Anda di halaman 1dari 35

DEKLARASI KOTO BARU, SOLOK

A. Pertemuan Kayu Aro


Ide awal dari lahirnya gagasan Menagemen Suku pertama
kali dimunculkan dari beberapa diskusi yang diadakan
Solok Saiyo Sakato (S3) di Jakarta. Mulanya di kalangan
urang Solok, krena peminatnya banyak ditingkatkan
menjadi Sumatera Barat. Hadir dalam beberapa diskusi di
Rumah Makan Sederhana Pasar Rumput, Manggarai DR
Saafruddin Bahar, Amir MS Dt Mangguang Sati, Drs
Hasan Basri (mantan Bupati Solok dan mantan Pembantu
Gubernur Sumbar Wilayah I). Disadari bersama bahwa
praktek-praktek pengelolaan suku khususnya di Solok dan
umumnya di Minangkabau telah bergeser dari rel yang
sebenarnya.
Gagasan untuk mengatur anak kamanakan dalam suku
oleh para pemimpin khususnya bagi masyarakat Solok
ditindaklanjuti dari pertemuan Kayu Aro, 10 Februari
2004 yang dihadiri oleh Bupati dan Sekda Kabupaten
Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 213
Solok dan Pengurus S3 Jakarta. Pertemuan tersebut
dimotori oleh organisasi sosial yang mempunyai perhatian
terhadap kelangsungan dan adat dan budaya yang berlaku
di tengan-tengah masyarakat yang selma ini telah
dipaturun-panaikan dalam kehidupan sosial.
Organisasi Solok Saiyo Sakato (S3) Jakarta, yang berusaha
membidani lahirnya pertemuan Kayu Aro te rsebut dan
sekaligus menjadi salah satu motor pengerak untuk
menjembatani antara perantau dengan masyarakat
diranah kampung halaman. Pertemuan Kayu Aro tersebut
dihadiri oleh Organisasi Solok Saiyo Sakato (S3) Jakarta,
S3 Padang dan pemuka sarta pituo-pituo masyarakat
Solok, salanjutnya dapat dilihat laporan dari ketua Solok
Saiyo Sakato (S3) Jakarta yang ditanda tangani oleh Irjend
(Purn) Pol Marwan Paris Dt Maruhun Saripado.

B. Musyawarah Rantau dan Kampung


Musyawarah Adat Masyarakat Solok dilatar belakangi oleh
aroma Babaliak Banagariyang telah ditetapkan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Sumatra Barat dan telah
berujud suatu Peraturan Daerah, memuat kebijakan dasar
dalam melaksanakan otonomi daerah yang
mengembalikannya pada nilai-nilai Adat dan Budaya
Minangkabau. Karena telah terjadi banyak perubahan
dalam tata kehidupan masyarakat urang awakdan
pelaksanaa adat dan budaya itu sendiri, maka isi dari
Babaliak Banagari perlu dikaji ulang yang sampai
sekarang masih belum sampai pada sebagaimana yang
diharapkan.
Karena ba baliak banagari menyangkut adat dan budaya
Minangkabau malahan juga menyangkut masa depan etnis
masyarakat itu sendiri, maka masalah memberi isi
babaliak banagari adalah juga kepentingan dan
214 Manajemen Suku
kepedulian etnis Minangkabau baik yang ada di Ranah
Minang maupun yang ada di perantauan.
Masyarakat Solok yang ada di perantauan manapun yang
ada di Ranah Solok merasa terpanggil memberikan
pemikiran dengan difasilitasi Bupati Solok dan S3, melalui
beberapa kali diskusi menyadari bahwa masalah yang
dihadapi begitu kompleks dan rumit, sehingga
berkesimpulan perlu menemukan ujung benang kusut
dengan memulai dari bawah dengan pembenahan suku.
Dalam diskusi Kayu Aro ini diundang 50 orang pemuka
masyarakat mulai dari Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik
Pandai, Bundo Kanduang dari Kota Solok dan Kabupaten
Solok. Yang mengundang adalahKepala Daerah masing -
masing yaitu Walikota Solok dan Bupati Solok. Waktu itu
Solok Selatan belum menjadi kabupaten sendiri. Bupati
Solok akan bertindak sebagai tuan rumah.

Diskusi memberikan gambaran sebagai berikut:


1. Terdapat banyak kelemahan pada pemangku adat
baik pengetahuan di satu segi dan ekonomi di lain
segi.
2. Hasil seminar adat di Bandung 2003 belum
menghasilkan petunjuk-petunjuk operasional yang
dapat dijadikan pedoman bagi pemangku adat di
lapangan.
3. Dari beberapa kali diskusi di kalangan pengurus
Solok Saiyo Sakato (S3) di Jakarta perlu diadakan
semacam diskusi (bukan seminar) untuk
menemukan fakta -fakta lapangan dari tangan
pertama. Fakta -fakta tersebut (das sein) akan
dibandingkan dengan -norma norma yang
seharusnya berlaku (das sollen). Gap yang terjadi
antara keduanya merupakan masalah yang

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 215


dihadapi. Berdasarkan itu dicarikan jalan keluarnya.
Keinginan ini kemudian disampaikan kepada Bupati
Solok dan beliau menyambut baik gagasan ini.
Diputuskan diskusi yang lebih luas akan diadakan
di Kayu Aro dengan judul Manajemen Suku.

Peta permasalahan yang terlihat:


Pertama: SDM Ninik Mamak
Umumnya peserta melaporkan bahwa SDM
NM/urang ampek jinih lemah. Ada prinsip dalam
adat kita bah wa batuang tumbuh di ruehnyo,
karambie tumbuh di matonyo. Pemangku adat
turun temurun menurut garisnya. Di luar itu
seseorang tidak dapat memangku jabatan
pemangku adat. Sayangnya SDM tetap lemah,
karena tidak dipersiapkan oleh famili dan kaum.
Yang dikejar gelarnya, bukan hakekat gelarnya
sebagai ninik mamaknya. Apakah ini karena
kekurangan visi, padahal sangsi spiritualnya cukup
berat, ka ateh indak bapucuak, ka bawah indak
baurek. Kalau suatu urusan diserahkan kepada
yang bukan ahlinya, tunggulah kehancuran (hadis
Nabi). Sesuai juga dengan pepatah kitaalang
tukang kayu binaso.Terjadilah the wrong man in
the right place, apalagi zaman terus berubah. Untuk
mengantipasinya tak terkejar karena sibuk dengan
masalah rutin yang makin semrawut.

Ekonomi Ninik Mamak (NM).


