Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN MINI RISET (MR)

MK. KEPEMIMPINAN

Pedidikan Tata Busana S1

Fakultas Teknik

Skor Nilai :

KEARIFAN LOKAL BUDAYA MINANG KABAU


Dosen Pengampu:
DRA. FATMA TRESNO INGTIAS, M.Pd.

DiSusun Oleh :

AUFAA NABIILAH LUBIS 5172143008


DICKY CHANDRA 5172143002
MEGA WATI 5171143008
POPY ROSTAMA MIRANDA 5171143011
SEPTIANI DWI RAHAYU 5171143015

PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AKADEMIK 2017/ 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang masih


memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
laporan miniriset kepemimpinan. Saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ibuk Dra. Fatma tresno ingtias, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah kepemimpinan yang sudah memberikan kepercayaan
kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.
Saya pun menyadari bahwa didalam tugas ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan tugas yang akan
saya buat dimasa yang akan datang. Saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Medan, 27 oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I.................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar belakang masalah.............................................................................1

B. Identifikasi masalah....................................................................................2

C. Batasan masalah.......................................................................................2

D. Rumusan masalah.....................................................................................2

E. Tujuan survey............................................................................................2

F. Manfaat survey..........................................................................................2

BAB II................................................................................................................... 4

LANDASAN TEORI..............................................................................................4

A. Konsep dan nilai-nilai kepemimpinan etnik................................................4

B. Norma dalam adat minang.........................................................................5

C. Pantangan dalam adat minang..................................................................9

D. KARAKTERISTIK BUDAYA MINANG KABAU...........................................9

E. Kerangka berpikir.....................................................................................10

BAB III................................................................................................................12

METODE SURVEY.............................................................................................12

BAB IV................................................................................................................13

HASIL DARI PEMBAHASAN..............................................................................13

BAB V................................................................................................................24

PENUTUP..........................................................................................................25

A. Kesimpulan..............................................................................................25

B. Saran.......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

LAMPIRAN.........................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau


hukum adat yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat
Minangkabau, terutama yang bertempat tinggal di Ranah Minang atau
Sumatera Barat. Dalam batas tertentu, Adat Minangkabau juga dipakai
dan berlaku bagi masyarakat Minang yang berada di perantauan di luar
wilayah Minangkabau. Adat adalah landasan bagi kekuasaan para Raja
dan Penghulu, dan dipakai dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari.
Semua peraturan hukum dan perundang-undangan disebut Adat, dan
landasannya adalah tradisi yang diwarisi secara turun-temurun serta
syariat Islam yang sudah dianut oleh masyarakat Minangkabau. Semua
tuntunan dan peraturan tertuang dalam “adaik basandi sarak, sarak
basandi kitabullah”. Maksudnya adalah semua peraturan dan norrma adat
minang terletak pada agama yaitu agama islam, dan agama islam
mengetahui yang benar dan yang buruk dari kitab yaitu kitab al-quran. Di
dalam adat minang kabau sangat mengutamakan sopan santun dan adap.
Dalam pandangan minang, prilaku dan tingkahlaku dari seseorang adalah
yang akan mengatakan baik atau buruknya seseorang tersebut.

Masyarakat Minangkabau dikenal dengan sistem kekerabatannya


yang matrilineal, dan merupakan satu-satunya suku bangsa yang
memakai sistem ini di tengah-tengah suku bangsa nusantara yang
umumnya berdasarkan patrilineal. Sistem matrilineal ini, selain merupakan
dasar penghitungan garis keturunan dalam keluarga, juga sangat
berkaitan dengan berbagai sistem sosial lainnya, seperti perkawinan yang
bersifat exogami dan matrilokal, suku yang terbentuk menurut garis

iii
perempuan. Meskipun kekuasaan di dalam suku dipegang oleh saudara
laki-laki dari ibu (disebut :"mamak"), namun hak properti atas pusaka tetap
dimiliki oleh perempuan, diwariskan oleh "mamak" kepada kemenakan
perempuan (anak dari saudara perempuan).

B. Identifikasi masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, kami memberikan identifikasi
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:
Adanya nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat minang.
Karakteristik adat minang
Struktur dan dan tugas pemimpin dalam adat minang
Budaya pernikahan masyarakat minang

C. Batasan masalah
1. Nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang
2. Struktur dan tugas pemimpin minang.
3. Budaya pernikahan masyarakat minang

D. Rumusan masalah
1. Apa saja nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang?
2. Bagaimana karakteristik kepemimpinan?
3. Bagaimana struktur dan tugas pemimpin dalam adat minang?
4. Bagaimana budaya pernikahan masyarakat minang?

E. Tujuan survey
1. Mengetahui nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang.
2. Mengetahui karakterstik kepemimpinan.
3. Mengetahui strktur dan tugas pemimpin dalam adat minang.
4. Mengetahui budaya pernikahan masyarakat minang.

