PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh negara
untuk setiap warganya. Hak tersebut dinyatakan dalam UUD 1945 dalam
pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Salah satu perilaku masyarakat Indonesia yang berdampak
negatif bagi kesehatan individu dan lingkungan adalah merokok.
Rokok merupakan salah satu produk tembakau yang dimaksudkan
untuk dibakar, dihisap, dan dihirup yang mengandung nikotin. Asap yang
ditimbukan oleh pembakaran rokok dapat membahayakan masyarakat
dan lingkungan. Asap yang ditimbulkan oleh rokok tidak hanya dihirup
oleh orang yang merokok atau disebut dengan perokok aktif, tetapi juga
dihirup oleh orang lain yang berada disekitar si perokok atau biasa disebut
perokok pasif. Kerugian yang diakibatkan oleh rokok tidak hanya diterima
oleh orang yang merokok tetapi juga orang yang berada disekitar si
perokok. Tidak hanya itu asap yang ditimbulkan oleh rokok bisa menjadi
alat pencemar lingkungan karena asap yang dihasilkan oleh rokok yang
menjadi pemicu polusi udara.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa penyakit
yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan yang
paling utama di dunia. Dari setiap 10 orang dewasa yang meninggal di
dunia, 1 orang diantaranya meninggal karena disebakan oleh asap rokok.
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2010, lebih dari setengah perokok
meninggal diakibatkan oleh penyakit yang berhubungan dengan rokok.
Sebanyak 70% perokok di seluruh dunia berasal dari negara berkembang
seperti Indonesia. Hingga saaat ini 50% kematian akibat rokok ada di
negara berkembang.
Selain itu, penggunaan rokok merupakan salah satu faktor risiko
terbesar pada penyakit tidak menular dan penyakit menular, karena itulah
kebijakan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) telah diidentifikasi
sebagai strategi intervensi utama dalam pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan
untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena
lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini
perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk
melindungi masyarakat yang ada dari asap rokok.
Berdasarkan pengamatan secara individual yang telah dilihat selama
kurang lebih 15 bulan bekerja di RSUD Kota Manado, terdapat beberapa
isu atau masalah yang dianggap cukup menarik perhatian. Isu yang
pertama yaitu kurangnya penerapan hand hygiene oleh tenaga medis di
RSUD Kota Manado. Kurangnya penerapan hand hygiene oleh tenaga
medis di RSUD Kota Manado saat melakukan pelayanan kesehatan
terjadi karena berbagai faktor, salah satunya yaitu kurangnya
ketersediaan air bersih. Sehingga, hal ini berisiko menularkan penyakit
dari pasien ke pasien, dari pasien ke tenaga medis atau sebaliknya.
Isu kedua adalah belum optimalnya implementasi etika batuk di
RSUD Kota Manado. Batuk menjadi salah satu hal yang sangat ditakuti
karena bisa menjadi salah satu sumber penularan penyakit dengan jalur
penularan melalui udara. Kurangnya edukasi mengenai etika batuk dapat
mengakibatkan terjadinya penularan infeksi terhadap pasien lain, keluarga
/ pengunjung pasien, maupun tenaga kesehatan yang bertugas.
Isu ketiga adalah belum optimalnya penyebaran informasi kesehatan
tentang kawasan bebas rokok dilingkungan RSUD Kota Manado.
Terdapat begitu banyak pengunjung atau keluarga pasien, bahkan tenaga
medis yang masih mengkonsumsi rokok di seputaran rumah sakit.
Tentunya dengan keadaan ini memiliki dampak yang buruk yang dapat
merugikan orang lain misalnya dapat memperburuk keadaan pasien
akibat dari adanya asap rokok.
Isu keempat, belum optimalnya penerapan dan pelaksanaan sistem
triase di RSUD Kota Manado. Triase adalah suatu sistem pembagian atau
klasifikasi prioritas pasien berdasarkan berat ringannya kondisi pasien
atau kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triase,
perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (response time) untuk
mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu < 10
menit. Triase yang akurat merupakan kunci untuk tindakan yang efisien.
Isu kelima, sulitnya membatasi jumlah pendamping dan pengunjung
pasien selama perawatan di RSUD Kota Manado. Hal ini menjadi
permasalahan karena dapat menyebabkan waktu istirahat pasien menjadi
terganggu dan berpotensi mengganggu pasien yang lainnya juga.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan aktualisasi dan habituasi pelatihan dasar ini
adalah:
1. Mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN yang
BerAKHLAK yakni, Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif dalam menjalankan tugas
sebagai dokter umum di RSUD Kota Manado.
