Dosen Pembimbing
Disusun oleh:
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Pengertian Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik (SN) adalah penyakit pada ginjal yang menyebabkan tubuh terlalu
banyak membuang protein lewat urin. Penyakit ini dapat dialami oleh siapa saja. Namun,
umumnya pertama kali diketahui pada anak- anak dengan puncak insiden pada usia 2- 5
tahun. Di Indonesia, terdapat sebanyak 150.000 kasus sindrom nefrotik setiap tahunnya.
Sindrom nefrotik meliputi gejala berupa:
- Albuminuria – jumlah protein albumin yang banyak dalam urine
- Hiperlipidemia – jumlah kolesterol dan lemak yang tinggi dalam darah
- Edema – pembengkakan yang umumnya terjadi pada kaki, tangan, atau wajah
- Hipoalbuminemia– jumlah protein albumin yang rendah dalam darah
Albumin merupakan protein yang bersifat seperti spons karena dapat menyerap air
berlebih dalam tubuh, membawanya pada aliran darah, kemudian dibawa ke ginjal untuk
dikeluarkan dari tubuh. Ketika albumin keluar secara berlebih dalam urine atau terjadinya
albuminuria, maka tubuh akan kehilangan kapasitas untuk menyerap air yang berlebih. Maka
dari itu, tubuh akan mengalami edema atau pembengkakan. Sindrom nefrotik terjadi karena
adanya masalah pada sistem penyaringan ginjal. Ginjal memiliki komponen penyaring yang
disebut dengan glomeruli. Glomeruli adalah kumpulan pembuluh darah yang sangat kecil,
yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa metabolisme tubuh dan mengeluarkan cairan
berlebih. Cairan dan sisa metabolisme tersebut kemudian menjadi urine dan dialirkan ke
kandung kemih. Saat darah melewati ginjal yang sehat, glomeruli akan menyaring sisa-sisa
metabolisme (metabolit), sehingga metabolit yang masih diperlukan oleh tubuh akan terserap
kembali, dan yang tidak dibutuhkan akan dibuang. Namun jika terjadi kerusakan pada
glomeruli, maka dapat terjadi kebocoran pada ginjal, sehingga protein seperti albumin yang
semestinya ditahan dalam tubuh, dapat keluar ke dalam urine. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya albuminuria.
Penanganan/Pengobatan Sindrom Nefrotik
Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengobati sindrom nefrotik.
Biasanya, penderita akan memerlukan rawat inap dan akan diberikan obat kombinasi diuretik
(loop diuretic dan thiazide) untuk mengurangi bengkak. Kemudian, dokter biasanya akan
memberikan obat penghambat ACE (Angiotensin-Converting Enzyme) atau ARB
(Angiotensin Receptor Blocker) sebagai antiproteinuria dan obat golongan statin untuk
mengobati hiperlipidemia. Penyebab mendasar juga perlu diobati untuk menuntaskan
penyakit ini. SN yang disebabkan oleh sebab primer biasanya akan diobati dengan golongan
kortikosteroid. Sedangkan, penyebab sekunder akan ditangani sesuai penyakit yang
mendasarinya.
Selain cara-cara tersebut, pasien juga ditangani secara nonfarmakologis agar penyakit
tidak semakin parah. Penderita SN harus menjaga asupan dietnya. Pola makan yang
dianjurkan untuk pasien SN adalah rendah garam (Na <2 g/hari), rendah lemak jenuh serta
rendah kolesterol. Asupan protein juga harus ditingkatkan sebanyak 0,8 g/KgBB/hari
ditambah dengan ekskresi protein dalam urin selama 24 jam. Jika fungsi ginjal menurun,
asupan protein diturunkan menjadi 0,6 g/KgBB/hari ditambah dengan ekskresi protein dalam
urin selama 24 jam.
Penderita juga disarankan untuk membatasi asupan cairan untuk membantu
mengurangi bengkak. Selain itu. Sebaiknya penderita menghindari obat-obatan yang bersifat
merusak ginjal, seperti obat golongan OAINS, antibiotik golongan aminoglikosida,
dan sebagainya.