F. Manfaat survey
1. Untuk mengetahui nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang.

iv
2. Untuk Mengetahui karakterstik kepemimpinan.
3. Untuk Mengetahui strktur dan tugas pemimpin dalam adat minang.
4. Untuk Mengetahui budaya pernikahan masyarakat minang.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep dan nilai-nilai kepemimpinan etnik


Nilai yang berlaku dalam adat minang
Nilai ketuhanan
a. Si Amat mandi di luhak, parigi bapaga bilah, samo dipaga kaduonyo,
adat basandi syarak, syarak basandi kitabbullah, sanda manyanda
kaduonyo.
“ menjaga adat yang Islami”
b. Pangulu tagak di pintu adat, malin tagak di pintu syarak, manti tagak
di pintu susah, dubalang tagak di pintu mati. “ pembagian tugas yang
baik, sesuai fungsi masing-masing, mesti bekerja dengan
professional.”
c. Indak dapek sarimpang padi, batuang dibalah ka paraku, indak dapek
bakandak hati, kandak Allah nan balaku. “selalu berusaha, dinamis,
tidak berputus asa, (rencana di tangan manusia keputusan di tangan
Allah SWT).”
d. Limbago jalan batampuah, itu nan hutang ninik mamak, sarugo dek
iman taguah, narako dek laku awak. “kuat beramal karya yang baik,
jauhi maksiyat.”
e. Jiko bilal alah maimbau, sado karajo dibarantian, sumbahyang
bakaum kito daulu.
“menghidupkan surau, menjaga ibadah masyarakat, jamaah yang
kuat dan memajukan pendidikan agama dengan baik,”

v
f. Kasudahan adat ka balairung, kasudahan dunia ka akhirat, salah ka
Tuhan minta taubat, salah ka manusia minta maaf. “ menyesali
kesalahan, mohon ampunan atas kekhilafan, dan berjanji tidak akan
melakukan lagi ”
g. Tadorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki. Adat jo syarak kok
tasusun, bumi sanang padi manjadi. “ menjaga pelaksanaan adat dan
agama selalu berjalan seiring”.
h. antaranya lemah lembut, dan tidak berlaku keras dan tegang.

NILAI-NILAI AKHLAK / BUDI PEKERTI


a. Nan kuriak kundi, nan merah sago, nan bayiak budi, nan indah baso
“Budi pekerti dan bahasa sopan santun diperlukan “
b. . Satali pambali kumayan, sakupang pambali katayo, sakali lancuang
ka ujian, salamo hiduik urang tak picayo “jangan pernah berbuat
salah, selalu menjaga diri”
c. Batanyo lapeh arak, barundiang sudah makan
d. Raso dibaok nayiak, pareso dibaok turun “memikirkan akibat sebelum
berbuat”
e. Sulaman manjalo todak, naiak sampan turun parahu, punyo padoman
ambo tidak, angin bakisa ambo tau
“ selalu mempergunakan akal sehat sebelum berbuat “
f. Bajalan paliharo kaki, bakato paliharo lidah “hati-hati selalu”
g. Pisang ameh baok balayia, masak sabuah di dalam peti, utang ameh
dapek dibayia, utang budi dibaok mati. “selalu berbuat baik, hidup
dengan berjasa dan pandai membalas jasa“
h. Dek ribuik rabahlah padi, dicupak Datuak Tumangguang, jikok hiduik
indak babudi, duduak tagak ka mari tangguang. “ tidak melupakan
tata kerama bergaul menurut adat dan agama “ Nilai-nilai budi pekerti
dan akhlak dalam syarak sangat banyak ditemukan, di antaranya
supaya selalu berjalan benar, menjauh dari kesesatan.

vi
B. Norma dalam adat minang
1. Adab
Adapun adab yang pertama, patut kita berkasih-kasihan antara
sesama hamba Allah dengan sahabat kenalannya, dengan kaum
kerabatnya serta sanak saudaranya. Adapun adab yang kedua, hormat
kepada ibu dan bapak, serta guru dan raja, mamak dan ninik serta orang
mulia-mulia. Adapun adab yang ketiga, yang tua wajib dimuliakan , yang
muda patut dikasihi, sesama remaja dibasa-basikan (dipersilakan /
dilayani dengan baik). Adapun adab yang keempat, adab berkorong dan
berkampung, adab berkaum kerabat, jika sukacita sama-sama ketawa,
kalau dukacita sama-sama menangis. Bertolong-tolongan pada jalan
kebaikan, jangan bertolong-tolongan pada jalan maksiat, atau jalan
aniaya, jangan memakai khizit dan khianat serta loba dan tamak, tidak
usah berdengki-dengkian sesama hamba Allah, pada jalan yang patut-
patut; janganlah memandang kepada segala manusia, dengan cara
bermasam muka, itulah dia yang bersama adat yang patut, yang kita
pakaikan setiap hari.

