Disusun Oleh:
POS MERAUKE
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat “Allah Tuhan Kita Yang Maha
Kuasa” yang Menciptakan Leluhur Kita, dan juga selalu melimpakan rahmat dan kasihnya
Di dalam perjalanan kehidupan kami yang selalu berkembang dari masa ke masa
selama bertahun tahun di wilayah hak ulayat tanah adat kami, yang mana hal itu sesuai
dengan garis lurus keturunan laki-laki di kalangan kami sebagai penerus terhadap kelanjutan
keturunan kami, dengan tujuan untuk tetap menjaga segala sesuaitu yang merupakan bagian
dari aset-aset warisan leluhur kami yang meliputi: Tanah kering, Rawa-rawa, Sungai,
kekayaan Hutan, kekayaan yang terkandung didalam tanah, dan hal lain yang berhubungan
dengan pembagian secara lisan sesuai dengan tiap-tiap marga dalam kebiasaan kami (sub-
Suku Qho’Bebis).
Tujuan penulisan masalah “Masyarakat Kampung Homlikya Yang Sepakat dan Pergi
Mereka Kembali Mendiami Dusun-Dusun Mereka Di Sepanjang Sungai Bebis”, ini Adalah
untuk menceritakan persoalan kami kepada para pihak, dan dengan harapan semoga ada
Oleh sebab itu dengan segala kerendaan hati, kami mengucapkan banyak terima kasih
4. Semua orang-orang tua kami sebagai perintis yang telah meninggal Dunia.
ii
DAFTAR ISI
PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6
D. Jumlah Penduduk..............................................................................................17
A. Teori..................................................................................................................23
BAB IV PENUTUP...................................................................................................29
A. Kesimpulan.......................................................................................................29
B. Saran.................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang berada di sepanjang sungai/kali IA, merupakan salah satu bentuk peradaban
yang sangat berpengaruh terhadap kestabilan hidup masing-masing klen Marga yang
hak-hak khusus mereka berdasarkan garis keturunan laki-laki sesuai dengan tradisi
suku auyu.
Salah satu usaha yang digunakan oleh para misionaris katolik adalah dengan
mengajak semua masyarakat auyu dari tiap-tiap marga untuk harus keluar dari dusun-
dusun mereka, dan memindahkan kampung mereka dari kampung lama ke pinggiran
dari Pastor Antonius Drabbe, MSC akhirnya terwujud. Salah satu di antara kampung-
syahcame yang pada awalnya di buka oleh misionaris katolik, dengan ajakan-ajakan
yang berhasil mempengaruhi orang-orang dari setiap dusun-dusun untuk bersatu, dan
1
hidup bersama dalam ajaran “Injil Tuhan”. Pada awal-awal kehidupan masyarakat
dari tiap-tiap marga di kampung homlikya sangat baik dan teratur. Akan tetapi seiring
mengharuskan semua orang disana untuk bebas dalam melangsungkan hidup mereka
tanpa ketergantungan terhadap orang lain, atau hak milik orang lain.1
didalam masyarakat terdapat unsur-unsur sistem sosial. Secara garis besar, unsur-
unsur sistem sosial dalam masyarakat adalah orang-orang yang saling tergantung
antara satu sama lainya dalam suatu keseluruhan. Dalam ketergantungan itu
sekumpulan manusia yang terintegrasi yang bersifat lebih kekal dan stabil. Selama
masing-masing individu dalam kelompok masyarakat itu masih saling tergantung dan
masih memiliki kesamaan dan keseimbangan perilaku, maka selama itu pula unsur-
unsur sistem sosial menjalankan fungsinya. Sedangkan secara khusus dan rinci unsur
sistem sosial dalam masyarakat adalah status, peranan dan perbedaan sosial dari
masyarakat adat baik perlindungan pada wilayah adat, tradisi adat, lembaga adat dan
pranata adat. Selain perlindungan juga adanya pengakuan oleh Negara atas hak-hak
masyarakat adat. Tuntutan ini terjadi disebabkan oleh konflik antar anggota
1
Sumber data; Bapak Silvester Aun, Mantan Dewan Gereja stasi Homlikya. Pada hari Minggu 28 Oktober tahun 2018,
Jam 05:00 WIT.
2
Abdulsyani, Sosiologi-Sistematika, Teori Dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Hal 129-130.
2
masyarakat adat, antar kelompok masyarakat adat, antar masyarakat adat dengan
Konflik dalam masyarakat adat didominasi oleh konflik lahan tanah adat.
