Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM DASAR (AKK)

MENGHITUNG UNIT COST MENGGUNAKAN METODE STEP DOWN,


DOUBLE DISTRIBUTION DAN ACTIVITY BASED COSTING

NAMA : NURIAN

NIM : J1A118246

KELAS : C (2018)

DOSEN PEMBIMBING : AMBO SAKKA, S.KM M.A.R.S

ASISTEN PEMBIMBING: L.M HUSSEIN MUHAMMADYI

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul
“Antropometri dan Survey Konsumsi Makanan” ini tepat pada waktunya.

Tak lupa pula saya berterima kasih kepada dosen pegampu mata kuliah
“Praktikum Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan” karena tujuan dari
penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah tersebut.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan serta kesalahan di dalamnya. Untuk itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
laporan ini, agar laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini saya selaku penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk dapat bersaing dan bertahan dalam globalisasi di bidang rumah
sakit, maka rumah sakit harus berkompetisi dalam segala bidang, baik bidang
pelayanan maupun harga. Harga yang kompetitif adalah harga yang
diperhitungkan dengan cermat dengen memperhitungkan semua faktor yang
mempengaruhi terbentuknya harga yaitu biaya investasi, biaya operasional,
biaya pemeliharaan akan menghasilkan total biaya yang jika dibagi dengan
jumlah pasien, menghasilkan biaya per jenis layanan atau tindakan. Dalam
menyusun besarnya anggaran suatu jasa pelayanan maka perhitungan biaya
satuan (unit cost) akan sangat membantu. Penentuan unit cost dalam analisis
biaya diperlukan untuk mengetahui besarnya biaya yang benar-benar
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk baik berupa barang ataupun jasa
ataupun untuk menilai efisiensi dalam anggaran.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat rumah sakit yang
menggunakan akuntansi biaya tradisional. Di sisi lain, penentuan biaya pada
suatu produk atau jasa dengan metode tradisional atau konvensional
sebenarnya kurang relevan untuk digunakan dan memiliki berbagai macam
kelemahan. Akuntansi biaya tradisional hanya menggunakan volume related
drivers untuk dapat mengalokasikan biaya overhead ke dalam produk. Dengan
demikian, informasi biaya produk yang didapatkan dengan menggunakan cara
ini menjadi tidak akurat.
Hasil penghitungan biaya produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi
biaya tradisional memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi ini
muncul karena pengalokasian biaya yang tidak akurat sehingga
mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan,
perencanaan, dan pengendalian. Hal tersebut pada akhirnya mengakibatkan
rumah sakit menetapkan biaya yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
dibandingkan dengan biaya yang sebenernya yang muncul untuk
menghasilkan jasa. Informasi biaya yang tidak akurat dapat mengakibatkan
pihak manajemen rumah sakit tidak tepat dalam mengambil keputusan
mengenai tarif dan melakukan analisis profitabilitas.
Agar distorsi yang terjadi dapat diatasi, sistem akuntansi biaya tradisonal
dapat digantikan dengan sistem akuntansi berdasarkan aktivitas atau yang
disebut juga activity based costing (ABC). Activity based costing memiliki
keyakinan dasar bahwa biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya dapat
dikelola. Metode activity based costing dapat mengendalikan biaya melalui
penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya
biaya. Activity based costing mampu menyediakan informasi tentang aktivitas
yang memungkinkan personnel
melakukan pengelolaan terhadap aktivitas4. Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul merupakan Rumah Sakit umum tipe C yang terletak di
jalan Jenderal Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Fasilitas peralatan medis atau
produk layanan yang dimiliki RS PKU Muhammadiyah Bantul cukup
lengkap, sehingga mampu melayani hampir semua kasus yang terjadi.
Fasilitas medis yang ada antara lain : Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam,
Laboratorium, Rawat Inap, ICU, Radiologi, Instalasi Farmasi, Ruang Bersalin,
Ruang Operasi, General Check Up, Konsultasi Gizi, Imunisasi, Khitan,
Poliklinik Rawat Jalan dan Layanan Ambulance 24 jam siap panggil.
B. Manfaat
1. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan unit cost dengan step down
metode
2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan unit cost dengan double
distribution
3. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan unit cost dengan analisis based
coast
C. Tujuan
Ad pun manfaat pada pratikum ini adalah mahasiswa bisa melakukan
perhitungan unit cost
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Unit Cost Biaya Satuan

