Anda di halaman 1dari 39

PERANAN LARVUL NGABAL DALAM PEMBENTUKAN HARMONI

SOSIAL DI KOTA TUAL

PROPOSAL

OLEH :
NURJANA WALLI
NIM : 190202033

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON
2023

1
DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar belakang masalah........................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................5
C. Tujuan penelitian .................................................................................6
D. Manfaat penelitian................................................................................6
E. Definisi operasional..............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................9


A. Penelitian Terdahulu.............................................................................9
B. Larvul Ngabal.......................................................................................12
C. Harmonisasi sosial ..............................................................................20
D. Kerangka Teori ....................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................29


A. Jenis penelitian......................................................................................29
B. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................29
C. Sumber data..........................................................................................30
D. Infoman penelitian................................................................................30
E. Teknik pengumpulan data.....................................................................31
F. Teknik analisis data..............................................................................32

DA FTAR PUSTAKA

2
3
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepulauan Kei kota Tual, seperti daerah-daerah lain yang dapat memiliki

tatanan adat dan keragaman budaya. Adat dan budaya masyarakat yang ada di

kota Tual masih berfungsi sebagai pemikat masyarakat anatara satu dengan yang

lainnya. Salah satu bagaian dari keberagaman adat dan budaya yang masih

dipertahankan dan dilestarikan serta dijaga, yang terdapat dalam hukum larvul

ngabal. Adat tersebut dipandang sebagai nilai-nilai yang dapat mempererat

hubungan anatara kekeluargaan sekaligus sebagai aturan atau norma dalam

menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat di kota Tual.

Budaya adat Larvul Ngabal berasal dari dua kata yaitu Larvul dan Ngabal

yang berarti Lar=darah, Vul=merah dan Nga=tombak, Bal=bali. Yang berarti

Larvul Ngabal adalah tombak berdarah merah yang berasal dari bali. Hukum adat

ini seperti hokum pada umumnya, yang mengandung unsur-unsur atauran dan

larangan sebagai penata kehidupan sosial, dan moral bagi masyarakat suku Kei1.

Hukum adat Larvul Ngabal tidak dikodifikasi pada sebuah kitab atau tidak

dibuat tertulis melainkan pewarisanya dilakukan secara lisan melalui

1
Abubakar Kabakoran, “Reproduksi sosial tradisi yelim dan nit niwang pada masyarakat
kei kota tual”, (Ambon: LP2M Iain Ambon:2017), hlm. 80.

1
hikayat,syair, atau lagu-lagu sekaligus disosialisasaikan ke warga masyarakat

dengan tujuan gampang diingat sehingga tidak mudah disalah artikan. Sebagai

hukum dwi-tungggal. hukum adat Larvul Ngabal adalah kombinasi yang

tersusun 7 (tujuh) pasal dengan rincian; Hukum Nevnev mengatur tentang

kehidupan manusia yang terdiri atas 4 pasal yaitu; (Uud entauk etvunad, Lelad

ain fo mahiling, Ul nit envil etumud, dan Lar nakmot ivud). Dan Hukum Hanilit

mengatur tentang kesusilaan/moral yang terdiri atas 2 pasal yaitu; (Rook fo

kelmutun, dan Morayain fo mahiling) dan yang terakhir Hukum Hawearbalwirin

yang mengatur tentang hak dan keadilan sosial yang terdiri atas 1 pasal yaitu;

(Hira ni fo ini, itdid fo itdid).

Larvul ngabal dalam membentuk keharmonisasian pada masyarakat kota tual

sangatlah berperan penting dalam mengatur kehidupan masyrakat di kota tual,

hal ini menjadikan masyarakat bagaiamana dapat hidup dalam suatau tatanan

masyarakat yang memiliki sekat perbedaan. Larvul ngabal menjadi Keberadaan

manusia di antara mereka sendiri adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan.

Tidak mungkin hidup tanpa manusia Dengan kata lain masyarakat adalah

ketertiban, kedamaian dan keharmonisan kenyamanan, jika ia berhasil

menciptakan keharmonisan sosial. Banyak hal yang berkaitan dengan

keharmonisan sosial dan ideologi, politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan dan

keamanan.

Pada masyarakat yang ada di kota tual menjadikan larvul ngabal sebagai suatu

budaya yang mengatur bagaimana mereka hidup dalam suatu perbaedaan

2
keyakinan, perbedaan pola pikir dalam mengambil suatu langkah dalam hidup

mereka. Kota tual memiliki perbedaan keyakinan hal ini yang menjadikan

mereka berbeda dalam mengambil suatu keputusan. Maka, munculnya budaya

larvul ngabal ini menjadi suatu pedoman bagi masyarakat di kota tual yang

dulunya mereka dapat hidup penuh dengan konflik atas perbedaan keyakinan

maupun perbedaan pola pikir mereka. Hal inilah yang menjadi salah satu

alasannya terbentuknya hukum larvul ngabal.

Peran Larvul Ngabal di Kei tidak muncul Karena keharusan, tapi karena

kesadaran dalam masyarakat. Kesadaran ini merupakan kesatuan keberagaman

yang terjadi sejak saat itu. Solidaritas tercipta antar keberagaman kepulauan Kei

adalah solidaritas mekanis yang didasarkan pada kesamaan kebudayaan yang

diwujudkan melalui hukum adat Larvul Ngabal. Hal ini menunjukkan bahwa

kolektif dan persatuan tidaklah diciptakan tidak hanya untuk religiusitas tetapi

juga untuk budaya mampu menyatukan keberagaman2.

Peranan larvul ngabal sangatlah terlihat penting ketika dimana mampu

menyelesaikan konflik diantara umat beragama yang ada di kota tual yang

terjadi pada tahun 1999, kehadiran larvul ngabal peran dan fungsinya tersebut

tidak hanya mencegah terjadinya konflik antara dua perbedaan tersebut, tetapi

juga dapat mmebentuk perdamaian, kedamaian yang dirasakan oleh masyarakat

2
Weldemina Yudit Tiwery, “Larvul Ngabal dan Ain Ni Ain sebagai pemersatu kemajemukan
di kepulauan Kei Maluku Tenggara” Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol 6. No 1 (2018), hlm 12

3
kota tual dan bahkan sampai sekarang walaupun sering terjadi konflik antar

keduanya, hal itu dapat cepat diselesaikan.

