Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Sehat

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah.
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai
sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Rumah
merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat.
Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya
standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Rumah yang layak untuk
tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Ruimah
yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air
bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial.

Rumah juga merupakan institusi budaya, bukan saja sebagai hasil kegiatan manusia tetapi
juga karena peranannya sebagai tempat dalam menampung, menyalurkan dan pengembangan
usaha serta langkah menuju perbaikan taraf hidup manusia. Dengan demikian rumah dapat
dilihat sebagai pusat kegiatan budaya. Rumah terwujud dalam proses pemikiran dan tingkah
laku. Selanjutnya ditekankan lagi bahwa rumah menunjukkan tempat tinggal , merupakan
mediasi antara manusia dengan dunia, dimana manusia dapat menemukan kembali kekuatannya
setelah lebih dahulu melakukan pekerjaan yang melelahkan dan menghabiskan energi. Rumah
juga memberikan keamanan, ketenangan hidup, kemesraan dan kehangatan hidup serta
memberikan kebebasan dalam arti pencapaian kebebasan sosial dan psikologis.

Rumah merupakan basis bagi terbentuknya kepribadian manusia, rumah merupakan ekspresi
dari eksistensi manusia, di rumah pulalah perilaku manusia dibentuk. Dalam bentuk
materialnya suatu rumah dilengkapi dengan lantai, dinding, dan atap yang kuat merupakan
tempat manusia berlindung dan diamankan dari bermacam-macam bahaya. Namun lebih jauh
dari itu, rumah bukan hanya sekedar tempat terlindung dari terik matahari, hujan, angin dan
cuaca buruk lainnya tetapi juga harus bisa memberikan kenyamanan dan ketenteraman bagi para
penghuninya.

Pada dasarnya rumah yang layak merupakan impian bagi semua orang. Bagaimana ukuran
suatu rumah yang dikatakan layak adalah sukar diberikan rumusan. Masing-masing orang akan
memberikan pendapat yang berbeda sesuai tingkat kemampuan, kondisi dan pengalaman
seseorang. Sebab itu ukuran kelayakan adalah relatif tergantung pada pribadi masing-masing.
Namun ada beberapa pengertian rumah sehat yang dirumuskan oleh beberapa orang yakni :

 Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat
setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat bergaul dengan
keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang status
sosial, tempat menyimpan kekayaan (Azwar, 1996).
 Menurut WHO, Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung,
dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
 Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai
dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003).
 Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,
kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan
sekitarnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung
dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat
secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar
fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

2.1.2 Kriteria Rumah Sehat

Kriteria rumah sehat yang diajukan oleh dalam Entjang (2000) dan Wicaksono
(2009) yang dikutip dari Winslow antara lain:

1. Harus dapat memenuhi kebutuhan fisiologis

2. Harus dapat memenuhi kebutuhan psikologis

3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan

4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit

Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public Health Asociation
(APHA), yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan dasar fisik .


Sebuah rumah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar fisik, seperti:
a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau
dipertahankan temperatur lingkungan yang penting untuk mencegah bertambahnya
panas atau kehilangan panas secara berlebihan. Sebaiknya temperatur udara dalam
ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari temperatur udara luar untuk
daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.
b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya
matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan
buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara segar
dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan,
sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%
luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini diatur
sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.
d. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung maupun
dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain
gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti
mudah marah dan apatis.
e. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk anak-anak
dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak, bermain
dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar
anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang
membahayakan.

2. Memenuhi kebutuhan dasar psikologis.


Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan dasar
psikologis penghuninya, seperti:
a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni. Adanya ruangan khusus untuk
istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-
anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah
dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu
kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-
anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuanya.
c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat
ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya
atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin.
d. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas
dalam ruangan .
e. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan
terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa ingin
buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang
lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun.
f. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga yang
kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga
menyenangkan bila dipandang.

3. Melindungi dari penyakit.


Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuninya
dari kemungkinan penularan penyakit atau zat-zat yang membahayakan kesehatan. Dari segi
ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang
cukup dengan sistem perpipaan seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai sampai
bocor sehingga tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas dari
kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat pembuangan sampah, pembuangan air
limbah serta pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan.
4. Melindungi dari kemungkinan kecelakaan.
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari
kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara
lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari
bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi
penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya (Azwar, 1990;
CDC, 2006; Sanropie, 1989).

