MK. KEPEMIMPINAN
Fakultas Teknik
Skor Nilai :
DiSusun Oleh :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Identifikasi masalah....................................................................................2
C. Batasan masalah.......................................................................................2
D. Rumusan masalah.....................................................................................2
E. Tujuan survey............................................................................................2
F. Manfaat survey..........................................................................................2
BAB II................................................................................................................... 4
LANDASAN TEORI..............................................................................................4
E. Kerangka berpikir.....................................................................................10
BAB III................................................................................................................12
METODE SURVEY.............................................................................................12
BAB IV................................................................................................................13
BAB V................................................................................................................24
PENUTUP..........................................................................................................25
A. Kesimpulan..............................................................................................25
B. Saran.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
LAMPIRAN.........................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
perempuan. Meskipun kekuasaan di dalam suku dipegang oleh saudara
laki-laki dari ibu (disebut :"mamak"), namun hak properti atas pusaka tetap
dimiliki oleh perempuan, diwariskan oleh "mamak" kepada kemenakan
perempuan (anak dari saudara perempuan).
B. Identifikasi masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, kami memberikan identifikasi
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:
Adanya nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat minang.
Karakteristik adat minang
Struktur dan dan tugas pemimpin dalam adat minang
Budaya pernikahan masyarakat minang
C. Batasan masalah
1. Nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang
2. Struktur dan tugas pemimpin minang.
3. Budaya pernikahan masyarakat minang
D. Rumusan masalah
1. Apa saja nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang?
2. Bagaimana karakteristik kepemimpinan?
3. Bagaimana struktur dan tugas pemimpin dalam adat minang?
4. Bagaimana budaya pernikahan masyarakat minang?
E. Tujuan survey
1. Mengetahui nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang.
2. Mengetahui karakterstik kepemimpinan.
3. Mengetahui strktur dan tugas pemimpin dalam adat minang.
4. Mengetahui budaya pernikahan masyarakat minang.
F. Manfaat survey
1. Untuk mengetahui nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang.
iv
2. Untuk Mengetahui karakterstik kepemimpinan.
3. Untuk Mengetahui strktur dan tugas pemimpin dalam adat minang.
4. Untuk Mengetahui budaya pernikahan masyarakat minang.
BAB II
LANDASAN TEORI
v
f. Kasudahan adat ka balairung, kasudahan dunia ka akhirat, salah ka
Tuhan minta taubat, salah ka manusia minta maaf. “ menyesali
kesalahan, mohon ampunan atas kekhilafan, dan berjanji tidak akan
melakukan lagi ”
g. Tadorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki. Adat jo syarak kok
tasusun, bumi sanang padi manjadi. “ menjaga pelaksanaan adat dan
agama selalu berjalan seiring”.
h. antaranya lemah lembut, dan tidak berlaku keras dan tegang.
vi
B. Norma dalam adat minang
1. Adab
Adapun adab yang pertama, patut kita berkasih-kasihan antara
sesama hamba Allah dengan sahabat kenalannya, dengan kaum
kerabatnya serta sanak saudaranya. Adapun adab yang kedua, hormat
kepada ibu dan bapak, serta guru dan raja, mamak dan ninik serta orang
mulia-mulia. Adapun adab yang ketiga, yang tua wajib dimuliakan , yang
muda patut dikasihi, sesama remaja dibasa-basikan (dipersilakan /
dilayani dengan baik). Adapun adab yang keempat, adab berkorong dan
berkampung, adab berkaum kerabat, jika sukacita sama-sama ketawa,
kalau dukacita sama-sama menangis. Bertolong-tolongan pada jalan
kebaikan, jangan bertolong-tolongan pada jalan maksiat, atau jalan
aniaya, jangan memakai khizit dan khianat serta loba dan tamak, tidak
usah berdengki-dengkian sesama hamba Allah, pada jalan yang patut-
patut; janganlah memandang kepada segala manusia, dengan cara
bermasam muka, itulah dia yang bersama adat yang patut, yang kita
pakaikan setiap hari.
