Anda di halaman 1dari 40

PERMOHONAN

PENYELESAIAN MASALAH DUSUN KOKO DAN DUSUN SUMNI DI

WILAYAH ADMINISTRATIF PEMERINTAHAN KAMPUNG HOMLIKYA

DISTRIK SYAHCAME KABUPATEN MAPPI.

“MASYARAKAT KAMPUNG HOMLIKYA YANG SEPAKAT DAN PERGI

TINGGALKAN KAMPUNG UNTUK SELAMANYA DENGAN ALASAN

TERTENTU, SEHINGGA MEREKA KEMBALI MENDIAMI DUSUN-DUSUN

MEREKA DI DUSUN KOKO DAN SUMNI SEPANJANG SUNGAI BEBIS”

Disusun Oleh:

Werenfridus Ewianim Gebze

ANGGOTA PARALEGAL LBH. PAPUA

POS MERAUKE

MERAUKE 30 DESEMBER 2022


PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat “Allah Tuhan Kita Yang Maha

Kuasa” yang Menciptakan Leluhur Kita, dan juga selalu melimpakan rahmat dan kasihnya

kepada kami semua sampai pada hari ini.

Di dalam perjalanan kehidupan kami yang selalu berkembang dari masa ke masa

selama bertahun tahun di wilayah hak ulayat tanah adat kami, yang mana hal itu sesuai

dengan garis lurus keturunan laki-laki di kalangan kami sebagai penerus terhadap kelanjutan

keturunan kami, dengan tujuan untuk tetap menjaga segala sesuaitu yang merupakan bagian

dari aset-aset warisan leluhur kami yang meliputi: Tanah kering, Rawa-rawa, Sungai,

kekayaan Hutan, kekayaan yang terkandung didalam tanah, dan hal lain yang berhubungan

dengan pembagian secara lisan sesuai dengan tiap-tiap marga dalam kebiasaan kami (sub-

Suku Qho’Bebis).

Tujuan penulisan masalah “Masyarakat Kampung Homlikya Yang Sepakat dan Pergi

Tinggalkan Kampung Homlikya Untuk Selamanya Dengan Alasan Tertentu, Sehingga

Mereka Kembali Mendiami Dusun-Dusun Mereka Di Sepanjang Sungai Bebis”, ini Adalah

untuk menceritakan persoalan kami kepada para pihak, dan dengan harapan semoga ada

pihak-pihak tertentu yang mau membantu kami.

Oleh sebab itu dengan segala kerendaan hati, kami mengucapkan banyak terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Allah Leluhur Kita Orang Asli Papua.

2. Lembaga Bantuan Hukum Papua Pos Merauke di Kota Merauke,

3. Semua orang yang telah memberikan informasi, dan

4. Semua orang-orang tua kami sebagai perintis yang telah meninggal Dunia.

ii
DAFTAR ISI

PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................3

C. Tujuan...............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6

A. Gabungnya Masyarakat Dusun Koko, dan Sumni di Homlikya.......................6

B. Upaya Pemerintah kampung dan Bamuskam Kampung Homlikya.................10

C. Kehidupan masyarakat di dusun koko dan sumni............................................11

D. Jumlah Penduduk..............................................................................................17

BAB III ANALISIS TEORI DAN UNDANG-UNDANG........................................ 23

A. Teori..................................................................................................................23

B. Undang-Undang Dan Peraturan Lain...............................................................34

BAB IV PENUTUP...................................................................................................29

A. Kesimpulan.......................................................................................................29

B. Saran.................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masuknya rombongan misionaris katolik di wilayah masyarakat adat auyu

yang berada di sepanjang sungai/kali IA, merupakan salah satu bentuk peradaban

yang sangat berpengaruh terhadap kestabilan hidup masing-masing klen Marga yang

sebelumnya telah hidup dan mendiami dusun-dusun mereka untuk mempertahankan

hak-hak khusus mereka berdasarkan garis keturunan laki-laki sesuai dengan tradisi

suku auyu.

Salah satu usaha yang digunakan oleh para misionaris katolik adalah dengan

mengajak semua masyarakat auyu dari tiap-tiap marga untuk harus keluar dari dusun-

dusun mereka, dan memindahkan kampung mereka dari kampung lama ke pinggiran

suangi/kali IA yang saat ini di sebut dengan kampung-kampung administratif di

wilayah distrik syahcame kabupaten mappi.

Cara-cara yang di gunakan oleh pihak “Misi Katolik” dalam memindakan

masyarakat dari dusun-dusun ke kampung-kampung yang sesuai dengan permintaan

dari Pastor Antonius Drabbe, MSC akhirnya terwujud. Salah satu di antara kampung-

kampung dari tepian sungai/kali IA adalah Kampung Homlikya.

Kampung homlikya merupakan salah satu kampung di wilayah distrik

syahcame yang pada awalnya di buka oleh misionaris katolik, dengan ajakan-ajakan

yang berhasil mempengaruhi orang-orang dari setiap dusun-dusun untuk bersatu, dan

1
hidup bersama dalam ajaran “Injil Tuhan”. Pada awal-awal kehidupan masyarakat

dari tiap-tiap marga di kampung homlikya sangat baik dan teratur. Akan tetapi seiring

dengan berjalannya waktu, dan perkembangan generasi mudah, hal-hal ini

mengharuskan semua orang disana untuk bebas dalam melangsungkan hidup mereka

tanpa ketergantungan terhadap orang lain, atau hak milik orang lain.1

Kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai sistem sosial oleh karena

didalam masyarakat terdapat unsur-unsur sistem sosial. Secara garis besar, unsur-

unsur sistem sosial dalam masyarakat adalah orang-orang yang saling tergantung

antara satu sama lainya dalam suatu keseluruhan. Dalam ketergantungan itu

sekumpulan manusia yang terintegrasi yang bersifat lebih kekal dan stabil. Selama

masing-masing individu dalam kelompok masyarakat itu masih saling tergantung dan

masih memiliki kesamaan dan keseimbangan perilaku, maka selama itu pula unsur-

unsur sistem sosial menjalankan fungsinya. Sedangkan secara khusus dan rinci unsur

sistem sosial dalam masyarakat adalah status, peranan dan perbedaan sosial dari

individu-individu yang saling berhubungan dalam suatu struktur sosial.2

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, persoalan masyarakat terus terjadi

khususnya menyangkut tuntutan pengakuan dan perlindungan terhadap kepentingan

masyarakat adat baik perlindungan pada wilayah adat, tradisi adat, lembaga adat dan

pranata adat. Selain perlindungan juga adanya pengakuan oleh Negara atas hak-hak

masyarakat adat. Tuntutan ini terjadi disebabkan oleh konflik antar anggota

1
Sumber data; Bapak Silvester Aun, Mantan Dewan Gereja stasi Homlikya. Pada hari Minggu 28 Oktober tahun 2018,
Jam 05:00 WIT.
2
Abdulsyani, Sosiologi-Sistematika, Teori Dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Hal 129-130.

2
masyarakat adat, antar kelompok masyarakat adat, antar masyarakat adat dengan

lingkungan masyarakat di luar wilayah hak ulayat masyarakat adat, konflik

administratif antar kelompok masyarakat adat dengan pemerintahan kampung.