Teori yang digunakan pada penilitian ini ialah teori dari emile Durkheim.

Seperti yang telah dijelaskan pada teori emile Durkheim terkait dengan

solidaritas mekanik, sama halnya dengan budaya Larvul ngabal yang ada pada

masyarakat di kota tual. Masyarakat kota tual menjadikan larvul ngabal sebagai

sandaran hidup mereka, yang dapat mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

Serta dapat mereka jalani, lasanakan dengan bersama-sama yang dimana jikapun

mereka melanggar terhadap apa yang telah ditetapkan pada pasal-pasal tersebut

maka mereka pun akan mendapatkan pelanggaran atau sangsi hukum terhadap

apa yang telah mereka lakukan.

Seperti yang tertuang pada pasal satu yang dimana menjelaskan bahwa orang

kei sangat menjujung kepala (duad) mkasudnya mereka sangat menjunjung tuhan

yang maha pencipta dan penguasa, dan mereka sangat menghormati pemimpin,

raja, kepala marga, dan kepala adat maka dari itu mereka perlu dihormati dan

dihargai dalam masyarakat, dan pasal ini juga menuntut hak dan martabat kepada

orang tua karena orang tua adalah “kepala” yang menggatur, melindungi, dan

memilihara anggota keluarga. Dari pasal ini bisa dipahami bahwa suatu

masyarakat akan hidup dengan damai, sejahtera dan rukun maka dalam

masyarakat kita harus saling menghargai dan menghormati yang terutama bagi

mereka yang keduduakan sangat tinggi seperti, tuhan yang maha kuasa,

4
pemimpin yang dihargai, dan orang tua yang dihormati. Barulah saling

menghormati antar kita dalam hidup bermasyarakat.

Penilitian terdahulu dilakukan oleh Weldima Yudit Tiweri, ia meneliti

tentang “Larvul Ngabal dan Falsafah Ain Ni Ain dalam mempersatukan

kemajemukan di Kepulauan Kei Maluku Tenggara” Perbedaan pada penilitian

Weldima dengan penilitian yang saya teliti ialah penilitian Weldima meneliti

tentang dua kearifan local di kepulauan kei yaitu Larvul Ngabal dan Ain Ni

Ain, dengan bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran kedua kearifan

local tersebut dalam mempersatukan kemajemukan serta relevansinya bagi

pembagunan Indonesia, berbeda dengan penilitian yang saya teliti yaitu

penilitian saya lebih berfokus pada bagaimana peranan larvul ngabal dalam

membentuk suatu keharmonisasian pada masyarakat di kota Tual, serta

bagaimana bentuk nilai-nilai larvul ngabal dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk

meneliti “Peranan Larvul Ngabal Dalam Pemebentukan Harmoni Sosial,

dengan Fokus masalah Larvul Ngabal dan Harmoni sosial.”

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang maka penulis akan memfokuskan penelitian ini

tentang, ”Peranan Larvul Ngabal Dalam Pembentukan Harmoni Sosial Di Kota

Tual’ maka pertanyaan antara lain sebagai berikut ;

5
1. Bagaimana bentuk nilai-nilai Budaya Larvul Ngabal yang tertanam dalam

kehidupan sosial di Kota Tual?

2. Bagaimana peranan Budaya Larvul Ngabal dalam pembentukan Harmoni

Sosial Di Kota Tual?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian sebagai berikut:

1. Mendskripsikan bentuk nilai-nlai budaya Larvul Ngabal yang tertanam

dalam kehidupan sosial di Kota Tual

2. Untuk Mendeskripsikan Budaya Larvul Ngabal Dalam Pembentukan

Harmoni Sosial Di Kota Tual

D. Manfaat penelitian

a. Secara Teoritis.

Penelitian ini akan memberikan informasi dan pemahaman tentang “Budaya

Larvul Ngabal dan Fungsinya Dalam Pembentukan Harmoni Sosial Di Kota

Tual.’’Dapat pula juga menjadi rujukan dalam melakukan penelitian lain

yang relevan dengan penelitian.

b. Secara Praktis.

Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan bagi program studi lain, dalam

memperhatikan pentingnya Budaya Larvul Ngabal Dalam Pembentukan

Harmoni

Sosial Di Kota Tual.

6
E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran judul dengan mengemukakan

pengertian dari beberapa kata yang terdapat dalam judul.

A. Larvul Ngabal dikenal sebagai warisan kultural masyarakat Kei yang

mengekspresikan nilai-nilai hakiki dan berfungsi untuk menjamin harmoni

sosial serta kesejahteraan hidup bersama di kepulauan Kei.

B. Peranan (Role) Peran adalah bagian dinamis dari suatu posisi (status).

Apabila seseorang memenuhi hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka ia memenuhi suatu peranan. perbedaan antara status

dan peran adalah keepentongan ilmu pengetahuan. keduanya tidak dapat

dipisahkan karena yang satu bergantung pada yang lain dan sebaliknya3.

Larvul Ngabal sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat kei

dalam menanamkan nilai-nilai adat budaya karena memiliki tujuan agar

masyarakat Kei dapat hidup sebagai manusia yang beradat dan selalu

menonjolkan budaya yang dikembangkan dengan maksud yang baik, serta

mengatur sikap hidup masyarakat Kei agar dapat membentuk karakter yang

selalu mementingkan rasa solidaritas antara yang satu dengan yang lainnya

untuk saling membantu, saling menolong dan kasih dalam persaudaran.