Faktor ekonomi membuat NM sakamari pentang.
Dukungan ekonomi tidak seperti dulu lagi. Zaman
sudah berubah, populasi kemenakan sudah berlipat
sesuai hukum Maltus. Sumber ekonomi seperti
sawah dan ladang di kampung tidak mengalami
216 Manajemen Suku
perubahan atau bisa jadi sumber-sumber tersebut
tidak dikuasai lagi, karena sesuatu hal sudah
berpindah tangan kepada orang lain. Keadaan ini
membuat sebagian pemangku adat indak tagak di
nan data, tetapi tagak di nan lereng. Kondisi seperti
ini membuat kekacauan pada anak kemenakan.

Perubahan zaman.
Sistem yang kita anut kamanakan barajo ka mamak,
mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka nan
bana, nan bana tagak dengan sendirinyo pernah
menjadi senjata pamungkas untuk tidak dijajah
orang, kini mulai goyah. Seperti pepatah pula daulu
samak nam manyeso, kini tali nan tajelo. Daulu
mamak nan bakuaso, kini papi nan bajaso. Sistem
tergantung orangnya, SDM. Sistem tidak akan
berfungsi bila bila "the man behind the gun" lemah,
betapa pun sistem tersebut sangat ampuh.Fungsi
mamak mulai terancam. Rangkaian sistem kita
tidak tersambung kuat lagi. Penyebabnya lain tidak
adalah kemampuan pribadi mamak sendiri.

Kerancuan fungsi dalam praktek.


Dalam suatu suku terdapat struktur
kekuasaan yang disebut ampek jinih yaitu
pangulu, manti, malin dan dubalang. Bila
keempat pejabat ini berfungsi sesuai jabatan
masing-masing maka suku akan tertib. Bila
suku-suku dalam suatu nagari tertib, maka
nagari juga akan tertib dan damai. Yang
terjadi adalah kerancuan misalnya sering
manti bertindak seperti penghulu, dubalang
berlagak sebagai manti, atau malin berlaku
sebagai penghulu. Jadi tidak tahu lagi akan
Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 217
fungsi yang sebenarnya. Di sini lah
dibutuhkan adanya perubahan dari budaya
lisan menjadi budaya tertulis. Mungkin kita
dapat meminjam motto yang berlaku dalam
manajemen mutu ISO 9000 'tulis apa yang
anda kerjakan dan kerjakan apa yang
anda tulis'. Kalau ungkapan ini kita ulang
-
ulang dalam pekerjaan, maka proses
pekerjaan kita akan mengalami perbaikan,
sampai tercapai proses yang makin baik.
Bila budaya tertulis, kita mulai sekarang
maka dalam beberapa tahun lagi kita akan
mempunyai buku adat yang bernuansa
manajemen suku. Tiap nagari mempunyai
buku sendiri, karena kaidah adat selingkar
nagari masih berlaku di ranah Minang. Apa
keuntungannya? Pemangku adat beroleh
suatu pedoman yang sudah disepakati
sebelumnya dan generasi muda dapat
membacanya.

Pada akhir diskusi, dibentuk Tim 25 yang diketuai


oleh Marwan Paris yang bergelar Dt Tan Langik. 4
orang di antara tim 25 bertugas merumuskan
temuan-temuan, menganalisa dan mencari solusi,
dan menuliskannya menjadi suatu laporan. Laporan
tentunya akan memuat solusi. Solusi adalah hasil
pemecahan dari masalah - masalah yang ada.
Tidak mudah memang. Perlu kerjasama dari
seluruh lapisan masyarakat. Pendeknya perlu
orang sekampung untuk mewujudkan cita -cita ini.
Seperti kata Hillary Clinton perlu orang
sekampung (it takes a village) dalam mendidik dan
membesarkan seorang anak untuk menjadi anak
218 Manajemen Suku
idaman orang tua. Untuk menyongsong masa
depan dengan sistim masyarakat kita, perlu
keterlibatan masyarakat itu sendiri.
Dukungan Bupati Solok sangat besar, yang
mengakomodasi kerja tim sampai selesai.
Hadir dalam diskusi tokoh-tokoh Solok antara lain
Bapak Drs. H. Sjoerkani dan Drs. H. Hasan Basri,
Dr. Rafki Ismail. Drs. Hasan Basri bertindak
sebagai key note speaker
Rentang waktu petemuan Kayu Aro, 10 Februari 2004
dengan Mubes Solok -18 19 Januari 2005 tetap diisi
dengan diskusi-diskusi. Diskusi yang termasuk besar
melibatkan orang Minang (bukan orang Solok saja)
dilaksanakan di Lepau Kopi Sari Bundo, Menteng, 19 Juni
2004. Diskusi ini berupa dialog interaktif yang dihadiri oleh
Kepala Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat,Busra
(mewakili Wakil Gubernur Prof DR Fachri Ahmad), Wakil
Bupati Solok, DR Elfi Sahlan Ben, Buya Mas’oed Abidin,
Soewardi Idris, Zubir Amin, Dr Saafroeddin Bahar, Amir
MS DT Mangguang Sati dan banyak tokoh lainnya. Dialog
interaktif ini terlaksana atas kerjasama Pengurus Solok
Saiyo Sakato (S3) Jakarta dsk, Kantor penghubung
Pemda Sumbar di Jakarta dan Radio Suara Minangkabau.
Menyadari bahwa diskusi-diskusi yang intens itu perlu
ditindak lanjuti, artinya telah didapat kesepakatan bahwa
perlu dibawa pada forum pelaksanaan dilapangan yakni
para wali nagari dengan dengan tokoh-tokoh adat, alim
Ulama, cadiak pandai, bundo kanduang, pemuda dan
Pemda Kabupaten Solok. Untuk dipilih dan dipilah mana
yang masih perlu didalami lagi namun apa yang waktu
singkat dapat dilaksanakan

