan karena penduduk asli menganggap masyarakat

pendatang hanya sebagai sodara karena yang paling berkuasa adalah masyarakat

asli sehingga masyakat asli atau penduduk asli tidak mau masyarakat pendatang

semena-mena memerintah di daereah mereka.

Masyakata kei masih berpegang teguh akan perkawinan kasta dan hal ini bukan

hal baru untuk masyarakat namun ini sudah mendarah daging dari nenek moyang

mereka. Perkawinan kasta ini sudah disahkan oleh Hukum Adat Larvul Ngabal

sejak dulu kala smapai sekarang. Hokum tersebut juga terlah mengatur penuh

tentang perkawinan kasta sehingga bukan lagi hal baru di Kei samapai saat ini..

36
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan, maka dapat ditarik

kesimpulan adalah: dapat diketahui Sistem kasta dalam perkawinan di desa Bombai,

Kecamatan Kei Besar Maluku Tengara.

37
5.2 SARAN

1.Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan atau materi pembelajaran

untuk semua masyarakat diberbagai daerah.

2. Tempat Penelitian

Menjadi bahan masukan untuk lebih menyediakan tempat informasi- informasi

bagi masyarakat di desa setempat

3.Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapakan adanya penelitian lebih lanjut tentang sistem

perkawinan kasta

Daftar Pustaka

Amin Darori, 2002, Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta, Gema Media.
Ignasius Refo, 2014, Manusia Kei (Dari Perkawinan sampai Kematian),Yogyakarta,
Yayasan Pustaka Nusantara
Koenjaraningrat, 1970, Keseragaman dan Aneka Warna Masyarakat Timur. Jakarta:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Leirissa, 1997 “Strukturisme Dalam Ilmu Sejarah (Pengantar)”, Depok, PS Ilmu
Sejarah, PPs Fakultas Sastra UI.
Lloyd, Cristopher, 1993, “The Strctures of History”, London: Basil Blackwell.

38
Ohoitimur Yong, 1983, Beberapa Sikap Hidup Orang Kei: Antara Ketahanan Diri
dan Proses Perubahan,” tesis, Sarjana Lengkap Sekolah Tinggi Seminari
Pineleng
Pals Daniel L, 2011, Seven Theories Of Religion: Tuju Teori Agama paling
Komprehensif. Yogyakarta, IRCiSoD
Renyaan J. P, 2009, Corak Hidup Masyarakat Adat Kei, Diskusi Budaya Masyarakat
Adat Kei; Jakarta, Yayasan Sejati
Rahail J. P, 193, Larvul Ngabal; Jakarta, Yayasan Sejati
Tijono Lambang Suharko, 1998 “sosiologi II”. Jakarta, PT. Jimika Ekakarya.
Lambang Tijono, Suhartko, 1998. “Sosologi II”, Jakarta; Pt ZJimika Ekakarya
Soerjono Soekanto, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta; PT. RajaGrafindo
Persada
Robin Wiliams, Jr. 1960, American Society. New York; A Fred A Knopf.

Kingsley Davis, 1960. Human Society, New York: The Macmillan Company,

Koenjarningrat 1972, Pengantar Antropologi, Jakarta; Lembaga Ilmu Pengetahuan


Indonesia

I Gusti Made Bfurah, 2006, Buku Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta; Paramita.

Moleaong Leksi, 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung; Remaja Rsdakarya

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitaif dan R&D. Bandung;


ALFABETA, cv.

39

Anda mungkin juga menyukai