2.3 Parameter dan Indikator Rumah Sehat

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan
air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,
membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada
tempat sampah.
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah :
1. Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan
kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah
dibersihkan.
2. Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin
dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus
terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga
dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
3. Lantai
Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak,
permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya
tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang
kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk mencegah masuknya air ke
dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.
4. Pembagian ruangan / tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun
syarat pembagian ruangan yang baik adalah :
a. Ruang untuk istirahat/tidur
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur
anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas
ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat
memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.
b. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran dapat
membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi
yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar.
c. Kamar mandi dan jamban keluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk
berhubungan dengan udara luar.
5. Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran
udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar
diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya :
a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya
menjadi 10% kali luas lantai ruangan.
b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari
pabrik, sampah, debu dan lainnya.
c. Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela
berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.
6. Pencahayaan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan
manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya
buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.
a. Pencahayaan alamiah
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain untuk
penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau
serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu. Suatu cara
sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam sebuah rumah
adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila
membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar
membaca huruf besar.
b. Pencahayaan buatan
Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak
tanah, listrik dan sebagainya
7. Luas Bangunan Rumah
Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi
oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat,
dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2 / orang.

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan
dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut :
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Di Indonesia
standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990.
Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain :
a. Syarat fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara sehingga
menimbulkan rasa nyaman.
b. Syarat kimia
Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang berbahaya
bagi kesehatan.
c. Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Misal sebagai petunjuk bahwa
air telah dicemari oleh faces manusia adalah adanya E. coli karena bakteri ini selalu
terdapat dalam faces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih
sukar dimatikan dengan pemanasan air.

2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)


Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau
sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan tinja, prinsipnya yaitu :
a. Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.
b. Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan / air tanah.
c. Kotoran manusia tidak dijamah lalat.
d. Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
e. Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.
Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu :
a. Pembuangan tinja di atas tanah
Pada cara ini tinja dibuang begitu saja diatas permukaan tanah, halaman rumah, di
kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara demikian tentunya sama sekali tidak
dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan.
b. Kakus lubang gali (pit privy)
Dengan cara ini tinja dikumpulkan kedalam lubang dibawah tanah, umumnya
langsung terletak dibawah tempat jongkok. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi
tinja sehingga tidak memungkinkan penyebaran bakteri. Kakus semacam ini hanya
baik digunakan ditempat dimana air tanah letaknya dalam.
c. Kakus Air (Aqua pravy)
Cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang kakus dibuat dari
tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung dibawah tempat jongkok. Cara
kerjanya merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi dari
tank adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta melindunginya
dari lalat dan serangga lainnya.
d. Septic Tank
Septic Tank merupakan cara yang paling dianjurkan. Terdiri dari tank sedimentasi
yang kedap air dimana tinja dan air masuk dan mengalami proses dekomposisi yaitu
proses perubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana (penguraian).
3. Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan tempat
umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat yang membahayakan kehidupan
manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Menurut Azwar (1996) air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, dapat
dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan masyarakat, makin kompleks pula sumber serta
macam air limbah yang ditemui. Air limbah adalah air tidak bersih mengandung berbagai zat
yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil
perbuatan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah :
a. Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.
b. Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang.
c. Limbah industri.
4. Sampah
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas manusia,
yang dianggap sudah tidak bermanfaat. Entjang (2000) berpendapat agar sampah tidak
membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, seperti
tempat sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut
dikumpulkan untuk dibuang (dimusnahkan). Syarat tempat sampah adalah :
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor, kedap
air.
b. Harus ditutup rapat sehinga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya
seperti tikus, kucing dan sebagainya.

Dilihat dari karakteristik keluarga, maka beberapa faktor yang berkaitan dengan perumahan
sehat adalah:
1. Tingkat Pendidikan Orangtua
Pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu
pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk kecerdasan,
pengetahuan, dan keterampilan.
Pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan
tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang. Tingkat pendidikan
yang lebih baik memungkinkan seseorang dapat menyerap informasi lebih baik dan juga
dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi setiap masalah yang dihadapi.
2. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan
domain penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-
beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (know)
Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Misal keluarga yang telah mendapatkan penyuluhan
rumah sehat dapat menyebutkan kembali komponen-komponen rumah yang sehat.
b. Memahami (comprehension)
Pada tingkatan ini orang paham dan dapat menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya. Misal dapat menjelaskan
pentingnya kepemilikan jamban sehat.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah
dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain. Misalnya
membedakan, memisahkan, mengelompokkan.
e. Sintesis (synthetis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada dengan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau obyek.
3. Jenis Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan adalah rutinitas yang dilakukan yang dijadikan pokok penghidupan seseorang
yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Sering pekerja-pekerja dari jenis pekerjaan
tertentu bermukim dilokasi yang tertentu pula sehingga sangat erat hubungannya dengan
lingkungan tempat tinggal mereka. Pekerjaan juga mempunyai hubungan yang erat
dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang timbul dalam
keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan
keluarga.
4. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh yang
lebih baik, misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan
sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika pendapatan lemah akan maka hambatan
dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang
peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga.
Dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan
penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada
kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena
daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.