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 219


Kuatnya hubungan masyarakat Solok di Rantau dan
Ranah terlihat dalam Susunan Paniti a Mubes Adat (lihat
Appendix 1).
Dengan ditetapkannya panitia pelaksana musyawarah
adat masyarakat Solok, baik yang panitia pusat yang
berasal dari perantau Solok yang ada di Jabodetabek
(Jakarta-Bogor-Depok Tangerang-Bekasi) dan Bandung,
maupun yang ada di Ranah yang berpusat di kantor
Bupati Solok (Arosuka). Maka ditetapkanlah pelaksanaan
semula direncaranakan tanggal 25-27 Desember 2004,
dengan membutuhkan dana sebesar Rp 400.000.000,--.
Dengan pertimbangan teknis dan kesiapan panitia, maka
acara tersebut ditunda sampai tanggal 18-19 Januari 2005
Musyawarah yang dilaksanakan dalam dua hari dua
malam tersebut dengan melibatkan seluruh komponen
masyarakat dapat berjalan dengan lancar, sehingga
melahirkan sebuah kesepakatan yang menumental dalam
perjalan sejarah masyawarah bagi masyarakat Solok dan
umumnya bagi masyarakat adat Minangkabau.
Musyawarah itu sangat penting artinya, karena.Pertama;
musyawarah dilaksanakan dalam era globalisasi, yang
sebagai orang telah termarginalkan dalam kehidupan
beradat dan berbudya, mereka dianggap sebagai
masyarakat pinggiran.Sebagian kalangan lagi telah
memutar “kiblat” budayanya ke arah budaya barat, yang di
abat dua puluh disebut denganw esternisasi, walaupun
kebudayaan itu belum teruji dan belum tentu
menjajanjikan keberadaanya ditengah-tengah masyarakat.
Kedua; Deklarasi yang dilahirkan dalam musyawarah
tersebut merupakan “Sumpah Sati abad 21” sekaligus
pencerahan dari pertemuan bersejarah di abad
XIX .
Ketiga; Dokumen-dokumen musyawarah masyarakat adat
yang terdata dalam file kepanitiaan secara apik.
220 Manajemen Suku
Terakomodasinya semua aspirasi masyarakat melalui
sidang-sidang komisi, dan rapat pleno dalam sebuah rapat
umum. Berbeda sekali dengan pertemuan bersejarah di
abad ke 19, yang tidak ditemukan data bes tentang kapan,
dimana dan berapa orang yang hadir, serta utusan dari
mana saja, tidak ditemukan bukti -bukti outentik, yang
lebih parah lagi petikan putusannyapun tidak didapatkan,
tetapi diputuskan tersebut telah menjalar bagaikan ular
kobra mengejar mangsa sampai kepelosok nagari, dan
penyebarannya dalam bentuk budaya lisan. Keempat ;
Masyarakat Adat Solok telah mempelopori budaya lisan
yang menjadi kelemahan masyarkat adat selama ini,
merangkak menuju budaya tulis, terbukti dengan lahirnya
sebuah deklarasi secara tertulis secara modren, disamping
lahirnya buku manajemn suku, berupa panduan bagi
pemangku adat khususnya dan masyarakat umunya dalam
menata anak kemanakan, musyawarah itu juga telah
memicu masyarakat adat untuk menuliskan apa - apanya
tentang kaum, minimal saat mengisi buku gadang kaum.

C. Koto Baru Tempat Lahirnya


Deklarasi Abad 21
Musyawarah masyarakat adat yang melibatakan seluruh
eksponen masyarakat dari 74 nagari serta dari Solok
Selatan dan Kotamadya Solok, membutuhkan sarana dan
prasarana yang lengkap dan jalur trasnportasi yang dapat
dicapai dari segala penjuru.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas,
tambah lagiK oto Baru adalah tempat berpusatnya
administrasi Kabupaten Solok sebelum pindah ke Arosuka,
dilokasi tersebut lengkap dengan Kampus Muhammad
Yamin merupakan kampus kebanggan masyarakat Solok.

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 221


Fasilitas yang lengkap, akomodasi dan tranpostrasi serta
panitia berjalan dengan tugasnya masing-masing,
bagaikan sebuah mesin turbin beban berat akhirnya dapat
terselesaikan dengan baik.Deskrip si di bawah ini dapat
disimak mekanisme musyawarah dan - tata tertib
persidangan selama musyawarah berlangsung.
Deklarasi Koto Baru mempunyai komisi-komisi yang
terdiri dari empat komisi. Komisi I membidangi Ad at
yang di ketuai oleh Firdaus Oemar Dt Marajodengan
sekretaris komisi Maifil Eka Putra Khatib Batuah. Komisi
II Membidangi Ekonomi Suku yang di ketuai rof PDr
Buchari Alma dan Muchlis Hamid dan Sekretaris komisi
Zulfison Malin Bandaro Kayo. Komisi III membidangi
Syarak yang di ketuai oleh Dr Mafri Amir dan Bagindo
Suarman dan sekretaris Komisi Marwan Kari Mangkuto.
Komisi IV yang membidangi rekomendasi yang diketuai
oleh Chaidir Nin Latief, SH dan sekretaris Nasfi Dt Mudo
Nan Hitam. Selengkapnya dapat disimak prosesi jalannya
Musyawarah Adat segaimana tertera di bawah ini.

1. Musyawarah terdiri dari tujuh bagian


penting
1. Upacara pembukaan (Opening Ceremony,
selasa 18 Januari 2005 jam 09.00 - 13.00),
terdiri dari sambutan-sambutan dan peresmian
pembukaan musyawarah oleh Bupati Solok,
dipandu oleh protokol/MC Linda (dari S3) dan
Endang (dari Pemda Kab Solok)

2. Sidang Pleno 1 (Selasa 18 Januari 2005, jam


13.00-16.15), terdiri dari penyajian 4 (empat)
makalah kunci dan penyampaian tanggapan
atas makalah-makalah tersebut oleh 4 orang
222 Manajemen Suku
penanggap (penangaptambahan Baharuddin,
SE – Komnas HAM Sumbar). Mekanismen
pelaksanaan sidang pleno I adalah sebagai
berrikut:
- Protokol mengumumkan bahwa sidang
akan dimulai dengan memanggil
pimpinan sidang (Muchlis Hamid)
Notulen Maifil Eka Putra Khatib Batuah
dan Marwan Kari Mangkuto), penyaji
makalah dan perserta sidang.
- Pimpinan sidang membuka sidang pleno I
dan mempersilakan penyaji makalah
untuk menyajikan makalahnya
- Pimpinan Sidang meminta penanggap
untuk menaggapi masing-masing makalah

3. Diskusi umum berdasar kan bahan presentasi


dan tanggapan pada sidang Pleno I Selasa 18
Januari 2005, jam 16.15-22.00 dan Rabu 19
Jan 2005, jam 08.00 - 12.00). dipandu oleh
moderator (Muchlis Hamid dan LKAAM Solok)
- Moderator mengumpulkan semua
pertanyaan dan tanggapan dari peserta
- Moderator memberikan waktu kepada
pembicara dan penanggap untuk
menjawab dan menjelaskan

4. Sidang Komisi Rabu, 19 Januari 2005 jam


13.30-16.00 dimulai dengan penjelasan oleh
ketua panitia (Marwan Paris) tentang 4 (empat)
komisi yaitu:
- Komisi I : Suku dan Gelar: Narasumber
Marwan Paris dan LKAAM

