Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gizi sangat erat kaitanya dengan makanan. Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh karena
fungsinya yang dapat menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan.
Di Indonesia masih memiliki beberapa masalah ketertinggalan dan kekurangan mengenai
status gizi dibandingkan dengan negara lain, seperti masalah kekurangan atau defisiensi Vitamin
A dan defisiensi zat besi (Fe) atau Anemia.
Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan utama di negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia. KVA terutama sekali mempengaruhi anak kecil, diantara mereka
yang mengalami defisiensi dapat mengalami xerophthalmia dan dapat berakhir menjadi kebutaan,
pertumbuhan yang terbatas. Anak yang menderita KVA mudah sekali terserang infeksi seperti
infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak
tersebut menurun.. Kurangnya konsumsi makanan (< 80 % AKG) yang berkepanjangan akan
menyebabkan anak menderita KVA, yang umumnya terjadi karena kemiskinan, dimana keluarga
tidak mampu memberikan makan yang cukup. Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih
membutuhkan perhatian yang serius. Oleh karena itu dirasakan perlunya Program penanggulangan
masalah KVA bertujuan untuk menurunkan prevalensi KVA terutama ditujukan kepada kelompok
sasaran rentan yaitu balita dan wanita yang berada pada usia reproduksi.
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada anak Balita sudah dilaksanakan
secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin A setiap 6 bulan, dan
peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin A. Dua survei terakhir tahun 2007 dan
2011 menunjukkan, secara nasional proporsi anak dengan serum retinol kurang dari 20 ug sudah
di bawah batas masalah kesehatan masyarakat, artinya masalah kurang vitamin A secara nasional
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes, 2012).
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat, dan pada
test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari
normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan
oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu
prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi
seperti zat besi. . Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya
dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien. Untuk lebih jelasnya penulis memaparkan lebih
rincinya pada materi dibawah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1
1. Apa itu Kekurangan Vitamin A dan Anemia?
2. Apa fungsi dari vitamin?
3. Bagaimana Gejala yang ditimbulkan dari Kekurangan Vitamin A dan Anemia?
4. Apakah Penyebab dari Kekurangan Vitamin A dan Anemia?
5. Apasaja Faktor-Faktor yang menyebabkan Kekurangan Vitamin A dan Anemia?
6. Bagaimana langkah awal untuk melakukan pencegahan Kekurangan Vitamin A dan
Anemia?
7. Hal apa saja yang dapat dilakukan untuk melakukan pengobatan pada penderita Anemia?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah dimaksudkan untuk agar kita dapat:
1. Mengetahui apa itu Kekurangan Vitamin A dan Anemia
2. Mengetahui fungsi dari Vitamin
3. Mengetahui Gejala yang di timbulkan dari Kekurangan Vitamin A dan Anemia
4. Mengetahui penyebab yang terjadi pada Kekurangan Vitamin A dan Anemia
5. Mengetahui Faktor pendorong terjadinya Kekurangan Vitamin A dan Anemia
6. Mengetahui cara untuk melakukan Kekurangan Vitamin A dan Anemia itu tidak terjadi
7. Mengetahui pengobatan yang tepat untuk penderita Anemia

BAB II

2
MASALAH GIZI UTAMA DI INDONESIA “KVA DAN ANEMIA”

2.1 MASALAH GIZI UTAMA DI INDONESIA“KEKURANGAN VITAMIN A”

A. Pengertian Vitamin A
Vitamin A ditemukan dalam bahan-bahan makanan yang berlemak. Provitamin A adalah
pigmen yang berwarna kuning. Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas,asam dan alkali
dan mempunyai sifat yang lebih mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada
susu tinggi bersama udara, sinar dan lemak yang sudah tengik.sayuran dan buah-buahan yang
berwarna hijau atau kuning biasanya banyak mengandung karoten. Wortel, ubi jalar dan waluh
kaya akan karoten.
Mekanisme keterkaitan antara vitamin A dan anemia terjadi melalui beberapa
kemungkinan yaitu (MIP, 2000; West et al., 2007) regulasi eritropoietin, diginjal, mobilisasi zat
besi dan cadangan ke sirkulasi transferin, meningkatkan resistensi tubuh dari infeksi, dan
meningkatkan penyerapan zat besi didalam usus.
Terkait pengaruh vitamin A dan zat besi, dijelaskan oleh banyak studi bahwa dengan
pemberian suplemen vitamin A akan memperbaiki zat besi. Studi pada anak-anak yang menderita
defisiensi vitamin A (ringan-sedang) menunjukkan bahwa anak-anak tersebut cenderung
mengalami anemia. Vitamin A menjadi penyebab sekitar 4-10% variasi konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan Hb terlihat signifikan dengan pemberian suplementasi vitamin A 240 RE per hari,
dan seningkat jika dikombinasikan bersama dengan zat besi. Bahkan suplemen vitamin A sendiri
akan meningkatkan indikator SF dan TS.
 Kurang Vitamin A (KVA)
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang infeksi yang sering menyebabkan kematian pada
anak-anak. Penyebab masalah adalah kemiskinan dan kurangnya pengetahuan
tentang gizi.