Konflik dalam masyarakat adat didominasi oleh konflik lahan tanah adat.

Selain itu ada juga wilayah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

salah satu pulau semua tanahnya adalah tanah adat atau disebut tanah ulayat yang

terletak di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Persoalan yang mendasar juga

terletak pada sumber daya manusia kelompok masyarakat adat khususnya yang ada di

daerah pedalaman atau perkampungan yang terpencil. Beberapa permasalahan pokok

dalam pengaturan masyarakat yang bersangkutan3

Dalam UU Nomor 21 Tahun 2001, menggunakan dua istilah yaitu Masyarakat

Adat dan Masyarakat Hukum Adat. Pasal 1 huruf p menyebutkan bahwa Masyarakat

Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang hidup dalam wilayah dan terikat serta

tunduk kepada adat tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara para

anggotanya. Sedangkan dalam Pasal 1 huruf r menyebutkan Masyarakat Hukum Adat

adalah warga masyarakat asli Papua yang sejak kelahirannya hidup dalam wilayah

tertentu dan terikat serta tunduk kepada hukum adat tertentu dengan rasa solidaritas

yang tinggi di antara para anggotanya.4

Masyarakat yang hidup dan mendiami kedua dusun di wilayah administratif

kampung homlikya Distrik Syahcame Kabupaten Mappi dengan nama Dusun Koko

3
Putusan MK No. 35/PUU-X/2012, hal. 184
4
Pasal 1 huruf (p) UU Nomor 21 Tahun 2001,

3
dan Dusun Sumni adalah orang-orang asli papua warga negara indonesia, dengan

nama suku mereka adalah suku awyu sub-suku Qho Bebis, yang hidup dan mendiami

dusun-dusun hak ulayat mereka di sepanjang pesisir suangai bebis.

Sejak di bukanya kedua dusun dan kemudian di rancang bentuknya seperti

kampung, masyarakat dari beberapa marga ini masing-masing mulai mengambil

bagian kaplingan tanah dengan ukuran lebar 100 meter, dan panjang ke belakang

sesuai dengan keinginan mereka sendiri, kemudian membangun rumah tinggal tetap

yang sangatlah sederhana dengan memakai bahan-bahan dari hutan sekitar dusun

koko dan sumni.

Berdasarkan masalah-masalah yang masih terus dialami oleh saudara saudari di

dusun koko dan dusun sumni sejak tahun 1988 sampai dengan tahun 2022, maka

kami mencoba untuk mengangkat persoalan ini dengan pokok pembahasan diatas

tentang; “Masyarakat Kampung Homlikya Yang Sepakat Dan Pergi Tinggalkan

Kampung Untuk Selamanya Dengan Alasan Tertentu, Sehingga Mereka Kembali

Mendiami Dusun-Dusun Mereka Di Dusun Koko Dan Sumni Sepanjang Sungai

Bebis” dengan harapan semoga ada penyelesaian.5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan beberapa penjelasan singkat pada latar belakang

persoalan diatas maka kami dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Apa alasan yang menyebabkan masyarakat di Dusun Koko dan Dusun

Sumni sepakat dan pergi keluar dari kampung Homlikya untuk selamanya?
5
Sumber Data: Bapak Yanuarius Wotubar. Pada hari Kamis, Tanggal 1 November, Tahun 2018, Jam 13:27, WIT.

4
2. Bagaiman usaha pemerintah kampung homlikya bersama BAMUSKAM

dalam mengajak masyarakat dari Dusun Koko dan Dusun Sumni untuk

kembali bergabung ke kampung homlikya?

3. Apakah ada perhatian dari pemerintah kampung homlikya kepada

masyarakat di Dusun Koko dan Sumni setelah mereka menyatakan keluar

Sebagai warga kampung homlikya sejak tahun 1988 sampai dengan tahun

2022?

4. Apakah dalam proses pelayanan pemerintah kampung homlikya telah

sampai kepada Masyarakat di Dusun Koko dan Dusun Sumni?

5. Bagaimana proses pelayanan keagamaan di Dusun Koko dan Sumni telah

berjalan dengan baik atau belum?

6. Bagaimana proses pelayanan Pendidikan di Dusun Koko dan Dusun Sumni

telah terlaksana dengan baik atau belum?

7. Apakah program pembangunan Sarana Pendidikan Sekolah Dasar Negeri

Koko yang diberikan langsung dari Pemerintah Pusat melalui Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mappi sudah dibangun atau belum?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang di harapkan dalam penulisan masalah yang kami hadapi

selama ini adalah sebagai berikut:

1. Alasan yang menyebabkan sehingga Masyarakat dari Dusun Koko dan

Dusun Sumni mencapai kesepakatan dan pergi keluar dari kampung

homlikya untuk selamanya dan tidak akan kembali lagi.

5
2. Bagaimana semua usaha atau upaya-upaya apa saja yang sudah dilakukan

oleh pihak aparat pemerintah kampung homlikya bersama BAMUSKAM

untuk mengajak kembali semua masyarakat dari Dusun Koko dan Sumni

ke Kampung Homlikya.

3. Perhatian apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kampung

Homlikya kepada masyarakat di Dusun Koko dan Sumni.

4. Pelayanan apa saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah kampung

homlikya kepada masyarakat di Dusun Koko dan Dusun Sumni.

5. Pelayanan dan Peran Gereja Katolik seperti apa yang telah dilakukan oleh

pihak Gereja kepada umatnya di Dusun Koko dan Dusun Sumni.

6. Bagaimana proses perkembangan Pendidikan di Dusun Koko dan Sumni.

7. Untuk Mengetahui Program pembangunan Sekolah Dasar Negeri Koko

yang diberikan langsung oleh Pemerintah Pusat melalui Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten Mappi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gabungnya Masyarakat Dusun Koko, dan Sumni di Homlikya

1. Awal gabung di kampung Homlikya.

Pada saat diantar Masuknya Agama Katolik oleh para misionaris dari Dusun

Molu di daerah marind yang di jemput oleh kepala perang suku Awyu Moyang

Kumuni Kwamtaghai, dan Moyang Vokhome Wotubar bersama rombongan mereka

dari wilayah sungai IA, yang kita kenal sekarang wilayah distrik syahcame dan

sekitarnya. Pada saat itu manusia atau yang kita kenal sekarang dengan sebutan

masyarakat dari beberapa dusun di wilayah sungai atau kali IA, dan, kali bebis,

mereka juga mulai di ajak untuk harus hidup bersama dengan Tuhan sang pembawa

Terang, atau yang disebut dalam bahasa awyu bagian mereka adala “Aye Sera” Tete

terang, atau sang pembawa terang. Selain itu ada juga sebutan lain dengan nama,

“Aye Madi” Tete pencipta dunia, atau tete sang pencipta (Tuhan yang menciptakan

dunia).