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 223


- Komisi II: Dukungan Ekonomi bagi
Penjabat Lembaga Suku: Narasumber
Prof. Buchari Alma, Muchlis Hamid dan
LKAAM
- Komisi III: ABS-SBK: Narasumber Prof.
DR. Asmaniar Z. Idris, DR. Mafri Amir,
dan LKAAM
- Komisi IV: Rekomendasi: Narasumber
Firdaus Oemar, Chaidir Nien Latief dan
LKAAM
Ruang sidang komisi - komisi disiapkan oleh
Muchlis Listo. Pengelompokan kelompok-
kelompok dipersipakan oleh panitia (Novia
Sari dan Nursal Nurdin) berdasarkan isian
formulir yang telah disiapkan oleh Muchlis
Hamid dan Maifil Eka Putra Khatib Batuah.
Sidang komisi meliputi:
1. Penjelasan tentang komisi oleh
Narasumber
2. Pemilihan pimpinan sidang dipandu oleh
Narasumber
3. Rangkuman hasil pembahasan setiap
komisi

5. Sidang Pleno 2 Rabu 19/01/05, jam 16.00-17.00


dipimpin oleh ketua panitia Marwan Paris yang
terdiri dari:
- Laporan setiap komisi oleh narasumber
- Tanggapan singkat dari peserta terhadap
hasil-hasil sidang komisi
- Perumusan Hasil Musyawarah Adat (tim
perumus)
Penyerahan/penyiapan Hasil Musywarah Adat
dari Ketua Panitia (Marwan Paris) kepada
Bupati Solok, dilanjutkan dengan Upacara
224 Manajemen Suku
penutupan oleh Bupati Solok (upacara dipandu
oleh Linda/Endang)

6. Press Release (Rabu, 19 Januari 2005, jam


17.00-17.30): Bupati, Katua Panitia,
Narasumber, Pimpinan Sidang
- Tempat akan ditentukan oleh Muchlis
Listo
- Media yang akan diundang akan
ditentukan oleh Muchlis Listo

7. Ceramah ABS-SBK Rabu, 10 Januari 2005, jam


19.30 22.00), akan diurus oleh LKAAM, dan
terdiri dari :
- Pembukaan oleh LKAAM
- Sambutan oleh S3
- Ceramah-ceramah

2. Tata -tertib Sidang


1. Peserta Sidang terdiri dari para utusan nagari
-
nagari dilingkungan Kab. Solok. Kab Solok
Selatan dan Kotamadya Solok
2. Disamping peserta di atas, utusan nagari dari
perantauan serta tokoh-tokoh adat yang
berdomisili dan perantauan juga dianggap
sebagai peserta sidang
3. Sebagai tanda dan bukti kehadiran dan
partisipasinya, peserta sidang diharuskan
mengisi daftar hadir
4. Peserta sidang wajib mengikuti setiap acara
persidangan daria wal sampai akhir, dan jika
keluar ruangan sebelum kwa tunya dianggap
menyetujui keputusan sidang

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 225


5. Upacara pembukaan (Opening Ceremony)
dipandu oleh seorang MC yang ditetapkan dan
dikendalikan oleh panitia musyawarah
6. Sidang-sidang Pleno dan Diskusi Umum
dipimpin oleh seorang moderator dibantu 2
(dua) orang Notulen yang telah ditetapkan oleh
panitia musyawarah
7. Sidang-sidang komisi dipimpin oleh seorang
Moderator dibantu seorang Notulen yang
dipilih oleh anggota yang bersangkutan
8. Sebelum terpilihnya sidang-sidang Komisi,
Panitia menunjuk sejumlah nara sumber yang
akan memandu jalannya sidang, untuk
menjelaskan tentang komisi bersangkutan dan
memilih Moderator /Notulen.
9. Anggota Komisi ditetapkan berdasarkan daftar
hadir dan formulir isian, daan akan
diumumkan sebelum berjalannya sidang-sidang
komisi
10. Setiap Pimpinan Sidang berkewajiban
mengendalikan setiap penyampaian makalah
dan diskusi agar berjalan secara efesian dan
efektif.
11. Pimpinan Sidang Komisi melaporkan hasil
musyawarah komisinya masing-masing ke
sidang Pleno
12. Semua peserta musyawarah berhak
menyampaikan tanggapan dan saran secara
ringkas dan jelas berkenaan dengan materi
yang dibahas pada sidang-sidang Pleno dan
sidang-sidang komisi
13. Ringkasan (resume) dan Kesimpulan dari
Musyawarah Adat Minangkabau ini akan
dirumuskan dan disusun oleh tim perumus
yang ditetapkan oleh panitia
226 Manajemen Suku
14. Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas
Panitia akan menyampaikan beberapa
Rekomendasi kepada Bupati Solok sebagai
masukan untuk menerbitkan atau
menyempurnakan Peraturaan-peraturaan
Daerah Kebupaten Solok, Kabupaten Solok
Selatan dan Kotamadya Solok
15. Panitia bersama Bupati dan LKAAM akan
menyelengarakan Konferensi Pers untuk
mensosialisasikan hasil-hasil Musyawarah Adat
Minangkabau Solok Koto Baru, Solok, 17
Januari 2004

Ketua Panitia
Musyawarah Adat Minangkabau Solok
Irjen Pol (Purn) Drs Marwan Paris Dt Tan Langik

Dengan Mekanisme musyawarah yang jelas, dan sidang


yang terstuktur dengan baik, maka sidang dapat berjalan
dengan baik dan lancar, walapun terdapat beberapa
kendala-kendala teknis, namun hal tersebut dapat diatasi
atas kerjasama yang kompak dari semua elemen panitia.
Sejarah akan mencatat bahwa musyawarah Adat
Minangkabau Solok, telah melahirkan sebuah Deklarasi
dengan Titel “Deklarasi Koto Baru” yang merupakan
Deklarasi Masyarakat Minangkabau di Abad Ke 21,
khususnya bagi masyarakat Solok dan Masyarakat Adat
dan Budaya Minangkabau umumnya. Semoga hasil kerja
keras panitia dan segenap masyarakat Solok yang
didukung oleh Badan pemerinatahan dan lembaga terkait,
dapat disejajarkan dengan Sumpah Sati di Abad ke 19.