2. TERTIB

Adapun tertib kepada raja-raja dan orang-orang besar serta


kepada alim ulama; kepada ibu dan bapak; dan kepada ninik mamak dan
orang tua-tua dengan orang mulia-mulia; jikalau menyambut barang
sesuatu hendaklah meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya.
Sewaktu mengunjukkan barang sesuatu, duduk menghadap dengan cara
bersimpuh, jika berjalan mengiring di belakang; jikalau sama-sama minum
dan makan, hendaklah kemudian daripadanya, jangan meremas-remas
nasi, jangan mengibas-ngibaskan tangan kearah belakang atau samping
kanan belakang sehingga besar sekali kemungkinan ada orang lain atau
sekurang-kurangnya dinding rumah akan kejipratan air bekas pembasuh
tangan yang masih melengket dijari-jari tangan. Selain dari itu lebihkanlah
menekurkan kepala daripada menengadah kepadanya dan apabila
berkata-kata hendaklah dengan suara yang lemah lembut.

vii
3. PERANGAI
Adapun perangai yang wajib, berlaku atas segala makhluk, baik
laki-laki maupun perempuan; ialah menuntut ilmu, dan mempelajari
adat dan hormat, dan merendahkan dirinya pada tempatnya juga,
dan wajib dia berguru, sifat berkata-kata yang “mardesa” (tertib
sopan; hemat cermat) bagaimana bunyi yang akan baik, didengar
oleh telinga si pendengar, serta dengan perangai yang lemah
lembut juga dilakukan, dengan halus budi bahasanya, karena kita
berlaku hormat kepada orang-orang besar dan orang-orang mulia
dan orang-orang tua, supaya terpelihara daripada umpat dan caci;
itulah kesempurnaan perbasaan bagi orang baik-baik, yang
terpakai dalam nagari atau dalam alam ini.

4. MILIK
Ada berbagai milik; ada milik raja, ada milik penghulu, ada milik kadi, ada
milik dubalang dan pegawai, ada milik imam dan khatib dan ada pula milik
orang banyak. Masing-masing milik tsb tidak boleh dikuasai oleh yang
bukan pemiliknya. Maksud dari milik adalah tugas dari masing-masing
jabatan tidak boleh dicampuri oleh yang lain.

5. HAK
Adapun hak itu tidaklah tetap terpegang, kepada yang empunya hak
untuk selamanya; hak yang terpegang ditangan yang empunya masing-
masing adalah hak milik namanya. Dan apabila haknya itu dipegang oleh
orang lain, maka dinamai “Haknya saja” tetapi yang memiliki orang lain.
Itulah undang-undang yang terpakai dalam nagari di Alam Minangkabau
ini yang sepatutnya engkau ketahui terlebih dahulu. Tentukan (usut dan
periksa) benarlah dahulu semuanya yang hamba sebut tadi; yang dipakai
didalam nagari ini; agar jelas pegangan masing-masing, agar berbeda
orang dengan awak; baik jauh maupun dekat.

6. SIFAT PEREMPUAN
Adapun setiap wanita itu hendaklah dia berhati sabar; menurut perintah

viii
suaminya, serta ibu bapaknya; baikpun ninik mamaknya; kalau dia
berkata-kata hendaklah merendahkan diri terhadap mereka itu. Dan wajib
baginya untuk mempelajari ilmu dan tertib sopan, serta kelakuan yang
baik-baik; menghindarkan segala macam perangai yang akan menjadi
cela kepadanya, atau kepada suaminya, atau kepada kaum kerabatnya,
yang timbul oleh karena tingkah laku dan perangainya yang kurang tertib,
hemat cermat. Kalau dia sudah bersuami, hendaklah dia berhati mukmin
terhadap suaminya itu.

larangan untuk perempuan

1. Sumbang Duduak
Duduk yang sopan bagi perempuan Minang adalah bersimpuh, bukan
bersila macam laki-laki, apalagi mencangkung atau menegakkan lutut.
Ketika duduk di atas kursi duduklah dengan menyamping, rapatkan paha.
Jika berboncengan jangan mengangkang.
Sumbang Tagak
Perempuan dilarang berdiri di depan pintu atau di tangga. Jangan berdiri
di pinggir jalan jika tidak ada yang dinanti. Sumbang berdiri dengan laki-
laki yang bukan muhrim.
Sumbang Jalan
Ketika berjalan, perempuan Minang harus berkawan, paling kurang
dengan anak kecil. Jangan berjalan tergesa-gesa apalagi mendongkak-
dongkak. Jika berjalan dengan laki-laki berjalanlah di belakang. Jangan
menghalagi jalan ketika bersama dengan teman sebaya.
Sumbang Kato
Berkatalah dengan lemah lembut, berkatalah sedikit-sedikit agar paham
maksudnya, jangan serupa murai batu atau serupa air terjun. Jangan
menyela atau memotong perkataan orang, dengarkanlah dulu hingga
selesai. Berkata-katalah yang baik.
2. Sumbang Caliak
Kurang tertib seorang perempuan Minang ketika suka menantang
pandangan lawan jenis, alihkanlah pandangan pada yang lain atau