Biaya satuan (unit cost) adalah biaya yang dihitung untuk setiap produk
pelayanan dan dihitung dengan cara membagi total cost dengan jumlah
produk.Rumusnya:

𝑈𝑛𝑖 𝑡 𝑐𝑜𝑠𝑡 (𝑈𝑐) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 (𝑇𝑐)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Menurut (Polimeni & Cashin, 1984, hal. 12), total seluruh biaya biasanya
tidak memberikan informasi yang memuaskan karena jumlah produksi sangat
beragam dari periode ke periode. Dengan demikian, secara umum biaya satuan
harus tersedia untuk perbandingan antar volume dan jumlah yang bervariasi.
Angka dari biaya unit dapat dengan mudah dihitung dengan cara membagi total
biaya ke jumlah unit yang diproduksi. Biaya unit dapat dinyatakan dalam satuan
ton, liter,ons, satuan individu, nilai mata uang dan sebagainya.

Biaya satuan dalam rumah sakit merupakan hasil dari menghitung biaya dari
bebagai jenis aktivitas pelayanan kesehatan baik dihitung secara total atau
keseluruhan atau hanya per unit, dan per output. Biaya satuan terdiri dari 3
komponen biaya produksi yaitu biaya kos bahan baku langsung, kos tenaga kerja
langsung, kos produksi tidak langsung.
b. Tujuan dan Fungsi Menghitung Unit Cost (Biaya Satuan)
Unit cost (biaya satuan) dapat ditentukan dengan menggunakan sistem yang
terdapat pada akuntansi biaya yaitu dengan cara pengukuran dan pengalokasian
dan/atau distribusi biaya secara tepat. Perhitungan unit cost (biaya satuan)
merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan dan penting bagi suatu
organisasi atau entitas bisnis saat ini. Dengan melakukan perhitungan unit cost
(biaya satuan), organisasi dapat melakukan efisiensi biaya dan meningkatkan
kinerja organisasi jika dikontrol dengan baik. Fungsi atau manfaat lain yang
didapatkan dari perhiutngan unit cost (biaya satuan) yaitu menghasilkan informasi
biaya per unit sehingga akan membantu manajemen perusahaan untuk membuat
rancangan anggaran, kebijakan yang strategis dan kebijakan penting lainnya.
Secara singkatnya, informasi yang didapatkan dari perhitungan unit cost (biaya
satuan) dapat menjadi dasar utama dalam decision making.
Kegiatan untuk menghitung biaya dari berbagai jenis pelayanan yang
diberikan baik secara keseluruhan atau per pelayanan, per individu yang dengan
model perhitungan dari biaya secara keseluruhan dari unit yang ada di organisasi
tersebut dan biaya yang tidak dihasilkan di cost center lalu dialokasikan ke unit-
unit yang memproduksi sebuah ouput dan memperoleh pendapatan maka disebut
dengan analisis biaya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis
biaya atau menghitung biaya satuan, beberapa metode itu adalah:
1. Metode Satu Langkah
Metode satu langkah adalah metode yang menjadi suatu landasan konsepsi
dari alokasi biaya. Masing-masing biaya yang terbentuk di unit divisi jasa lalu
didistribusikan ke beberapa divisi produksi yang memakai jasa pelayanan
tersebut, akan tetapi dalam hal ini biaya yang terbentuk tidak diberlakukan untuk
divisi produksi yang lain.
2. Metode Double Distribution
Menururt (L, Djuaeni, EP, K, & SA, 2015),double distribution adalah salah
satu metode untuk melakukan perhitungan biaya satuan dengan cara