Sejak itu masyarakat mulai terpengaruh dengan ajakan para pastor

berkebangsaan belanda, yang datang bersamaan guru-guru ke wilayah mereka dengan

tujuan penyebaran agama katolik. Adapun beberapa jenis barang yang saat itu

memiliki daya tarik sehingga mereka sangat penasaran untuk harus melihat dan

mencoba kegunaan barang-barang tersebut diantaranya;

7
a. Kaca Cermin /Kaca Muka yang dalam ukuran besar sehingga seseorang bisa

melihat sebagian tubuhnya dengan cukup jelas.

b. Kapak Besi

c. Parang Besi

d. Lampu (yang sesuai dengan zaman teknologi waktu itu)

e. Pakaian yang di pakai oleh para misionaris

f. Model bahasa, Warna kulit, rambut, dan bentuk tubuh yang berbeda.

Setelah para misionaris katolik berhasil mempengaruhi pikiran orang-orang di

sekitaran sungai ia dan bebis, mereka mulai ajak para masyarakat untuk membuka

kampung di sekitar tepian Suangai IA. Ada salah satu dusun yang kemudian dikasih

untuk pembukaan lahan perkampungan yang nama kampung itu diberinama Desa

Engga, setelah itu mereka dari ke-4 marga ini juga mulai mengambil kaplingan-

kaplingan tanah di bagian RT 02 RW 01 dan membangun rumah tinggal tetap. Di saat

yang bersamaan masuklah pelayanan administrasi oleh pemerintah belanda sekitar

Tahun 1940 sampai dengan tahun 1960. Setelah itu kemudian Negara Indonesia

mengintegrasikan papua masuk bergabung dengan NKRI barulah pada tahun 1970,

Nama Desa Engga di ubah menjadi Desa Homlikya, Hingga sampai pada saat ini.6

2. Penyebab Persoalan Yang Memicu Mereka Harus Keluar .

Seiring dengan berjalannya waktu, dan bertamba kembangnya jumlah anak-anak

generasi mudah dari keturunan mereka yang di hasilkan dari perkawinan anatara

masing-masing generasi mereka yang terhitung sejak tahun 1940 sampai dengan
6
Sumber Data; Ketua Marga Wotubar, (Bapa Tadius Wotubar), Dan Mantan Dewan Gereja Stasi Homlik. (Bapa
Silvester Aun) Pada Hari Kamis, 01 Oktober Tahun 2020, jam 08:00 Wit.

8
tahun 1988. Tepat di tahun 1990 terjadilah perkelaian fisik hebat yang memakan

waktu selama 1 minggu yang mana perkelaian tersebut diatas terjadi karena beberapa

hal yang dialami oleh masyarakat sebagai pemilik hak ulayat di kampung homlikya

antara lain;

a. Rasa bosan karena hak dusunnya selalu diminta-minta

b. Sebagai manusia mulai jengkel terhadap keadaan yang ada

c. Timbullah rasa benci yang mulai menumpuk yang di gabungkan dengan

persoalan lain lagi diantaranya;

1) Perempuan

2) Berburuh binatang liar terus menerus di dusun orang lain

3) Meminta Sagu yang bukan haknya dan

4) Lain-lain yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup mereka

selama masih berada di kampung homlikya saat itu.

Dengan adanya beberapa hal diatas yang membuat terjadinya perkelaian hebat

yang mengakibatkan rumah tempat tinggal mereka juga di bongkar, kemudian ada

bahasa-bahasa yang sempat pada saat itu di keluarkan oleh masyarakat (mereka

marga-marga yang punya hak ulayat berdekatan di sekitaran kampung Homlikya

yang tidak bisa diterima lagi), sehingga pada bulan maret tanggal 16 tahun 1990 satu

kesepakatan.7

3. Mulailah Sepakat Untuk Pindah

7
Sumber data; ketua marga wotubar, bapa thadius wotubar, dan ketua marga kukumu, bapa kanisius kukumu pada hari
Jumat tanggal 02 bulan Oktober tahun 2020 jam 15:08 WIT.( di dusun koko).

9
Setelah berakhirnya perkelahian itu, pada bulan maret tahun 1982 para orang

tua dari kedua marga yaitu Marga Wotubar, dan Marga Kukumu dan marga lain yang

ikut bergabung didalamnya, mereka mulai sepakat untuk keluar dari kampunng

homlikya dan tidak akan kembali lagi. Di saat mereka mau mulai keluar dari

kampung homlikya, mereka lakukan salah satu tradisi angkat sumpah yang mana

prosesnya adalah;

a. Angkat sumpah menurut hukum adat,

b. Memanggil semua para leluhur mereka terdahulu yang perna telah turut serta

dalam membuka kampung homlikya untuk harus ikut mereka pulang

kembali ke tanah dusun hak waris mereka yang sah.

c. Disertai dengan mematahkan busur dan anak panah di atas paha mereka, dan

kemudian mereka tunduk mengambil tanah lalu lemparkan tanah itu ke arah

belakang mereka.

d. Dan kemudian mereka langsung pergi kembali ke dusun mereka di sekitar

sungai Bebis yang bermuara pada sungai Digoel.

Berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan sumpah mereka diatas

yang memang di anggap serius oleh mereka, dan bahkan menerut mereka kalau saja

dari kalangan mereka ada yang kembali atau melanggarnya akan menimbulkan akibat

sebagai berikut;

1. Generasi mereka akan habis,

2. Mereka sebagai manusia yang masih punya harga diri, dan

10
3. Mereka memiliki hak waris yang harus terus dijaga atau dilindungi oleh

mereka sendiri, dengan baik sebelum orang lain merampasnya.8

B. Upaya Pemerintah kampung dan Bamuskam Kampung Homlikya

1. Usaha PEMKAM Homlikya Dalam Mengajak Masyarakat Di Dusun Koko

Dan Sumni Kembali Ke Kampung Homlikya.

Sesudah masyarakat yang mendiami dusun koko dan sumni keluar dari kampung

homlikya, ada Dua (2) langkah yang dipakai oleh kepala desa saat itu Bapa karolus

Febohoi bersama aparat kampung lainnya yaitu dengan melaporkan persoalan ini ke

pihak kecamatan saat itu kampung homlikya masih berada dibawah pemerintahan

kecamatan/Distrik Edera bade, dengan mengajukan laporan pada kepala distrik pada

tahun 1990. Laporan aparat kampung ke pihak kecamatan ini sebanyak 2 kali, Camat

di tahun 1990. Pada tahun ini pihak kecamatan sempat memanggil perwakilan

masyarakat dari dusun koko dan dusun sumni untuk hadir dan

mempertanggungjawabkan alasan mereka megapa keluar dari kampung homlikya,

tetapi proses urusan ini tidak berhasil. kemudian laporan yang sama juga di ajukan ke

pihak kepolisian Sektor Edera Bade, pada tahun 1991 saat itu yang menjabat sebagai

kapolsek adalah Bapak............, akan tetapi usaha ini selalu gagal. Yang terakhir pada

Tahun 1994 aparat kampung kembali membuat laporan dan mengadu ke

Camat/Distrik dan polisi secara bersamaan, kemudian, polisi mengeluarkan surat

panggilan dan memanggil beberapa perwakilan orang tua dari dusun koko dan dusun

sumni untuk hadir dalam urusan itu. Akan tetapi pada hari yang ditentukan sesuai
8
Sumber data; ketua marga kwamtahai; bapa pasifikus kwamtahai, sebagai marga yang netral dalam kasus ini. Pada
hari jumat tanggal 02, bulan Oktober, Tahun 2020 jam. 10:11 WIT ( di pelabuhan dusun koko.