ix
menunduk dan melihat ke bawah. Dilarang sering melihat jam ketika ada
tamu. Jangan suka mematut diri sendiri.
3. Sumbang Makan
Jangan makan sambil berdiri, nyampang makan dengan tangan
genggamlah nasi dengan ujung jari, bawa ke mulut pelan-pelan dan
jangan membuka mulut lebar-lebar. Ketika makan dengan sendok jangan
sampai sendok beradu dengan gigi. Ingat-ingat dalam bertambah
(batambuah).
4. Sumbang Pakai
Jangan mengenakan baju yang sempit dan jarang. Tidak boleh yang
menampakkan rahasia tubuh apalagi yang tersimbah atas dan bawah.
Gunakanlah baju yang longgar, serasikan dengan warna kulit dan kondisi
yang tepat, agar rancak dipandang mata.
5. Sumbang Karajo
Kerjaan perempuan Minang adalah yang ringan serta tidak rumit.
Pekerjaan sulit serahkanlah pada kaum laki-laki. Jika kerja di kantor yang
rancak adalah menjadi guru.
6. Sumbang Tanyo
Jangan bertanya macam menguji. Bertanyalah dengan lemah lembut.
Simak lebih dahulu baik-baik dan bertanyalah jelas-jelas.
7. Sumbang Jawek
Ketika menjawab, jawablah dengan baik, jangan jawab asal pertanyaan,
jawablah sekadar yang perlu dijawab tinggalkan yang tidak perlu.
8. Sumbang Bagaua
Jangan bergaul dengan laki-laki jika hanya diri sendiri yang perempuan.
Jangan bergaul dengan anak kecil apalagi ketika ikut permainan mereka.
Peliharalah lidah dalam bergaul. Ikhlaslah dalam menolong agar senang
teman dengan kita.
9. Sumbang Kurenah
Tidak baik berbisik-bisik saat tengah bersama. Jangan menutup hidung di
keramaian. Jangan tertawa di atas penderitaan orang lain, apalagi hingga
terbahak-bahak. Jika bercanda, secukupnya saja dan diagak-agak, agar
tidak tersinggung orang yang mendengar. Jagalah kepercayaan orang
lain, jangan seperti musang yang berbulu ayam.

x
C. Pantangan dalam adat minang

Pantangan adat minang yaitu kawin sasuku:

Pergaulan bebas yang terjadi di kalangan anak remaja


Minangkabau tersebut berakibat maraknya terjadi pergaulan dan kawin
satu suku (sasuku). Kawin sasuku yang dimaksud di sini adalah suatu
hubungan pergaulan dan perkawinan/pernikahan yang dilakukan antara
laki-laki dengan perempuan Minangkabau yang masih hubungan satu
suku (satu marga). Misal, si bujang Amir nikah dengan si Upiak Marin
yang sama-sama bersuku koto satu penghulu maupun beda penghulu.
Jika hal ini terjadi maka mereka di usir dari kampung (taabuang), dan
membayar peraturan-peraturan yang telah ada di minang seperti:
saganggam ameh, dan kerbau putih.
Selain itu, mereka dianggap sudah mati dan tidak boleh dundang
dalam acara keluarga atau pun acara di kampung.

D. KARAKTERISTIK BUDAYA MINANG KABAU

1. AMAN DAN DAMAI


Dari konsep-konsep hidup dan kehidupan, kita juga dapat
memastikan tujuan hidup yang ingin dicapai oleh nenek-moyang.
Tujuan hidup itu adalah : “bumi sanang padi manjadi taranak
bakambang biak”.
2. MASYARAKAT NAN SAKATO
Untuk menciptakan kehidupan aman dan damai masyarakat yang
selalu bersama untuk mewujutkan suatu tujuan. Yaitu dengan cara
musyawarah untuk mendapatkan sebuah keputusan.
Terdapat 4 unsur yang harus dipatuhi oleh setiap anggota
masyarakat untuk dapat membentuk masyarakat nansakato,
keempat unsur itu adalah:
a. Saiyo sakato

xi
Menghadapi suatu masalah atau pekerjaan, akan selalu
terdapat suatu perbedaan pandangan dan pendirian antar orang
satu dengan yang lain sesuai dengan pepatah “ kapalo samo
hitam, pikiran balain lain”
b. Sahino samalu
Kehidupan kelompok sesuku sangat erat . hubungan individu
sesama anggota kelompok kaum sangat dekat. Mereka
bagaikan suatu kesatuan yang tunggal-bulat. Jarak antara “kau
dan aku” menjadi hampir tidak ada. Istilah “ awak”
menggambarkan kedekatan ini.

c. Anggo tanggo
Ini berarti bahwa setiap anggota masyarakat dituntut untuk
mematuhi aturan dan undang undang serta mengindahkan
pedoman dan petunjuk yang diberikan penguasa adat.
d. Sapikua sajinjiang
Dalam masyarakat yang komunal, semua tugas menjadi
tanggung jawab bersama .sifat gotong royong dan saling
membantu merupakan suatu kewajiban .

E. Kerangka berpikir
Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau hukum
adat yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau,
terutama yang bertempat tinggal di Ranah Minang atau Sumatera Barat
ataupun yang berada di perantauan.

xii
BAB III

METODE SURVEY

A. Tempat dan waktu survey


Tempat: BM3 jln. Sutumo ujung, Medan.
Tanggal 6 oktober 2017

B. Subjek survey
Bapak anas (pengurus BM3)

C. teknik pengambilan data


wawancara langsung dan survey lapangan

D. Instrumen survey
Rekaman dan foto

E. Teknik analisis data


Tehnik analisis data kualitatif dilakukan sesuai dengan
pendekatan studi kasus, sehingga analisis data yang digunakan
dengan cara menelaah jawaban-jawaban yang dikumpulkan
yang dapat didapat dari subjek penelitian. Jawaban-jawaban
tersebut diorganisir dengan cara mengidentifikasikan dan
mengkategorisasikan sesuai dengan tujuan-tujuan penelitian.
Hal ini sesuai dengan langkah pokok penelitian studi kasus
yang diungkapkan oleh Sudjarwo (2001).