Selain itu ada juga wilayah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
salah satu pulau semua tanahnya adalah tanah adat atau disebut tanah ulayat yang
terletak di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Persoalan yang mendasar juga
terletak pada sumber daya manusia kelompok masyarakat adat khususnya yang ada di
Adat dan Masyarakat Hukum Adat. Pasal 1 huruf p menyebutkan bahwa Masyarakat
Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang hidup dalam wilayah dan terikat serta
tunduk kepada adat tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara para
adalah warga masyarakat asli Papua yang sejak kelahirannya hidup dalam wilayah
tertentu dan terikat serta tunduk kepada hukum adat tertentu dengan rasa solidaritas
kampung homlikya Distrik Syahcame Kabupaten Mappi dengan nama Dusun Koko
3
Putusan MK No. 35/PUU-X/2012, hal. 184
4
Pasal 1 huruf (p) UU Nomor 21 Tahun 2001,
3
dan Dusun Sumni adalah orang-orang asli papua warga negara indonesia, dengan
nama suku mereka adalah suku awyu sub-suku Qho Bebis, yang hidup dan mendiami
bagian kaplingan tanah dengan ukuran lebar 100 meter, dan panjang ke belakang
sesuai dengan keinginan mereka sendiri, kemudian membangun rumah tinggal tetap
yang sangatlah sederhana dengan memakai bahan-bahan dari hutan sekitar dusun
dusun koko dan dusun sumni sejak tahun 1988 sampai dengan tahun 2022, maka
kami mencoba untuk mengangkat persoalan ini dengan pokok pembahasan diatas
B. Rumusan Masalah
Sumni sepakat dan pergi keluar dari kampung Homlikya untuk selamanya?
5
Sumber Data: Bapak Yanuarius Wotubar. Pada hari Kamis, Tanggal 1 November, Tahun 2018, Jam 13:27, WIT.
4
2. Bagaiman usaha pemerintah kampung homlikya bersama BAMUSKAM
dalam mengajak masyarakat dari Dusun Koko dan Dusun Sumni untuk
Sebagai warga kampung homlikya sejak tahun 1988 sampai dengan tahun
2022?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang di harapkan dalam penulisan masalah yang kami hadapi
5
2. Bagaimana semua usaha atau upaya-upaya apa saja yang sudah dilakukan
untuk mengajak kembali semua masyarakat dari Dusun Koko dan Sumni
ke Kampung Homlikya.
5. Pelayanan dan Peran Gereja Katolik seperti apa yang telah dilakukan oleh
6
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat diantar Masuknya Agama Katolik oleh para misionaris dari Dusun
Molu di daerah marind yang di jemput oleh kepala perang suku Awyu Moyang
dari wilayah sungai IA, yang kita kenal sekarang wilayah distrik syahcame dan
sekitarnya. Pada saat itu manusia atau yang kita kenal sekarang dengan sebutan
masyarakat dari beberapa dusun di wilayah sungai atau kali IA, dan, kali bebis,
mereka juga mulai di ajak untuk harus hidup bersama dengan Tuhan sang pembawa
Terang, atau yang disebut dalam bahasa awyu bagian mereka adala “Aye Sera” Tete
terang, atau sang pembawa terang. Selain itu ada juga sebutan lain dengan nama,
“Aye Madi” Tete pencipta dunia, atau tete sang pencipta (Tuhan yang menciptakan
dunia).
tujuan penyebaran agama katolik. Adapun beberapa jenis barang yang saat itu
memiliki daya tarik sehingga mereka sangat penasaran untuk harus melihat dan
7
a. Kaca Cermin /Kaca Muka yang dalam ukuran besar sehingga seseorang bisa
b. Kapak Besi
c. Parang Besi
f. Model bahasa, Warna kulit, rambut, dan bentuk tubuh yang berbeda.
sekitaran sungai ia dan bebis, mereka mulai ajak para masyarakat untuk membuka
kampung di sekitar tepian Suangai IA. Ada salah satu dusun yang kemudian dikasih
untuk pembukaan lahan perkampungan yang nama kampung itu diberinama Desa
Engga, setelah itu mereka dari ke-4 marga ini juga mulai mengambil kaplingan-
Tahun 1940 sampai dengan tahun 1960. Setelah itu kemudian Negara Indonesia
mengintegrasikan papua masuk bergabung dengan NKRI barulah pada tahun 1970,
Nama Desa Engga di ubah menjadi Desa Homlikya, Hingga sampai pada saat ini.6
generasi mudah dari keturunan mereka yang di hasilkan dari perkawinan anatara
masing-masing generasi mereka yang terhitung sejak tahun 1940 sampai dengan
6
Sumber Data; Ketua Marga Wotubar, (Bapa Tadius Wotubar), Dan Mantan Dewan Gereja Stasi Homlik. (Bapa
Silvester Aun) Pada Hari Kamis, 01 Oktober Tahun 2020, jam 08:00 Wit.
8
tahun 1988. Tepat di tahun 1990 terjadilah perkelaian fisik hebat yang memakan
waktu selama 1 minggu yang mana perkelaian tersebut diatas terjadi karena beberapa
hal yang dialami oleh masyarakat sebagai pemilik hak ulayat di kampung homlikya
antara lain;
1) Perempuan
Dengan adanya beberapa hal diatas yang membuat terjadinya perkelaian hebat
yang mengakibatkan rumah tempat tinggal mereka juga di bongkar, kemudian ada
bahasa-bahasa yang sempat pada saat itu di keluarkan oleh masyarakat (mereka
yang tidak bisa diterima lagi), sehingga pada bulan maret tanggal 16 tahun 1990 satu
kesepakatan.7
7
Sumber data; ketua marga wotubar, bapa thadius wotubar, dan ketua marga kukumu, bapa kanisius kukumu pada hari
Jumat tanggal 02 bulan Oktober tahun 2020 jam 15:08 WIT.( di dusun koko).