Dilihat dari karakteristik perilaku, maka beberapa faktor yang berkaitan dengan
perumahan sehat adalah:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan
usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan jika telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan
itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan
supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi, makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan
seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab
menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau disebut perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behavior).
3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons terhadap
lingkungannya sebagai determinan kesehatan manusia sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Perilaku ini antara lain mencakup :
a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat,
dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi
higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya.
c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair,
termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta
dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk ( vektor ), dan
sebagainya.

Dilihat dari karakteristik letak rumah yang merupakan salah satu faktor yang penting
artinya bagi kesehatan penghuni. Sebagai contoh adalah, sebuah rumah seharusnya tidak
didirikan di dekat tempat dimana sampah dikumpulkan atau dibuang, dengan pertimbangan
karena di tempat pembuangan sampah tersebut akan banyak lalat, serangga maupun tikus yang
akan membawa kuman penyakit kedalam lingkungan rumah.
Perlu diperhatikan juga letak sebuah bangunan hendaknya menyerong dari arah lintasan
matahari yaitu arah utara–selatan untuk mencegah penyinaran yang terus-menerus pada satu
bagian rumah. Di bangun dengan lubang bukaan maksimal pada arah utara, arah selatan, dan
arah timur, serta seminimal mungkin pada arah barat. Lubang bukaan pada arah utara-selatan
diharapkan sebanyak mungkin memasukan sinar matahari dari kubah langit. Sementara lubang
pada arah timur untuk memasukan sinar matahari pagi yang dapat meningkatkan kesehatan.
Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah. Rumah terasa sumpek, pengap,
panas, dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan penghuni. Selain berguna untuk penerangan
sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan
membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya untuk membunuh bakteri adalah cahaya
pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra violet.

2.4 Penilaian Rumah Sehat


Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992).
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa
kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga,
dan rumah juga merupakan status lambang sosial.
Untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu bangunan diperlukan untuk melakukan suatu
penilaian mengenai rumah. Berdasarkan Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
persyaratan kesehatan perumahan, faktor risiko dalam penilaian kesehatan rumah yaitu :
Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan Penyediaan air
bersih dan dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Kedua faktor risiko ini yang
selalu menjadi acuan dalam proses perbaikan keadaan kesehatan perumahan karena kedua faktor
risiko ini sangat berpengaruh bagi kesehatan masyarakat, terutama dalam penyebaran penyakit
menular yang berbasis kesehatan lingkungan.
Berdasarkan faktor risiko yang telah ditetapkan tersebut, maka ditetapkanlah parameter-
parameter dalam penilaian rumah sehat yang meliputi kelompok komponen sebagai berikut :
1) kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asapdapur,
pencahayaan;
2) kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah;
3) kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur, membuka
jendela ruang keluarga dan tamu, membersi hkan halaman rumah, membuang tinja
bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah padatempatnya.
Prosedur penilaian dan persetujuan pembangunan perumahan dan lingkungan pemukiman
harus memastikan tentang ketersediaan jaringan suplai air bersih, saluran pembuangan air
limbah, pengumpulan dan pembuangan sampah, saluran pematusan, jalan aspal ataupun paving,
penerangan jalan, lapangan parkir, tempat terbuka, serta fasilitas lain yang diperlukan.
2.4.1 Cara Penilaian Rumah Sehat
Dalam melakukan penilaian rumah sehat, ada beberapa cara yang harus diketahui, yaitu sebagai
berikut:
1. Penilaian rumah
Penilaian rumah perlu ditentukan nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat dan bobot pada
kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni.
Nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai
berikut :
a. Nilai minimum dari kelompok komponen rumah adalah :
1. Langit-langit = 2
2. Dinding = 2
3. Lantai = 2
4. Jendela kamar tidur = 1
5. Jendela ruang keluarga = 1
6. Ventilasi = 1
7. Sarana pembuangan asap dapur = 2
8. Pencahayaan = 2

b. Nilai minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah :


1. Sarana air bersih ( SGL/SPT/PP/KU/PAH) = 3
2. Jamban ( sarana pembuangan kotoran ) = 2
3. Sarana pembuangan air limbah ( SPAL ) = 2
4. Sarana pembuangan sampah = 2

c. Perilaku
Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena perilaku sangat berperan untuk
mencapai rumah sehat.