B. Fungsi Vitamin

Vitamin mempunyai fungsi yang spesifik sesuai dengan fungsi spesifik sesuai dengan
fungsi spesifik sebagai biokatalisator atau sebagai koenzim. Sebagai contoh adalah sebagai
koenzim metabolism karbohidrat lemak protein, dan lain-lain. Oleh karena itu, kekurangan vitamin
yang dikenal dengan avitaminosis akan berdampak buruk pada kesehatan dan gangguan fungsi
biologis organ atau sistem.
Fungsi vitamin:
 Sering terjadi pada vit A, D, E, K (lipofil) dan tidak pada vit B kompleks dan C
(hidrofil, yang jika kelebihan bisa dibuang melalui urine).
 Hipervitaminosis A: sakit kepala, muntah-muntah, kelainan kulit, sakit tulang,
penghambatan pertumbuhan.
 Hipervitaminosis C: agressor kuat pada lambung akibat dari HCl lambung yang
meningkat, radang usus, maag, dan lain-lain.

3
C. Defesiensi Vitamin A
Kekurangan atau defisiensi vitamin A telah diselidiki sejak permulaan abad XX dalam
rangka penelitian gizi para karyawan perkebunan kolonial. Setelah fungsi dan pathologi dari
defisiensi Vitamin A semakin banyak diketahui dan banyak ahli yang mengadakan penelitian
kesehatan gizi Vitamin A, menjadi semakin jelas bahwa kasus defisiensi Vitamin A di Indonesia
terdapat cukup banyak.

D. Gejala-Gejala Defisiensi Vitamin A


Gejala-gejala yang menyerang sistem tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang
menggugah kekhawatiran tersebut dan tidak ada laporan penderita defisiensi Vitamin A yang
meninggal secara jelas disebabkan langsung oleh penyakit tersebut.
Gambaran defisiensi vitamin A yang menyangkut kondisi mata disebut xerophthalmia.
Banyak kasus Xerophthalmia yang berakibat gangguan penglihatan yang permanen,
bahkan menjadi buta, Padahal kondisi ini dapat diobati atau dihindarkan dengan mudah dan
biayamurah.

E. Faktor-Faktor Penyebab Defisiensi Vitamin A


Faktor-faktor penyebab vitamin A ini multiple. defisiensi vitamin A primer disebabkan
oleh kekurangan vitamin tersebut, sedangkan defisiensi sekunder karena absorpsi dan utilisasinya
yang terhambat. Berikut adalah faktor-faktornya:
a. Pengetahuan gizi kurang
Seseorang yang berpendidikan umum rendah cenderung memiliki pengetahuan
tentang gizi yang kurang. Akibatnya kebiasaan pola makan salah, sehingga
konsumsi vitamin A dan karotin nya kurang.
b. Daya beli rendah
Daya beli yang rendah bisa disebabkan oleh susahnya mencari pekerjaan ataupun
gaji yang kecil. Karena daya beli yang rendah akibatnya tidak sanggup membeli
bahan makanan hewani maupun nabati yang kaya Vitamin A dan karotin tersebut.
c. Tidak suka sayur dan buah
d. Konsumsi lemak dan protein yang rendah
Rata-rata hidangan rakyat umum Indonesia mengandung rendah lemak dan protein.
Sedangkan Lemak dan protein dibutuhkan untuk metabolisme vitamin A.
Akibatnya jika kurang asupan lemak dan protein absorpsi dan utilisasi terhambat
e. Kurang kebersihan
Kebersihan yang tidak dijaga menimbulkan infeksi dan infestasi parasit, akibatnya
menyebabkan penyakit diarrhoea dan steatorrhoea yang juga menghambat
penyerapan vitamin A dengan prekursornya.