11
Surat Panggilan Polisi, malahan pihak aparat pemerintah kampung homlikya yang

tidak menghadiri urusan ini, sehingga di setela waktu itu polisi menyuru perwakilan

orang tua-tua itu pulang.9

C. Kehidupan masyarakat di dusun koko dan sumni

1. Masyarakat Dusun Koko Dan Sumni di Wilayah Kampung Homlikya

Yang Hidup Terlantar.

Masyarakat yang hidup dan mendiami kedua dusun di wilayah administratif

kampung homlikya adalah warga masyarakat suku awyu dari sub-suku Qho Bebis

yang hidup dan mendiami dusun-dusun di sepanjang pesisir suangai bebis.

Di dalamnya ada terdapat beberapa marga yang menghuni dusun-dusun mereka

sepanjang tepian sungai bebis. Pada kalangan kelompok sub suku mereka ini memang

memiliki hak ilayat dengan silsila yang sangat jelas sesuai pembagian hak ulayat itu

sejak leluhur mereka diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa di tempat itu. Dan

keturunannyapun terus berkembang hingga pada saat hari ini.

Tujuan mereka mendiami dusun itu adalah untuk tetap melindungi hak-hak

ulayat mereka, sesuai dengan masing-masing marga yang mempunya sejarah sesuai

dengan sil-silah keturunan yang sangat jelas, dengan marga-marga tersebut yang

berada didalamnya adalah sebagai berikut:

a. Marga Wotubar,

b. Marga Kukumu

c. Marga Chamas
9
Sumber data: Bapa Bonevasius Homo, Mantan LMA dan BAMUSKAM Kampung Homlikya. Pada tanggal 4 oktober
2020, Jam 17:00 WIT.

12
d. Marga Wohomugu10

2. Kehidupan Mereka Dari Tahun 1988 Hingga Tahun Ini 2022 Di Dusun

Koko Dan Sumni.

Sejak di bukanya kedua dusun dan kemudian di rancang bentuknya seperti

kampung, masyarakat dari beberapa marga ini masing-masing mulai mengambil

bagian kaplingan tanah dengan ukuran lebar 100 meter, dan panjang ke belakang

sesuai dengan keinginan mereka mereka sendiri, kemudian membangun rumah

tinggal tetap yang sangatlah sederhana dengan memakai bahan-bahan dari hutan

sekitar dusun koko dan sumni.

Setiap lahan kaplingan yang mereka miliki mulai di tanami tanaman jangka

panjang seperti karet, masohi, kelapa, rambutan, manga, dan tanaman tanaman jangka

panjang lainnya yang di tanami oleh mereka.11

3. Anak-Anak Yang Lahir Dari Kalangan Mereka.

Selama masyarakat ini tinggal di 2 (dua) dusun yaitu dusun koko dan dusun

sumni, sacara langsung terjadi perkawinan-perkawinan antara mereka, dan bahkan

ada juga beberapa dari mereka yang kawin dengan perempuan atau laki-laki dari luar

kedua dusun tersebut. Sehingga mereka masing-masing mengajak istri atau suami

mereka untuk ikut bergabung dan tinggal di ke-2 dusun ini dengan tujuan untuk terus

melangsungkan hidup mereka.

10
Sumber data; para orang tua di dusun koko dan sumni, 1. Bapak alvonsius chamas, 2. Bapa yanuarius wotubar, 3.
Bapa yance bukut, 4 bapa engelbertus kasime, 5 bapa atanasius kukumu, dan 6 bapa konrardus kwamtahai. Pada hari Minggu,
Tanggal 4 bulan Oktober, .tahun 2020 jam. 12:02, ( di dusun Akha Bugi, pertengaan dusun koko dan sumuni)
11
(Sama dengan atas)

13
Sejak Tahun 1988 sampai dengan tahun 2022. Selalu terjadi kelahiran baru,

yang mana setiap generasi yang lahir disana, selalu di tangani atau di urus oleh orang-

orang tua mereka, dan dirawat dengan menggunakan cara-cara tradisional mereka

sendiri. Setelah kelahiran, perawatan anak anak, sampai dengan anak anak itu tumbuh

berkembang, mereka hanya memiliki pengetahuan sebatas lingkungan mereka yang

mana hal itu terjadi sesuai dengan praktek;praktek kehidupan orang-orang tua mereka

sejak berada di tempat itu.12

4. Aktifitas Pendidikan

Dalam pertumbuhan anak-anak di dusun Koko dan Sumni sampai pada umur

sekolahpun tidak di sekolahkan karena para orang tua mereka belum punya

pemahaman yang baik tentang fungsi utama dari pendidikan. Selain itu mereka para

orang tua juga tidak ingin melepaskan anak anak mereka pergi jau, apalagi tinggal

terpisah jauh dari anak-anak mereka.

Sejak tahun 2012 perna ada program pembangunan sekolah yang di paketkan

langsung oleh Pemerintah Pusat nama Sekolah Dasar (SD) itu adalah SD. Negeri

Koko dengan Nomor SK Menteri Pendidikan RI Nomor:........................... Akan tetapi

SD ini dialihkan atau pindakan ke Jalan Padat Karya yang lokasihnya sangat jau dari

Dusun koko dan Dusun Sumni. Jaraknya +-12 KM. Lokasih dimana bangunan

Sekolah itu berada tepatnya di Dusun Yokno sehingga itu semakin mempersulit

usaha, dukungan, serta harapan dari orang tua kepada anak-anak mereka dalam usaha

mendapatkan pendidikan yang baik sesuai dengan kurikulum Nasional.


12
Sumber data: Ibu Senta Miai, Pada hari Minggu, Tanggal 4 bulan Oktober, .tahun 2020 jam. 16:00.

14
Oleh sebab itu anak-anak mereka, selalu bersama keluarga mereka dengan

harapan, para orang tua agar anak-anak ini bisa membantu mereka dalam melakukan

semua aktifitas mereka setiap hari di dusun yang mereka tinggal.13

5. Pola Hidup

Dalam Kehidupan masyarakat di dusun koko dan dusun sumni, terdapat

beberapa pola atau tatanan kehidupan yang selalu di terapkan untuk dipakai dalam

menuntun semua perilaku hidup mereka dari generasi yang satu ke generasi yang

berikutnya sepanjang masa, selama mereka masih ada dan melangsungkan hidup

mereka diatas tanah hak ulayat marga mereka, yang diwariskan secara lisan dan jelas

sesuai dengan garis keturunan mereka.

6. Kegiatan perekonomian

Dalam mendukung aktivitas ekonomi untuk menunjang semua kebutuhan

dalam kelangsungan hidup mereka setiap harinya di wilayah dusun koko dan dusun

sumni, ada beberapa bentuk macam usaha yang dilakukan setiap saat antara lain:

a. Berburuh binatang liar di hutan-hutan terdekat sekitar wilayah dusun koko

dan dusun sumni yang merupakan bagian dari hak ulayat marga mereka.

b. Mengolah hasil-hasil yang di panen dari semua jenis tanaman jangka

Panjang mereka, yang mana tanaman-tanaman ini di tanam sejak tahun

1989 dan mereka mulai panen hasil-hasil itu sejak tahun 2012 lalu sampai

dengan hari ini.