C. Harmonisasi Sosial merupakan kecocokan, kesesuaian, keseimbangan, dan

keadilan yang memberikan rasa aman serta kedamain dan kesejahteraan

3
Soerjono Soekanto & Budi Sulistyowati, “Sosisologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada: 2017), hlm 210

7
kepada seluruh umat manusia. Secara hakiki bermakna adanya rasa

persaudaraan dan kebersamaan di kota tual meskipun, mereka berbeda

secara agama, dan golongan, tapi berasal dari satu moyang dalam bahasa

setempat disebut “fuat ain mehe ngitan” atau “manut ain mehe tilur” artinya

“telur dari satu ikan dan satu burung”. Maksudnya mereka percaya bahwa

mereka berasal dari satu keturunan. Sejak leluhur hingga saat ini, pepatah

“ain ni ain”, yang berarti “kita semua adalah satu” masih di pegang teguh

dalam sanubari masyarakat Kei. Oleh karena itu walaupun leluhur Suku Kei

suka berperang, peperangan tersebut akan cepat selesai setelah jatuhnya

beberapa korban.

8
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan di cantumkan

beberapa penelitian terdahulu dari hasil penelitian oleh beberapa peneliti yang

pernah penulis

1. Weldima Yudit Tiwery (2018)

Penilitian yang dilakukan Weldima dengan judul “Larvul Ngabal dan

Ain Ni Ain sebagai pemersatu kemajemukan dikepulauan kei Maluku

Tenggara”. Penilitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa data

deskriptif. Tujuan peniltian ini adalah untuk mengetahui peranan hokum adat

Larvul Ngabal dan falsafah Ain Ni Ain dalam mempersatukan kemajemukan

di kepulauan Kei Maluku Tenggara, dan relevansinya bagi pembangunan

perdamaian di Indonesia. Dalam penilitian ini kedua kearifan local tersebut

dapat mempersatukan kemajemukan di kepulauan Kei yang telah menjadi

dasar untuk hidup bersama.

Perbedaan pada penilitian Weldima dengan penilitian yang saya teliti

ialah penilitian Weldima meneliti tentang dua kearifan local di kepulauan kei

yaitu Larvul Ngabal dan Ain Ni Ain, dengan bertujuan untuk mengetahui

bagaimana peran kedua kearifan local tersebut dalam mempersatukan

kemajemukan serta relevansinya bagi pembagunan Indonesia, berbeda dengan

9
penilitian yang saya teliti yaitu penilitian saya lebih berfokus pada bagaimana

peranan larvul ngabal dalam membentuk suatu keharmonisasian pada

masyarakat di kota Tual, serta bagaimana bentuk nilai-nilai larvul ngabal

dalam kehidupan masyarakat.

2. Mahdi Mardani Difunubun (2019)

Peniltian yang dilakukan Mahdi dengan judul “ Budaya mayarakat Kei

dalam adat Larvul Ngabal di desa Elaar Ngursoin Kecamatan Kei Kecil

Timur Selatan Kabupaten Mauku Tenggara. (suatu tinjauan aqiah)”. Peniltian

ini adalah peniltian kualitatif, dengan strategi pendekatan deskripsi analisis.

Penitian ini menjelaskan wujud pemahaman masyrakat Kei terhadap makna

filosofis yang tertuang dalam pasal-pasal hukum Larvul Ngabal serta

kebudayaan ini sudah ada sejak nenek moyang masyrakat Kei. Keberadaan

Larvul Ngabal tidak menghilangkan keyakinan agama masyarakat Kei hingga

saat ini. Ditinjau dari aqidah Islam, adat Larvul Ngabal menpunyai kedudukan

sentral dalam pelaksanaan bentuk-bentuk perbuatan menurut hukum Islam,

sehingga dapat di jelaskan menurut makna dalam Al-Qur’an dan penalaran

Hadis.

Perbedaan penilitian Mahdi dengan penilitian yang saya teliti ialah

penelitian Mahdi mencakup nilai agama yang befokus pada bagaimana

masyarakat Kei memahami makna yang tertuang dalam pasal-papsal larvul

ngabal yang telah menjadi suatu pedoman yang telah diwariskan sejak nenek

moyang mereka dulu, meski demikian keyakinan mereka terhadap suatu

10
agama tidak hilang, serta hukum larvul ngabal ini mempunyai kedudukan

yang sentral dalam pelaksanaan bentuk-benntuk perbutana menurut hukum

islam. Berbeda halnya dengan penilitian yang saya teliti, penitian saya tidak

terlalu terfokuskan pada nilai agama tetapi lebih difokuskan pada nilai sosial

yang dimana bentuk nilai-nilai larvul ngabal yang tertanam dalam kehidupan

sosial masyarakat serta bagaimana peranan penting larvul ngabal dalam

membentuk susatu masyarakat yang hidup dengan ketengan kedaiaman dan

kesejahteraan.

3. Adi Suparlan (2015)

Penelitian yang dilakukan Adi denga judul “Harmonisiasi dalam

keberagaman suku atau etnik di kecamatan Tana Lili Kabupaten Luwu

Utara” dalam penitiannya terdapat perbedaan yakni pada tesis ini penulis

memfokuskan penitiannya terhadap factor yang mendukung dan penghambat

komunikasi antar budaya agama dan etnik yang terdapat di daerah tersebut,

sedangkan tesis ini sendiri lebih kepada hubungan sosial yang dilihat dari

harmonisasi dalam keberagaman suku atau etnik dikecamatan Tana Lili

Kabupaten Luwu Utara. Karena Harmonisasi sosial yang berada di

masyarakat masih sangat dijaga baik komukasi secara langsung maupun tidak

langsung.

Perbedaan penitian Adi dengan penilitian yang saya teliti ialah,

penitian yang dilakukan oleh Adi terfokuuskan pada factor pendukung dan

penghambat konikasi antar agama, budaya dan etnik di daerah tersebut

11
walaupun, harmonisasi yang berada pada masyarakat tersebut masih dijaga

baik itu seacara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan penilitian saya

lebih berfokus pada suatu peran budaya yang menjadi salah satu pendukung

untuk bagaimana suatu masyarakat yang memiliiki perbadaan agama dapat

hidup bersama, berkomunikasi, bersosialisasi, berbagi perbedaan dalam suatu

keharmonisasian masyrakat untuk hidup lebih baik.