Tujuan Diet :
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faal ginjal dan
meningkatkan keseimbangan nitrogen
2. Meningkatkan albumin plasma dan mencegah dan atau mengurangi retensi
garam/air
3. Memperbaiki status protein & mengganti protein yang keluar bersama urin
4. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
5. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida
6. Mengontrol hipertensi
Syarat Diet :
1. Diberikan sesuai kebutuhan menurut umur, untuk mencapai keseimbangan
nitrogen positif, energi diberikan 20-50% diatas kebutuhan normal, sktar 35
Kal/kgBB/hr
2. Lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total. Perbandingan lemak
jenuh, lemak jenuh tunggal dan lemak jenuh ganda adalah 1:1:1
3. Protein sedang yaitu 1,08 g/kg BB atau 0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein
yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan dengan memberikan protein yang tinggi
bertujuan untuk meningkatkan sintesis albumin pada hati dan proteinuria akibat
perubahan glomerular permeability selectivity dan tidak meningkatkan protein
tubuh
4. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi, utamakan penggunaan karbohidrat
kompleks
5. Natrium dibatasi disesuaikan beratnya edema ( 1-4 g/hari)
6. Kolesterol dibatasi < 300 mg/hari
7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin
ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernapasan
Makanan Lunak
Diet makanan lunak adalah diet makanan yang dilakukan dalam waktu jangka pendek
yang direncanakan untuk membiarkan pencernaan sedikit beristirahat. Diet makanan ini
mengharuskan seseorang mengkonsumsi makanan rendah serat yang mudah di telan dan
dicerna. Hal ini umumnya diresepkan oleh dokter bagi mereka yang menderita sakit maag
atau telah menjalani bedah mulut, gigi atau sistem pencernaan. Pada dasarnya diet ini adalah
sebagai diet transisi yang membantu sistem pencernaan agar berfungsi dengan baik kembali.
Makanan pada diet ini biasanya rendah serat, bertekstur lembut, makanan yang dicincang
atau dihaluskan sehingga tidak perlu dikunyah. Makanan rendah serat mengurangi tekanan
pada perut dan usus kecil. Diet makanan lunak tergantung pada kondisi medis pasien untuk
seberapa lama mengkonsumsi diet ini. Untuk mempercepat proses pemulihan, kita harus
mengetahui makanan apa yang sebaiknya dianjurkan dan yang makanan apa yang sebaiknya
dihindari.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan Umum
Mampu mengolah dan menyajikan berbagai macam jenis makanan diet untuk
penyakit sindrom nefrotik pada anak sesuai standar dietetika
Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengetahui berbagai bahan makanan yang merupakan resep untuk pembuatan
jenis makanan diet penyakit sindrom nefrotik pada anak sesuai standar dietetika
2. Melakukan perencanaan biaya dari bahan makanan sesuai resep.
3. Melakukan persiapan dan mengolah resep salah satu jenis makanan diet penyakit
sindrom nefrotik pada anak yang sesuai dengan resep.
4. Melakukan penyajian makanan sesuai yang diolah.
5. Menghitung nilai gizi dari makanan yang diolah.
Snack pagi
(Salad buah)
3. Biaya
4. Presentasi
Kreatifitas
Penyajian
Penyajian dalam pembuatan menu sehari untuk makanan “Diet Sindrom Nefrotik
Pada Anak” yaitu sudah kreatif dalam memilih menu, dan untuk kebutuhan nilai
gizinya sudah sesuai standar berdasarkan buku penuntun dietetika.
Garnish
Dalam penyajian kami tidak menambahkan garnish di setiap makanan seperti
menu makan pagi, menu makan siang dan menu makan malam.
Citra rasa
Cita rasa dari menu sehari yang sudah dipraktekkan itu sudah enak, dan rasanya
sudah pas dalam penambahan bumbu maupun bahan pelengkap.
Tekstur
Tekstur (tingkat kematangan) dari menu sehari yang sudah dibuat yakni sudah pas
yaitu jenis makanan lunak dan sesuai dengan menu dan resep yang dibuat
Porsi
Porsi yang didapatkan dari menu sehari tersebut yaitu setiap menu mendapatkan 1
porsi dimana pada sarapan pagi kami menyajikan bubur nasi dengan berat 75 gr,
ayam saos tomat seberat 100 gr, sup sayur wortel buncis dengan berat 100 gr.
Selingan pagi kami menyajikan salad buah dengan berat 100 gr. Makan siang kami
menyajikan bubur nasi dengan berat 125 gr, udang saos tomat dengan berat 100 gr,
sayur bening dengan berat 100 gr dan buah jeruk dengan berat 60 gr. Selingan sore
kami menyajikan pudding susu dengan berat 100 gr. Makan malam kami menyajikan
bubur nasi dengan berat 90 gr, sup sayur bayam wortel dengan berat 100 gr, telur
dadar dengan berat 100 gr, dan buah apel dengan berat 50 gr.
Waktu
Waktu yang diperlukan untuk mengolah menu untuk makanan lunak dengan dari
proses persiapan bahan makanan, pengolahan menu makanan sehari hingga
menyajikan sarapan pagi, selingan pagi, makan siang, selingan sore, dan makan
malam makanan adalah 2 jam.
V. PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kelompok kami membuat hidangan makanan menu
sehari yaitu menu “Diet Sindrom Nefrotik Pada Anak”.
B. Hambatan
Tidak adanya hambatan atau kendala yang kelompok kami alami selama
proses pengolahan menu sehari makanan lunak
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/44647/3/Bab_2_-_Bab_II_Tinjauan_Pustaka.pdf