13
Bapak Eligius Vebohoi: Anggota Bamuskam kampung homlikya, yang mengetahui jelas staus SD Negeri Koko.
Pada hari selasa, Tanggal 6 bulan Oktober, .tahun 2020 jam. 19:00.

15
c. Menjual Karet kering dalam bentuk lembar yang dibuat masing-masing

dalam bentuk ban. Setelah disiapkan semua, kemudian dibawah ke bade

distrik Edera untuk dijual kepada Tengkulak/pembeli karet dengan standar

Harga/kg nya tidak tetap.

d. Hasil buruhan binatang liar yang di dapatkan oleh masyarakat dari kedua

dusun tersebut dengan cara memasang perangkat, berburu menggunakan

ajing, menangkap ikan dari rawa-rawa telaga di wilaya kedua dusun dengan

di dapatkannya hasil-hasil buruan ini selalu dijual ke pasar bade.14

D. Data Penduduk, Luas Wilayah, dan Letak Dusun.

1. Data Masyarakat Dusun Koko dan Sumni Tahun 2018.

NO NAMA
1. Tadius Wobar
2. Olampia Kwamtahai
3. Maria Wotubar
4. Yanuarius Wotubar
5. Adolvina Vebohoi
6. Axamina Wotubar
7. Paskalis Wotubar
8. Yohanes Wotubar
9. Yakobus Botubar
10. Hilarius Wotubar
11. Anselmus Wotubar
12. Genivasia Camas
13. …..Anak……..
14. …..Anak……..
15. Emilianus Wotubar
16. …Istri…………..
17. …Anak……..
18. …Anak…….
14
Sumber data: Kletus Camas, warga dusun koko, yang berprofesi sebagai petani karet. Pada hari Minggu, Tanggal 4
bulan Oktober, .tahun 2020 jam. 16:00.

16
19. …Anak……..
20. Serilus Wotubar
21. Yosentus Wotbar
22. Blandina Wotbar
23. Rafael Aun
24. Alberta Wotubar
25. Ponsianus Aun
26. Gabriel Aun
27. Axamina Wotubar
28. ……Anak……..
29. …….Anak…..
30. …….Anak…
31. …….Anak…..
32. Lucas Kasime
33. Klemasia Wotubar
34. Olampia Kasime
35. Fabianus Kasime
36. Remundus Kasime
37. ….Anak……….
38. Sarafinus wotbar
39. Kornelia Kwamtahai
40. Agustina worubar
41. Mikela Wotubar
42. Yosua wotubar
43. Helena Wotubar
44. Heribertus wotubar
45. Gervasia Kwamtahai
46. Ester Wotubar
47. Arnold Wotubar
48. Yakobus Wotubar
49. Paulina Wotubar
50. Yustinus Wotubar
51. …..istrinya…
52. …Anak……
53. …..Anak….
54. Carles Wotubar
55. Olga Aun
56. ….Anak….
57. Kaitanus Wotubar
58. Paulina Kwamtahai
59. ….Anak…..

17
60. …Anak….
61. …Anak….
62. ….Suami……
63. Olampia Wotubar
64. ……Anak…..
65. Moses Wotubar
66. …Istri…..
67. Melkior Wotubar
68. Hilarius Wotubar
69. Marsia Kwamtahai
70. Bernardus Wotubar
71. Kamilus Wotubar
72. …Istri…..
73. ….Anak….
74. …Anak…..
75. ….Anak….
76. ….Anak….
77. Marinus Wotubar
78. Maria
79. Kamilus Wotubar
80. Selestinus Wotubar
81. ….Anak……….
82. Marinus Chamas
83. Agustina Yimsi
84. Nety Chobumun
85. …Anak…..
86. …Anak…..
87. Hermanus Chamas
88. Veronika Yaas
89. Kostantinus Chamas
90. Wilhelmus Chamas
91. Martha Kwamtahai
92. Pitersina Chamas
93. …Anak….
94. ….Anak…..
95. ….Anak…
96. ….Anak…
97. Alvons Chamas
98. Paskalina Wotubar
99. …..Ana…..
100. ….Anak….

18
101. Alvius Kwamtahai
102. Apolonia Chamas
103. Hendrikus Kwamtahai
104. …..Istri
105. Yance Bukutubun
106. ….Istri…..
107. ….Anak…
108. ….Anak…
109. Kaspar wotubar
110. Susana Kukumu
111. …..Anak…..
112. …..Anak….
113. Atanasius Kukumu
114. Dorkas Chamas
115. ….Anak…..
116. …..Anak….
117. Kanisius Kukumu
118. Monika Kasime
119. …..Anak……..
120. Ateng Kukumu
121. Klemasia Aun
122. …..Anak….
123. …..Anak…..
124. ….Anak….
125. …..Anak….
126. Konrardus Kwamtahai
127. Adela Wohomugu
128. Yunus Wohomugu
129. Robertus Kasime
130. Katarina Yibim
131. ….Anak……
132. …Anak…..
133. Saverius Kasime
134. Bibiana Kukumu
135. Hendrikus Kasime
136. Walburga Kukumu
137. ….Anak…
138. ….Anak…
139. Yonathan Kukumu
140. Agustina Basik Basik
141. Vinsensius Kukumu

19
142. Susana Kukumu
143. Siria Kukumu
144. Andre Kukumu
145. Albertus Kukumu
146. …..Anak…….
147. Albertus Bugi
148. Irma Chamas
149. Gabriel Kukumu
150. Hironimus Kukumu
151. Maria Kukumu
152. Beatrix Kukumu
153. Kornelis wotubar
154. ….Istri…
155. Salibai Wetinu
156. Karolina Kasime
157. ….anak…
158. ….anak….
159. ….anak….
160. ….anak…
161. ….anak….
162. Frederikus Chamas
163. Lany
164. ….Anak….
165. ….Anak….
166. ….Anak….
167. Amatus Kwamtahai
168. Ida Chamas
169. Sisilia Kwamtahai
170. Pelipus Kwamtahai
171. Gabriel Kukumu
172. Liboria Kwamtahai
173. Kornelis Kukumu
174. Silvester Kukumu
175. Bernardus Kasime
176. Verdinanda Kwamtahai
177. …Anak……
178. ….Anak….
179. ….Anak….
180. ….Anak….
181. Carles Kasime
182. Emiliana Ikamtahai

20
183. ….Anak….
184. ….Anak….
185. ….Anak….
186. ….Anak….
187. Gabriel Yadumun
188. Salome Kukumu
189. Kasimirus yadumun
190. ….Anak….
191. Yohanes Wotubar
192. ….Istri….
193. ….Anak…
194. ….Anak…
195. Alex Wotubar
196. Benselina Pasau
197. ….Anak….
198. Alex Wotubar
199. Rofina Kukumu
200. Gabriel Kukumu
201. Donatus Vebohoi
202. …Istri……
203. Paula Yame.
204. Maria A.
205. Theodorus A.
206. Everista M.
207. Fransina P.
208. Persila Kasime
209. Vitalis Kasime
210. Marselinus
211. Paskalina
212. Romaldus Yame
213. Marselinus Kwamtahai
214. Albertina Yibim
215. ….Anak….
216. ….Anak….
217. Gabriel Bugi
218. ….Istri….
219. ….Anak….
220. ….Anak….
221. Mikael Kukumu
222. ….Istri…..
223. ….Anak….