B. Konsep Larvul Ngabal

1. Pengertian Larvul Ngabal

Pada dasarnya hukum Larwul Ngabal mempunyai dua hukum yang seragam

yaitu Hukum Larwul dan Hukum Ngabal. Hukum Larwul lahir di Pulau Kei

Kecil, ditandai dengan terbunuhnya seekor kerbau oleh putri Dit Sak Mas.

Pada pertemuan Sembilan kelompok ursui (Sembilan kelompok) tersebut

terbentuklah sebuah hukum yang dikenal sebagai hukum Larvul dalam bahasa

kei “Lar” artinya darah dan “Vul” artinya merah. Sedangkan di pulau Kei

Besar bertempat Ler Ohoilim telah dipotong seekor ikan paus dengan

menggunakan Tombak dari Bali yang kemudian potongan tersebut dibagikan

kepada kelompok Loor Lim (kelompok Lima), Peristiwa di Ler Ohoilim ini

menandai berlakunya Hukum Ngabal, “nga” artinya tombak sedangkan “bal”

adalah singkatan dari Bali. Maksudnya adalah hukum tombak dari Pulau Bali

12
karena berlakunya ditandai dengan dibunuhnya ikan paus dengan

menggunakan sebuah tombak yang dibawa dari Pulau Bali oleh Jangra4.

2. Nilai-nilai Larvul Ngabal

Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam budaya masyarakat Kei

seperti larvul ngabal merupakan modal sosial dan budaya yang sangat

berperan dalam integrasi sosial masyarakat Kei di Maluku Tenggara karena

sudah menjadi sebuah budaya. yang telah diwariskan dari generasi ke

generasi selama ratusan dan ratusan tahun. Kearifan lokal ini mengajarkan

kebudayaan, perdamaian, kerukunan, gotong royong, cinta kasih, kesetaraan

dan saling menghormati sesuai misi dan perannya. Selain itu, secara historis

juga menunjukkan bahwa kearifan lokal yang berlaku dalam budaya

masyarakat Kepulauan Maluku Tenggara mampu membangun solidaritas

sosial yang melampaui batas agama, suku, ideologi bahasa, dan perbedaan

golongan.5

Sebagai suatu ketentuan hukum yang diberlakukan di kepulauan Kei,

maka hukum adat Larvul Ngabal terdiri atas tujuh (7) pasal yang bersumber

dari hukum adat local;

a. Hukum Nevnev yakni mengatur tentang kehidupan manusia dan

terdiri atas 4 pasal (pasal satu, dua, tiga, dan pasal empat)

4
Pengadilan Negeri Tilamuta “Larvul Ngabal 9hukum adat di kepulauan Kei)”, https://pn-
tilamuta.go.id (diakses pada 2 september 2023)
5
Abubakar Kabakoran, “Reproduksi sosial tradisi yelim dan nit niwang pada masyarakat
kei kota tual”, (Ambon: LP2M Iain Ambon:2017), hlm. 75.

13
b. Hukum Hanilit yakni mengatur tentang kesusilaan/moral dan terdiri

atas 2 pasal (pasal lima dan enam)

c. Hukum Hawearbalwirin yakni mengatur tentang hak dan keadilan

sosial yang teridri atas 1 pasal yaitu (pasal 7)

Selain nilai-nilai hukum adat larvul ngabal yang mengandung

perintah/ajaran/anjuran/ajakan kepada masyrakat Kei untuk menaati, menata moral

hak dan keadilan baik tersirat maupun tersurat, maka terdapat juga larangan-larangan

yang tidak boleh dilakukan serta sesuai tingkat, pelanggarannya yang di sebut dengan

"sasa sorvit" (tujuh lais/tingkat) kesalahan/larangan baik pada hukum nevnev,

hanilit, hawearbalwirin".

Adapun pasal-pasal yang ada pada hukum adat larvul ngabal antara lain;

 Pasal 1 : Uud Entauk Etvunad

Artinya : kepala kita bertumpuk pada pundak kita.

Secara harfiah pasal ini berarti, kepala kita bertumpu atau bersatu pada

tenngkuk/pundak kita. Bagi orang kei memandang bahwa “kepala” sebagai

bagian tubuh yang terpenting. Kepala adalah organ tubuh yang paling

terpenting. Kepala adalah organ tubuh yang paling tinggi, olehnya itu harus

mempwerhatikan, memikirkan, melihat, menjaga dan melindungi keselamatan

anggota lain di tubuh manusia. Pada kepala terdapat mata, telinga, otak,

hidung, mulut dan lidah, yang semuanya berfungsi untuk menghidupkan

seluruh tubuh manusia. Dalam pandamgan ini seakan-akan harus di akui

14
kekuasaanyauntuk melindungi seluruh tubuh manusia. Olehnya itu kepala

dapat dimaknai dengan memiliki makna seperti ;

a. Uud (kepala) melambangkan pimpinan atau penguasa dalam hal ini

pencipta (tuhan), pengatur (manusia) dalam tataran penguasaanya.

b. Uud (kepala) pada manusia adalah bagian tubh yang letaknya

tertinggi di antara organ tubuh lainnya, yang kesemuanya

mempunyai fungsi penting layaknya fungsi dan peran seseprang

pimpinan yang memiliki kesempurnaan untuk memimpin.

c. Uud (kepala) terletak di punda artinya

1. Terhadap sang pencipta (Tuhan-Duad Karatat) maka manusia

wajib menyembah, melaksanakan segala perintah-Nya dan

menjauhi segala larangan-Nya.

2. Terhadap penguasa/kepala/pimpinan (Laai Kwas

Adat/Kubni/Agam) maka sebagai masyarakat harus mengikuti

perintah.

3. Terhadap orang tua (Duad Kabav) maka anak-anak wajib

menghormati dan mematuhi segala perintah/anjurannya.

 Pasal 2 : Lelad Ain Fo Mahiling

Pengertian dari pasal ini adalah mengatur tentang krhidupan sebagai sesuatu

yangmulia/luhur/agung sehingga harus dilindungi/dijaga.

