Rumah Sehat
Rumah Sehat
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah.
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai
sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Rumah
merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat.
Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya
standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Rumah yang layak untuk
tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Ruimah
yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air
bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial.
Rumah juga merupakan institusi budaya, bukan saja sebagai hasil kegiatan manusia tetapi
juga karena peranannya sebagai tempat dalam menampung, menyalurkan dan pengembangan
usaha serta langkah menuju perbaikan taraf hidup manusia. Dengan demikian rumah dapat
dilihat sebagai pusat kegiatan budaya. Rumah terwujud dalam proses pemikiran dan tingkah
laku. Selanjutnya ditekankan lagi bahwa rumah menunjukkan tempat tinggal , merupakan
mediasi antara manusia dengan dunia, dimana manusia dapat menemukan kembali kekuatannya
setelah lebih dahulu melakukan pekerjaan yang melelahkan dan menghabiskan energi. Rumah
juga memberikan keamanan, ketenangan hidup, kemesraan dan kehangatan hidup serta
memberikan kebebasan dalam arti pencapaian kebebasan sosial dan psikologis.
Rumah merupakan basis bagi terbentuknya kepribadian manusia, rumah merupakan ekspresi
dari eksistensi manusia, di rumah pulalah perilaku manusia dibentuk. Dalam bentuk
materialnya suatu rumah dilengkapi dengan lantai, dinding, dan atap yang kuat merupakan
tempat manusia berlindung dan diamankan dari bermacam-macam bahaya. Namun lebih jauh
dari itu, rumah bukan hanya sekedar tempat terlindung dari terik matahari, hujan, angin dan
cuaca buruk lainnya tetapi juga harus bisa memberikan kenyamanan dan ketenteraman bagi para
penghuninya.
Pada dasarnya rumah yang layak merupakan impian bagi semua orang. Bagaimana ukuran
suatu rumah yang dikatakan layak adalah sukar diberikan rumusan. Masing-masing orang akan
memberikan pendapat yang berbeda sesuai tingkat kemampuan, kondisi dan pengalaman
seseorang. Sebab itu ukuran kelayakan adalah relatif tergantung pada pribadi masing-masing.
Namun ada beberapa pengertian rumah sehat yang dirumuskan oleh beberapa orang yakni :
Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat
setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat bergaul dengan
keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang status
sosial, tempat menyimpan kekayaan (Azwar, 1996).
Menurut WHO, Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung,
dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai
dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003).
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,
kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan
sekitarnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung
dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat
secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar
fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Kriteria rumah sehat yang diajukan oleh dalam Entjang (2000) dan Wicaksono
(2009) yang dikutip dari Winslow antara lain:
Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public Health Asociation
(APHA), yaitu:
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan
air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,
membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada
tempat sampah.
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah :
1. Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan
kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah
dibersihkan.
2. Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin
dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus
terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga
dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
3. Lantai
Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak,
permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya
tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang
kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk mencegah masuknya air ke
dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.
4. Pembagian ruangan / tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun
syarat pembagian ruangan yang baik adalah :
a. Ruang untuk istirahat/tidur
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur
anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas
ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat
memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.
b. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran dapat
membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi
yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar.
c. Kamar mandi dan jamban keluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk
berhubungan dengan udara luar.
5. Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran
udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar
diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya :
a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya
menjadi 10% kali luas lantai ruangan.
b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari
pabrik, sampah, debu dan lainnya.
c. Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela
berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.
6. Pencahayaan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan
manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya
buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.
a. Pencahayaan alamiah
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain untuk
penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau
serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu. Suatu cara
sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam sebuah rumah
adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila
membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar
membaca huruf besar.
b. Pencahayaan buatan
Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak
tanah, listrik dan sebagainya
7. Luas Bangunan Rumah
Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi
oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat,
dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2 / orang.
Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan
dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut :
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Di Indonesia
standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990.
Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain :
a. Syarat fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara sehingga
menimbulkan rasa nyaman.
b. Syarat kimia
Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang berbahaya
bagi kesehatan.
c. Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Misal sebagai petunjuk bahwa
air telah dicemari oleh faces manusia adalah adanya E. coli karena bakteri ini selalu
terdapat dalam faces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih
sukar dimatikan dengan pemanasan air.
Dilihat dari karakteristik keluarga, maka beberapa faktor yang berkaitan dengan perumahan
sehat adalah:
1. Tingkat Pendidikan Orangtua
Pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu
pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk kecerdasan,
pengetahuan, dan keterampilan.
Pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan
tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang. Tingkat pendidikan
yang lebih baik memungkinkan seseorang dapat menyerap informasi lebih baik dan juga
dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi setiap masalah yang dihadapi.
2. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan
domain penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-
beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (know)
Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Misal keluarga yang telah mendapatkan penyuluhan
rumah sehat dapat menyebutkan kembali komponen-komponen rumah yang sehat.
b. Memahami (comprehension)
Pada tingkatan ini orang paham dan dapat menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya. Misal dapat menjelaskan
pentingnya kepemilikan jamban sehat.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah
dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain. Misalnya
membedakan, memisahkan, mengelompokkan.
e. Sintesis (synthetis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada dengan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau obyek.