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 227


DEKLARASI
KOTO BARU SOLOK 2005
Kami Wali Nagari, Ketua Badan Perwakilan Nagari atau
Anak Nagari (BMN atau BPAN), Ketua KerapatanAdat
Nagari (KAN), Pemangku Adat, Alim Ulama, Cadiak
Pandai, Bundo Kanduang dan generasi muda se
Kabupaten Solok,Kota Solok dan Perwakilan Kabupaten
Solok Selatan, setelah berkumpul dan bermusyawarah
(baiyo batido) di Gedung Solok Nan Indah Koto Baru
Solok atas kerja sama pengurus Solok iyo
Sa Sakato (3)
Jakarta dan sekitarnya dengan Lembaga Kerapatan Adat
Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Solok dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Solok dari tanggal 18
sampai dengan 19 Januari 2005; musyawarah mana kami
fokuskan kepada pembahasan praktik pengelolaan suku
(Manajemen Suku) yang berlaku dewasa ini :
Pertama, bahwa menyadari derasnya arus globalisasi
yang melanda dunia, maka telah membawa dampak positif
dan negatif ke dalam kehidupan adat dan budaya
Minangkabau. Diantara dampak negatif tersebut htela
terjadi pergeseran - nilai nilai berupa lunturnya
kekerabatan, renggangnya hubungan sosial dan
berkurangnya pemahaman dan pengamatan adat dan
agama. Oleh karena itu dikhawatirkan pada suatu masa
nanti, nilai-nilai adat Minangkabau hanya tinggal slogan
dan petatah petitih dan tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya dalam kehidupan masyarakat.
Kedua, pengelolaan suku telah mengalami pergeseran
yang tidak lagi berada pada nilai-nilai dan norma adat dan
agama disebabkan melemahnya iman dantakwa kepada
Allah SWT, merosotnya pengetahuan, pemahaman dan
komitmen atas dasar serta melemahnya kemampuan
ekonomi pemangku adat. Keadaan seperti ini
228 Manajemen Suku
mengakibatkan banyaknya terjadi masalah yang tidak
selalu dapat diselesaikan dengan musyawarah– mufakat
berdasarkan bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek
mufakat, bajanjang naiek, batanggo turun. Hal ini
sekaligus menggambarkan goyahnya jembatan menuju
mufakat yang dapat menimbulkan ketidakpastian di masa
datang.
Ketiga, telah terjadi upaya- upaya pengdangkalan aqidah
dan pemurtadan oleh pihak tertentu yang telah
mengganggu dan menggoyahkan sendi - sendi kehidupan
beragama orang Minang. Kaena itu perlu diatur cara-cara
untuk mengatasinya.
Keempat, dengan diundangkannya UU No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah, kemudian di Sumatera
Barat dijabarkan dengan Peraturan Daerah Nomor 9
tahun 2000 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari
serta Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun
2001 setelah di rubah dengan Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Nagari, maka Ninik
Mamak, Cadiek Pandai, Alim Ulama, Bundo Kanduang
dan generasi muda memegang peranan penting dalam
mewujudkan kembalinya otonomi nagari di Minangkabau
yang berfalsafahadat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah ( Al Qur’an).
Maka berkat rahma t Allah SWT dan berpedoman pada
prinsip “ bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek
mufakat”, kami bersepakat memutuskan apa yang kami
namakan Deklarasi Koto Baru Solok 2005 yang
isinya memuat hal-hal sebagai berikut :

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 229


BAB I
FALSAFAH ADAT
Pasal 1
Istilah “ Kitabullah” dalam falsafah Adat Basandi Syarak,
Syarak basandi Kitabullah dipertegas dengan Al Qur’an,
sehingga berbunyiAdat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah (Al Qur’an).

BAB II
MESJID DAN SURAU
Pasal 2
Tiap Nagari memakmurkan kembali Mesjid dan Surau.
Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiek Pandai, Bundo
Kanduang dn kaum muda serta Wali Nagari, KAN dan
BMN berupaya bersama-sama mengembalikan dan
meningkatkan fungsi Mesjid dan Surau sebagai tempat
beribadah dan menuntut ilmu serta pengembangan
kesenian dan ekonomi anak nagari.

BAB III
MURTAD DAN NIKAH
Pasal 3
1. Pemangku adat dalam kaum dan atau suku melarang
anak kemenakan untuk murtad (keluar dari Islam).
2. Dilarang anak kemenakan perempuan menikah
dengan laki-laki non muslim.
3. Anak kemenakan yang melakukan kawin lari, kawin
liar dan hamil sebelum nikah, maka wajib diberi
sanksi oleh kaum dan atau suku sesuai dengan adat
salingka Nagari.
4. Siapa –siapa yang melanggar ayat 1, 2 dan 3 pasal
ini, diberikan sanksi oleh pemangku adat dalam

230 Manajemen Suku


kaum atau suku sesuai denganadat salingka
Nagari.

BAB VI
PEMIMPIN SUKU / KAUM
Pasal 4
1. Untuk menjadi pemangku adat (nan ka manjujuang
saluak dan ka mamagang karih) dalam kaum dan
atau suku disyaratkan mempunyai kemampuan
memimpin, wawasan adat dan syarak serta
mengutamakan kader yang ada di kampung.
2. Bagi pemangku adat yang tinggal di rantau, harus
memfungsikan panungkek atau pembantunya
dengan pelimpahan kuasa yang jelas dan tertulis
sesuai alua jo patuik serta diberitahukan kepada
pengurus Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan Wali
Nagari.

BAB V
KERAPATAN SUKU
Pasal 5
1. Keputusan tertinggi dalam suku berada dalam
Kerapatan Suku.
2. Anggota kerapatan suku adalah urang IV Jinih
(Penghulu, Manti, Malin, Dubalang) dan urang tuo
dalam suku serta urang bajinih seperti mamak
kapalo kaum, mamak kepala warih dan Urang
Ampek Jinih (Khatib, Bilal, Imam, dan Qadhi),
Bundo Kanduang, serta generasi muda sesuai dengan
adat salingka Nagari.
3. Pelaksanaan kerapatan suku disesuaikan dengan
masalah sesuai prinsip adt: babiliek ketek jo babiliek
gadang, bamunggu – munggu kaciak, dn
bapandang-pandang bilah.
Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 231
BAB VI
BUNDO KANDUANG
Pasal 6
Dalam setiap pengambilan keputusan adat, wajib
melibatkan kaum perempuan dan atau Bundo Kanduang.

BAB VII
DATA KAUM DAN SUKU
Pasal 7
1. Kaum atau suku diwajibkan membuat Buku Gadang
yang berisi paling sedikit tentang: jumlah kaum,
sejarah kaum dan atau suku, pemangku adat, data
anggota kaum dan atau suku baik yang berada di
kampung dan rantau, serta data sako dan pusako.
2. Data setiap kaum atau suku harus ada pula dalam
arsip Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan di Kantor
Wali Nagari.

BAB VIII
RANJI KAUM
Pasal 8
1. Setiap kaum dan suku diharuskan membuat ranji
menurut garis keturunan ibu (matrilineal).
2. Ranji kaum disyahkan oleh pemangku adat dalam
kaum dan atau suku, kemudian salinannya dikirim
ke pengurus Kerapatan Adat Nagari (KAN) sebagai
pangapik pagaran tagak serta Wali Nagari sebagai
pemegang administrasi pemerintah.