15
Lelad (leher) adalah bagian anggota tubuh yang penting dan strategi sehingga jika

diganggu/dilukai pada manuisa merasa tidak aman dalam hidupnya, dan jika leher itu

putus maka manusia akan mati. Menurut orang Kei Lelad (leher) itu mulia dan harus

dijaga/dilindungi, untu itu orang kei biasanya mengorbankan harta demi kehidupan

atau keselamatan (Leiwai) singkatnya bahwa jangan saling melukai/memotong

apalagi membunuh karena kehidupan itu sangat mulia.

 Pasal 3 : Ul Nit Envil Etumud

Artinya : kulit adalah pelindung badan/tubuh/daging agar terpelihara dan tidak

tercemar oleh penyakit atau gangguan lainnya,

Maksudnya Ui Nit Etumud (kulit) dengan makna adalah bagian pelindung

daging atau tubuh manusia. Sedangkn falsafah orang Kei tentang Ui Nit

Etumud (kulit) adalah :

1) Sebagai selimut menutup/membungkus aib seseorang dari kesalahan

yang diperbuat agar tidak tercemar nama baik, karena nama baik orang

harus dijaga/dipelihara dan tidak boleh di nodai dengan fitnah.

2) Menebus kesalah orang berupa harta benda atau barang berharga

lainnya agar bebas dari gangguan/fitnah.

 Pasal 4 : Lar Namkot Ivud

Artinya : darah membeku/berkumpul dalam perut.

Secara harfiah brarti darah, ivud berarti perut. Kata namkud secarah harfiah

berarti terkurung sehingga tinggal tenang, tetapi pada umumnya diterjemahkan

16
dengan terkumpul. Olehnya itu di tubuh manusia tidak boleh dilukai sampai

mengalirkan darah. Penumpahan darah berarti pembunuhan terhadap manusia untuk

itu jangan bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain sehingga menimbulkan

luka atau penumpahan darah apalagi sampai terjadi pembunuhan.

 Pasal 5 : Reek fo kelmutun

Artinya : Berarti ambang kamar atau kesucian kaum wanita diluhurkan.

Ungkapan ini memiliki dua arti, yakni, pertama, bahwa kamar tidur

dari suami-isteri atau seorang perempuan tidak boleh dimasuki oleh orang lain

yang tidak berhak. kedua, perempuan juga dilambangkan seperti tanda sasi

(larangan) yang tidak boleh diperlakukan semena-mena. Artinya tidak boleh

mengganggu seorang wanita dengan cara ‘bersiul, mengedipkan mata,

mencolek, dan bersuara keras kepadanya’.

 Pasal 6 : Moryain fo mahiling

Artinya : Tempat tidur orang yang sudah berumah tangga dan juga wanita

bujang (gadis) adalah agung mulia.

Hal ini juga berkaitan dengan pasal 5. Bahwa orang lain tidak boleh

menggunakan atau tidur di tempat tidur orang yang sudah menikah, termasuk

tempat tidur seorang gadis. Kedua pasal ini (5 dan 6) dapat dilihat padanannya

pada kitab Keluaran 20 ayat 14, “Jangan berzinah”; dan ayat 17b, …Jangan

mengingini isterinya (sesamamu).

 Pasal 7 : Hira ni fo ini, itdid fo itdid

Artinya : milik orang tetap miliknya, milik kita tetap milik kita.

17
Maksudnya hak milik sesorang tidak boleh diganggu dan dikhianati.

Jangan rakus terhadap sesuatu yang bukan hak milik sehingga menimbulkan

kecurangan, ketidakadilan terhadap orang lain.

3. Sasa Sorvit

Sasa singkat sa berarti kesalahan-kesalahan atau pelanggaran-pelanggaran

terhadap suatu perbuatan yang menyebabkan orang lain rugi atau menderita,

sedangkan “sor” artinya lapisan atau tingkatan dan “vit” artinya tujuh. Jadi sasa

sorvit atau sasar sorvit adala tujuh lapisan atau tingkat kesalahan atau

pelanggaran. Sasar sorvit di sususn menurut hukum dasar yakni hukum nevnev,

hanilit dan hukum hawear balwirin dengan jenis pelanggaran terhadap hukum

Larvul Ngabal :

a) Sasor vit hukum nevnev (pasal 1,2,3,4 hukum adat larvul ngabal);

1. Muur na, subanvakla = mengmpat/menyumpah.

2. Haum hebang = berniat/bencana jahat.

3. Rasung smu, rudang dad = mencelakai, mengguna-gunai.

4. Kev bangil = memukul.

5. Tev ahai, sung tava t = melempar, menikam, menusuk.

6. Vedan na, avat fo nga = membunuh, memotong-motong.

7. Tivak, luduk fo vavain = menguburkan, menenggelamkan hidup-hidup.

b) Sasor vit hukum Hanilit (pasal 5 dan 6 hukum adat larvul ngabal);

1. Sis af, kafik mitko = mendesis dan memanggil, bermain mata.

18
2. Kis kafir, temar umur = mencubit, menyenggol dari depan maupun

belakan

3. In a lebak = merangkul, memeluk

4. Val ngutung tenan, siran baraan = menelanjangkan, menyetubuhi

5. Marvuan vo ivun = menghamilkan diluar nikah

6. Manu’u marai = membawa lari wanita, mengganggu/merampas istri

orang

7. Nadit natal telvunan, nakbub in oho vehe wain = menghamili saudara

kandung/ anak kandung sendiri.

c) Sasor vit hukum hawear balwirin (pasal tujuh hukm adat larvul ngabal)

1. Varyatad sa = menginkan barang orang lain (rakus)

2. Itkulik afa borbor = menyimpan barang curian

3. Itbor = mencuri

4. Taan rereang, daad afa weed = makan upah tapi tidak bekerja

5. It liik ken umat rirafa, tana it weed = menemukan barang milik orang tapi

tak di kembalikan

6. Itlavur umat rir afa = merusak, menghancurkan barang orang lain

7. It taha kuuk welmat = menahan, utang otrang/ tidak dilunasi

19
C. Konsep Harmonisasi sosial

1. Pengertian Harmonisasi sosial

Harmonisasi Sosial merupakan kecocokan, kesesuaian,

keseimbangan, dan keadilan yang memberikan rasa aman serta kedamain dan

kesejahteraan kepada seluruh umat manusia. Secara luas bermakna adanya rasa

persaudaraan dan kebersamaan antar umat beragama walaupun mereka berbeda

secara suku, agama, ras, dan golongan. Keharmonisan dapat juga bermakna

suatu proses untuk menjadi sesuai atau cocok karena sebelumnya ada

ketidakcocokan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan

bersama dengan damai serta tenteram.