2. Mampu membuat kegiatan inovatif dalam rangka memecahkan isu
yang terjadi di RSUD Kota Manado
3. Mampu menyelesaikan isu-isu yang berkembang di tempat kerja
serta memberikan gagasan pemecahan masalah dengan
menerapkan nilai-nilai dasar ASN.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan kegiatan
aktualisasi dan habituasi pada pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
ini adalah:
1. Bagi peserta
a. Peserta dapat memahami praktik perilaku dan kode etik
BerAKHLAK serta menerapkannya dalam tugas pokok dan fungsi
kesehariannya sesuai masing-masing profesi.
b. Meningkatkan pengetahuan, kreatifitas, dan inovasi penulis
2. Bagi Instansi
a. RSUD Kota Manado sebagai instansi tempat bekerja untuk terus
berkembang sesuai visi dan misinya dan menciptakan terobosan-
terobosan baru dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
b. Tercapainya lingkungan kerja yang bebas dari asap rokok
3. Bagi Masyarakat
a. Membantu pasien dan keluarga pasien untuk terhindar dari
bahaya rokok
b. Mengoptimalkan penyebaran informasi kesehatan tentang
kawasan tanpa rokok di wilayah kerja RSUD Kota Manado
c. Masyarakat mendapat pengetahuan terkait hal-hal kawasan
tanpa rokok, bahaya rokok serta menimalisasi prevalensi
penyakit
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan aktualisasi dan habituasi ini dilaksanakan di
RSUD Kota Manado selama bulan Oktober 2023. Adapun kegiatan –
kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :
1. Konsultasi dan meminta persetujuan pimpinan / mentor
2. Pembuatan Standar Prosedur Operasional mengenai kawasan bebas
rokok di RSUD Kota Manado
3. Memasang tanda/tulisan dilarang merokok di lingkungan RSUD Kota
Manado
4. Memasang Gambar/Banner mengenai bahaya merokok di lingkungan
RSUD Kota Manado
5. Melakukan sosialisasi mengenai bahaya merokok pada penduduk,
pasien, maupun keluarga pasien di RSUD Kota Manado
6. Menyusun laporan aktualisasi
BAB II
DESKRIPSI LOKUS
A. Profil Organisasi
Wilayah kerja dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Manado adalah
Kota Manado dengan luas seluas 15.726 ha yang terletak di bagian utara
Pulau Sulawesi. Kota yang dikenal akan keramah-tamahan penduduknya
merupakan salah satu tujuan wisata dibagian timur Indonesia, apa terlebih
wisata bahari. Kota Manado berada di ujung utara Pulau Sulawesi dan
merupakan kota terbesar di Sulawesi Utara sekaligus juga sebagai
ibukota Provinsi. Secara geografis terletak di antara 10 25′ 88″ – 10 39′
50″ LU dan 1240 47′ 00″ – 1240 56′ 00″ BT, dan secara administratif
berbatasan dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Minahasa
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara dan
Kabupaten Minahasa
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi
Luas wilayah daratan adalah 15.726 ha. Manado juga merupakan
kota pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 km. Kota ini juga
dikelilingi oleh perbukitan dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya
didominasi oleh kawasan berbukit dengan sebagian dataran rendah di
daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40% dengan puncak
tertinggi di gunung Tumpa.
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau
Siladen dan pulau Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki
topografi yang bergelombang dengan puncak setinggi 200 meter.
Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau gunung dengan ketinggian ±
750 meter. Berdasarkan PERDA Kota Manado Nomor 2 Tahun 2012 kota
Manado dimekarkan kembali menjadi 11 kecamatan dengan 87
kelurahan. Tabel di bawah ini adalah daftar kecamatan beserta luas dan
jumlah kelurahannya, yaitu:
Tabel 1. Jumlah Kecamatan, Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan
Luas wilayah
No. Kecamatan Jumlah Kelurahan
(Km2)
1. Bunaken 36,19 5
2. Bunaken Kepulauan 16,85 4
3. Malalayang 17,12 9
4. Paal Dua 8,02 7
5. Mapanget 49,75 10
6. Sario 1,75 7
7. Singkil 4,68 9
8. Tikala 7,10 5
9. Tuminting 4,31 10
10. Wanea 7,85 9
11. Wenang 3,64 12
1. Jenis Pelayanan
1.1. Pelayanan Medik dan Penunjang Medik
a. Pelayanan medik umum
Pelayanan medik dasar
b. Pelayanan medik spesialis
Pelayanan medik spesialis dasar (pelayanan anak, pelayanan
peyakit dalam, pelayanan bedah, obstetri dan ginekologi)
Pelayanan medik spesalis lain (mata, saraf, rehabilitasi medik
dan akupuntur)
c. Pelayanan medik subspesialis
Pelayanan medik subspesialis dasar
Pelayanan medik subspesialis lain
1.2. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
a. Pelayanan asuhan keperawatan
Pelayanan asuhan keperawatan generalis
Pelayanan asuhan keperawatan spesialis
b. Pelayanan asuhan kebidanan
1.3. Pelayanan kefarmasian
a. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis
pakai yang dilakukan oleh instalasi farmasi system satu pintu
b. Pelayanan farmasi klinik
1.4. Pelayanan penunjang
a. Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga kesehatan
Pelayanan laboratorium
Pelayanan rekam medik
Pelayanan darah
Pelayanan gizi
Pelayanan sterilisasi yang tersentral
Pelayanan penunjang lain
b. Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga non kesehatan
Manajemen Rumah Sakit
Informasi dan komunikasi
Pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan
Pelayanan laundry/binatu
Pemulasaraan jenazah
Pelayanan penunjang lain