mengalokasikan biaya dari unit pendukung ke unit produksi. Langkah awal yang
dapat dilakukan adalah biaya yang berasal dari unit pendukung dialokasikan ke
unit pendukung lainnya. Setelah itu biaya yang berasal dari hasil distribusi awal
dialokasikan ke unit produksi. Perhitungan unit cost dengan metode ini dilakukan
dengan membagi semua biaya yang dilakukan di unit produksi yang telah
dijumlahkan dengan biaya dari unit pendukung pada langkah alokasi yang kedua
dengan beberapa besaran rupiah pelayanan yang dibagikan dari unit produksi. Jika
perhitungan dengan langkah pertama sudah dilakukan,maka hasil dari beberapa
unit pendukung telah dialokasikan ke unit produksi, namun demikian beberapa
masih tetap di unit pendukung. Hal ini maksudnya adalah ada biaya ng masih
berada di unit pendukung, yaitu biaya yang didapatkan dari unit Yang pendukung
lain. Biaya yang tetap berada di unit pendukung inilah yang akan dialokasikan ke
unit produksi, sehingga tidak ada lagi biaya yang tetap berada di unit pendukung.
c. Analisis Biaya Satuan Step Down
Menurut (Fransisca & Ambarriani, 2015) pada jurnal yang berjudul
Perhitungan “Biaya Satuan Pada Unit Persalinan Metode Normal”Step Down
Method dalam pembagian biaya atau distribusinya menggunakan pengalokasian
secara berjenjang, dasar yang digunakan ketika mengalokasikan harus secara
sistematis dengan mempertimbangkan fungsi terlebih dahulu.Perhitungan analisis
biaya menggunakan Step Down Method sebagai salah satu cara untuk mengatasi
kekurangan dari simple distribution.
d. Metode Activity Based Costing ( ABC )
Activity Based Costing ( ABC ) adalah metode pembahasan aktivitas-aktivitas
berdasarkan besarya pemakaian sumber daya, dan membebaskan biaya pada objek
biaya. Seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya aktivitas, serta untuk
mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait daengan proses dan objek
biaya. Pada metode ini semua biaya dibebankan ke produk yang menimbulakan
aktivitas atau apa bila ada alasan yang mendasar bahwa biaya tersebut dipengaruhi
oleh produk yang dibuat, baik biaya produksi maupun biaya nin produksi. Dalam
Activity Based Costing ( ABC ) ada lima komponen utama yang perlu
diperhatikan :
1. Sumber daya (resources), segala unit ekonomi yang digunakan perubahan
untuk mengadakan aktivitas, seperti bahan baku tenaga kerja, pelengkapan
yang digunakan dan faktor produksi lainnya
2. Pemicu konsumsi sumber daya (resources driver), ukuran konsumsi dari
sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas, contoh : jumlah runagan
yang disewa, jumlah orang yang terlibat, dan jumlah jam kerja yang di
perlukan.
3. Aktivitas (activity), suatu unit dasar perkerjaan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan tujuan membantu perencanaan, pengendalian dan
pengambilan keputusan oleh manajemen.
4. Pemicu aktivitas (activity driver), suatu ukuran frekuensi dan intensitas daro
permintaan suatu aktivitas oleh suatu produk atau jasa pelayanan.
5. Objek biaya (cost object), dapat digunakan untuk menelusuri biaya dan
penentuan seberapa objektif biaya tersebut dapat digunakan.
BAB III METODOLOGI