Langkah-langkah untuk mencapai keharmonisan seperti itu,

memerlukan proses dan waktu serta dialog panjang untuk saling terbuka,

menerima dan menghargai sesama umat beragama yang didasari atas rasa cinta-

kasih. Sedangkan keharmonisan sosial umat beragama yaitu proses interaksi

umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling

menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaranagama

dan kerjasama dalam kehidupan masyarakat6. Umat beragama dan pemerintah

harus melakukan upaya bersama dalam memelihara keharmonisan umat

beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh

yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan

6
Wayan Wirata, Harmonisasi Antar Umat Beragama Di Lombok, Pangkaja: Jurnal Agama
Hindu.Vol 4 Nomor 21

20
ormas keagamaan yang berbadan hukum dan telah terdaftar di pemerintah

daerah. Pada pihak lain, penulis melihat berdasarkan literasi para pemikir

sosiolog terdahulu Parson sendiri dipengaruhi oleh pemikiran para pemikir

eropa kontinental yang pada abad ke-19 mempermasalahkan para pemikir ahli

ekonomi klasik inggris.

Hormonisasi ialah upaya mencari keselarasan, dengan adanya upaya yang

memungkin masyarakat menjalin hubungan secara harmonis akan memudahkan

masyarakat menjalin kerja sama yang baik dalam lingkungan mayarakat yang

memiliki berbagai perbedaan secara kultur, dalam perbedaan tersebut banyak

hal yang dapat terjadi, sehingga perlunya saling menjaga atau mempererat

hubungan individu satu dengan lainnya. Hubungan yang harmonis akan

memberikan dampak yang baik dalam lingkungan masyarakat yang nantinya

dapat dijadikan sebagai suatu modal kebersamaan terhadap generasi yang akan

datang.

2. Hubungan Dalam Kehidupan Sosial

Hubungan Sosial Suatu hubungan yang menjadi bila dua orang saling

mempengaruhi satu satu sama lain, bila yang satu saling bergantung pada

yang lain. Sedangkan sosial dalam hal ini yang menyangkut hubungan sosial

merupakan segala relasi manusia yang menggambarkan hubungan yang baik,

yang terjadi di kecamatan bone-bone kabupaten luwu utara adapun teori sosial

yakni, teori fungsional adalah pendekatan dalam ilmu-ilmu sosial yang

berkepentingan menganalisis fungsi-fungsi institusi-institusi sosial

21
Perkembangan manusia dalam melakukan interaksi sosial antara individu

dengan individu atau antara kelompok dengan kelompok hubungan sosial di

bedakan menjadi dua bedasarkan statusnya diantaranya. Hubungan sosial

adalah kegiatan yang di lakukan seseorang atau kelompok untuk saling

berintraksi, dengan demikian, hubungan sosial membentuk hubungan timbal

balik antara individu antar kelompok.serta antara individu atau

kelompok .hubungan sosial dapat terbentuk karena individu dan kelompok

untuk memenuhi kehidupan hidupnya.

3. Ciri-ciri Hubungan Sosial

Ciri-ciri hubungan sosial sebagai berikut.

1). Terdapat dua pihak atau lebih sebagai pelaku dalam interaksi sosial

2). Terdapat komunikasih

3). Terdapat tujuan yang ingin di capai

4). Terdapat demensi waktu, meliputi masa lalu, masa kini dan masa mendatang Pada

dasarnya manusia selalu berusah menjalin hubungan sosial.

Sebagai contoh,manusia membentuk keluarga dan melakukan aktivitas

bersama anggota keluarganya.Hubungan sosial yang terjalin dengan baik dalam

keluarga dapat menciptakan keharmonisan sosial. Berikut ini beberapa

diantaranya syarat hubungan sosial.

Kontak sosial merupakan aktivitas individu, atau kelompok dalam

individu dalam bentuk syarat yang memiliki makna si pelaku dan si

22
penerimah.Kontak sosial dapat terbentuk melalui kontak fisik atau secara

langsung. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan manusia.

Kemajuan dalam bidang telekomunikasi menyebabkan hubungan sosial terjalin

lebih luas.Kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan manusia saling

bertukaran informasi dengan cepat dan mudah.

Kontak sosial

1. secara langsung hendaknya menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial.

2. Komunikasi berperan penting dalam proses penyapaian pesan atau informasi.

Dalam komunikasi terdapat komunikator dan komunikan.

3. Hubungan sosial yang baik dapat terjalin dengan komunikasi yang baik pula,oleh

karena itu hendaknya berkomuniki dengan bahasa yang benar dan sopan.

4. Hubungan tertutup Yaitu hubungan sosial yang terjadi dalam satu golongan sosial

tertentu.Misalnya golongan bangsawan bergaul dengan golongan bangsawan.

5. Hubungan terbuka Yaitu bentuk hubunga sosial yang di sebabkan oleh perbedan

status masyarakat bukan oleh kelompok sosial.

Manusia sebagai makhluk individu, sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya

memiliki kebebasan mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun

sekalipun oleh masyarakat, bahkan oleh negara. Secara individu manusia juga

berkebebasan untuk menentukan keputusan dalam melakukan tindakan

“penyesuaian diri” terhadap individu yang lain pada berbagai hubungan yang

terjadi di dalam masyarakat, karena penyesuaian diri dilakukan dengan segala

kemampuan berpikir, akal, dan kehendak merupakan nilai-nilai kehidupan

23
sosial yang tidak dapat dihindari., sehingga konflik sosial yang sering terjadi

merupakan peristiwa yang bersifat manusiawi, dan tidak dapat dihindari 7.