3. Jenis Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan adalah rutinitas yang dilakukan yang dijadikan pokok penghidupan seseorang
yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Sering pekerja-pekerja dari jenis pekerjaan
tertentu bermukim dilokasi yang tertentu pula sehingga sangat erat hubungannya dengan
lingkungan tempat tinggal mereka. Pekerjaan juga mempunyai hubungan yang erat
dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang timbul dalam
keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan
keluarga.
4. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh yang
lebih baik, misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan
sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika pendapatan lemah akan maka hambatan
dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang
peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga.
Dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan
penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada
kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena
daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.
Dilihat dari karakteristik perilaku, maka beberapa faktor yang berkaitan dengan
perumahan sehat adalah:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan
usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan jika telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan
itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan
supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi, makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan
seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab
menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau disebut perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behavior).
3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons terhadap
lingkungannya sebagai determinan kesehatan manusia sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Perilaku ini antara lain mencakup :
a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat,
dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi
higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya.
c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair,
termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta
dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk ( vektor ), dan
sebagainya.
Dilihat dari karakteristik letak rumah yang merupakan salah satu faktor yang penting
artinya bagi kesehatan penghuni. Sebagai contoh adalah, sebuah rumah seharusnya tidak
didirikan di dekat tempat dimana sampah dikumpulkan atau dibuang, dengan pertimbangan
karena di tempat pembuangan sampah tersebut akan banyak lalat, serangga maupun tikus yang
akan membawa kuman penyakit kedalam lingkungan rumah.
Perlu diperhatikan juga letak sebuah bangunan hendaknya menyerong dari arah lintasan
matahari yaitu arah utara–selatan untuk mencegah penyinaran yang terus-menerus pada satu
bagian rumah. Di bangun dengan lubang bukaan maksimal pada arah utara, arah selatan, dan
arah timur, serta seminimal mungkin pada arah barat. Lubang bukaan pada arah utara-selatan
diharapkan sebanyak mungkin memasukan sinar matahari dari kubah langit. Sementara lubang
pada arah timur untuk memasukan sinar matahari pagi yang dapat meningkatkan kesehatan.
Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah. Rumah terasa sumpek, pengap,
panas, dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan penghuni. Selain berguna untuk penerangan
sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan
membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya untuk membunuh bakteri adalah cahaya
pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra violet.
c. Perilaku
Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena perilaku sangat berperan untuk
mencapai rumah sehat.
2. Pemberian Nilai
a. Komponen rumah
1. Langit-langit
0 = Tidak ada
1 = Ada, kotor dan rawan kecelakaan
2 = Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan
2. Dinding
1 = Bukan tembok ( terbuat dari anyaman bambu atau ilalang )
2 = Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak
kedap air
3 = Permanen ( tembok, pasangan batu bata atau batu yang diplester), papan
kedap air.
3. Lantai
0 = Tanah
1 = Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang retak/
berdebu
2 = Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung
4. Jendela kamar tidur
0 = Tidak ada
1 = Ada
5. Jendela ruang keluarga
0 = Tidak ada
1 = Ada
6. Ventilasi
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai
2 = Ada, luas ventilasi ≥ 10% luas lantai
7. Sarana pembuangan asap dapur
0 = Tidak ada
1 = Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur ≤ 10% dari luas lantai dapur
2 = Ada, dengan lubang ventilasi ≥ 10% luas lantai dapur ( asap keluar
dengan sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis )
8. Pencahayaan
0 = Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca
1 = Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal
2 = Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan untuk membaca
dengan normal
b. Sarana Sanitasi
1. Sarana Air Bersih ( SGL/SPT/PP/KU )
0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
2 = Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
3 = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
c. Perilaku Penghuni
1. Membuka jendela kamar tidur
0 = Tidak pernah dibuka
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka
2. Membuka jendela ruang keluarga
0 = Tidak pernah dibuka
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka
3. Membersihkan rumah dan halaman
0 = Tidak pernah
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari
4. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban
2 = Setiap hari di buang ke jamban
5. Membuang sampah pada tempat sampah
0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban
2 = Setiap hari di buang ke jamban
Untuk penjelasan selanjutnya dapat kami uraikan sebagai berikut:
Hasil penilaian rumah didapat :
1. Rumah Sehat = 1068 – 1200
2. Rumah Tidak Sehat = < 1068
3. Pembobotan
Pembobotan terhadap kelompok rumah, kelompok sarana sanitasi dan kelompok perilaku
penghuni berdasarkan teori Bloom, dimana diinterpretasikan terhadap :
a. Lingkungan = 45%
b. Perilaku = 35%
c. Pelayanan Kesehatan = 15%
d. Keturunan = 5%
Dalam hal rumah sehat prosentase Pelayanan Kesehatan dan Keturunan diabaikan,
sedangkan untuk penilaian Lingkungan dan Perilaku dapat dijelaskan sebagai berikut. Pemberian
bobot penilaian rumah diberikan pada masing-masing indikator :
a. Bobot komponen rumah = 31 (25/80 x 100% = 31,25)
b. Bobot Sarana Sanitasi = 25 (20/80 x 100% = 25)
c. Bobot Perilaku Penghuni = 44 (35/80 x 100% = 43,75)
Dalam melakukan penilaian terhadap rumah sehat ada formulir penilaian yang harus
dilengkapi dan diisi sebagai dasar dalam melakukan penilain. Formulir penilaian rumah sehat
diatur dalam Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah.
Formulir penilaian rumah sehat terdiri atas komponen yang dinilai, kriteria penilaian, nilai dan
bobot serta hasil penilaian terhadap rumah secara terinci.