9
Setelah berakhirnya perkelahian itu, pada bulan maret tahun 1982 para orang
tua dari kedua marga yaitu Marga Wotubar, dan Marga Kukumu dan marga lain yang
ikut bergabung didalamnya, mereka mulai sepakat untuk keluar dari kampunng
homlikya dan tidak akan kembali lagi. Di saat mereka mau mulai keluar dari
kampung homlikya, mereka lakukan salah satu tradisi angkat sumpah yang mana
prosesnya adalah;
b. Memanggil semua para leluhur mereka terdahulu yang perna telah turut serta
c. Disertai dengan mematahkan busur dan anak panah di atas paha mereka, dan
kemudian mereka tunduk mengambil tanah lalu lemparkan tanah itu ke arah
belakang mereka.
yang memang di anggap serius oleh mereka, dan bahkan menerut mereka kalau saja
dari kalangan mereka ada yang kembali atau melanggarnya akan menimbulkan akibat
sebagai berikut;
10
3. Mereka memiliki hak waris yang harus terus dijaga atau dilindungi oleh
Sesudah masyarakat yang mendiami dusun koko dan sumni keluar dari kampung
homlikya, ada Dua (2) langkah yang dipakai oleh kepala desa saat itu Bapa karolus
Febohoi bersama aparat kampung lainnya yaitu dengan melaporkan persoalan ini ke
pihak kecamatan saat itu kampung homlikya masih berada dibawah pemerintahan
kecamatan/Distrik Edera bade, dengan mengajukan laporan pada kepala distrik pada
tahun 1990. Laporan aparat kampung ke pihak kecamatan ini sebanyak 2 kali, Camat
di tahun 1990. Pada tahun ini pihak kecamatan sempat memanggil perwakilan
masyarakat dari dusun koko dan dusun sumni untuk hadir dan
tetapi proses urusan ini tidak berhasil. kemudian laporan yang sama juga di ajukan ke
pihak kepolisian Sektor Edera Bade, pada tahun 1991 saat itu yang menjabat sebagai
kapolsek adalah Bapak............, akan tetapi usaha ini selalu gagal. Yang terakhir pada
panggilan dan memanggil beberapa perwakilan orang tua dari dusun koko dan dusun
sumni untuk hadir dalam urusan itu. Akan tetapi pada hari yang ditentukan sesuai
8
Sumber data; ketua marga kwamtahai; bapa pasifikus kwamtahai, sebagai marga yang netral dalam kasus ini. Pada
hari jumat tanggal 02, bulan Oktober, Tahun 2020 jam. 10:11 WIT ( di pelabuhan dusun koko.
11
Surat Panggilan Polisi, malahan pihak aparat pemerintah kampung homlikya yang
tidak menghadiri urusan ini, sehingga di setela waktu itu polisi menyuru perwakilan
kampung homlikya adalah warga masyarakat suku awyu dari sub-suku Qho Bebis
sepanjang tepian sungai bebis. Pada kalangan kelompok sub suku mereka ini memang
memiliki hak ilayat dengan silsila yang sangat jelas sesuai pembagian hak ulayat itu
sejak leluhur mereka diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa di tempat itu. Dan
Tujuan mereka mendiami dusun itu adalah untuk tetap melindungi hak-hak
ulayat mereka, sesuai dengan masing-masing marga yang mempunya sejarah sesuai
dengan sil-silah keturunan yang sangat jelas, dengan marga-marga tersebut yang
a. Marga Wotubar,
b. Marga Kukumu
c. Marga Chamas
9
Sumber data: Bapa Bonevasius Homo, Mantan LMA dan BAMUSKAM Kampung Homlikya. Pada tanggal 4 oktober
2020, Jam 17:00 WIT.
12
d. Marga Wohomugu10
2. Kehidupan Mereka Dari Tahun 1988 Hingga Tahun Ini 2022 Di Dusun
bagian kaplingan tanah dengan ukuran lebar 100 meter, dan panjang ke belakang
tinggal tetap yang sangatlah sederhana dengan memakai bahan-bahan dari hutan
Setiap lahan kaplingan yang mereka miliki mulai di tanami tanaman jangka
panjang seperti karet, masohi, kelapa, rambutan, manga, dan tanaman tanaman jangka
Selama masyarakat ini tinggal di 2 (dua) dusun yaitu dusun koko dan dusun
ada juga beberapa dari mereka yang kawin dengan perempuan atau laki-laki dari luar
kedua dusun tersebut. Sehingga mereka masing-masing mengajak istri atau suami
mereka untuk ikut bergabung dan tinggal di ke-2 dusun ini dengan tujuan untuk terus
10
Sumber data; para orang tua di dusun koko dan sumni, 1. Bapak alvonsius chamas, 2. Bapa yanuarius wotubar, 3.