A. Media
1. Handphone sebagai media penerimaan materi pratikum dengan bantuan
aplikasi google meet.
2. Leptop sebagai media dilakukannya pratikum.
B. Metode Daring
1. Sebelum diadakanya dari sistem dosen menyampaikan atau member
informasi kepada pratikan mengenai jadwal daring.
2. Pada saat daring PJ dosen praktikum akan memberikan materi dengan
tujuan dengan memperkenalkan materi yang akan dipraktikan dengan
menampilkan slide di google meet.
C. Bimbingan Virtual
1. Asisten dosen selalu member motivasi agar pratikan tetap semangat dalam
menyelesaikan tugas pratikum dan selalu membimbing dalam
menyelesaikan tugas dengan memberikan panduan dan contoh dalam
penyelesaian tugas pratikum.
D. Pratikum Simulasi
1. Setiap praktikan data untuk menganalisis biaya satuan dengan dengan
menggunakan metode step down method,double distribution dan activity
based costing.
E. Latihan Perhitungan Dengan Bimbingan Asisten
1. Setiap praktikan diwajibkan untuk menganalisis setiap data yang akan
diberi sebagai bahan pratikum yang dibimbing dengan asisten dosen.
F. Waktu Dan Tempat
1. Waktu adapun waktu pelaksanaan pratikum administrasi bebijakan
kesehatan dengan materi pratikum menghitung biaya satuan dengan
menggunakan 3 metode yaitu mulai pada tanggal 25 mei – 6 juni 2020.
2. Tempat
Ada pun tempat pelaksaan pratikum yaitu ditempat atau dirumah masing-
masing pratikan, dengan metode daring dalam menerima materi pratikum.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Biaya Satuan dengan Metode Step Down

PUSAT PUSAT PUSAT BIAYA/ PUSAT BIAYA/ PUSAT BIAYA/ PUSAT BIAYA/ PUSAT BIAYA/
BIAYA/ALOKASI BIAYA/ALOKASI ALOKASI ALOKASI ALOKASI ALOKASI ALOKASI
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
45,756,11
ADMIN 45,756,111 1 -
6,536,58 28,814,6
DAPUR 22,278,056 7 43 -
6,536,58 1,568,1 29,182
LAUNDRY 21,078,056 7 44 ,787 -
2 19,609,76 15,485,4 13,468 283,384,7 35,
P.UMUM 34,820,611 2 20 ,978 72 871
1 13,073,17 11,761,0 15,713 226,548,3 37,
P.ANAK 86,000,267 5 79 ,808 28 758

PUSAT BIAYA UNIT COST TARIF


35,871 + (15% x 35,871) =
P.UMUM 35,871
41,251
37,758 + (15% x 37,758) =
P.ANAK 37,758
43.421
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 5 pusat biaya/unit kerja yang
merupakan hasil pengumpulan data alokasi biaya dari Klinik Amira. Unit kerja
tersebut mengonsumsi biaya operasional Klinik Amira dalam 1 tahun dengan total
keseluruhan biaya sebesar Rp.509.933.101.

Pada metode Step-down, ketiga unit yang termasuk unit penunjang


dialokasikan atau didistribusikan habis ke unit penunjang lain dan unit produksi.

1) Bagian admin menggunakan total biaya sebesar Rp.45.756.111 dan


didistribusikan habis ke step-down unit dapur dan laundry masing-masing
sebesar Rp.6.536.587, juga dialokasikan ke unit produksi poli umum sebesar
Rp.19.609.762 dan poli anak sebesar Rp.13.073.175.
2) Bagian dapur menggunakan total biaya sebesar Rp.28.814.643 dan
didistribusikan habis ke step-down unit laundry sebesar Rp.1.568.144, juga
dialokasikan ke unit produksi poli umum sebesar Rp.15.485.420 dan poli
anak sebesar Rp.11.761.079.
3) Bagian laundry menggunakan total biaya sebesar Rp.29.182.787 dan
didistribusikan habis ke step-down unit produksi yaitu poli umum sebesar
Rp.13.468.979 dan poli anak sebesar Rp.15.713.808.
Dalam menghitung unit cost dengan metode step-down, yaitu dilakukan
setelah unit penunjang terbesar didistribusikan habis ke unit penunjang lain dan
unit produksi, yang kemudian total cost akan didapatkan dari total biaya alokasi
unit produksi lalu untuk mendapatkan hasil unit cost maka Total Cost dibagi
dengan output dari unit produksi tersebut. Dapat dilihat tabel di atas menggunakan
metode Step-down sehingga didapatkan hasil unit cost pada unit produksi poli
umum sebesar Rp.35.871 dan poli anak sebesar Rp.37.758.