232 Manajemen Suku


BAB IX
PEWARIS GALA
Pasal 9
1. Pewaris gelar (sako) pemangku adat dalam kaum dan
atau suku ditetapkan dalam musyawarah kaum dan
atau suku sesuai prinsip adat
maangkek panghulu
sakato kaum, maangkek rajo sakato alam dan
badiri mungkin jo patuik.
2. Pemberian gelar dalam kaum dilewakan dalam suku
dan nagari sesuai dengan adat salingka Nagari.
3. Pemberian gelar kepada orang lain yang dibolehkan
hanya gelar sangsako.
4. Dalam pewarisan sako dan pusako tidak ada istilah
punah.

BAB X
SOAL PUSAKO
Pasal 10
1. Harta pusako tinggi tidak boleh diperjual belikan
atau digadaikan kecuali didasarkan kepada mufakat
kaum, terutama untuk keperluan: gadih gadang
indak balaki, rumah gadang katirisan, mayik
tabujua di tangah rumah, adaik tidak badiri.
2. Harta pusaka tinggi dalam kaum perlu
dipertahankan untuk mendukung ekonomi kaum.
3. Kaum yang tidak mempunyai Pusako tinggi lagi,
maka perlu diusahakan kembali dengan cara
menebus atas biaya kaum.
4. Sawah kagadangan/sawah abuan/singguluang
harus difungsikan kembali sesuai dengan aturan
adat.

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 233


BAB XI
PENYELESAIAN PERKARA
Pasal 11
1. Perkara sako dan pusako harus diselesaikan terlebih
dahulu dalam kerapatan kaum. Jika tidak selesai
dalam kerapatan kaum, di bawa ke dalam kerapatan
suku. Jika tidak selesai dalam kerapatan suku, baru
dibawa dalam Kerapatan Adat Nagari (KAN) sesuai
prinsip adat bajanjang naiek, batanggo turun.
2. Apabila para pihak masih tidak dapat menerima
keputusan kerapatan kaum dan atau suku atau
Kerapatan Adat Nagari (KAN) maka para pihak
dapat meneruskan perkaranya ke Pengadilan Negeri.

BAB XII
KENDURI
Pasal 12
1. Pelaksanaan kenduri adat atau agama wajib
berpedoman kepada ketentuan syarak antara lain
dengan memperhitungkan waktu pelaksanaan
ibadah.
2. Hidangan si pangka dan pambaoan si jamu, wajib
mempertimbangkan kemampuan ekonomi anak
kemenakan.

BAB XIII
PELAMINAN DAN PAKAIAN PENGANTIN
Pasal 1 3
1. Pelaminan baik berupa bentuk, warna dan aksesoris
harus sesuai dengan sifat dan hakekat serta
ketentuan adat Minangkabau.
2. Pakaian pengantin wajib mempedomani aspek-aspek
adat dan syarak.
234 Manajemen Suku
BAB XIV
ATURAN BAGI PENDATANG
Pasal 14
1. Bagi pendatang yang ingin menetap di suatu nagari,
harus menempuh aturan adat inggok mancakam
tabang basitumpu dan harus mendaftar menjadi
anggota kaum/suku.
2. Jika di suatu nagari tidak ada suku yang sesuai
dengan suku asalnya, maka dia harus masuk ke
dalam suku yang serumpun.
3. Penetapan suku ini sahkan dalam kerapatan suku
dengan mengkaji sejarah suku asalnya dan
memberitahukan kepada Kerapatan Adat Nagari
(KAN).
(Catatan: Penjelasan terhadap pasal-pasal ini terdapat
pada lampiran setelah rekomendasi).

PENJELASAN TENTANG PASAL -PASAL


DALAM DEKLARASI
Pasal 1: Bermakna bahwa dasar pertama dan utama
syarak (Islam) hanya kitab suci Al Qur’an. Dasar ini perlu
ditegaskan, karena dalam Sumpah Sati Marapalam ,
istilah kitabullah itu tidak ada arti lain kecuali Al Qur’an.
Pengertian ini sangat penting karena ada pihak-pihak
tertentu yang menerjemahkan istilah “Kitabullah” dengan
selain Al Qur’an.
Pasal 2: Dimaksud untuk memfungsikan kembali mesjid
dan surau agar betul-betul ditingkatkan pemamfaatanna
yang bukan saja untuk kegiatan mengaji atau mempelajari
Al Qur’an tetapi lebih dari itu didayagunakan juga sebagai
tempat menuntut ilmu dn pengembangan kesenian dan
ekonomi anak nagari.

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 235


Pasal 3: Murtad (keluar dari Islam) dan menikah dengan
laki-laki non muslim adalah dua perbuatan yang dilarang
agama Islam secara tegas. Sedangkankawin lari adalah
melakukan kawin ke tempat lain tanpa persetujuan kedua
orang tua kedua belah pihak. Pengertian kawin liar adalah
melakukan pernikahan di bawah tangan atau tidak
menurut peraturan yang berlaku.
Pasal 4: Mengandung maksud untuk meningkatkan
kualitas dan kredibilitas pemangku adat, yang akhir-akhir
ini sebagiannya tidak mempertimbangkan wawasan dan
pengetahuan adat, agama serta skill learship (kemampuan
memimpin). Bagi pemangku adat yang menunjuk
panungkek jangan asal menunjuk seseorang tanpa
menggariskan kewenangan yang harus dilakukan.
Pasal 5: Cukup jelas.
Pasal 6: Penegasan tentang peningkatan peran serta
kaum perempuan atau Bundo Kanduang yang selama ini
sering terabaikan dalam proses dan mekanisme
pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan adat
dalam kaum dan atau suku.
Pasal 7: Maksudnya untuk mengetahui dengan jelas
hubungan keluarga dan jumlah anggota keluarga dalam
kaum dan atau suku serta untuk menghindari terjadinya
hubungan yang melanggar ketentuan adat. Disamping itu
memudahkan pengelolaan oleh Ninik Mamak Kepala
Kaum terhadap anggota - anggota berdasarkan prinsip-
prinsip rentang kendali (span of control) manajemen
kaum dan atau suku. Selanjutnya memperjelas kedudukan
sako dan pusako dalam kaum dan atau suku agar
terhindar dari tuntutan-tuntutan sepihak dri orang tidak
berhak sepanjang adat.
Pasal 8: Cukup Jelas