xiii
BAB IV

HASIL DARI PEMBAHASAN

A. Gambaran hasil survey


Apa saja nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang?
Nilai dan norma dalam adat minang telah ada sejak nenek
monyang. Dan berlaku secara turun temurun.
Bagaimana karakteristik kepemimpinan?
1. Aman dan damai
2. Masyarakat nan sakato
Struktur kepemimpinan minang kabau?
Pemimpin yang paling tnggi di adat minang kabau adalah
penghulu (sama dengan raja). Untuk menjalankan tugasnya
penghulu tidak sendiri tetapi dibantu oleh “tungku tigo
sajarangan”(penghulu, alim ulama, dan cadiak pandai), di
ikuti oleh “ampek jini ( penghulu, manti, malin,dubalang).
Malin di bantu oleh “urang jinih nan ampek” yakni: ( imam,
katik, bila dan, qadhi).
Bagaimana budaya adat minang?

B. Pembahasan

STRUKTUR KEPEMINPINAN DAN TUGAS PEMIMPIN


MINANG.
UNSUR KEPEMIMPINAN PENGHULU
A. Pengertian penghulu
Penghulu adalah seorang laki-laki yang dituakan pada
sebuah suku di Minagkabau, yang membidangi tentang

xiv
seluk beluk urusan adat. Penghulu itu hulu (ketua) dalam
kaum suku di nagari. Penghulu dalam kehidupan sehari-hari
dipanggil “datuk” fungsi seorang penghulu di Minangkabau
adalah sebagai pemimpin suku dalam urusan adat.

Salah satu sifat dari seorang penghulu di Minagkabau


adalah Fathabah (ceeras dan cendekia) artinya penghulu
haruslah cerdas dan cendekia yaitu kecerdasan yang
didukung oleh pengetahuan luas dan mendalam. Seorang
penghulu harus mendalami seluk beluk adat, ajaran
Islam(syarak) serta ilmu pengetahuan lainnya.
Anggota kaum tidak boleh mengangkat penghulu yang tidak
cerdas, karena bisa menghancurkan kemakmuran dan
kesejahteraan kaumnya sesuai dengan kata-kata adat
berbunyi :
      Alang cadiak binaso adaik
      Alang alim rusak agamo
      Alang tukang binaso kayu
Artinya bila suatu pekerjaan diberikan bukan kepada ahlinya,
maka kehancuran yang akan datang. Jadi penghulu
“bukianlah cadiak mambuang kawan, gapuak mambuang
lamak”. Tetapi kecerdasannya digunakan untuk melindungi
dan mengayomi anak kemenakan dan masyarakat.

B. Fungsi dan Peranan Penghulu Di Minangkabau


      Fungsi penghulu adalah pemimpin dalam urusan adat
secara umum untukmemimpin anak kemenakannya dalam
segala bidang dan menyelesaikan tiap sengketa atau
perselisihan dan memlihara harta pusaka. Hal ini sesuai
dengan ungkapan adat Minangkabau :
Kayu rindang di tangah koto
Ureknyo tampek baselo

xv
Batangnyo tampek basanda
Dahannyo tampek bagantuang
Daunnyo perak suaso
Bungonyo ambiak kasuntiang
Buahnyo buliah di makan
Tampek bataduah katiko hujan
Tampek balinduang katiko paneh

Untuk menjalankan fungsinya maka seoranmg penghulu


pekerjaan sehari-hari adalah sebagai berikut :
1. Mengendalikan pemerintahan menurut undang-undang adat.

2. Membimbing anak kemenakan baik secara langsung


maupun tiadak langsung
3. Mengadakan rapat dibalai adat untuk membicarakan stratefi
kehidupan dan kemakmuran serta keadilan    masyarakat
Minangkabau.
4. Tempat mengadukan keluhan-keluhan masyarakat
5. Seseorang yang mampu menyelesaikan pertikaian diantara
masyarakat
6. Menerima tukup bubuang, misalnya menerima hasil bumi,
pajak sawah, pajak tanah, dan lain-lain.

Fungsi penghulu tergambar dalam kewajiban adat disebut


“utang”. Utang harus dibayar atau dilunasi, menurut kato
adat ada empat macam yaitu sebagai berikut :
1. Manuruik alua nan luruih
2. Manampuah jalan nan pasa
3. Mamloharo anak kamanakan
4. Mamaliharo harto pusako

Penghulu wajib “Manuruik alua nan luruih ialah alua adat”.


Alua adat adalah : peraturan yang dibuat dengan kata

xvi
mufakat oleh para penghulu dalam suatu nagari.
Alua terbagi dua yaitu : 
a. Alua adat; adalah peraturan yang dibuat dengan kata
mufakat, ia berubah sesuai dengan keadaan dan
situasi.
b. Alua pusako; adalah aturan pokok yang turun
temurun dari Dt Perpatih nan Sabatang dan Dt
Katumanggungan, alua pusako tidak dirubah “indak
lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan”,
contohnya :
a.Hutang babaia, piutang batarimo
b. Salah batimbang, mati bakubua

