Disusun Oleh
Kelompok 5 :
Kelas : PTIK 5A
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan penulis dapat menyusun Makalah yang berjudul “Kepemimpinan
dalam Masyarakat Minangkabau” dengan lancar. Dan terima kasih pada teman-teman
yang telah membantu sehingga Makalah ini dapat diseslesaikan.
Adapun tujuan penulisan Makalah ini untuk memenuhi tugas dengan mata kuliah
Budaya Minangkabau. Semoga apa yang ditulis dalam Makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang berguna untuk kesempurnaan
Makalah ini. Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan penulisan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .....................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minangkabau merupakan salah satu etnis terbesar di Indonesia dengan sistem
kekerabatan yang berbeda. Masyarakat Minangkabau memiliki adat yang unik dengan
menganut sistem matrilineal. Adat istiadat Minangkabau mengatur tatanan masyarakatnya
baik secara individu, kelompok maupun sosial. Tatanan kehidupan yang telah diatur
tersebut menjadi pegangan hidup masyarakat Minangkabau. Navis (1982: 88-89)
mengemukakan bahwa adat merupakan kebudayaan secara utuh yang dapat berubah.
Namun ada adat yang tidak dapat berubah, seperti kata pepatah “kain dipakai usah, adaik
dipakai baru” (kain dipakai usang, adat dipakai baru). Pepatah tersebut bermakna bahwa
pakaian ketika dipakai terus, lama kelamaan akan usang. Tetapi ketika adat dipakai terus
menerus akan senantiasa awet/langgeng.
Kepemimpinan secara prinsip merupakan upaya memengaruhi banyak orang melalui
komunikasi untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan juga merupakan suatu kegiatan dalam
membimbing suatu kelompok sehingga tercapai tujuan bersama yang telah disepakati.
Kepemimpinan juga bermakna sekumpulan/ serangkaian kemampuan dan sifat-sifat
kepribadian individu--pemimpin, termasuk di dalamnya kewibawaan untuk dijadikan
sebagai sarana dalam rangka meyakinkan individu/kelompok yang dipimpin agar mereka
mau melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela hati,
bersemangat dan kegembiraan batin (Kompri, 2015: 307). Keberhasilan berbagai
kelompok sangat bergantung pada kualitas pemimpin yang terdapat dalam kelompok
masyarakat bersangkutan (Siagian, 1991: 2). “Penghulu” atau “Datuak” adalah sebutan
atau gelar yang diberikan kepada pemimpin adat dalam masyarakat Minangkabau.
Penghulu merupakan orang yang dituakan, dipilih dan dipercayakan untuk memimpin
masyarakat dengan gelar “Datuak”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Kepemimpinan dalam Masyarakat Minangkabau?
2. Apa saja Jenis-jenis Pemimpin dalam Masyarakat Minangkabau?
3. Apa Kaitan Pemimpin dengan Penguasaan Tanah Ulayat dalam Masyarakat
Minangkabau?
4. Bagaimana Perubahan Kedudukan dan Fungsi Pemimpin dalam Masyarakat
Minangkabau?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Apa Konsep Kepemimpinan dalam Masyarakat Minangkabau.
2. Untuk Mengetahui Apa saja Jenis-jenis Pemimpin dalam Masyarakat Minangkabau.
3. Untuk Mengetahui Apa Kaitan Pemimpin dengan Penguasaan Tanah Ulayat dalam
Masyarakat Minangkabau.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perubahan Kedudukan dan Fungsi Pemimpin dalam
Masyarakat Minangkabau.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Loyalitas yang tinggi terhadap kaum, suku, anak kemenakan dan “nagari”.
3. Berilmu pengetahuan tentang adat dan agama dan lain lain.
4. Adil dalam memimpin anak kemenakan dan keluarga.
5. Adil dalam memimpin anak kemenakan dan keluarga.
6. Taat menjalankan ajaran agama dan adat.
7. Tidak cacat moral di mata masyarakat dalam nagari.
Martabat seorang pemimpin/datuak antara lain terletak pada 1) berakal dan kuat
pendirian, 2) berilmu, berpaham, berma’rifat ujud yakin, tawakal pada Allah, 3) kaya dan
miskin pada hati dan kebenaran, 4) murah dan mahal pada laku dan perangai yang
berpatutan., 5) hemat dan cermat, mengenai awal dan akhir, 6) ingat dan ahli pada adat.
Dengan martabat yang melekat pada diri seorang penghulu/datuak, sangat wajar jika
dalam masyarakat Minangkabau seorang penghulu/datuak sangat disegani dan dihormati,
terutama oleh kaumnya.