236 Manajemen Suku


Pasal 9: Mengandung pengertian bahwa mengangkat
seseorang menjadi pemangku adat harus sepakat kaum
dan suku. Pemberian gelar tersebut harus diberitahukan
kepada orang banyak. Orang selain Minang hanya
dibenarkan menyandang gelar adat sangsoko, yang
hanya boleh di pakai seumur orang bersangkutan atau
tidak boleh dipakai secara turun temurun. Dalam soal
waris tidak dipakai istilah
punah agar jangan terjadi
perebutan sako dan pusako oleh orang lain.
Pasal 10: Berarti tidak boleh menjual atau menggadai
tanpa alasan yang empat tersebut. Pusako tinggi yang
cenderung habis perlu dipertahankan dan diupayakan
untuk dihidupkan kembali dengan menebus secara
bersama sesama anggota
Sawah kaum.
kagadangan/sawah Abuan/Singguluang perlu
dibudayakan untuk menunjang ekonomi pemangku adat
dalam melaksanakan kegiatan adat dalam nagari.
Pasal 11: Penyelesaian perkara pusako akhir-akhir ini
cenderung langsung ke Pengadilan Negeri. Hal ini sebagai
indikasi lemahnya peran dan kualitas pemangku adat
dalam kaum, suku dan KAN atau ada kesengajaan untuk
meninggalkan peran pemangku adat oleh anggota
kaumnya. Ada tanda-tanda goyahnya jembatan menuju
mufakat. Maka pasal ini sekaligus akan dapat
meningkatkan kualitas dan peran pemangku adat dalam
kaum, suku dan KAN dalam menyelesaikan perkara
pusako.
Pasal 12: Pelaksanaan kenduri adat atau agama sering
tidak memperhatikan waktu ibadah an menyamaratakan
kebiasaan bawaan tamu (sumandan-sumandan) dan
hidangan tuan-tuan rumah. Hal ini berakibat buruk
terhadap anggota kaum yang mempunyai ekonomi lemah.

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 237


Pasal 13 ayat 1: Sebagai penegasan agar corak, warna
dan penempatan aksesoris pelaminan agar benar-benar
mempedomani ketentuan adat asli karena pada
kenyataannya akhir-akhir ini terutama di daerah
perkotaan atau rantau sering dimodifikasi dengan
meninggalkan corak asli adat Minangkabau.
Pasal 14: Dimaksudkan untuk memelihara keutuhan
kaum dan suku di Minangkabau sehingga tak ada
penduduk suatu Nagari yang tidak mempunyai suku.

REKOMENDASI
Berdasarkan pasal-pasal di atas, maka untuk
mengoperasikannya kami peserta musyawarah adat
merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada Ninik Mamak pemangku adat
dalam kaum agar melarang anggota kaumnya
mengembangkan gagasan-gagasan dan gerakan yang
tidak sesuai dengan adat dan agama seperti: berjudi,
minuman keras, pornografi, pornoaksi dan lain-lain.
2. Diminta kepada Ninik Mamak pemangku adat, Alim
Ulama, Cadiek Pandai, Bundo Kanduang dan kaum
muda supaya meningkatkan pengetahuan agama dan
adat anak kemenakan dengan memakmurkan mesjid
dan surau, menginventarisasi jumlah seluruh serta
fungsi dan kegiatannya.
3. Diminta kepada Wali Nagari, Kerapatan Adat Nagari
dan Ninik Mamak agar menghidupkan kembali
pencak silat dan kesenian anak nagari lainnya untuk
memperkuat kembali budaya Minangkabau.

238 Manajemen Suku


4. Diminta kepada Wali Nagari, Kerapatan Adat Nagari
dan Ninik Mamak menginventarisasi tanah ulayat
nagari dan tanah ulayat kaum.
5. Diminta kepada semua pihak (Wali Nagari, KAN,
BMN, Ampek Jinih, Kepala Jorong,
Penghulu ,
Andiko) untuk melaksanakan pencatatan anak
kemenakan dengan menyelenggarakan Buku Gadang
Kaum dan Suku.
6. Diminta kepada seluruh pihak seperti LKAAM, S3,
Pemerintah Daerah dan lain-lain untuk memberikan
perhatian kepada pelaksanaan dakwah Islam ,
mengkader juru dakwah jadi berkualitas, pertukaran
juru dakwah antara kampung dan rantau atau
sebaliknya.
7. Diminta kepada seluruh pihak seperti LKAAM, BMN,
Pemerintah Daerah, S3 dan perhimpunan perantau
lainnya untuk memberikan perhatian kepada upaya
meningkatkan kemampuan ekonomi Khatib, Imam,
Bilal, Qadhi dan juru dakwah sehingga masing-
masing dapat menjalankan tugas dengan baik dan
sungguh-sungguh.
8. Diminta kepada seluruh pihak seperti LKAAM, S3,
Pemerintah Daerah dan lain-lain untuk melakukan
penataran dan pengajaran adat di kampung dan di
rantau.
9. Diharapkan kepada kaum perempuan dan Bundo
Kanduang untuk selalu meningkatkan peran dan
fungsinya sebagailimpapeh ruma h nan gadang,
ambun puruak pagangan kunci di tengah
masyarakat dalam bidang adat dan agama serta
kegiatan kemasyarakatan lainnya.
Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 239
10. Diharapkan kepada Pemangku Adat dalam suku agar
membuat aturan-aturan dalam suku dan atau nagari
secara tertulis untuk dipedomani oleh anak
kemenakan di kampung dan di rantau.
11. Diminta kepada Pemerintah Daerah agar
meningkatkan perhatian dan bantuan untuk
keperluan pembinaan adat dan agama.
12. Diminta kepada tokoh adat dan agama serta Bundo
Kanduang untuk menjaga martabat dan muruah
menurut adat dan agama.
13. Untuk meningkatkan tarif ekonomi kaum atau suku,
maka perlu di usahakan bentuk-bentuk usaha
ekonomi seperti mendirikan Baitul Ma Wal Tamwil
(BMT), Badan Usaha Milik Nagari (BUMNi) atau
lumbung pitih kaum/suku/Nagari. Dalam hal ini,
Pemerintah dan para pakar diharapkan dapat
membantu untuk membuatkan pedoman )TOR)
sehingga unit usaha dalam kaum/suku/Nagari dapat
berjalan dengan baik. Usaha-usaha dagang termasuk
jasa perlu di galakkan, karena sembilan dari sepuluh
pintu rezeki ada pada usaha dagang ( Al Hadist).
14. Diharapkan kepada anggota kaum, suku, Jorong atau
nagari yang akan meminta sumbangan di kampung
dan atau di rantau, haruslah berdasarkan
musyawarah mufakat dalam kaum, suku, jorong atau
nagari.
15. Dihimbau kepada masyarakat dan Pemerintah
Daerah di seluruh Sumatera Barat serta S3 dan
Perhimpunan Perantau Minang di mana pun berada
untuk meningkatkan pemahaman terhadap adat dan
budaya Minangkabau.
240 Manajemen Suku
Koto Baru, Solok, 19 Januari 2005.

MUSYAWARAH ADAT MINANGK ABAU


KOTO BARU, SOLOK

Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM)


Kabupaten Solok

Ketua, Sekretaris,

H. Gusmal, SE.,M.M. Dt. Rajo Lelo Naspi, SH., MM. Dt. Mudo Nan Hitam

Solok Saiyo Sakato (S3) Jakarta dsk

Ketua Umum, Sekretaris Umum ,

Irjen Pol. Drs. Marwan Paris Dt.Tan Langik Muchlis Hamid, SE., MBA Rajo Dewan

Bupati Solok

H. Gamawan Fauzi, SH., MM., Dt. Rajo Nan Sati

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 241


Appendix 1.