2. TERTIB
vii
3. PERANGAI
Adapun perangai yang wajib, berlaku atas segala makhluk, baik
laki-laki maupun perempuan; ialah menuntut ilmu, dan mempelajari
adat dan hormat, dan merendahkan dirinya pada tempatnya juga,
dan wajib dia berguru, sifat berkata-kata yang “mardesa” (tertib
sopan; hemat cermat) bagaimana bunyi yang akan baik, didengar
oleh telinga si pendengar, serta dengan perangai yang lemah
lembut juga dilakukan, dengan halus budi bahasanya, karena kita
berlaku hormat kepada orang-orang besar dan orang-orang mulia
dan orang-orang tua, supaya terpelihara daripada umpat dan caci;
itulah kesempurnaan perbasaan bagi orang baik-baik, yang
terpakai dalam nagari atau dalam alam ini.
4. MILIK
Ada berbagai milik; ada milik raja, ada milik penghulu, ada milik kadi, ada
milik dubalang dan pegawai, ada milik imam dan khatib dan ada pula milik
orang banyak. Masing-masing milik tsb tidak boleh dikuasai oleh yang
bukan pemiliknya. Maksud dari milik adalah tugas dari masing-masing
jabatan tidak boleh dicampuri oleh yang lain.
5. HAK
Adapun hak itu tidaklah tetap terpegang, kepada yang empunya hak
untuk selamanya; hak yang terpegang ditangan yang empunya masing-
masing adalah hak milik namanya. Dan apabila haknya itu dipegang oleh
orang lain, maka dinamai “Haknya saja” tetapi yang memiliki orang lain.
Itulah undang-undang yang terpakai dalam nagari di Alam Minangkabau
ini yang sepatutnya engkau ketahui terlebih dahulu. Tentukan (usut dan
periksa) benarlah dahulu semuanya yang hamba sebut tadi; yang dipakai
didalam nagari ini; agar jelas pegangan masing-masing, agar berbeda
orang dengan awak; baik jauh maupun dekat.
6. SIFAT PEREMPUAN
Adapun setiap wanita itu hendaklah dia berhati sabar; menurut perintah
viii
suaminya, serta ibu bapaknya; baikpun ninik mamaknya; kalau dia
berkata-kata hendaklah merendahkan diri terhadap mereka itu. Dan wajib
baginya untuk mempelajari ilmu dan tertib sopan, serta kelakuan yang
baik-baik; menghindarkan segala macam perangai yang akan menjadi
cela kepadanya, atau kepada suaminya, atau kepada kaum kerabatnya,
yang timbul oleh karena tingkah laku dan perangainya yang kurang tertib,
hemat cermat. Kalau dia sudah bersuami, hendaklah dia berhati mukmin
terhadap suaminya itu.
1. Sumbang Duduak
Duduk yang sopan bagi perempuan Minang adalah bersimpuh, bukan
bersila macam laki-laki, apalagi mencangkung atau menegakkan lutut.
Ketika duduk di atas kursi duduklah dengan menyamping, rapatkan paha.
Jika berboncengan jangan mengangkang.
Sumbang Tagak
Perempuan dilarang berdiri di depan pintu atau di tangga. Jangan berdiri
di pinggir jalan jika tidak ada yang dinanti. Sumbang berdiri dengan laki-
laki yang bukan muhrim.
Sumbang Jalan
Ketika berjalan, perempuan Minang harus berkawan, paling kurang
dengan anak kecil. Jangan berjalan tergesa-gesa apalagi mendongkak-
dongkak. Jika berjalan dengan laki-laki berjalanlah di belakang. Jangan
menghalagi jalan ketika bersama dengan teman sebaya.