B. Analisis Biaya Satuan dengan Metode Double Distribution

ALOKASI BIAYA TAHAP I


ADMIN 10,168,025 5,084,012 5,084,012 15,2
LAUNDRY - 9,7
DAPUR 2,084,496 1,042,248 1,042,248 10,2
SUB TOTAL 12,252,521 6,126,261 6,126,261 35,2
TOTAL BIAYA TAHAP
I 12,252,521 6,126,261 6,126,261 270,0

ALOKASI BIAYA TAHAP II


ADMIN 7,3
LAUNDRY 2,8
DAPUR 3,4
SUB TOTAL 13,6
TOTAL BIAYA TAHAP
II 283,7
UNIT COST

Dari hasil yang diperoleh dalam perhitungan analisis biaya satuan dengan
menggunakan double distribution ini menggunakan dua tahap yaitu, yang pertama
alokasi biaya tahap I total biaya awal admin sebesar 45.756.111 dialokasikan
biaya kepada admin sebesar 10.168.025, laundry 5.084.012, dapur 5.084.012,
p.umum 15.252.037 dan p.anak sebesar 10.168.025 dengan total cost yang
dihasilkan sebesar 12.252.521. lalu pada total biaya awal laundry sebesar
21.078.056 dialokasikan kepada p.umum sebesar 9.728.333 dan pada p.anak
sebesar 11.349.722 dengan total cost yang dihasilkan sebesar 6.126.261,
selanjutnya pada total cost awal dapur sebesar 22.278.056 dialokasikan kepada
admin sebesar 2.084.496, pada laundry sebesar 1.042.248, pada dapur sebesar
1.042.248, pada p.umum sebesar 10.292.201 dan pada p.anak sebesar 7.816.862
dan hasil total costnya sebesar 6.126.261, selanjutnya total cost dari p.umum
sebesar 270.093.183 dan pada p.anak sebesar 215.334.875.

Pada tahap kedua yaitu alokasi biaya tahap II dimulai dari total cost tahap I
admin sebesar 12.252.521 dialokasikan kepada p.umum sebesar 7.351.513 dan
pada p.anak sebesar 4.901.008, lalu pada total cost tahap awal laundry sebesar
6.126.261 dialokasikan kepada p.umum sebesar 2.827.505 dan pada p.anak
sebesar 3.298.756 dengan total cost tahap II yang dihasilkan sebesardan
selanjutnya pada total cost tahap I dapur sebesar 6.126.261 dialokasikan kepada
p.umum sebesar 3.481.832 dan pada p.anak sebesar 2.644.429.
sehingga dihasilkan total cost tahap II pada p.umum sebesar 283.754.032
dengan unit cost pelayananannya sebanyak 35.918, sedangkan pada hasil total
cost tahap II untuk p.anak diperoleh sebesar 226.179.068 dengan unit cost
pelayanannya sebanyak 37.697.
C. Analisis Biaya Satuan dengan Metode Double Distribution

Pembersihan Pembersiha
Jahit Luka Jahit Luka Jahit Luka Pembersihan Pe
DC Shock Luka n Luka Resusitasi
Kecil Sedang Besar Luka Kotor
Sederhana Sangat Kotor
1 2 3 4 5 6 7 8