SUSUNAN PANITIA MUSYAWARAH ADAT DI KOTO


BARU, SOLOK, 18 -19 Januari 2005

Penasehat : Bupati Solok, Gamawan Fauzi Dt. Rajo Sati


Wakil Bupati Solok , DrSyahlan BenDt
Rajo Nan Sati
Ketua LKAAM Kab. Solok, Gusmal Dt. Rajo
Lelo
Pembina Solok Saiyo Sakato (S3), Firdaus
Oemar Dt. Marajo
Dr. Oesman Sapta Dt. Bandaro Sutan
Nan Kayo
Prof. Dr. Asmaniar Z. Idris
Tien Nugroho

Panitia Pusat
Ketua Umum : Irjen Pol (Purn) Marwan Paris
Dt. Maruhun Saripado
Ketua : Muchlis Listo
Ketua Rizal Mandah Ali
Sekretaris : Muchlis Hamid
Bendahara : Upi Tuti Sundari
Bid. Transportasi : Rizal MA
Zairul Malin Bandaro
Bidang Acara : DR Ir Chairul Nas, MSc
Bidang Seminar : Drs Mustafa Kadir
Marwan Kari Mangkuto
Maifil E. Putra Khatib Batuah
Zulfison Malin Bandaro Kayo

242 Manajemen Suku


Panitia Setempat
Pelindung : 1. Bupati Solok
2. Wakil Bupati Solok

Penanggung Jawab:
1. Pengurus Solok Saiyo Sakato (S3) Jakarta dsk
2. Ketua LKAAM Kab. Solok
3. Ketua Bundo Kanduang Kab. Solok

Panitia Pelaksana:
Ketua : H. B. Dt. Kayo Bagindo Kayo
Wakil Katua I : Drs. Tamyus Dt. Garang
Wakil Katua II : Naspi, SH Dt. Mudo Nan Itam
Wakil Katua III : Edi Salim Dt. Basa

Sekaretaris : E. S. Marah Baganti


Wakil Sekretaris I : Dayusman H. Basa
Wakil Sekretaris II : Nafri
Bendahara : Drs. Suherman Ch Sutan
Wakil Bendahara : Sudirman
Seksi-seksi:
A. Seksi Acara dan Kesenian :
Ketua : S. Chan Dt. Bandaro Itam
Anggota : M. Natsir
G. Kusuma Wardam
Arizal
Fatneza S. Pd
Endang Wijaya
Nioki Desmi
Camat Kubung
Nazaruddin Dt. Rajo Panjang
B. Seksi Silaturrahmi & Seminar
Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 243
Ketua : H. Bagindo Suarman SH, MM
Anggota : H. A.A. T. Gagah
Bustanul Arifin Dt Bandaro Kayo
Z.A. Dt. Tumanggung
Nasmar Dt. Malintang Sati
R. Dt. Bandaro Hitam
N. Dt. Bandaro Nan Kuniang
A. Dt. Rajo Intan
Arizon Dt. Bandaro
Syamsuir Ml. Sutan

C. Seksi Perlengkapan & Transportasi


Ketua : H. Nasrul D
Anggota : Sofyan Hamid
Z. St. Bagindo Sati

D. Seksi Konsumsi & Dekorasi


Ketua : Nurlis BA
Anggota : Peng. Bundokanduang Kab. Solok
Irdawati
Taufia Isnur
RosMalini
Delis Yarni
Eka Kristina S. Pd
Dra. Yuliza
Sutirta Sy
Nurhasti Yeni S. Pd

E. Seksi Humas & Tamu


Ketua : Devi Kurnia SH. M.M
Anggota : Syofyan Kudan
Mukhlis SH
Drs. Jhoni Afrizal Dt. Hitam
244 Manajemen Suku
Rusmel Dt. Sati
Masnur Adam
Nelly Warni
H.Y. Dt. Mudo Nan Kusuik
Safnil Kasti Dt. Gadang

F. Seksi Keamanan
Ketua : Edisar (Ka. Salpol PP)
Anggota : Kapolsek Kubung
Masri Kosasi Dt. Rajo Malano
Sarmaini Dt. Sampono Alam
Masrli Malingka Bulan
Ajis Dt. Rajo Panghulu

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 245


Appendix 2:

BIDANG-BIDANG KOMISI

I. Komisi Suku dan Gelar:


Ketua: Syahrial Chan Dt Bandaro Hitam
Pendamping:
1. Chaidir Nin Latief, SH., M.Si Dt Bandaro
2. Irjen Pol (Purn) Marwan Paris Dt Tan Langik
3. Nazaruddin Samin Dt. Rajo Intan
Notulen:
1. Maifil Eka Putra, S.Ag Katib Batuah
2. Drs Hamdullah Salim

II. Komisi Ekonomi:


Ketua: Naspi: SH DT Mudo Nan Hitam
Pendamping:
1. R. Dt bandaro Hitam
2. Prof Dr Buchari Alma Dt Rajolelo
3. Muchlis Hamid, SE., MBA
Notulen:
1. Drs Mustafa Kadir
2. Zulfison Malin S.Ag Bandaro Kayo,
III. Komisi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
Ketua: H. Bagindo Suarman, SH,. MM
Pendamping:
1. Dr Mafri Amir, MA
2. Upi Tuti Sundari Usman
Notulen:
1. Nofri
2. Marwan Kari Mangkuto, S.Ag

IV. Rekomendasi:
Ketua: Chaidir Nin Latieh, SH., Msi Dt Bandaro
Pendamping:
1. H. Firdaus Oemar DT Marajo

246 Manajemen Suku


2. Irjen Pol (Purn) Marwan Paris Dt Tan Langik
3. 2 orang floor (dari Solok)/
Anggota:
1. H. Gusmal, SE., MM Dt Rajo Lelo.
2. H. Bagindo Suarman, SH
3. Muchlis Hamid
4. Dr Mafri Amir, MA
5. H. B. DT Kayo
6. B.S. Marah Baganti
7. Arizon L Dt Bandaro
8. Prof. Dr Buchari Alma Dt Rajolelo
9. Syahrial Chan Dt Bandaro Hitam
10. Nazaruddin Samin Dt Rajo Intan
11. Naspi Dt Mudo Nan Hitam, SH
12. R. Dt Bandaro Hitam
13. Drs H. Fachroeddin Jahja

Bab 7: Revitalisasi Adat Minangkabau dalam Perspektif 247

Anda mungkin juga menyukai