2
Itulah sebabnya pemimpin disebut dengan “Bak kayu gadang ditangah koto ureknyo
tampek baselo batangnyo tampek basanda dahannyo tampek bagantuang daun
rimbunnyo tampek bataduah, tampek bahimpun hambo rakyat, pai tampek batanyo
pulang tampek babarito, sasek nan kamanyapo tadorong nan kamanyintak, tibo dikusuik
kamanyalasai tibo dikaruah mampajaniah, mahukum adia bakato bana”.
1. Kepemimpinan Penghulu
Penghulu sejak era Datuak Perpatih Nan Sabatang dan Datuak Ketumanggungan,
berfungsi sebagai pemimpin dalam kaum sukunya. Ia sebagai leader melindungi
kepentingan anak kemenakan (masyarakat) yang dipimpinnya. Ia bertanggung jawab
kepada kaumnya, karena ia dipilih oleh kaumnya (ninik mamak kaum dan mandeh/
perempuan dalam kaum) dengan kriteria antara lain: baligh, berakal sehat, sopan
santun, ramah tamah, rendah hati, punya keteladanan, punya gezah/ kharisma, punya
harta dsb. Proses kader secara informal adat calon penghulu sudah teruji dalam
memimpin mulai pengalaman berharga dalam memimpin lingkungan mamak rumah
(adik-kakak- kapanakan saparuik), se-jurai, sampai ke kaum suku dan dihormati suku
lain di nagari.
2. Kepemimpinan Mamak
Mamak adalah saudara laki-laki dari pihak ibu. Semua saudara laki-laki ibu baik
adik maupun kakaknya yang sudah dewasa/ menikah disebut mamak. Secara khusus
mamak bukanlah sekedar saudara laki-laki ibu akan tetapi mamak adalah seseorang
yang dituakan dan dianggap cakap dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan
sistim matrilineal di Minangkabau.
3
Pucuak paku kacang balimbiang
Ambieak tampuruang lenggang-lenggokkan
Bawo manurun ka saruaso
Tanamlah siriah di ureknyo
Anak dipangku kemanakan dibimbiang
Urang kampuang dipatenggangkan
Tenggang nagari jan binaso
Tenggang sarato jo adatnyo
Artinya jadi seorang mamak itu di samping memelihara anak-anaknya (sebagai ayah
di rumah anaknya) juga harus membimbing kemenakan (di dalam kaum sukunya),
memelihara kampung jan binaso.
4
Tanah ulayat adalah tanah milik komunal yang tidak boleh dan tidak dapat
didaftarkan atas nama satu atau beberapa pihak saja. Penelitian Jamal et al menemukan
bahwa seluruh tanah di wilayah Minangkabau, yang persis berhimpit dengan areal
administratif Provinsi Sumatera Barat, merupakan "tanah ulayat" dengan prinsip
kepemilikan komunal, yang penggunaan dan pendistribusian penggunaannya tunduk
kepada pengaturan menurut hukum adat. Pendapat Singgih Praptodihardjo, tanah ulayat
adalah warisan dari mereka yang mendirikan nagari, tanah tersebut bukan saja kepunyaan
umat yang hidup sekarang tetapi menjadi hak generasi yang akan datang, yang hidup
kelak dikemudian hari.
Hak ulayat merupakan hak tertinggi di Minangkabau yang terpegang dalam tangan
penghulu, nagari, suku, kaum atau beberapa nagari. Tanah ulayat diwarisi secara turun
menurun, yang diwarisi dari nenek moyang ke generasi berikutnya dalam keadaan utuh,
tidak terbagi-bagi. Sebagaimana dalam fatwa adat menyatakan bahwa birik-birik tabang
ka sawah (Birik-birik terbang kesawah), dari sawah tabang ka halaman (dari sawah
terbang ke halaman), basuo ditanah bato (bertemu ditanah bata), dari niniak turun
kamamak (dari ninik turun ke mamak), dari mamak turuk ka kamanakan (dari mamak
terun kemanakan), patah tumbuah hilang baganti (patah tumbuh hilang berganti) dan
pusako baitu juo (pusaka begitu juga ).
Tanah ulayat di Minangkabau disebut sebagai harta pusaka. Sistem pemilikan harta
atau cara seseorang mendapatkan harta tersebut yaitu Pusako (pusaka), Tambilang Basi
(tembilang besi), yaitu memperoleh harta dengan usaha sendiri, misalnya manaruko.
Manaruko yaitu membuka lahan yang belum ada pemiliknya atau hutan yang belum
mempunyai pemilik, hal ini merupakan salah satu usaha dan kebiasaan nenek moyang
orang Minangkabau pada zaman dahulu, Tambilang Ameh (tembilang emas) yaitu
memiliki harta dengan cara membeli dan Hibah (pemberian).