Memperhatikan ilustrasi seperti terungkap itu, dapat dikemukakan bahwa

faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial di dalam masyarakat, antara

lain sebagai berikut.

1. Manusia berada pada keterbatasan kemampuan, tetapi ditujukan kepada

kehendak yang tidak terbatas pada setiap individu.

2. Setiap individu manusia memiliki bekal di dalam hidupnya seperti pikiran,

kehendak, dan akal budi, bagi upaya mewujudkan kehendak kompleksnya

(keinginan, harapan, cita-cita, impian, tuntutan, kebutuhan, kepentingan, dan

lain-lain sejenisnya).

3. Setiap individu manusia berhadapan dengan perlombaan dan pertandingan

yang berlangsung setiap saat, baik secara sendiri maupun secara bersama-

sama.

4. Tantangan-tantangan lain di dalam kehidupan, sehingga persaingan tidak

dapat dihindari. Hal tersebut, juga berlaku bagi kelompok-kelompok yang

terhimpun di lingkungan masyarakat, mengingat akan resiko yang harus

ditanggung sangat besar dimana konflik yang terjadi antar kelompok dengan

melibatkan individu manusia dalam jumlah besar dapat mengarah pada

kekerasan sosial, serta tidak dapat dikontrol oleh siapapun anggota kelompok

7
Satria, 2015,”Pengantar Sosiologi PT. Pustaka Cidesindo, Jakarta.

24
masing-masing maupun oleh warga masyarakat yang terkena akibat dari

resiko kekerasan sosial.

Mengenai harmonisasi atau proses menuju keselarasan, kesesuaian, dan/atau

keseimbangan bukan merupakan peristiwa yang baru terjadi, tetapi setiap individu

manusia beranggapan bahwa hal itu merupakan pengingat akan adanya hubungan

(pergaulan dan pergumulan) antara manusia dengan alam lingkungan sekitar yang

mengelilinginya, tentu berpengaruh pada perbedaan dan pembedaan tersebut terjadi.

Mengupas tentang harmoni sosial di dalam lingkungan sosial-kemasyarakatan yang

dinamis dan beraneka ragam status sosialnya adalah menjadi karakteristik umum

yang dihadapi manusia pada hidup serta kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Perbedaan dan/atau pembedaan mana dikarenakan adanya sikap dan perilaku yang

juga berbeda yang dimiliki oleh manusia di dalam menghadapi berbagai perubahan

yang terjadi oleh pergerakan-pergerakan manusia, terhadap alam lingkungan sekitar

yang mengelilinginya baik disadari maupun tidak disadari.

Di samping itu, terjadinya kekuatan tarik-menarik, tolakmenolak antargenerasi

(lama ke baru) juga merupakanpermasalahan yang harus mendapat perhatian, dalam

mana perbedaan kedua kekuatan itu dapat menjadi ketidaksamaan sosial yang lain

dan sebagai pemicu terjadinya perselisihan yang mengarahkepada konflik ide

dan/atau gagasan yang semakin menjauhkan kehadiran harmoni sosial di lingkungan

masyarakat.8

8
Arikunto, Suharsimi, 1992; “Hormonisasi sebagai pemersatu bangsa Suatu
Pendekatan Praktik,Rineka Cipta, Jakarta. Hal 232

25
Meskipun diakui bahwa sejak manusia terlahir di dunia adalah berbeda di

antara masing-masing dalam berbagai aspek kehidupan, namun dengan segala

kemampuan yang dimiliki, manusia selalu berupaya untuk mendekatkan diri antara

satu terhadap yang lainnya untuk saling mengenal dan pada akhirnya saling mengerti

dalam arti yang sesungguhnya. Dengan saling mengenal dan memahami itu berarti

juga dapat menerima keberadaan masing-masing dalam keadaan apapun, tanpa

adanya prasangka-prasangka yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada ranah

pergaulan dan/atau kerugian-kerugian secara materiil atau moril.

D. Kerangka Teori

Teori yang digunakan pada penilitian ini adalah teori dari Emile Durkheim

Menurut Durkheim, Solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada

suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada

perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh

pengalaman emosional bersama. Solidaritas sosial merupakan bagian penting dalam

hubungan antara individu dengan masyarakat, karena dapat menciptakan rasa saling

percaya, hormat, dan tanggung jawab. Solidaritas sosial juga dipengaruhi oleh

pembagian kerja dalam masyarakat, yang dapat meningkatkan keragaman dan

kompleksitas aktivitas masyarakat. Durkheim mengemukakan bahwa pembagian

kerja menyebabkan perubahan dalam struktur solidaritas sosial dari mekanik ke

organik.

26
Dalam penilitian ini lebih terfokus pada solidarias mekanik. Solidaritas mekanik

adalah bentuk solidaritas yang didasarkan pada kesamaan kesadaran kolektif yang

dimiliki antara individu dengan sifat-sifat dan pola-pola normatif yang sama .

Masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik biasanya memiliki pekerjaan,

kepercayaan, cita-cita, komitmen, dan moral yang sama atau mirip. Mereka juga

melakukan kegiatan bersama-sama secara rutin dan kompak. Masyarakat yang

memiliki solidaritas mekanik memiliki sistem hukum yang bersifat represif, yaitu

menekan atau menindas pelanggar norma dengan hukuman yang berat. Masyarakat

yang memiliki solidaritas mekanik memiliki ikatan sosial yang kuat dan kohesif.

Seperti yang telah dijelaskan pada teori emile Durkheim terkait dengan

solidaritas mekanik, sama halnya dengan budaya Larvul ngabal yang ada pada

masyarakat di kota tual. Masyarakat kota tual menjadikan larvul ngabal sebagai

sandaran hidup mereka, yang dapat mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Serta

dapat mereka jalani, kasanakan dengan bersama-sama yang dimana jikapun mereka

melanggar terhadap apa yang telah ditetapkan pada pasal-pasal tersebut makan

mereka pun akan mendapatkan pelanggaran hukum atas apa yang telah mereka

lakukan.