Bapa yance bukut, 4 bapa engelbertus kasime, 5 bapa atanasius kukumu, dan 6 bapa konrardus kwamtahai. Pada hari Minggu,
Tanggal 4 bulan Oktober, .tahun 2020 jam. 12:02, ( di dusun Akha Bugi, pertengaan dusun koko dan sumuni)
11
(Sama dengan atas)
13
Sejak Tahun 1988 sampai dengan tahun 2022. Selalu terjadi kelahiran baru,
yang mana setiap generasi yang lahir disana, selalu di tangani atau di urus oleh orang-
orang tua mereka, dan dirawat dengan menggunakan cara-cara tradisional mereka
sendiri. Setelah kelahiran, perawatan anak anak, sampai dengan anak anak itu tumbuh
mana hal itu terjadi sesuai dengan praktek;praktek kehidupan orang-orang tua mereka
4. Aktifitas Pendidikan
Dalam pertumbuhan anak-anak di dusun Koko dan Sumni sampai pada umur
sekolahpun tidak di sekolahkan karena para orang tua mereka belum punya
pemahaman yang baik tentang fungsi utama dari pendidikan. Selain itu mereka para
orang tua juga tidak ingin melepaskan anak anak mereka pergi jau, apalagi tinggal
Sejak tahun 2012 perna ada program pembangunan sekolah yang di paketkan
langsung oleh Pemerintah Pusat nama Sekolah Dasar (SD) itu adalah SD. Negeri
SD ini dialihkan atau pindakan ke Jalan Padat Karya yang lokasihnya sangat jau dari
Dusun koko dan Dusun Sumni. Jaraknya +-12 KM. Lokasih dimana bangunan
Sekolah itu berada tepatnya di Dusun Yokno sehingga itu semakin mempersulit
usaha, dukungan, serta harapan dari orang tua kepada anak-anak mereka dalam usaha
14
Oleh sebab itu anak-anak mereka, selalu bersama keluarga mereka dengan
harapan, para orang tua agar anak-anak ini bisa membantu mereka dalam melakukan
5. Pola Hidup
beberapa pola atau tatanan kehidupan yang selalu di terapkan untuk dipakai dalam
menuntun semua perilaku hidup mereka dari generasi yang satu ke generasi yang
berikutnya sepanjang masa, selama mereka masih ada dan melangsungkan hidup
mereka diatas tanah hak ulayat marga mereka, yang diwariskan secara lisan dan jelas
6. Kegiatan perekonomian
dalam kelangsungan hidup mereka setiap harinya di wilayah dusun koko dan dusun
sumni, ada beberapa bentuk macam usaha yang dilakukan setiap saat antara lain:
dan dusun sumni yang merupakan bagian dari hak ulayat marga mereka.
1989 dan mereka mulai panen hasil-hasil itu sejak tahun 2012 lalu sampai
13
Bapak Eligius Vebohoi: Anggota Bamuskam kampung homlikya, yang mengetahui jelas staus SD Negeri Koko.
Pada hari selasa, Tanggal 6 bulan Oktober, .tahun 2020 jam. 19:00.
15
c. Menjual Karet kering dalam bentuk lembar yang dibuat masing-masing
d. Hasil buruhan binatang liar yang di dapatkan oleh masyarakat dari kedua
ajing, menangkap ikan dari rawa-rawa telaga di wilaya kedua dusun dengan
NO NAMA
1. Tadius Wobar
2. Olampia Kwamtahai
3. Maria Wotubar
4. Yanuarius Wotubar
5. Adolvina Vebohoi
6. Axamina Wotubar
7. Paskalis Wotubar
8. Yohanes Wotubar
9. Yakobus Botubar
10. Hilarius Wotubar
11. Anselmus Wotubar
12. Genivasia Camas
13. …..Anak……..
14. …..Anak……..
15. Emilianus Wotubar
16. …Istri…………..
17. …Anak……..
18. …Anak…….
14
Sumber data: Kletus Camas, warga dusun koko, yang berprofesi sebagai petani karet. Pada hari Minggu, Tanggal 4
bulan Oktober, .tahun 2020 jam. 16:00.
16
19. …Anak……..
20. Serilus Wotubar
21. Yosentus Wotbar
22. Blandina Wotbar
23. Rafael Aun
24. Alberta Wotubar
25. Ponsianus Aun
26. Gabriel Aun
27. Axamina Wotubar
28. ……Anak……..
29. …….Anak…..
30. …….Anak…
31. …….Anak…..
32. Lucas Kasime
33. Klemasia Wotubar
34. Olampia Kasime
35. Fabianus Kasime
36. Remundus Kasime
37. ….Anak……….
38. Sarafinus wotbar
39. Kornelia Kwamtahai
40. Agustina worubar
41. Mikela Wotubar
42. Yosua wotubar
43. Helena Wotubar
44. Heribertus wotubar
45. Gervasia Kwamtahai
46. Ester Wotubar
47. Arnold Wotubar
48. Yakobus Wotubar
49. Paulina Wotubar
50. Yustinus Wotubar
51. …..istrinya…
52. …Anak……
53. …..Anak….
54. Carles Wotubar
55. Olga Aun
56. ….Anak….
57. Kaitanus Wotubar
58. Paulina Kwamtahai
59. ….Anak…..
17
60. …Anak….
61. …Anak….
62. ….Suami……
63. Olampia Wotubar
64. ……Anak…..
65. Moses Wotubar
66. …Istri…..