Tanah ulayat di Minangkabau diatur pimpinan adat yang disebut ampek jinih,
penghulu manti, dubalang dan malin yang berkedudukan di kaum dan atau di suku dan
atau di nagari. Orang ampek jinih itu ibarat empat badan satu nyawa. Artinya, sistem
kepemimpinannya satu atap atau satu kotak. Rusak satu rusak yang lainnya.
Dilihat dari sistem kepengurusan dalam pemerintahan adatnya dapat dibedakan dari
dua keselarasan yaitu laras Bodi-Caniago dan laras Koto-Piliang. Tata adat keselarasan
Bodi-Caniago dihubungkan pada tokoh legendarisnya Datuak perpatih nan sabatang,
yang menunjukkan corak kepribadian melayu yaitu pemerintahan demokrasi terbuka,
dimana para penghulunya mementingkan musyawarah dan mufakat sesuai peribahasa
“Duduk sama rendah berdiri sama tinggi”.
Jadi kedudukan para penghulu andiko itu sejajar yang satu dengan yang lain dalam
menetapkan keputusan. Sedangkan menurut tata-adat keselarasan Koto-Piliang yang
5
dihubungkan dengan tokoh legendarisnya datuak katumanggungan yang agak dipengaruhi
oleh adityawarman yang pernah menjadi maha mantri di Majapahit dan penegak kerajaan
pagaruyung, menunjukkan corak yang otokrasi, atau demokrasi yang terkendali. Jadi
kepenghuluan di laras Koto-Piliang tidak dipilih seperti di laras Bodi-Caniago, mereka
tetap sebagai penghulu yang turun temurun menurut sub-klennya masing-masing.
Penghulu dalam adat minangkabau adalah pemimpin yag harus bertanggung jawab
kepada masyarakat (anak kemanakan yang dipimpinnya). Pada pribadi seoarang penghulu
melekat lima macam fungsi kepemimpinannya yaitu :
Jika dilihat dari artinya, kata penghulu berasal dari kata “Hulu” yang artinya pangkal.
Dari penjelasan diatas sudah jelas bagi kita semua bahwa penghulu berarti kepala kaum.
Semua penghulu bergelar datuk. Datuk artinya orang berilmu yang dituakan. Kedudukan
penghulu dalam nagari tidak sama atau kedudukan penghulu bertingkat-tingkat seperti
kelarasan Koto-Piliang dan ada juga kedudukan penghulu yang sama seperti kelarasan
Bodi-Caniago. Dalam pepatah adat Disebutkan :
“Luhak-bapanghulu”
“Rantau-barajo”
Hal ini berarti bahwa penguasa tertinggi pengaturan masyarakat adat didaerah luhak
nantigo, berada ditangan para penghulu. Jadi penghulu memegang peranan utama dalam
kehidupan masyarakat adat.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
“Penghulu” adalah sebutan atau gelar yang diberikan kepada pemimpin adat dalam
masyarakat Minangkabau. Penghulu merupakan orang yang dituakan, dipilih dan
dipercayakan untuk memimpin masyarakat. Dahulunya penghulu digunakan dalam
struktur pemerintahan di wilayah Minangkabau, di samping sebagai pemangku adat
dengan gelar “Datuak” (Suryani, 2014: 208). Singkatnya, penghulu adalah orang yang
memimpin, memerintah, dan membawahi masyarakat, termasuk anak dan kemenakan.
Ada tiga jenis kepemimpinan dalam masyarakat Minangkabau yaitu dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Penghulu
2. Kepemimpinan Mamak
3. Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan (Tali Tigo Sapilin)
Tanah ulayat di Minangkabau diatur pimpinan adat yang disebut ampek jinih,
penghulu manti, dubalang dan malin yang berkedudukan di kaum dan atau di suku dan
atau di nagari. Orang ampek jinih itu ibarat empat badan satu nyawa. Artinya, sistem
kepemimpinannya satu atap atau satu kotak. Rusak satu rusak yang lainnya.
Penghulu dalam adat minangkabau adalah pemimpin yag harus bertanggung jawab
kepada masyarakat (anak kemanakan yang dipimpinnya). Pada pribadi seoarang penghulu
melekat lima macam fungsi kepemimpinannya yaitu :
7
DAFTAR PUSTAKA
(https://www.academia.edu/8146811/FUNGSI_DAN_PERANAN_PENGHULU_DALAM_
KEPEMIMPINAN_ADAT_di_MINANGKABAU). Diakses 7 November 2020