Perangai Buruk dan Larangan Atau Pantangan Penghulu Di


Minangkabau
Enam Macam Perangai Buruk Penghulu di Minangkabau
a. Penghulu nan diujuang tanjuang
Penghulu yang tidak memiliki prinsip dalam
kehidupannya. Dalam ungkapan adat dikatakan:
Sapantun sipongang dalam quo
Urang mahariak inyo mahariak
      Kalau diimbau bunyi ado
      Kalau dicaliak indak basuo
b. Penghulu ayam gadang (penghulu ayam jago)
Penghulu berperangai seperti ayam jago, kokoknya
merdu. Hal ini diuangkapkan dalam kato adat :
Bakotek hilia jo mudiak
Bakukuak kiri jo kanan
Mananggakkan tuah kamanangan
Tiok ado kabaikan tumbuah
Inyo nan pokok pangkanyo
Bakotek indak batama

xvii
Tinggi lonjak gadang sajo
Gadang tungkai indak barisi
Elok bungkuih pangabek kurang

c. Penghulu buluah bamboo (penghulu buluh bambu)


Adalah penghulu kelihatan bagus dari luar, tetapi
kosong di dalam, kurang ilmu, tetapi berlebih lagaknya. Hal
ini diungkapkan dalam kato adat :
      Batareh tampak kalua
      Di dalam kosong sajo
      Tampang elok takah balabiah
      Lagak rancak aka tak ado
      Ilmu jauah sakali
      Awak datuak janyo awak
d. Penghulu katuak-katuak (penghulu ketuk-ketuk)
Penghulu yang bersifat seperti tong-tong di ladang. Ia
hanya berbunyi bila diketok. Hal ini diungkapkan dalam kato
adat :
      Iolah tong-tong urang diladang
      Kalau diguguah inyo babunyi
      Disaru baru basuaro
      Ka mangecek takuik balabiah
e. Penghulu Tupai tuo (penghulu tupai tua)
Penghulu yang berperangai seperti tupai tua, ia tidak
mau berusaha karena takut salah ia merasa dirinya tidak
berarti dalam kato adat :
Elok nan tidak mengalua
Gadang nan indak mangatangah
Bagai karabang talua itiak
Rancaknyo tabuang sajo
Indak tatampuah ujuang dahan
Alek jamu indak tajalang

xviii
Alua tak ado nan taturuik
Jalan tak ado nan tatampuah
Banyak sagan dalam dirinyo
f. Penghulu busuak hariang (penghulu busuk hariang)
Penghulu yang sikapnya seperti bau kencing. Ia
selalu membawa keresahan di dalam masyarakat. Hal ini
diungkapkan dalam kato adapt :
Itu penghulu nan jahanam
Hino bangso randah martabat
Hati ariang pahamnyo busuak
Budi anyia pikiran ariang
Panjang aka handak malilik

Enam Pantangan atau Larangan Penghulu Menurut Adat :


a. Memerahkan muka
    Bersikap emosional dan tidak mampu mengendalikan diri.
b. Menghardik menghantam tanah
    Adalah pemarah, pemaki, penggertak.
c. Menyinsingkan lengan baju
    Adalah melakukan pekerjaan kasar seolah-olah tidak
mempunyai sumber hidup yang layak.
d. Berlari-lari
    Adalah sikap orang yang terlalu terburu-buru, pencemas
tidak tabah, dan penakut.
e. Memanjat-manjat
    Adalah bertingkah laku seperti anak-anak
f. Menjunjung dengan kepala
    Adalah seolah-olah kepalanya tidak digunakan untuk
berfikir, tetapi untuk membawa beban.

UNSUR PEMIMPIN ALIM ULAMA DI MINANGKABAU

xix
A. Pengertian Alim Ulama di Minangkabau
      Alim ulama adalah pemimpin masyarakat Minangkabau dalam
urusan agama, yaitu orang yang dianggap alim. Seorang yang alim
adalah orang yang memiliki ilmu yang luas dan memiliki keimanan.
keberadaannya di masyarakat sangat dibutuhkan. Hal ini
diuangkapkan dalam adat Minangkabau “adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah”. Adanya alim ulama di dalam
masyarakat Minangkabau membidangi agama islam/syarak.
Penghulu atau ninik mamak membidangi adat.

B. Fungsi Aliam Ulama di Minangkabau


      Fungsi alim ulama di Minangkabau adalah sebagai Pembina
dan pembimbing masyarakat dalam meningkatkan
pengetahuanaga dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Di dalam adat dikatakan ulama adalah ”ikatan lahia jo batin,saluah
bendang dalam nagari, ka penyuluah anak jo kamanakan,
panarang jalan di dunia, penyuluah jalan ke akhirat, tampek
batanyo halal haram sarato sah dengan batal nyo”.
Jadi alim ulama berfungsi sebagai contoh dan teladan bagi
masyaraka. Ia selalu memperhatikan perbuatan baik, perbuatan
yang berdasarkan kepada ajaran islam dan ajaran adat. Ia menjadi
contoh dalam berfikir, berbicara, dan bertindak. Jadi fungsi ulama
adalah member ikan contoh kepada masyarakat hingga ia menjadi
ikutan lahir jo batin.