27
KERANGKA BERPIKR

Kerangka Pikir

Budaya Larvul Ngabal Harmoni Sosial

o Aman
o Sejahtera
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif 9. Kualitatif yaitu penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan pelaku dengan di amati. Secara teoritis bertujuan untuk deskriptif

adalah pencarian data dengan interpretasi yang tepat, digunakan dalam penelitian

ini untuk mendeskripsikan “Peranan Larvul Ngabal Dalam Pembentukan

Harmoni Sosial Di Kota Tual.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi peniltian berdasarkan pertimbangan bahwa

1. Kedua agama Islam dan Kriesten memiliki Budaya Larvul Ngabal

2. Keduanya memiliki hubungan yang Harmoni

3. Mudah mengumpulkan/mendapatkan sumber data

4. Menghemat dana yang akan di keluarkan

Penilitian ini direncanakan dari tanggal 10 Oktober-10 November.

C. Sumber Data
9
Wiratma. . Metodologi penelitian, Pustaka Baru Press, 2016. Hal 39
Sumber data yang digunakan dalam penelitian dibedakan menjadi dua yaitu sumber data

primer dan sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat peneliti dari sumber pertama baik individu

atau perseorangan seperti hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang

biasa dilakukan oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder di peroleh oleh studi kepustakaan yang bersumber dar

jurnal resmi serta buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan utama dalam penelitian ini adalah 10 orang terdiri dari

beberapa orang antara lain sebagai berikut:

1) 2 Toko adat

2) 3 Toko agama

3) 5 Toko masyarakat

Pedoman wawancara yakni acuan yang digunakan dalam melakukan wawancara,

terdiri dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan “Peranan Larvul

Ngabal Dalam Pembentukan Harmoni Sosial.

D. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah observasi

wawancara, dan dokumentasi.10

a. Observasi

Dalam penelitian ini observasi atau pengamatan langsung yang di

lakukan penelitian Di Kota Tual . harapan informasi yang dicari dan masih

diragukan penulis dapat dipecahkan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan komunikasi atau pembicaraan dua arah

yang dilakukan oleh pewawancara dan respomden untuk mengetahui

informasi yang relefan dengan tujuan penelitian Dalam penelitian ini

wawancara dilakukan secara langsung yakni meneliti

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan aktivitas atau proses sistematis dalam

melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan, pemakaian, dan

penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan

pengetahuan dan bukti serta menyebarkannya kepada pengguna.

F. Teknik Analisis Data

10
Koentjaningrat 2018, Metode-metode Penelitian Masyarakat Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama, H 286.
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk memperoleh

hasil penelitian guna memperoleh supatu kesimpulan.11 Teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui analisis deskriptif dan

interpretative teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan langkah-

langkah yang di kemukakan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah bagian dalam dari latihan pemeriksaan

informasi dalam fokus ulasan ini. Pemilahan informasi dilakukan dengan

memimpin persepsi lapangan dan berbicara saksi yang diharapkan untuk

mengetahui masalah yang diteliti.

2. Reduksi data

Reduksi data dicirikan sebagai proses memilih, melepaskan

pertimbangan dari menguraikan dan mengubah informasi mentah yang

muncul dari akun yang diletakkan di lapangan. Pengurangan informasi

dilakukan mulai dari pengumpulan informasi sampai akhir. Mengikuti subjek,

menulis pengingat, dll yang diharapkan dapat menyimpan data penting

3. Display data

Display data adalah penggambaran data yang terorganisir, untuk

memberi kesempatan membuat keputusan dan bergerak. Dalam

memperkenalkan informasi dengan menggunakan teknik kuantitatif,


11
Agustinova, 2015. Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Calpulis.
informasi yang diperkenalkan sebagai teks akun juga harus dimungkinkan

sebagai kisi-kisi, garis besar, tabel atau dia

DAFTAR PUSTAKA.

Agustinova, 2015. Memahami Metodologi Penilitian Kualitatif. Yogyakarta: calpulis


Budi, Soerjono, 2017, Sosisologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada:

Difunubun Mardani Mahdi, 2019 Budaya Masyarakat Kei dalam Adat Larvul Ngabal

Elaar Ngursoin Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan Kabupaten Maluku

Tenggara (suatu tinjauan Aqidah), (Skripsi Sarjana, IAIN Ambon)

Hasyim, Marly. 2022 Relevasi hukum adat kei Larvul Ngabal dalam pembaharuan

hukum pidana nasional” jurnal hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol 3. No 39,

hlm 6.

Kabakoran Abu Bakar, 2017, Reproduksi sosial tradisi yelim dan nit niwang pada

masyarakat kei kota tual” LP2M IAIN Ambon.

Pengadilan Negeri Tilamuta “Larvul Ngabal (hukum adat di kepulauan Kei)”,

https://pn-tilamuta.go.id (diakses pada 2 september 2023)

Satria, 2015, Pengantar Sosiologi PT. Pustaka Cidesindo, Jakarta.

Suharsimi Arikunto, 1992; “Hormonisasi sebagai pemersatu bangsa Suatu

Pendekatan Praktik,Rineka Cipta, Jakarta. Hal 232

Tiwery Yudit Weldemina, 2018, Larvul Ngabal dan Ain Ni Ain sebagai pemersatu

kemajemukan di kepulauan Kei Maluku Tenggara, Jurnal Sosiologi Pedesaan,

Vol 6. No 1, hlm 8

Uinsa.ac.ad: pengertian Harmoni Sosial” http://digilib.uinsa.ac.ad (diakses 2

September 2023)
WirataWayan, Harmonisasi Antar Umat Beragama Di Lombok, Pangkaja: Jurnal

Agama Hind

Yusuf, Dewi, Nanik, & Afan, 2021, Persepsi hukum adat Larvul Ngabal pada

masyarakat kei perantauan dikota Jayapura provinsi papua, jurnal poros onim,

Vol 2. No 1, hlm 23

Anda mungkin juga menyukai