F. Penyebab terjadinya KVA

4
Menurut Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya
cadangan vittamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin
A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik pada mata. Gangguan gizi
kurang vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan kemiskinan, pendidikan rendah,
kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi tidak diberi
kolostrum dan disapih lebih awal, pemberian makanan artifisialyang kurang vitamin A.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok
bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih
beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak
yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai 2 tahun, anak yang tidak mendapat
makananpendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau
dibawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC,
pneumonia)dan cacingan, anak dari keluarga miskin, Anak yang tinggal di daerah dengan sumber
vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di
posyandu maupun puskesmas.
G. Diagnosa Defisiensi Vitamin A
Kadar vitamin A didalam darah yang dianggap normal di Indonesia ialah 20 ug/dl atau
lebih. Kadar 10-20 ug/dl masih dianggap aksestabel, meskipun sudah meningkatkan resiko
timbulnya gejala-gejala (hypovitaminosis). Kadar kurang dari 10 ug/dl sudah dianggap menderita
defisiensi Vitamin A.
H. Pencegahan Penyakit Kekurangan Vitamin A(KVA)
Pencegahan penyakit kekurangan vitamin A dapat dilakukan dengan pemberian oral
massive dose vitamin A emulsion dua kali setahun.
Penelitian dilakukan terhadap pemberian 200.000 Kesatuan Internasional(KI) vitamin A
dicampur dengan 20 Kl vitamin E dalam emulsi melalui mulut(oral) dua kali setahun kepada ana-
anak pra sekolah,dengan tujuan mencegah xerophthalmia. Hasil penelitian terhadap anak-anak
yang diikuti selama satu tahun,menunjukan penyembuhan dan pengaruh pencegahan.Tanda dan
gejala xerophthalmia pada mata menyembuh dan kadar serum vitamin A meninggi.

2.2MASALAH GIZI UTAMA DI INDONESIA “ANEMIA”

A. Pengertian
5
 Menurut NACG 2001
Anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di zaman yang modern ini,kelompok
yang beresiko tinggi menderita anemia adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil,anak
usia sekolah,dan remaja. Meskipun demikian kelompok pria juga tidak terlepas dari risiko
menederita anemia.
 Menurut World Bank 2003
Pravelensi anemia di Indonesia termasuk berada pada kategori sedang,namun beberapa
daerah(provinsi,kabupaten/kota) pasti dijumpai jumlah prevelensi yang termasuk kategori
berat.
 Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar Hb dalam darah lebih rendah dari normal, akibat
kekurangan satu macam atau zat-zat gizi yang lain yang diperlukan untuk pembentukan
darah, (misalnya zat besi, asam folat, vitamin B16). (Chandra,2001).

B. Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)


Sejumlah zat gizi memegang peranan penting dalam pembentukan darah yang biasa
dimaksud dengan pembentukan darah ialah pembentukan Arythrocyt dengan hemoglobin
didalamnya. Zat-zat gizi yang berperan dalam pembentukan darah merah ialah protein,
vitamin dan mineral.

Jenis-jenis Anemia:
a. Anemia aplastic, keadaan ini dapat menyebabkan anemia seumur hidup karena
menurunnya kemampuan sumsum tulang memproduksi 3 jenis sel darah, yaitu sel darah
merah, sel darah putih, platelet. Infeksi yang sangat serius seperti hepatitis, paparan bahan
kimia beracun, atau efek pengobatan tertentu.
b. Anemia hemolitik, kelompok penderita ini mengalami kerusakan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembentukannya di sumsum tulang belakang. Penyakit darah tertentu
dapat mengakibatkan kerusakan sel darah merah dengan cepat. Gangguan imunitas dapat
menyebabkan tubuh memproduksi antibody untuk sel darah merah dan merusaknya lebih
cepat. Anemia ini menyebabkan kulit berwarna kuning (ikterus) dan limfa akan
membesar.
c. Anemia bulan sabit, anemia ini disebabkan faktor keturunan (etnis kulit hitam) yaitu
kerusakan bentuk hemoglobin yang menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti
bulan sabit bentuk yang tidak normal ini menyebabkan sel darah mati lebih awal, yang
mengakibatkan kekurangan sel darah merah kronis. Sel darah ini juga menyebabkan
terhambatnya aliran pembuluh darah kecil didalam tubuh, sehingga menimbulkan gejala
penyakit lainya.
d. Anemia fanconi, yaitu anemia yang sangat jarang terjadi serta anemia ini menyerang 1
dari 3 juta orang dan penyakit ini lebih kompleks dari anemia biasa. Anemia fanconi dapat
mempengaruhi setiap sel dalam tubuh dan menyerang sumsum tulang belakang sejak usia
dini, sehingga dapat mengancam kehidupan penderitanya, selain bermasalah dengan