21
224. ….Anak….
225. ….Anak….
226. ….Anak….
227. Alfridus
228. Bibiana
229. Petrus
230. Sakius
231. Bridget

(Belum di data semua dengan baik).

2. Lokasih Dusun Koko dan Sumni.

BAB III

22
ANALISIS TEORI DAN UNDANG-UNDANG
A. Teori

1. Individu dan Masyarakat

Individualisme sering dianggap sesuatu yang negatif, yang disejajarkan dengan

egoisme (sikap egois) atau egosentrisme. Orang yang dianggap individualistik

biasanya orang itu dianggap hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan seraya

otomatis dianggap melanggar hak-hak masyarakat.

Konsepsi terhadap paham penting ini memang sering disalahpahami. Padahal,

sebenarnya paham ini sangat sederhana. Ia mengakui fakta yang alamiah bahwa

setiap manusia dalam memandang dunia di sekitarnya selalu memakai kacamata atau

persepsi dirinya sendiri. Tidak ada orang yang mencoba melihat dunia ini lewat

pikiran dan mata orang lain—selain karena memang tidak mungkin demikian

berdasarkan bangunan fisik manusia.

Ada sebuah contoh gampang yang pernah diberikan oleh Adam Smith, pemikir

ekonomi yang dianggap sebagai ”Bapak Kapitalisme”. Coba lihat, kata Smith, kalau

misalnya ada seribu orang mati di Cina, Anda yang di Inggris mungkin malam itu

bisa tidur lelap. Tapi coba jika pada saat yang sama jari kelingking Anda tergores

sedikit dan kemudian memar atau bernanah. Maka rasa sakit itu mungkin akan

membuat Anda semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan jari kelingking Anda

itu.

23
Atau misalnya Anda diberi pilihan yang ekstrem: kalau Anda disuruh memilih

antara kehilangan jari kelingking Anda besok pagi karena dipotong atau dua puluh

orang meninggal di Cina. Mana yang akan Anda selamatkan: kelingking Anda atau

nyawa dua puluh orang itu? Mungkin Anda relakan kelingking Anda. Tapi

dilemanya: Anda berpikir tentang sakitnya kelingking Anda itu. Nah, itu berarti Anda

tidak salah memikirkan kelingking Anda. Karena bagaimanapun manusia harus

berpikir, dia harus melalui bangunan dirinya.

Individualisme sebagai sebuah paham sebenarnya mulai dari fakta sederhana

itu. Dia tidak ingin mengingkarinya dengan berkata bahwa, “Lupakan dirimu atau

jangan pikirkan dirimu, tapi pikirkan masyarakat yang lebih besar.” Memikirkan diri

sendiri itu jangan disamakan dengan egoisme. Jadi yang bisa dilakukan bahwa dalam

melihat masalah dan dilema-dilema masyarakat, jangan ingkari kepentingan individu;

jangan ingkari cara berpikir masing-masing individu dalam melihat persoalan dan

kepentingannya. Saya pernah memberi contoh sederhana tentang Siti Nurbaya, yang

dipaksa oleh ayahnya untuk kawin dengan lelaki yang bukan pilihannya, Datuk

Maringgih. Sang ayah bisa bilang bahwa perjodohan paksa tersebut untuk

kepentingan keluarga, padahal kita tahu itu demi penyelesaian utang-piutang.

Tetapi apapun alasan di luar Siti Nurbaya, pemaksaan itu sebenarnya tidak

mengakui individu sang anak yang boleh memilih bagi dirinya sendiri. Jadi

individualisme itu bukan berarti seseorang harus egosentris. Itu sekadar pengakuan

bahwa manusia dalam melihat persoalan tidak melalui kacamata orang lain. Dan hal

itu tidak berarti harus bertentangan dengan masyarakat. Justru masyarakat akan

24
sangat beruntung jika individu-individu yang ada di dalamnya, yang membentuk

masyarakat itu adalah individu-individu yang matang, dewasa, yang mampu memilih

bagi dirinya sendiri. Masyarakat semacam itulah sebenarnya yang terbaik. Bukan

masyarakat yang dikomando oleh seseorang-bisa ayah, paman, pemimpin politik,

pemimpin agama atau apapun-yang memaksakan kehendak bagi individu-individu

dalam proses beragam pilihan dalam kehidupan.

Dalam ungkapan lain, dalam konteks masyarakat, paham individualisme itu

menekankan bahwa hendaknya individu atau hak-hak individu itu dipertimbangkan

atau dijamin, bukan digerus atau dikalahkan oleh apa yang disebut kepentingan

umum. Dalam bangunan tata masyarakat modern dan demokratis, biasanya yang

disebut kepentingan paling dasar individuindividu itu dijamin pada bab-bab

konstitusi. Selalu begitu. Jadi, apa saja yang tidak boleh dipaksa oleh umum

dijelaskan garisnya. Kita sebenarnya sudah menerimanya sejak 1945, dengan Pasal

28 UUD, tapi kita masih ragu-ragu. Belum benarbenar clear-cut, atau secara tegas dan

penuh. Dengan amandemen terhadap UUD 45 itu, kita sudah bersikap clear-cut,

bahwa ada hak-hak dasar individu: hak bicara, hak untuk hidup, hak untuk mencari

kebahagiaan, life, liberty, and happiness. Inilah definisi dasar tentang hak-hak

individu itu, tidak boleh dirampas oleh siapapun, termasuk oleh negara.15

15
Risal mallarangeng. Kumpulan Esai tentang manusia, masyarakat, dan kekuasaan. Hlm. 48-
49

25
2. Masyarakat Hukum Adat, Tanah, dan Wilayahnya

Masyarakat Hukum Adat (MHA) merupakan salah satu subjek hukum negara

yang diakui dalam UUD 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan. Pasal

18B(2) Bab VI tentang Pemerintahan Daerah UUD 1945 menyatakan: Negara

mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-

hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam

undang-undang.

Selanjutnya, Pasal 28I (3) Bab XA tentang Hak Asasi Manusia UUD 1945

menyatakan: Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras

dengan perkembangan zaman dan peradaban. Salah satu definisi tentang MHA dalam

UU tertuang dalam Pasal 1 butir 31 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan: kelompok masyarakat yang secara

turun-temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada

asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidupnya, serta

adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.

Sedangkan, Mahkamah Konstitusi melalui Putusan MK No. 31/ PUU-V/2007

merumuskan MHA sebagai: Suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya yang bersangkutan secara de facto masih ada dan/atau hidup (actual

existence), apabila setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur:

a. Ada masyarakat yang warganya memiliki perasaan kelompok (in-group

feeling);

26
b. Ada pranata pemerintahan adat;

c. Ada harta kekayaan dan/atau benda-benda adat;

d. Ada perangkat norma hukum adat; dan

e. Khusus bagi kesatuan masyarakat hukum adat yang bersifat teritorial juga

terdapat unsur wilayah hukum adat tertentu.