67. Melkior Wotubar
68. Hilarius Wotubar
69. Marsia Kwamtahai
70. Bernardus Wotubar
71. Kamilus Wotubar
72. …Istri…..
73. ….Anak….
74. …Anak…..
75. ….Anak….
76. ….Anak….
77. Marinus Wotubar
78. Maria
79. Kamilus Wotubar
80. Selestinus Wotubar
81. ….Anak……….
82. Marinus Chamas
83. Agustina Yimsi
84. Nety Chobumun
85. …Anak…..
86. …Anak…..
87. Hermanus Chamas
88. Veronika Yaas
89. Kostantinus Chamas
90. Wilhelmus Chamas
91. Martha Kwamtahai
92. Pitersina Chamas
93. …Anak….
94. ….Anak…..
95. ….Anak…
96. ….Anak…
97. Alvons Chamas
98. Paskalina Wotubar
99. …..Ana…..
100. ….Anak….
18
101. Alvius Kwamtahai
102. Apolonia Chamas
103. Hendrikus Kwamtahai
104. …..Istri
105. Yance Bukutubun
106. ….Istri…..
107. ….Anak…
108. ….Anak…
109. Kaspar wotubar
110. Susana Kukumu
111. …..Anak…..
112. …..Anak….
113. Atanasius Kukumu
114. Dorkas Chamas
115. ….Anak…..
116. …..Anak….
117. Kanisius Kukumu
118. Monika Kasime
119. …..Anak……..
120. Ateng Kukumu
121. Klemasia Aun
122. …..Anak….
123. …..Anak…..
124. ….Anak….
125. …..Anak….
126. Konrardus Kwamtahai
127. Adela Wohomugu
128. Yunus Wohomugu
129. Robertus Kasime
130. Katarina Yibim
131. ….Anak……
132. …Anak…..
133. Saverius Kasime
134. Bibiana Kukumu
135. Hendrikus Kasime
136. Walburga Kukumu
137. ….Anak…
138. ….Anak…
139. Yonathan Kukumu
140. Agustina Basik Basik
141. Vinsensius Kukumu
19
142. Susana Kukumu
143. Siria Kukumu
144. Andre Kukumu
145. Albertus Kukumu
146. …..Anak…….
147. Albertus Bugi
148. Irma Chamas
149. Gabriel Kukumu
150. Hironimus Kukumu
151. Maria Kukumu
152. Beatrix Kukumu
153. Kornelis wotubar
154. ….Istri…
155. Salibai Wetinu
156. Karolina Kasime
157. ….anak…
158. ….anak….
159. ….anak….
160. ….anak…
161. ….anak….
162. Frederikus Chamas
163. Lany
164. ….Anak….
165. ….Anak….
166. ….Anak….
167. Amatus Kwamtahai
168. Ida Chamas
169. Sisilia Kwamtahai
170. Pelipus Kwamtahai
171. Gabriel Kukumu
172. Liboria Kwamtahai
173. Kornelis Kukumu
174. Silvester Kukumu
175. Bernardus Kasime
176. Verdinanda Kwamtahai
177. …Anak……
178. ….Anak….
179. ….Anak….
180. ….Anak….
181. Carles Kasime
182. Emiliana Ikamtahai
20
183. ….Anak….
184. ….Anak….
185. ….Anak….
186. ….Anak….
187. Gabriel Yadumun
188. Salome Kukumu
189. Kasimirus yadumun
190. ….Anak….
191. Yohanes Wotubar
192. ….Istri….
193. ….Anak…
194. ….Anak…
195. Alex Wotubar
196. Benselina Pasau
197. ….Anak….
198. Alex Wotubar
199. Rofina Kukumu
200. Gabriel Kukumu
201. Donatus Vebohoi
202. …Istri……
203. Paula Yame.
204. Maria A.
205. Theodorus A.
206. Everista M.
207. Fransina P.
208. Persila Kasime
209. Vitalis Kasime
210. Marselinus
211. Paskalina
212. Romaldus Yame
213. Marselinus Kwamtahai
214. Albertina Yibim
215. ….Anak….
216. ….Anak….
217. Gabriel Bugi
218. ….Istri….
219. ….Anak….
220. ….Anak….
221. Mikael Kukumu
222. ….Istri…..
223. ….Anak….
21
224. ….Anak….
225. ….Anak….
226. ….Anak….
227. Alfridus
228. Bibiana
229. Petrus
230. Sakius
231. Bridget
BAB III
22
ANALISIS TEORI DAN UNDANG-UNDANG
A. Teori
biasanya orang itu dianggap hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan seraya
sebenarnya paham ini sangat sederhana. Ia mengakui fakta yang alamiah bahwa
setiap manusia dalam memandang dunia di sekitarnya selalu memakai kacamata atau
persepsi dirinya sendiri. Tidak ada orang yang mencoba melihat dunia ini lewat
pikiran dan mata orang lain—selain karena memang tidak mungkin demikian
Ada sebuah contoh gampang yang pernah diberikan oleh Adam Smith, pemikir
ekonomi yang dianggap sebagai ”Bapak Kapitalisme”. Coba lihat, kata Smith, kalau
misalnya ada seribu orang mati di Cina, Anda yang di Inggris mungkin malam itu
bisa tidur lelap. Tapi coba jika pada saat yang sama jari kelingking Anda tergores
sedikit dan kemudian memar atau bernanah. Maka rasa sakit itu mungkin akan
membuat Anda semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan jari kelingking Anda
itu.