C. Kedudukan Alim Ulama dalam masyarakat Minangkabau.


      Kedudukan alim ulama adalah sebagai pemimpin, juga
membuat keputusan, keputusan yang ia buat berdasarkan al-qur’an
dan hadits. Ulama juga memberikan pertimbangan-pertimbangan
kepada penghulu untuk mengambil keputusan dalam bidang
agama islam, pertimbangan itu biasanya diberikan, baik diminta
maupun tidak diminta oleh penghulu. Justru disinilah ulama

xx
berfungsi sebagai pemimpin yang memiliki kedudukan sejajar
dengan penghulu dan ninik mamak di dalam nagari.
Kedudukan alim ulama di minangkabausebagai berikut :
1. Sebagai pemimpin dalam urusan ibadah dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
2. Sebagai suluah dendang dalam nagari.(
3. Sebagai pemberi petunjuk kepada masyarakat dan alim ulama,
diharapkan adat membawa umat Islam ke jalan yang benar yaitu
jalan yang diridhoi oleh Alah SWT.

UNSUR PEMIMPIN CADIAK PANDAI DI MINANGKABAU

A. Pengertian Cadiak Pandai


      Cadiek pandai adalah pemimpin masyarakat yang memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas serta pemikiran yang dapat
mencari jalan keluar dari setiap masalah yang sedang dihadapi
masyarakat Minangkabau. Jadicadiak pandai adalah kumpulan
orang-orang pandai, tahu, cerdik, cendekiawan, dan orang yang
cepat mengerti, pandai mencari pemecahan masalah dan berfikir
yang luas.

B. Fungsi Cadiak Pandai di Minangkabau


      Fungsi cadiak pandai di minangkabau adalah sebagai berikut :
1. Pemberi petunjuk kepada seluruh masyarakat dan anak nagari
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
2. Untuk memajukan pemikiran masyarakat supaya tidak
ketinggalan zaman
3. Sebagai pemagar nagari di minangkabau
4. Memberi pertimbangan kepada penghulu di dalam mengambil
keputusan dalam hal-hal yang bersifat umum
5. Mempu menerapkan ilmu untuk kehidupan keluarga serta
kepentingan masyarakat.

xxi
C. Kedudukan Cadiak Pandai di Minangkabau
       Kedudukan cadiak pandai di minangkabau adalah sebagai
berikut :

1. Cadiak pandai sebagai pemimpin di bidang undang-undang


dan komunikasi serta pemgaturan yang bersifat umum.
2. Cadiak pandai sebagai pemimpin adalah karena mempunyai
keindividuannya. yaitu kaya dengan ilmu pengetahuan dan
wajib memberi petunjuk kepada masyarakat nagari di
minangkabau.
3. Cadiak pandai sebagai pemimpin banyak pengetahuan dan
banyak tah, paham perkembangan dalam nagari atau liuar
nagari, karena itu dianggap sebagai pagaran tokoh.

KEPEMIMPINAN TUNGKU TIGO SAJARANGAN DI


MINANGKABAU

A. Gabungan Unsur Pemimpin


      Setiap nagari di Minangkabau memiliki tiga unsur pemimpin
yaitu :
1. Penghulu
2. Alim Ulama
3. Cadiak Pandai

xxii
      Gabungan ketiga unsur ini saling bahu membahu dan bekerja
sama dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Tiga unsur ini dikenal dengan tungku tigo sajarangan,
artinya ketiga pemimpin itu merupakan satu kesatuan.
Gabungan pemimpin itu terlihat di tingkat nagari, segala keputusan
di nagari dikukukan oleh ketiga unsur tersebut. Jika dalam sebuah
musyawarah dihasilkan sebuah keputusan, belum dianggap sah,
kalau salah satu ketiga unsur itu belum sependapat.
 
B. Kepemimpinan Tungku Sajarangan di Minangkabau
      Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat Minangkabau adalah
Tuha Sakato, yaitu hal-hal yang telah terjadi menjadi kesepakatan
bersama, artinya segala sesuatu yang bersifat mengatur di dalam
kehidupan masyarakat harus terlebih dahulu dimusyawarahkan.
Tiga unsur pemimpin inilah yang menyelesaikan permasalahan
sesuai dengan kedudukannya masing-masing dan hasil
musyawarah itu selanjutnya dikukuhkan dalam suatu rapat yang
dihadiri seluruh wakil masyarakat, biasanya bertempat dibalai adat.
      Pada hakikatnya mereka sama-sama bertanggung jawab
memimpin masyarakat kearah kesejahteraan dan kemakmuran
inilah dikenal dengan sebutan “Tungku Tigo Sajarangan”, karena
kekuatan tungku tigo sajarangan masyarakat tidak akan tersesat,
kacau dan rusak. Jika ketiga tungku itu masih tetap bekerjasama
menempatkan diri di posisinyamasing-masing.
      Di dalam adat minagkabau diungkapkan sebagai Adat Basandi
Syarak, Syarak basanndi Kitabulah. Adat dan agama tidak ada
pertentangan, yaitu :
1. Syarak memberikan hukum atau syariat,
2. Adat melaksanakan seperti diungkapkan syarak
3. Adat memakai undang-undang sebagai pengaturan
      Dengan demikian ada :
1. Adat;

xxiii
2. Agama;
3. Undang-undang.
       Adanya ketiga unsur pemimpin tersebut dinamakan “Tali tigo
sapilin”. Ketiga-tiganya dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dan dilengkapi oleh orang
“Ampek Jini” yaitu ( penghulu, manti, malin,dubalang).