6
sumsum tulang, anak-anak yang menderita anemia fanconi juga beresiko terkena terkena
kanker seumur hidupnya.
C. Gejala Anemia secara umum
Menurut University of North California, 2002 gejala yang ditimbulkan pada penderita
Anemia secara umu adalah :
1. Cepat lelah
2. Pucat( kulit,bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan)
3. Jantung berdenyut kencang saat melalukakn aktivitas ringan
4. Napas tersenggal/pendek saat melakukan aktivitas ringan
5. Nyeri dada
6. Pusing dan mata berkunang
7. Cepat marah (mudah rewel pada anak)
8. Tangan dan kaki dingin atau mati rasa

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak dijumpai diberbagai negara dan
mempunyai kuonseukuensi negatif terhadap kesejahteraan,kesehatan,sosial,dan ekonomi
masyarakat.
Gangguan fungsional anemia defesiensi zat besi berbeda-beda berdasarkan tahap
siklus kehidupan manusia,yaitu sejak kehamilan,bayi dan anak pra-sekolah,anak usia
sekolah,dan usia dewasa.
 Pada orang dewasa,anemia menyebabkan gangguan fungsi imun,mental,fisik,dan
termoregulasi serta menurunnya produktivitas kerja
 Pada anak,konsekuensi utama pada anak adalah ganggfuan kognitif dan pertumbuhan
pada anak
 Pada ibu hami,anemia dapat menyebabkan kematian tinggi pada kehamilan dan bayi

Konsekuensi klinis dari anemia defesiensi zat besi (IDA) adalah:

1. Gangguan mental dan motorik pada bayi.


Tinjauan dari lima studi pada anak di empat wilayah dengan budaya yang beebeda
menunjukan anemia menyebabkan rendahnya skor mental dan motorik.Skor yang
rendah ini cenderung terjadi pada penderita anemia yang berusia lebih dari tiga tahun
dibandingkan kurang dari tiga bulan,dan mempunyai konsentrasi hemoglobin kurang
dari 10,5 g/dl (anemia ringan). Studi tersebut juga menunjukan bahwa perbaikan status
zat besi tidak memperbaiki skor mental dan motorik dan kemungkinan dapat bersifat
permanen untuk usia selanjutnya.
2. Menurunnya kemampuan akademik anak sekolah dan remaja.
Berapa studi menunjukan adanya hubungan tersebut,tetapi AISAP menilai belum
banyak studi yang dilakukan dengan metode dan desain yang baik.Oleh sebab itu
belum jelas seberapa besar signifikan gangguan intelektual penderita anemia pada
anakusia sekolah dan remaja.

Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya,bahkan dampaknya


dinilai dengan masalah yang sangat serius terhadap kesehatan masyarakat. Masalah yang

7
sangat serius terhadap kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan yang berkaitan dengan
dengan anemia adalah:
1. Sekitar 20% kematian ibu hamil dan bayi baru lahir diakibatkan oleh anemia
2. Anemia pada wanita hamil mengakibatkn berat bayi lahir rendah(bblr) dan rawan
untuk meninggal saat perinatal
3. Defisit zat besi,baik anemia maupun non-anemia akan menurunkan produktivitas
kerja pada orang dewasa
4. Pada anak sekolah menyebabkan keterbatasan perkembangan kognitif sehingga
prestasi sekolah menurun

D. Penyebab Anemia
Anemia terjadi berbagai penyebab yang berbeda disetiap wilayah di
Indonesia.Akan tetapi yang paling sering terjadi,anemia disebabkan oleh:
1. Rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya,yang disebabkan oleh konsumsi
pangan sumber zat besi. Zat gizi lain yang menyebabkan terjadinya anemia adalah
kekurangan vitamin A,C,Asam Folat,Ribovlavin,dan vitamin B12.
2. Penyerapan zat besi yang rendah,disebabkan oleh komponen penghambat di dalam
makanan sepertifitat. Rendahnya zat besi pada pangan nabati,menyebabkanb zat besi
tidak dapat diserap dan digunakan oleh tubuh.
3. Malaria,terutama pada anak-anak dan wanita hamil .
4. Parasit,seperti cacing (hookworm) dan lainnya(skistosomiasis).
5. Infeksi,akibat penyakit kronis maunpun sistemik (misalnya: HIV/AIDS)
6. Gangguan genetik,seperti hemoglobinopati dan sickle cell trait