Sumbang Kato
Berkatalah dengan lemah lembut, berkatalah sedikit-sedikit agar paham
maksudnya, jangan serupa murai batu atau serupa air terjun. Jangan
menyela atau memotong perkataan orang, dengarkanlah dulu hingga
selesai. Berkata-katalah yang baik.
2. Sumbang Caliak
Kurang tertib seorang perempuan Minang ketika suka menantang
pandangan lawan jenis, alihkanlah pandangan pada yang lain atau
ix
menunduk dan melihat ke bawah. Dilarang sering melihat jam ketika ada
tamu. Jangan suka mematut diri sendiri.
3. Sumbang Makan
Jangan makan sambil berdiri, nyampang makan dengan tangan
genggamlah nasi dengan ujung jari, bawa ke mulut pelan-pelan dan
jangan membuka mulut lebar-lebar. Ketika makan dengan sendok jangan
sampai sendok beradu dengan gigi. Ingat-ingat dalam bertambah
(batambuah).
4. Sumbang Pakai
Jangan mengenakan baju yang sempit dan jarang. Tidak boleh yang
menampakkan rahasia tubuh apalagi yang tersimbah atas dan bawah.
Gunakanlah baju yang longgar, serasikan dengan warna kulit dan kondisi
yang tepat, agar rancak dipandang mata.
5. Sumbang Karajo
Kerjaan perempuan Minang adalah yang ringan serta tidak rumit.
Pekerjaan sulit serahkanlah pada kaum laki-laki. Jika kerja di kantor yang
rancak adalah menjadi guru.
6. Sumbang Tanyo
Jangan bertanya macam menguji. Bertanyalah dengan lemah lembut.
Simak lebih dahulu baik-baik dan bertanyalah jelas-jelas.
7. Sumbang Jawek
Ketika menjawab, jawablah dengan baik, jangan jawab asal pertanyaan,
jawablah sekadar yang perlu dijawab tinggalkan yang tidak perlu.
8. Sumbang Bagaua
Jangan bergaul dengan laki-laki jika hanya diri sendiri yang perempuan.
Jangan bergaul dengan anak kecil apalagi ketika ikut permainan mereka.
Peliharalah lidah dalam bergaul. Ikhlaslah dalam menolong agar senang
teman dengan kita.
9. Sumbang Kurenah
Tidak baik berbisik-bisik saat tengah bersama. Jangan menutup hidung di
keramaian. Jangan tertawa di atas penderitaan orang lain, apalagi hingga
terbahak-bahak. Jika bercanda, secukupnya saja dan diagak-agak, agar
tidak tersinggung orang yang mendengar. Jagalah kepercayaan orang
lain, jangan seperti musang yang berbulu ayam.
x
C. Pantangan dalam adat minang
xi
Menghadapi suatu masalah atau pekerjaan, akan selalu
terdapat suatu perbedaan pandangan dan pendirian antar orang
satu dengan yang lain sesuai dengan pepatah “ kapalo samo
hitam, pikiran balain lain”
b. Sahino samalu
Kehidupan kelompok sesuku sangat erat . hubungan individu
sesama anggota kelompok kaum sangat dekat. Mereka
bagaikan suatu kesatuan yang tunggal-bulat. Jarak antara “kau
dan aku” menjadi hampir tidak ada. Istilah “ awak”
menggambarkan kedekatan ini.
c. Anggo tanggo
Ini berarti bahwa setiap anggota masyarakat dituntut untuk
mematuhi aturan dan undang undang serta mengindahkan
pedoman dan petunjuk yang diberikan penguasa adat.
d. Sapikua sajinjiang
Dalam masyarakat yang komunal, semua tugas menjadi
tanggung jawab bersama .sifat gotong royong dan saling
membantu merupakan suatu kewajiban .