Selain itu, masyarakat adat yang didefinisikan oleh Aliansi Masyarakat Adat

Nusantara (AMAN), yakni “masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang

secara turun-temurun bermukim di wilayah geografis tertentu di Negara Indonesia

karena adanya ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan

tanah, wilayah dan sumber daya alam di wilayah adatnya, serta adanya sistem nilai

yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum yang berbeda, baik

sebagian maupun seluruhnya dari masyarakat pada umumnya.”

Komnas HAM memahami adanya istilah-istilah MHA dan Masyarakat

Tradisional dalam UUD 1945, istilah MHA dalam berbagai peraturan perundang-

undangan dan istilah Masyarakat Adat yang digunakan masyarakat sipil merujuk

pada kelompok masyarakat yang sama. Dalam hal ini, Komnas HAM termasuk

Inkuiri Nasional memilih menggunakan istilah Masyarakat Hukum Adat (MHA).

MHA memiliki hubungan multidimensi dengan tanah dan wilayahnya. Bagi

MHA, tanah bukan sekadar sumber ekonomi. Tanah merupakan bagian tidak

terpisahkan dari keseluruhan kehidupan masyarakat hukum adat. Beragam ritual adat

dilaksanakan sebagai wujud relasi spiritual mereka dengan alam, termasuk hutan.

Pengabaian atas relasi MHA dengan tanah dan wilayahnya, asal-usul penguasaan

27
tanah dan wilayah MHA dan sejarah politik agraria yang terjadi selama ini telah

berakibat pada rusaknya tatanan kehidupan MHA secara keseluruhan.16

16
Inkuiri Nasional Komnas HAM tentang; Masyarakat hukum adat atas wilayah di kawasan
hutan No. 36-41

28
B. Undang-Undang Dan Peraturan Lain
Dalam meninjau tentang pengakuan dan perlindungan masyarakat yang berada

di dusun Koko dan dusun Sumni dari wilayah administratif kampung homlikya

distrik sayhcame kabupaten mappi, perlu kita mengamati dengan baik peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dan/atau yang mengatur tentang keberadaan

masyarakat adat, kehidupan masyarakat adat, perlindungan Hak Ulayat, pemenuhan

jaminan identitas diri Sebagai Warga Negara Indonesia, dan termasuk Pemenuhan

Hak Asasi Mereka sebagai Manusia yang memiliki kesamaan hak dengan semua

orang didalam negara kesatuan republik indonesia. Berikut adalah penjelasan undang-

undang dan peraturan lainnya yang berkaitann dengan permasalahan “Masyarakat

Kampung Homlikya Yang Sepakat Dan Pergi Tinggalkan Kampung Untuk

Selamanya Dengan Alasan Tertentu, Sehingga Mereka Kembali Mendiami Dusun-

Dusun Mereka Di Sepanjang Sungai Bebis” diantaranya adalah:

UUD 1945 AMANDEMEN-4 : a. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “masyarakat hukum
adat beserta hak-haknya” terdapat dalam Pasal 18. B Ayat (2)
b. Ketentuan UUD 1945 yang Berkaitan dengan “Warga Negara dan
Penduduk” Terdapat dalam Pasal pasal 26 Ayat (1), (2), dan (3).
Selanjutnya terdapat juga dalam Pasal 27 Ayat (1), dan (2).
c. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “Hak Asasi Manusia” terdapat
dalam Pasal 28 A, Pasal 28 B Ayat (1), dan (2). Pasal 28 C Ayat (1), dan
(2). Pasal 28 D Ayat (1), (2), (3), dan (4). Pasal 28 E Ayat (1), dan (2). Pasal
28 F. Pasal 28 G Ayat (1). Pasal 28 H Ayat (1), (2), (3), dan (4). Pasal 28 I
Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5). Pasal 28 J Ayat (1), dan (2).
d. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “Agama” terdapat dalam Pasal
29 Ayat (1).
e. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “Pendidikan dan
Kebudayaan” terdapat dalam Pasal 31 Ayat (1), dan (2). Pasal 32 Ayat (1).
f. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “Perekonomian Nasional dan
Kesejateraan Sosial” terdapat dalam Pasal 33 Ayat (1). Pasal 34 Ayat (1),
(2), (3), dan (4).

29
UU NO. 2 TAHUN : a. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (14) Menyebutkan bahwa:
Kampung atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
2021 hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asalusul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten/kota.
b. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (16) Menyebutkan bahwa:
Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disingkat HAM adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, drjunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta pelindungan harkat dan martabat
manusia.
c. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (17) Menyebutkan bahwa:
Adat adalah kebiasaan yang diakui, dipatuhi, dilembagakan, dan di
pertahankan oleh masyarakat adat setempat secara turun-temurun.
d. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (18) Menyebutkan bahwa:
Masyarakat Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang hidup dalam
wilayah dan terikat serta tunduk kepada adat tertentu dengan rasa solidaritas
yang tinggi di antara para anggotanya.
e. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (19) Menyebutkan bahwa:
Hukum Adat adalah aturan atau norma tidak tertulis yang hidup dalam
masyarakat hukum adat yang mengatur, mengikat dan dipertahankan, serta
mempunyai sanksi.
f. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (20) Menyebutkan bahwa:
Masyarakat Hukum Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang sejak
kelahirannya hidup dalam wilayah tertentu dan terikat serta tunduk kepada
hukum adat tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara para
anggotanya.
g. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (21) Menyebutkan bahwa:
Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dipunyai oleh masyarakat hukum
adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup
para warganya, yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan air
serta isinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
h. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (23) Menyebutkan bahwa:
Penduduk Provinsi Papua yang selanjutnya disebut Penduduk adalah semua
orang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, terdaftar, dan bertempat tinggal di Provinsi Papua.
i. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 56 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Setiap Penduduk Provinsi Papua berhak memperoleh pendidikan yang
bermutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, sampai dengan
tingkat sekolah menengah dengan beban masyarakat serendahrendahnya.
j. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 59 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Setiap Penduduk Papua berhak memperoleh pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dengan beban masyarakat
serendah rendahnya.
UU NO. 6 TAHUN 2014 : a. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 1 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

30
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 1 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 1 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
d. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 1 Ayat (12) Menyebutkan bahwa:
Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
e. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 2 Menyebutkan bahwa:
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa meliputi, pelaksanaan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.
f. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 8 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Pembentukan Desa merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar
Desa yang ada.
g. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 8 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kota dengan
mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat,
kondisi sosial budaya masyarakat Desa, serta kemampuan dan potensi Desa.
h. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 8 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Pembentukan Desa harus memenuhi syarat, terdapat pada Ayat (3) Huruf b.
jumlah penduduk, yaitu: Terdapat pada Huruf b. Angka (9). wilayah Papua
dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa atau 100 (seratus)
kepala keluarga.
UU NO. 24 TAHUN 2013 : a. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 1 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui
Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi
Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan
publik dan pembangunan sektor lain.
b. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 58 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat
Penduduk.
c. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 58 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Data perseorangan meliputi: Ayat (2) Huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m,
n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z, aa, bb, cc, dd, dan ee.
d. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 58 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data
kuantitatif dan data kualitatif.
e. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 58 Ayat (4) Menyebutkan bahwa:

31
Data Kependudukan digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan: Ayat (4) Huruf
a, b, c, d, dan e.
UU NO. 39 TAHUN 1999 : a. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 1 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
b. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 1 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi
manusia.
c. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 1 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang
langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas
dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status
ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan
atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan
baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
d. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 2 Menyebutkan bahwa: Negara
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati
melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi,
dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan,
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.
e. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 3 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia
yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati murni untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat
persaudaraan.
f. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 6 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan
kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan
dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan Pemerintah.
g. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 6 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat
dilindungi, selaras dengan perkembangan zaman.
h. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 12 Menyebutkan bahwa: Setiap
orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas
hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung
jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi
manusia.
i. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 27 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Setiap warga negara Indonesia berhak untuk secara bebas bergerak,
berpindah, dan bertempat tinggal dalam wilayah negara Republik
Indonesia.

32
UU NO. 20 Tahun 2003 : a. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
b. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.
c. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
d. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat (27) Menyebutkan bahwa:
Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
e. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 3 Menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
f. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 5 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5).
Pasal 6 Ayat (1), dan (2), Mengatur Tentang; Hak Dan Kewajiban Negara.
g. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 7 Ayat (1), dan (2). Mengatur
Tentang; Hak dan Kewajiban Orang Tua.
h. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 8 dan Pasal 9. Mengatur
Tentang; Hak dan Kewajiban Masyarakat.
i. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 10, Pasal 11 Ayat (1) dan (2).
Mengatur Tentang; Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
j. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 62 Ayat (1), (2), (3), dan (4).
Mengatur Tentang: Pendirian Satuan Pendidikan.
k. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 71 Menyebutkan bahwa:
Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan tanpa izin Pemerintah atau
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

33
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan.

1. Alasan yang menyebabkan masyarkat di dusun koko dan sumni keluar dari

kampung homlikya adalah Pada tahun 1988 terjadinya perkelaian fisik di

sebabkan dari beberapa hal yang dialami oleh masyarakat lain di kampung

homlikya sebagai pemilik hak ulayat sekitar kampung di antaranya adalah;

Rasa bosan karena hak dusunnya selalu diminta-minta, sebagai manusia mulai

jengkel terhadap keadaan yang ada sehingga timbullah rasa benci serta di

gabungkan dengan persoalan lain lagi yang berakhir dengan penghinaan dan

perkelaian, sehingga membuat masyarakat di dusun koko dan dusun sumuni

sepakat untuk bersumpah dengan tradisi mereka, dan keluar dari kampung

homlikya untuk selamanya.

2. Langkah ataupun upaya yang dipakai oleh kepala desa saat itu bersama aparat

kampung lainnya adalah dengan melaporkan persoalan ini ke pihak kecamatan

Pada Tahun 1990 sebanyak 2 kali, pada tahun 1991 sebanyak 1 kali, dan

laporan yang sama juga di ajukan kepada pihak kecamatan edera, dan

kepolisian secara bersama sama pada tahun 1994. Akan tetapi semua laporan itu

tidak berhasil mengajak masyarakat di dusun koko dan dusun sumni kembali

bergabung ke kapung homlikya.

34
3. Perhatian pemerintah kampung homlikya mulai terputus terhadap masyarakat di

dusun koko dan dusun sejak tahun 1988 sampai dengan tahun 2022, yang

artinya bahwa semua program pembangunan dan keuangan yang di kelola oleh

pemerintah kampung homlikya tidak di arahkan ke kedua dusun ini. Satu alasan

yang paling inti didalam persoalan perhatian pemerintah kampung homlikya

kepada masyarakat di dusun koko dan dusun sumni adalah sumpah secara adat

yang perna dilakukan oleh orang-orang tua mereka ini yang lebih membatasi

hubungan mereka, walaupun sampai hari ini masyarakat di kedua dusun masih

di anggap sebagai masyarakat kampung homlikya.

4. Di dalam pelayanan administrasi terhadap masyarakat di dusun koko dan dusun

sumni sangat kurang diantaranya dalam hal pendataan, hanya seagiann data

penduduk lama dari kalangan mereka yang masih dipakai oleh pemerintah

kampung homlikya untuk kebutuhan administrasi kampung.

5. Tidak ada pelayanan keagamaan di dusun koko dan dusun sumni oleh pihak

gereja katolik, pelayanan keagamaan itu hanya berasal dari kelompok mereka

yang selalu saling mengajari antara orang tua, dan anak-anak mereka tentang

ajaran tuhan yesus.

6. Pelayanan pendidikan di dusun koko dan dusun sumni belum berjalan sama

sekali sejak tahun 1988 sampai dengan tahun ini 2022.

7. Dalam hal pembangunan sarana pendidikan SD Negeri Koko yang diberikan

langsung oleh Pemerintah Pusat pada tahun 2012 telah dibatasih oleh

pemerintah kampung homlikya dan kemudian dipindahkan ke pinggiran jalan

35
Padat Karya, tepatnya di Dusun Yuknu, dan tidak berjalan sampai dengan hari

ini.

B. Saran

1. Kepada pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan distrik yang termasuk

wilyaha pemerintah atasan dari pemerintah kampung homlikya. Mohon ada

perhatian khusus dalam hal meninjau langsung ke lapangan untuk melihat

persoalan-persoalan seperti ini sehingga ada tindakan-tindakan yang bisa di

ambil agar terwujudnya tujuan negara ini.

2. Kepada DPR di tingkat provinsi dan kabupaten, serta MRP. Mohon ada

perhatian khusus untuk membahas persoalan seperti ini.

3. Kepada Dinas-dinas, badan-badan, dan bagian-bagian yang termasuk didalam

peneylenggara pemerintah khusus wilayah provinsi papua, kabupaaten mappi,

dan distrik syahcame. Mohon aktifkan fungsi kontrol yang merata sampai ke

tingkat kampung-kampung pedalaman papua, sebab sampai hari ini masih ada

masalah-masalah yang belum sama sekali di pecahkan dalam kalangan

masyarakat kampung.

4. Kepada semua pihak yang ingin membantu dengan iklas. Semoga anda,

pekerjaan anda, rencana anda, dan keturunan anda, diberkati oleh tuhan yang

maha kuasa, karena anda telah mencoba untuk menyelamatkan nasip hidup

manusia lain.

36
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdul syani, Sosiologi-Sistematika, Teori Dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Hal
129-130.

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Iv


Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 No. 244 Tambahan. Lembaran Negara. Republik Indonesia No.
5587).
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papua.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 No 135, Tambahan Lembaran Negara Repulik
Indonesia No. 4151)
Undang-Undang Nomor. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 No. 7 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5495)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3886)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. (Lembran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 323 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 384 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4471).

37

Anda mungkin juga menyukai