23
Atau misalnya Anda diberi pilihan yang ekstrem: kalau Anda disuruh memilih
antara kehilangan jari kelingking Anda besok pagi karena dipotong atau dua puluh
orang meninggal di Cina. Mana yang akan Anda selamatkan: kelingking Anda atau
nyawa dua puluh orang itu? Mungkin Anda relakan kelingking Anda. Tapi
dilemanya: Anda berpikir tentang sakitnya kelingking Anda itu. Nah, itu berarti Anda
itu. Dia tidak ingin mengingkarinya dengan berkata bahwa, “Lupakan dirimu atau
jangan pikirkan dirimu, tapi pikirkan masyarakat yang lebih besar.” Memikirkan diri
sendiri itu jangan disamakan dengan egoisme. Jadi yang bisa dilakukan bahwa dalam
jangan ingkari cara berpikir masing-masing individu dalam melihat persoalan dan
kepentingannya. Saya pernah memberi contoh sederhana tentang Siti Nurbaya, yang
dipaksa oleh ayahnya untuk kawin dengan lelaki yang bukan pilihannya, Datuk
Maringgih. Sang ayah bisa bilang bahwa perjodohan paksa tersebut untuk
Tetapi apapun alasan di luar Siti Nurbaya, pemaksaan itu sebenarnya tidak
mengakui individu sang anak yang boleh memilih bagi dirinya sendiri. Jadi
individualisme itu bukan berarti seseorang harus egosentris. Itu sekadar pengakuan
bahwa manusia dalam melihat persoalan tidak melalui kacamata orang lain. Dan hal
itu tidak berarti harus bertentangan dengan masyarakat. Justru masyarakat akan
24
sangat beruntung jika individu-individu yang ada di dalamnya, yang membentuk
masyarakat itu adalah individu-individu yang matang, dewasa, yang mampu memilih
bagi dirinya sendiri. Masyarakat semacam itulah sebenarnya yang terbaik. Bukan
atau dijamin, bukan digerus atau dikalahkan oleh apa yang disebut kepentingan
umum. Dalam bangunan tata masyarakat modern dan demokratis, biasanya yang
konstitusi. Selalu begitu. Jadi, apa saja yang tidak boleh dipaksa oleh umum
dijelaskan garisnya. Kita sebenarnya sudah menerimanya sejak 1945, dengan Pasal
28 UUD, tapi kita masih ragu-ragu. Belum benarbenar clear-cut, atau secara tegas dan
penuh. Dengan amandemen terhadap UUD 45 itu, kita sudah bersikap clear-cut,
bahwa ada hak-hak dasar individu: hak bicara, hak untuk hidup, hak untuk mencari
kebahagiaan, life, liberty, and happiness. Inilah definisi dasar tentang hak-hak
individu itu, tidak boleh dirampas oleh siapapun, termasuk oleh negara.15
15
Risal mallarangeng. Kumpulan Esai tentang manusia, masyarakat, dan kekuasaan. Hlm. 48-
49
25
2. Masyarakat Hukum Adat, Tanah, dan Wilayahnya
Masyarakat Hukum Adat (MHA) merupakan salah satu subjek hukum negara
yang diakui dalam UUD 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan. Pasal
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
Selanjutnya, Pasal 28I (3) Bab XA tentang Hak Asasi Manusia UUD 1945
dengan perkembangan zaman dan peradaban. Salah satu definisi tentang MHA dalam
UU tertuang dalam Pasal 1 butir 31 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidupnya, serta
adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.
merumuskan MHA sebagai: Suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya yang bersangkutan secara de facto masih ada dan/atau hidup (actual
feeling);
26
b. Ada pranata pemerintahan adat;
e. Khusus bagi kesatuan masyarakat hukum adat yang bersifat teritorial juga
Selain itu, masyarakat adat yang didefinisikan oleh Aliansi Masyarakat Adat
karena adanya ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan
tanah, wilayah dan sumber daya alam di wilayah adatnya, serta adanya sistem nilai
yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum yang berbeda, baik
Tradisional dalam UUD 1945, istilah MHA dalam berbagai peraturan perundang-
undangan dan istilah Masyarakat Adat yang digunakan masyarakat sipil merujuk
pada kelompok masyarakat yang sama. Dalam hal ini, Komnas HAM termasuk
MHA, tanah bukan sekadar sumber ekonomi. Tanah merupakan bagian tidak
terpisahkan dari keseluruhan kehidupan masyarakat hukum adat. Beragam ritual adat
dilaksanakan sebagai wujud relasi spiritual mereka dengan alam, termasuk hutan.