1. penghulu, dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh beberapa


perangkat yang disebut dengan pemangku adat, yakni manti, malin
dan dubalang di samping wakilnya langsung disebut panungkek.
Panungkek dapat mewakili penghulu dalam tugas-tugas umum
masyarakat adat seperti alek (pesta/ kenduri) kaum sukunya,
menghadiri ucok/ucapan (undangan) alek di luar paruik, jurai dan
atau di luar alek sukunya di nagari. Menghadiri suatu rapat
(musyawarah) dan dalam tugas yang prinsipil seperti memimpin
rapat “urang nan ampat jinih(imam,katik, bila,qadhi)” atau
mengambil keputusan dalam suku/kaum penghulu tidak boleh
diwakili oleh panungkek.

2. Manti disebut-sebut asal katanya dari menteri. Kedudukannya


berada pada pintu susah. Ia banyak disusahkan menyelesaikan
“yang kusut dan menjernihkan yang keruh”. Dalam alek ia yang
“mempalegakan kato” (untuk mencari kata mufakat sebagai
pertimbangan pengambilan keputusan adat). Akan tetati “Biang
tabuak gantiang putuih” (keputusan) tetap berada di tangan
penghulu atau pemerintahan adat. Manti juga mempunyai tugas
mengawasi kaum sukunya dalam praktek “adat mamakai” baik adat
nan sabana adat, adat nan teradat, adat nan diadatkan dan adat
istiadat.

3. Malin salah seorang pembantu penghulu dalam bidang agama.


Tugasnya mulai dari pengajaran mengaji, menunaikan Rukun Islam
juga menunjukan dan mengajari kemenakan (masyarakat),

xxiv
berakhlak atau taat mengamalkan agama Islam serta mengarahkan
kemenakan ke jalan yang lurus dan diredhai oleh Allah swt. Tugas
malin ini dibantu “urang jinih nan ampek” yakni: (1) imam, (2) katik,
(3) bila dan (4) qadhi.

4. Sedangkan Dubalang merupakan seorang pembantu penghulu


dalam bidang ketahanan dan keamanan. Dubalang berasal dari
kata hulubalang, yang bertugas menjaga huru hara yang
mengancam ketahanan dan kemanan baik dalam lingkungan kaum
sukunya maupun salingka nagari. Karena beratnya tugas dubalang
disebut posisinya “tagak di pintu mati”.

Keempat orang ampek jinih ini merupakan jabatan pemangku adat


yang diturunkan secara turun temurun dari mamak ke kemenakan.
Pewarisan pusaka itu mendapat justifikasi kultural dalam pepatah
petitih :

biriek-biriek turun ka samak

Tibo disamak taruih ka halaman

Dari ninak turun ka mamak

Dari mamak turun ka kamanakan.

BUDAYA MASYARAKAT MINANG KABAU

ADAT PERNIKAHAN DI PARIAMAN

Pariaman adalah satu dari sedikit daerah di ranah Minangkabau yang


mempertahankan adat ‘membeli lelaki’ dalam pernikahan. Membeli
dengan sejumlah uang ini kerap disebut ‘uang jemputan’ yang besarnya
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Adat ini hanya dianut Pariaman dan Padang, sedang di daerah lain
seperti Payakumbuh, Bukittinggi, dan Solok, tak menganut adat ini. Uang
jemputan ini bukanlah mahar macam pernikahan di India sana. Tapi biaya

xxv
yang dikeluarkan pihak perempuan untuk membawa lelaki itu tinggal di
keluarga perempuan.

C. Temuan lapangan
Yang kami temukan saat melakukan penelitian yaitu dalalm organisasi
tersebut sangat mencintai budaya minang. Terbukti dengan dalam
forum tersebut mereka menggunakan bahasa dan budaya minang.

xxvi
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Walapun masyarakat minang di medan adalah masyarakat
perantau. Tetapi disini banyak ikatan-ikatan keluarga atau
organisasi yang mampu memecahkan masalah dan keluhan-
keluhan dari masyarakat. Dan disini juga tidak ada membeda;-
bedakan jabatan ataupun kekayaan. Tetapi jika seseorang yang
memiliki suku minang semuanya adalah bersaudara.

B. Saran
Jadi dengan adanya makalah ini kita harus lebih mencintai budaya
dan adat kita, walaupun kita berada di rantau orang. Salah satunya
dengan cara lebih mengenal lagi budaya kepemimmpinan adat
serta strukturnya.

xxvii
DAFTAR PUSTAKA

http://nanoriswanto.blogspot.co.id/2014/08/hukum-adat-minang-
kabau.html

https://www.kompasiana.com/wempi/kawin-sasuku-pantang-adat-
minangkabau_552ac084f17e61703ad623bd

xxviii
LAMPIRAN
Pertanyaan awal:
5. Apa saja nilai dan norma yang berlaku dalam adat minang?
6. Bagaimana karakteristik kepemimpinan?
7. Bagaimana struktur dan tugas pemimpin dalam adat minang?
8. Bagaimana budaya di masyarakat minang?

Panduan wawancara
Karakteristik responden
Nama : bapak anas
Alamat:jln. Sutumo ujung. Medan.
Umur :65
Pekerjaan: pengurus BM3

xxix
DOKUMENTASI

xxx
xxxi

Anda mungkin juga menyukai