E. Kerangka berpikir
Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau hukum
adat yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau,
terutama yang bertempat tinggal di Ranah Minang atau Sumatera Barat
ataupun yang berada di perantauan.
xii
BAB III
METODE SURVEY
B. Subjek survey
Bapak anas (pengurus BM3)
D. Instrumen survey
Rekaman dan foto
xiii
BAB IV
B. Pembahasan
xiv
seluk beluk urusan adat. Penghulu itu hulu (ketua) dalam
kaum suku di nagari. Penghulu dalam kehidupan sehari-hari
dipanggil “datuk” fungsi seorang penghulu di Minangkabau
adalah sebagai pemimpin suku dalam urusan adat.
xv
Batangnyo tampek basanda
Dahannyo tampek bagantuang
Daunnyo perak suaso
Bungonyo ambiak kasuntiang
Buahnyo buliah di makan
Tampek bataduah katiko hujan
Tampek balinduang katiko paneh
xvi
mufakat oleh para penghulu dalam suatu nagari.
Alua terbagi dua yaitu :
a. Alua adat; adalah peraturan yang dibuat dengan kata
mufakat, ia berubah sesuai dengan keadaan dan
situasi.
b. Alua pusako; adalah aturan pokok yang turun
temurun dari Dt Perpatih nan Sabatang dan Dt
Katumanggungan, alua pusako tidak dirubah “indak
lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan”,
contohnya :
a.Hutang babaia, piutang batarimo
b. Salah batimbang, mati bakubua
xvii
Tinggi lonjak gadang sajo
Gadang tungkai indak barisi
Elok bungkuih pangabek kurang
xviii
Alua tak ado nan taturuik
Jalan tak ado nan tatampuah
Banyak sagan dalam dirinyo
f. Penghulu busuak hariang (penghulu busuk hariang)
Penghulu yang sikapnya seperti bau kencing. Ia
selalu membawa keresahan di dalam masyarakat. Hal ini
diungkapkan dalam kato adapt :
Itu penghulu nan jahanam
Hino bangso randah martabat
Hati ariang pahamnyo busuak
Budi anyia pikiran ariang
Panjang aka handak malilik
xix
A. Pengertian Alim Ulama di Minangkabau
Alim ulama adalah pemimpin masyarakat Minangkabau dalam
urusan agama, yaitu orang yang dianggap alim. Seorang yang alim
adalah orang yang memiliki ilmu yang luas dan memiliki keimanan.
keberadaannya di masyarakat sangat dibutuhkan. Hal ini
diuangkapkan dalam adat Minangkabau “adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah”. Adanya alim ulama di dalam
masyarakat Minangkabau membidangi agama islam/syarak.
Penghulu atau ninik mamak membidangi adat.
xx
berfungsi sebagai pemimpin yang memiliki kedudukan sejajar
dengan penghulu dan ninik mamak di dalam nagari.
Kedudukan alim ulama di minangkabausebagai berikut :
1. Sebagai pemimpin dalam urusan ibadah dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
2. Sebagai suluah dendang dalam nagari.(
3. Sebagai pemberi petunjuk kepada masyarakat dan alim ulama,
diharapkan adat membawa umat Islam ke jalan yang benar yaitu
jalan yang diridhoi oleh Alah SWT.
xxi
C. Kedudukan Cadiak Pandai di Minangkabau
Kedudukan cadiak pandai di minangkabau adalah sebagai
berikut :
xxii
Gabungan ketiga unsur ini saling bahu membahu dan bekerja
sama dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Tiga unsur ini dikenal dengan tungku tigo sajarangan,
artinya ketiga pemimpin itu merupakan satu kesatuan.
Gabungan pemimpin itu terlihat di tingkat nagari, segala keputusan
di nagari dikukukan oleh ketiga unsur tersebut. Jika dalam sebuah
musyawarah dihasilkan sebuah keputusan, belum dianggap sah,
kalau salah satu ketiga unsur itu belum sependapat.
B. Kepemimpinan Tungku Sajarangan di Minangkabau
Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat Minangkabau adalah
Tuha Sakato, yaitu hal-hal yang telah terjadi menjadi kesepakatan
bersama, artinya segala sesuatu yang bersifat mengatur di dalam
kehidupan masyarakat harus terlebih dahulu dimusyawarahkan.