Pengabaian atas relasi MHA dengan tanah dan wilayahnya, asal-usul penguasaan
27
tanah dan wilayah MHA dan sejarah politik agraria yang terjadi selama ini telah
16
Inkuiri Nasional Komnas HAM tentang; Masyarakat hukum adat atas wilayah di kawasan
hutan No. 36-41
28
B. Undang-Undang Dan Peraturan Lain
Dalam meninjau tentang pengakuan dan perlindungan masyarakat yang berada
di dusun Koko dan dusun Sumni dari wilayah administratif kampung homlikya
distrik sayhcame kabupaten mappi, perlu kita mengamati dengan baik peraturan
jaminan identitas diri Sebagai Warga Negara Indonesia, dan termasuk Pemenuhan
Hak Asasi Mereka sebagai Manusia yang memiliki kesamaan hak dengan semua
orang didalam negara kesatuan republik indonesia. Berikut adalah penjelasan undang-
UUD 1945 AMANDEMEN-4 : a. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “masyarakat hukum
adat beserta hak-haknya” terdapat dalam Pasal 18. B Ayat (2)
b. Ketentuan UUD 1945 yang Berkaitan dengan “Warga Negara dan
Penduduk” Terdapat dalam Pasal pasal 26 Ayat (1), (2), dan (3).
Selanjutnya terdapat juga dalam Pasal 27 Ayat (1), dan (2).
c. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “Hak Asasi Manusia” terdapat
dalam Pasal 28 A, Pasal 28 B Ayat (1), dan (2). Pasal 28 C Ayat (1), dan
(2). Pasal 28 D Ayat (1), (2), (3), dan (4). Pasal 28 E Ayat (1), dan (2). Pasal
28 F. Pasal 28 G Ayat (1). Pasal 28 H Ayat (1), (2), (3), dan (4). Pasal 28 I
Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5). Pasal 28 J Ayat (1), dan (2).
d. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “Agama” terdapat dalam Pasal
29 Ayat (1).
e. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “Pendidikan dan
Kebudayaan” terdapat dalam Pasal 31 Ayat (1), dan (2). Pasal 32 Ayat (1).
f. Ketentuan UUD 1945 yang berkaitan dengan “Perekonomian Nasional dan
Kesejateraan Sosial” terdapat dalam Pasal 33 Ayat (1). Pasal 34 Ayat (1),
(2), (3), dan (4).
29
UU NO. 2 TAHUN : a. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (14) Menyebutkan bahwa:
Kampung atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
2021 hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asalusul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten/kota.
b. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (16) Menyebutkan bahwa:
Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disingkat HAM adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, drjunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta pelindungan harkat dan martabat
manusia.
c. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (17) Menyebutkan bahwa:
Adat adalah kebiasaan yang diakui, dipatuhi, dilembagakan, dan di
pertahankan oleh masyarakat adat setempat secara turun-temurun.
d. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (18) Menyebutkan bahwa:
Masyarakat Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang hidup dalam
wilayah dan terikat serta tunduk kepada adat tertentu dengan rasa solidaritas
yang tinggi di antara para anggotanya.
e. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (19) Menyebutkan bahwa:
Hukum Adat adalah aturan atau norma tidak tertulis yang hidup dalam
masyarakat hukum adat yang mengatur, mengikat dan dipertahankan, serta
mempunyai sanksi.
f. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (20) Menyebutkan bahwa:
Masyarakat Hukum Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang sejak
kelahirannya hidup dalam wilayah tertentu dan terikat serta tunduk kepada
hukum adat tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara para
anggotanya.
g. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (21) Menyebutkan bahwa:
Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dipunyai oleh masyarakat hukum
adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup
para warganya, yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan air
serta isinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
h. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 1 Ayat (23) Menyebutkan bahwa:
Penduduk Provinsi Papua yang selanjutnya disebut Penduduk adalah semua
orang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, terdaftar, dan bertempat tinggal di Provinsi Papua.
i. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 56 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Setiap Penduduk Provinsi Papua berhak memperoleh pendidikan yang
bermutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, sampai dengan
tingkat sekolah menengah dengan beban masyarakat serendahrendahnya.
j. Ketentuan UU NO. 2 Tahun 2021. Pasal 59 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Setiap Penduduk Papua berhak memperoleh pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dengan beban masyarakat
serendah rendahnya.
UU NO. 6 TAHUN 2014 : a. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 1 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
30
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 1 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 1 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
d. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 1 Ayat (12) Menyebutkan bahwa:
Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
e. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 2 Menyebutkan bahwa:
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa meliputi, pelaksanaan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.
f. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 8 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Pembentukan Desa merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar
Desa yang ada.
g. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 8 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kota dengan
mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat,
kondisi sosial budaya masyarakat Desa, serta kemampuan dan potensi Desa.
h. Ketentuan UU NO. 6 Tahun 2014. Pasal 8 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Pembentukan Desa harus memenuhi syarat, terdapat pada Ayat (3) Huruf b.
jumlah penduduk, yaitu: Terdapat pada Huruf b. Angka (9). wilayah Papua
dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa atau 100 (seratus)
kepala keluarga.