2. Pemberian Nilai
a. Komponen rumah
1. Langit-langit
0 = Tidak ada
1 = Ada, kotor dan rawan kecelakaan
2 = Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan
2. Dinding
1 = Bukan tembok ( terbuat dari anyaman bambu atau ilalang )
2 = Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak
kedap air
3 = Permanen ( tembok, pasangan batu bata atau batu yang diplester), papan
kedap air.
3. Lantai
0 = Tanah
1 = Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang retak/
berdebu
2 = Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung
4. Jendela kamar tidur
0 = Tidak ada
1 = Ada
5. Jendela ruang keluarga
0 = Tidak ada
1 = Ada
6. Ventilasi
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai
2 = Ada, luas ventilasi ≥ 10% luas lantai
7. Sarana pembuangan asap dapur
0 = Tidak ada
1 = Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur ≤ 10% dari luas lantai dapur
2 = Ada, dengan lubang ventilasi ≥ 10% luas lantai dapur ( asap keluar
dengan sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis )
8. Pencahayaan
0 = Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca
1 = Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal
2 = Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan untuk membaca
dengan normal

b. Sarana Sanitasi
1. Sarana Air Bersih ( SGL/SPT/PP/KU )
0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
2 = Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
3 = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

2. Jamban ( Sarana Pembuangan Kotoran )


0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam
2 = Ada, bukan leher angsa ada tutup ( leher angsa ), disalurkan ke
sungai/kolam
3 = Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank
4 = Ada, leher angsa, septic tank

3. Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )


0 = Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah
1 = Ada, diresapkan mencemati sumber air ( jarak dengan sumber air < 10 m)
2 = Ada, dialirkan ke selokan terbuka
3 = Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air ≥
10 m)
4 = Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk diolah lebih lanjut
4. Sarana Pembuangan Sampah ( Tempat Sampah)
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup
2 = Ada, kedap air dan tidak tertutup
3 = Ada, kedap air dan bertutup

c. Perilaku Penghuni
1. Membuka jendela kamar tidur
0 = Tidak pernah dibuka
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka
2. Membuka jendela ruang keluarga
0 = Tidak pernah dibuka
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari dibuka
3. Membersihkan rumah dan halaman
0 = Tidak pernah
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari
4. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban
2 = Setiap hari di buang ke jamban
5. Membuang sampah pada tempat sampah
0 = Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1 = Kadang-kadang dibuang ke jamban
2 = Setiap hari di buang ke jamban
Untuk penjelasan selanjutnya dapat kami uraikan sebagai berikut:
Hasil penilaian rumah didapat :
1. Rumah Sehat = 1068 – 1200
2. Rumah Tidak Sehat = < 1068
3. Pembobotan
Pembobotan terhadap kelompok rumah, kelompok sarana sanitasi dan kelompok perilaku
penghuni berdasarkan teori Bloom, dimana diinterpretasikan terhadap :
a. Lingkungan = 45%
b. Perilaku = 35%
c. Pelayanan Kesehatan = 15%
d. Keturunan = 5%

Dalam hal rumah sehat prosentase Pelayanan Kesehatan dan Keturunan diabaikan,
sedangkan untuk penilaian Lingkungan dan Perilaku dapat dijelaskan sebagai berikut. Pemberian
bobot penilaian rumah diberikan pada masing-masing indikator :
a. Bobot komponen rumah = 31 (25/80 x 100% = 31,25)
b. Bobot Sarana Sanitasi = 25 (20/80 x 100% = 25)
c. Bobot Perilaku Penghuni = 44 (35/80 x 100% = 43,75)
Dalam melakukan penilaian terhadap rumah sehat ada formulir penilaian yang harus
dilengkapi dan diisi sebagai dasar dalam melakukan penilain. Formulir penilaian rumah sehat
diatur dalam Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah.
Formulir penilaian rumah sehat terdiri atas komponen yang dinilai, kriteria penilaian, nilai dan
bobot serta hasil penilaian terhadap rumah secara terinci.

Anda mungkin juga menyukai