Tiga unsur pemimpin inilah yang menyelesaikan permasalahan
sesuai dengan kedudukannya masing-masing dan hasil
musyawarah itu selanjutnya dikukuhkan dalam suatu rapat yang
dihadiri seluruh wakil masyarakat, biasanya bertempat dibalai adat.
Pada hakikatnya mereka sama-sama bertanggung jawab
memimpin masyarakat kearah kesejahteraan dan kemakmuran
inilah dikenal dengan sebutan “Tungku Tigo Sajarangan”, karena
kekuatan tungku tigo sajarangan masyarakat tidak akan tersesat,
kacau dan rusak. Jika ketiga tungku itu masih tetap bekerjasama
menempatkan diri di posisinyamasing-masing.
Di dalam adat minagkabau diungkapkan sebagai Adat Basandi
Syarak, Syarak basanndi Kitabulah. Adat dan agama tidak ada
pertentangan, yaitu :
1. Syarak memberikan hukum atau syariat,
2. Adat melaksanakan seperti diungkapkan syarak
3. Adat memakai undang-undang sebagai pengaturan
Dengan demikian ada :
1. Adat;
xxiii
2. Agama;
3. Undang-undang.
Adanya ketiga unsur pemimpin tersebut dinamakan “Tali tigo
sapilin”. Ketiga-tiganya dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dan dilengkapi oleh orang
“Ampek Jini” yaitu ( penghulu, manti, malin,dubalang).
xxiv
berakhlak atau taat mengamalkan agama Islam serta mengarahkan
kemenakan ke jalan yang lurus dan diredhai oleh Allah swt. Tugas
malin ini dibantu “urang jinih nan ampek” yakni: (1) imam, (2) katik,
(3) bila dan (4) qadhi.
Adat ini hanya dianut Pariaman dan Padang, sedang di daerah lain
seperti Payakumbuh, Bukittinggi, dan Solok, tak menganut adat ini. Uang
jemputan ini bukanlah mahar macam pernikahan di India sana. Tapi biaya
xxv
yang dikeluarkan pihak perempuan untuk membawa lelaki itu tinggal di
keluarga perempuan.
C. Temuan lapangan
Yang kami temukan saat melakukan penelitian yaitu dalalm organisasi
tersebut sangat mencintai budaya minang. Terbukti dengan dalam
forum tersebut mereka menggunakan bahasa dan budaya minang.
xxvi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walapun masyarakat minang di medan adalah masyarakat
perantau. Tetapi disini banyak ikatan-ikatan keluarga atau
organisasi yang mampu memecahkan masalah dan keluhan-
keluhan dari masyarakat. Dan disini juga tidak ada membeda;-
bedakan jabatan ataupun kekayaan. Tetapi jika seseorang yang
memiliki suku minang semuanya adalah bersaudara.
B. Saran
Jadi dengan adanya makalah ini kita harus lebih mencintai budaya
dan adat kita, walaupun kita berada di rantau orang. Salah satunya
dengan cara lebih mengenal lagi budaya kepemimmpinan adat
serta strukturnya.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
http://nanoriswanto.blogspot.co.id/2014/08/hukum-adat-minang-
kabau.html
https://www.kompasiana.com/wempi/kawin-sasuku-pantang-adat-
minangkabau_552ac084f17e61703ad623bd
xxviii
LAMPIRAN
Pertanyaan awal:
5. Apa saja nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang?
6. Bagaimana karakteristik kepemimpinan?
7. Bagaimana struktur dan tugas pemimpin dalam adat minang?
8. Bagaimana budaya di masyarakat minang?
Panduan wawancara
Karakteristik responden
Nama : bapak anas
Alamat:jln. Sutumo ujung. Medan.
Umur :65
Pekerjaan: pengurus BM3
xxix
DOKUMENTASI
xxx
xxxi