794,701 544,724 692,645 119,965 92,111 136,101 83,987 508,807 15

67,023 67,023 67,023 67,023 67,023 67,023 67,023 67,023 67

44,682 44,682 44,682 44,682 44,682 44,682

22,341 22,341 22,341 22,341 22,341 22,341 22,341

44,682 44,682 44,682 44,682 44,682 44,682

44,682 44,682

22,341 22,341 22,341 22,341

44,682
44,682 44,682 44,682 44

44,682 67,023

67,023

67,023

35,745

67,023

44,682

26,809

22

44

49

1,040,450 745,792 983,076 388,055 373,606 381,850 352,077 714,343 24

Pada metode activity based costing ini membahas identifikasi 11 produk


pelayanan yang ada pada tabel hasil. Pada metode ini diperoleh total biaya
langsung yang diperoleh dari akumulasi biaya bahan, biaya pegawai dan biaya
alat dengan produk pelayanan jahit luka kecil sebesar 829.303, jahit luka sedang
291.686, jahit luka besar 349.150, DC shock 69.183, pembersihan luka sederhana
82.900, pembersihan luka kotor 80.077, pembersihan luka sangat kotor 78.497,
resusitasi 639.989, pemeriksaan EKG 42.772, suction jalan nafas 377.033 dan
intubasi jalan nafas 437.185.

Pada biaya tidak langsung yang diperoleh dari biaya depresiasi yaitu
depresiasi gedung sebesar 15.000.00, pada depresiasi alat non medis adalah
2.295.000 sedangkan pada biaya operasional hanya biaya bahan habis pakai (non
medis) yang memperoleh biaya tidak langsung yaitu sebesar 323.000 dan total
biaya aslinya sebesar 17.433.000

Sedangkan pada perhitungan unit cost memasukan nilai biaya langsung 11


produk pelayanan. Sedangkan pada biaya tidak langsung primer pertindakan
memasukan nilai masing masing kelas aktivitas primer dari pembebanan biaya
aktivitas penunjang (sekunder) ke aktivitas produksi primer dan selanjutnya
memasukan kemasing-masing unit cost 11 produk pelayanan dengan
memperhatikan primernya yang sesuai dengan produk tersebut. Berdasarkan hasil
analisis dengan menggunakan activity based costing untuk semua variable atau
kategori untuk jahit luka kecil biaya satuan (unit cost) yang di dapat yaitu
832.532, jahit luka sedang 291.688, jahit luka besar yaitu 349,153, DC shock
yaitu 73,095, pembersian luka sederhana yaitu 85.793, pembersihan luka kotor
yaitu 82.071, pembersian luka sangat kotor yaitu 81.392, resusitas yaitu 642.545,
pemeriksaan EKG yaitu 46.178, saction jalan nafas yaitu 378.742 dan intubasi
jalan nafas yaitu 439.065.
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada Metode Step Down dilakukan distribusi biaya unit penunjang kepada unit
penunjang lain dan unit produksi. Caranya, distribusi biaya dilakukan secara
berturut-turut, dimulai dengan unit penunjang yang biasanya terbesar. Biaya unit
penunjang tersebut didistribusikan ke unit-unit lain (penunjang dan produksi yang
relevan).
Pada Metode Double Distribution, pada tahap pertama dilakukan distribusi
biaya yang dikeluarkan di unit penunjang lain dan unit produksi. Hasilnya
sebagian unit penunjang sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi
sebagian masih berada di unit penunjang.
ABC ( Activity Based Costing ) adalah metode penentuan biaya produk yang
pembebanan biaya overhead berdasarkan pada aktivitas yang dilakukan dalam
kaitannya dengan proses produksi.

B. Saran
Sebaiknya waktu dan tata pelaksanan yang diberikan kepada paratikan lebih
diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Indrasurya, B., AR, M., & Saifi, M. (2016). ACTIVITY BASED COSTING
(ABC) SYSTEM DALAM MENENTUKAN TARIF LAYANAN RAWAT
INAP (Studi Kasus Pada Rsud Dr. Harjono S. Kabupaten Ponorogo). Jurnal
Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 37(2), 128–136.
Putri, N. D, & Handayani, T, H. (2017). ANALISIS PERBANDINGAN
METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED
COSTING (ABC) UNTUK TARIF RAWAT INAP ( studi kasus pada RSUD
DR. saiful anwar (RSSA) kota malang ). Jurnal Administrasi Bisnis, 47(1),
16-24
Sulistyorini, N., & Moediarso, B. (2012). Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi
dengan Metode Distribusi Ganda. Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia,
14(3), 1–8.

Anda mungkin juga menyukai