UU NO. 24 TAHUN 2013 : a. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 1 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui
Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi
Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan
publik dan pembangunan sektor lain.
b. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 58 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat
Penduduk.
c. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 58 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Data perseorangan meliputi: Ayat (2) Huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m,
n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z, aa, bb, cc, dd, dan ee.
d. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 58 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data
kuantitatif dan data kualitatif.
e. Ketentuan UU NO. 24 Tahun 2013. Pasal 58 Ayat (4) Menyebutkan bahwa:
31
Data Kependudukan digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan: Ayat (4) Huruf
a, b, c, d, dan e.
UU NO. 39 TAHUN 1999 : a. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 1 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
b. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 1 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi
manusia.
c. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 1 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang
langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas
dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status
ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan
atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan
baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
d. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 2 Menyebutkan bahwa: Negara
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati
melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi,
dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan,
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.
e. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 3 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia
yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati murni untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat
persaudaraan.
f. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 6 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan
kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan
dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan Pemerintah.
g. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 6 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat
dilindungi, selaras dengan perkembangan zaman.
h. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 12 Menyebutkan bahwa: Setiap
orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas
hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung
jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi
manusia.
i. Ketentuan UU NO. 39 Tahun 1999. Pasal 27 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Setiap warga negara Indonesia berhak untuk secara bebas bergerak,
berpindah, dan bertempat tinggal dalam wilayah negara Republik
Indonesia.
32
UU NO. 20 Tahun 2003 : a. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat (1) Menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
b. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat (2) Menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.
c. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat (3) Menyebutkan bahwa:
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
d. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 1 Ayat (27) Menyebutkan bahwa:
Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
e. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 3 Menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
f. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 5 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5).
Pasal 6 Ayat (1), dan (2), Mengatur Tentang; Hak Dan Kewajiban Negara.
g. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 7 Ayat (1), dan (2). Mengatur
Tentang; Hak dan Kewajiban Orang Tua.
h. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 8 dan Pasal 9. Mengatur
Tentang; Hak dan Kewajiban Masyarakat.
i. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 10, Pasal 11 Ayat (1) dan (2).
Mengatur Tentang; Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
j. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 62 Ayat (1), (2), (3), dan (4).
Mengatur Tentang: Pendirian Satuan Pendidikan.
k. Ketentuan UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 71 Menyebutkan bahwa:
Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan tanpa izin Pemerintah atau
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Alasan yang menyebabkan masyarkat di dusun koko dan sumni keluar dari
sebabkan dari beberapa hal yang dialami oleh masyarakat lain di kampung
Rasa bosan karena hak dusunnya selalu diminta-minta, sebagai manusia mulai
jengkel terhadap keadaan yang ada sehingga timbullah rasa benci serta di
gabungkan dengan persoalan lain lagi yang berakhir dengan penghinaan dan
sepakat untuk bersumpah dengan tradisi mereka, dan keluar dari kampung
2. Langkah ataupun upaya yang dipakai oleh kepala desa saat itu bersama aparat
Pada Tahun 1990 sebanyak 2 kali, pada tahun 1991 sebanyak 1 kali, dan
laporan yang sama juga di ajukan kepada pihak kecamatan edera, dan
kepolisian secara bersama sama pada tahun 1994. Akan tetapi semua laporan itu
tidak berhasil mengajak masyarakat di dusun koko dan dusun sumni kembali
34
3. Perhatian pemerintah kampung homlikya mulai terputus terhadap masyarakat di
dusun koko dan dusun sejak tahun 1988 sampai dengan tahun 2022, yang
artinya bahwa semua program pembangunan dan keuangan yang di kelola oleh
pemerintah kampung homlikya tidak di arahkan ke kedua dusun ini. Satu alasan
kepada masyarakat di dusun koko dan dusun sumni adalah sumpah secara adat
yang perna dilakukan oleh orang-orang tua mereka ini yang lebih membatasi
hubungan mereka, walaupun sampai hari ini masyarakat di kedua dusun masih
sumni sangat kurang diantaranya dalam hal pendataan, hanya seagiann data
penduduk lama dari kalangan mereka yang masih dipakai oleh pemerintah
5. Tidak ada pelayanan keagamaan di dusun koko dan dusun sumni oleh pihak
gereja katolik, pelayanan keagamaan itu hanya berasal dari kelompok mereka
yang selalu saling mengajari antara orang tua, dan anak-anak mereka tentang
6. Pelayanan pendidikan di dusun koko dan dusun sumni belum berjalan sama
langsung oleh Pemerintah Pusat pada tahun 2012 telah dibatasih oleh
35
Padat Karya, tepatnya di Dusun Yuknu, dan tidak berjalan sampai dengan hari
ini.
B. Saran
2. Kepada DPR di tingkat provinsi dan kabupaten, serta MRP. Mohon ada
dan distrik syahcame. Mohon aktifkan fungsi kontrol yang merata sampai ke
tingkat kampung-kampung pedalaman papua, sebab sampai hari ini masih ada
masyarakat kampung.
4. Kepada semua pihak yang ingin membantu dengan iklas. Semoga anda,
pekerjaan anda, rencana anda, dan keturunan anda, diberkati oleh tuhan yang
maha kuasa, karena anda telah mencoba untuk menyelamatkan nasip hidup
manusia lain.
36
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdul syani, Sosiologi-Sistematika, Teori Dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Hal
129-130.
Undang-Undang
37