E. Pencegahan Anemia
Menurut Tarwoto,dkk(2010) ,upaya untuk mencegah anemia antara lain adalah sebagai
berikut:
1.Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging,ikan,ayam,hati,telur) dan dari bahan nabati(sayuran yang berwarna hijau
tua,kacang-kacangan dan tempe)
2.Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi,misalnya: jambu,jeruk,tomat,dan nanas
3.Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengantung vitamin C (daun
katuk,daun singkong,bayam)
4.Minum 1 tablet penambah darah setiap hari,khususnya saat mengalami haid
5.Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat,serta mengurangi konsumsi
makanan cepat saji yang dapat mempengaruhi pola makan
6.Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia,segera konsultasikan ke dokter untuk
dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan

F. Pengobatan Anemia

8
Menurut Handayani dan Haribowo (2008),pada setiap kasus Anemia perlu diperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut ini:
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakan
b. Terapi yang diberikan atas indikasi yang jelas,rasional,dan efesien.

Jenis-jenis terapi yang diberikan adalah:


a. Terapi gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung,maka harus segera diberikan terapi darurat
dengan tranfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan
payah jantung tersebut.
b. Terapi khas untuk masing-masing anemia
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai,misalnya preparat besi untuk
anemia defesiensi besi
c. Terapi kausal
Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi
penyebab anemia. Misalnya: anemia defesiensi besi yang disbabkan olehbinfeksi
cacing tambangharus diberikan obat anti-cacing tambang
d. Terapi ex-juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosisdapat dipastikan,jika terapi ini
berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi ini hanya dilakukan jika tidak
tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi,pada pemberian terapi jenis ini,penderita
harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respons yang baik,terapi diteruskan,tetapi jika
tidak terdapat respons maka harus dilakukan evaluasi kembali.

G. Penatalaksanaan Pasien Anemia


1. Mengatasi penyebab pendarahan kronik,misalnya pada ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai.
2. Pemberian preparat Fe: Pemberian preparat besi: dosis 4-6 mg besi elemental/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini
diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar henoglobin normal
3. Bedah: untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti pendarahan karena
diverticulum meckel
4. Suportif: Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani(limfa,hati,daging) dan nabati(bayam,kacang-kacangan).

Prevalensi Anemia Gizi Besi Tahun 1989,1992,1995 Di Indonesia

9
Data tersebut menunjukan angka AGB(Anemia Gizi Besi) yang tinggi untuk semua
golongan,yaitu berkisar antara 40,5%-57,9%. Prevelansi AGB paling tinggi ternyata
terdapat pada usia >65 tahun(usia tua), yaitu masing-masing sebesar 57,7 dan 51,5%.
Prevalensi AGB tinggi terdapat baik pada laki-laki dan perempuan. Prevalensi AGB
untuk ibu hamil tahun 1995 turun bila dibandingkan dengan angka tahun 1992,yaitu
63,5% menjadi 50,9%.
Penyebab masalah AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk
mengkonsumsi makanan sumber zat besi,terutama dengan ketersediaan biologis tinggi
(asal hewan),dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah pada saat haid
dan persalinan.

BAB III

10
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Vitamin A sangat dibutuhkan khususnya untuk kesehatan mata. Apabila kekurangan maka
penderitanya disebut Xerophthalmia. , kekurangan vitamin yang dikenal dengan avitaminosis akan
berdampak buruk pada kesehatan dan gangguan fungsi biologis organ atau sistem. Pencegahan
penyakit kekurangan vitamin A dapat dilakukan dengan pemberian oral massive dose vitamin A
emulsion dua kali setahun.
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar Hb dalam darah lebih rendah dari normal.
Adapun tanda anemia adalah cepat lelah, pucat , nyeri dada, pusing dan mata berkunang, tangan
dan kaki dingin atau mati rasa. Adapun cara untuk mencegah anemia adalah makan makanan yang
banyak mengandung zat besi.

3.2 SARAN
Masalah yang timbul dari kebiasaan masyarakat yang mungkin masih kurang peduli
terhadap gizi generasi muda bangsa ini sudah seharusnya dapat menjadi permasalahan yang dapat
ditangani dengan cepat dan tepat,karena permasalahan tersebut biasanya timbul akibat bagaimana
perilaku dari masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai