Anda di halaman 1dari 57

SAP EPIDEMIOLOGI

I. Deskripsi Singkat Epidemiologi


Ilmu yang mempelajari tentang sebaran (distribution) dan faktor ( determinant)
dari frekuensi penyakit pada populasi ( Manusia).

Distribusi frekuensi penyakit : ukuran frekuensi penyakit ( incidence dan atau


prevalence)

Distribusi penyakit dan determinantnya dapat kita lakukan pendekatan


(approach) dengan pengelompokan: orang ( person), tempat ( plae) dan
waktu (time)

Perkembangan alamiah pemikiran epidemiologi:


1. Kecurigaan atas faktor pajanan ( exposure) yang mempengaruhi
terjadinya penyakit. Dapat muncul dari praktek klinik, penelitian
laboratorium, pengamatan pola penyakit, studi korelasi, laporan kasus
(epidemiologi deskriptif)
2. Formulasi hipotesis tertentu
3. Melakukan penelitian epidemiologi untuk menguji hubungan antara
pemajanan (exposure) dan penyakit (epidemiologi analitik). Dalam
pengujian ini harus diperhatikan faktor peluang (chances), bias dan
confounding)
4. Keputusan apakah hubungan yang didadapat merupakan hubungan
sebab akibat harus memperhatikan hasil penelitian lainnya, kekuatan
hubungan, arah waktu (temporal ambiguity)

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mengikuti pelajaran epidemiologi mahasiswa mampu menjelaskan


karakteristik penyakit yang berkaitan dengan penularan, penyebaran,
faktor yang berpengaruh meliputi kondisi lingkungan, penyebab penyakit,
faktor risiko lainnya serta cara-cara penanggulangannya yang tepat
melalui pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi serta
penyebaran informasi untuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
usaha kesehatan untuk tujuan pencegahan, pengobatan dan promosi
kesehatan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1) Setelah mengikuti pelajaran epidemiologi peserta mampu
menjelaskan pengertian epidemiologi,pendekatan epidemiologi
untuk penyakit dan intervensi penanggulangannya
2) Setelah mengikuti pelajaran mahasiswa mampu menjelaskan
tujuan epidemiologi
3) Setelah mengikuti pelajaran epidemiologi mahasiswa mampu
menjelaskan langkah-langkah kegiatan epidemiologi yang
meliputi:
1. Definisi Epidemiologi
2. Sejarah Epidemiologi
3. Tujuan Epidemiologi
4. Epidemiologi deskriptif dan analitik
5. Manfaat Epidemiologi
6. Jangkauan dan kegiatan epidemiologi
7. Strategi Epidemiologi & Hubungan kekuatan sebab akibat
8. Desain Penelitian Epidemiologi
9. Ukuran Frekuensi Penyakit
10. Standarisasi Epidemiologi
11. Angka Kasar, angka Spesifik dan Angka adjusted
12. Counfounding Faktor
13. Hubungan antara Host, Agent Dan Lingkungan (john
Gordon
14. Variabel Epidemiologi (time, Place, Person)
15. surveilans epidemiologi
16. Penyajian Data Epidemiologi
17. Investigasi wabah
18. Screening
19. Reabilitas dan validitas
20. Epidemiologi Descriptif
21. Epidemiologi analtik
22. epidemiology disaster

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Definisi Epidemiologi
2. Sejarah Epidemiologi
3. Tujuan Epidemiologi
4. Epidemiologi deskriptif dan analitik
Epidemiologi deskriptif: menggambarkan keadaan
- Case report
- Case series
- Corelative studies (time series,
ecological correlation
- Crossectional
- Menjawan pertanyaan siapakah,
dimana, bilamana.

Epidemiologi Analitik- menguji hipotesis, hubungan


sebab akibat
- studi Observasional
studi kasus—control
studi kohort-historikal
studi kohort-prospektif
- Studi Intervensi
Before & after without kcontrol
RCT
Community randomozed Trial
Menjawab pertanyaan mengapa.
5. Manfaat Epidemiologi dan Jangkauan dan
kegiatan epidemiologi
6. Strategi Epidemiologi & Hubungan kekuatan
sebab akibat
7. Desain Penelitian Epidemiologi
8. Ukuran Frekuensi Penyakit
9. Standarisasi Epidemiologi
10. Angka Kasar, angka Spesifik dan Angka adjusted
11. Counfounding Faktor
12. Hubungan antara Host, Agent Dan Lingkungan
(john
13. Gordon
14. Variabel Epidemiologi (time, Place, Person)
15. surveilans epidemiologi
16. Penyajian Data Epidemiologi
17. Investigasi wabah
a. Definisi
b. Komponen wabah
c. Pemastian terjadinya wabah.
d. Cara pengungkapan wabah

18. Screening, Reabilitas dan validitas


19. epidemiology disaster
a. Pengertian epidemiology disaster
b. Type Disaster
c. Siklus Penanggulangan Bencana
d. Analisis Permasalan
e. Kewaspadaan dini disaster
f. Permasalahan Kesehatan akibat bencana
dan solusinya

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pada sesi ini mahasiswa akan mempelajari 19 pokok bahasan dengan


masing-masing sub pokok bahasan. Berikut ini disampaikan kegiatan
pengajar sebagai fasilitator dan mahasiswa dengan lembar kerja masing-
masing. Pengajar/fasilitator mempergunakan lembar kerja pengajar (Power
Point/LCD/Laptop, Laser Pointer) mahasiswa menggunakan lembar kerja
mahasiswa.
V. URAIAN MATERI

MATERI 1.Pengertian epidemiologi


1.1 Definisi epidemiologi.
1) menurut asal kata: epi= pada, demos = penduduk/rakyat: logos=
ilmu (bhs Yunani).
Epidemiologi= ilmu yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada
rakyat.
2) Definisi lama : ilmu yang mempelajari penyebaran atau perluasan
suatu penularan penyakit di dalam suatu kelompok penduduk atau
masyarakat.
3) Definisi baru epidemiologi: ilmu yang mempelajari tentang distribusi,
frekuensi dan determinant penyakit pada populasi. (epidemiologi
mengukur suatu kejadian, mendistribusikan kejadian tersebut
menurut variabel orang, tempat, dan waktu, dan berupaya untuk
menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya kejadian itu.)
Distribusi: orang, tempat, waktu
Frekuensi: ukuran frekuensi: insiden dan atau prevalence
Determinant Risk Factors: berarti faktor yang mempengaruhi atau
faktor yang memberi risiko atas terjadinya penyakit atau masalah

1.2 .Sejarah epidemiologi


1) Generasi Pertama
(1) Hipocrates (460-377 SM). Epidemiologi pertama,
memperkenalkan istilah epidemic, endemic, menduga ada
hubungan antara penyakit dengan lingkungan (geografi, air,
iklim, kebiasaan makan, tempat tinggal, dll) mempengaruhi
keseimbangan tubuh.
(2) Galen (129-199): bapak fisiologi eksperimental, mengelaborasi
lebih lanjut teori hipocrates, cara hidup dan kondisi cairan tubuh
diduga berhubungan dengan kesehatan dan timbulnya penyakit.
(3) Thomas Sydenham (1624-1689): Dianggap hipocratesnya orang
inggris, sering dianggap bapak epidemiologi, menghubungkan
terjadinya penyakit dengan udara, air dan tempat.
(4) Noah Webster (1758-1843): epidemiologis amerika, wabah
berkaitan dengan lingkungan ttt, dokter sastrawan italy, populer
teori Contagion dan Germ, penularan penyakit dari orang ke
orang via partikel kecil tak tampak
(5) Igmatz Sem melwis (1818-1865) : Obgyn hongaria, child bed
fever berkurang karena dokter membasuh tangannya.
(6) Edwar Jenner (1770 akhir): penemu vaksin cacar yang efektif
(7) Louis Pasteur (1885) Demontrasi immunisasi rabies yang
effektif.

2) Kelahiran Statistik Kehidupan


(1) John Graunt (1662): berkontribusi penting dalam epidemiologi,
orang pertama yg menguantifikasikan pola penyakit penduduk,
menekankan pentingnya pengumpulan data secara rutin jadi
dasar epidemiologi modern, pencipta dasar statistik estimasi
popluasi dan kontribusi life table.
(2) William Farr (1880-): bapak statistik kehidupan dan surveillance
modern, mengembangkan analisa dan penggunaan statistik
kematian untuk evaluasi masalah kesehatan., mengembangkan
konsep populasi berisiko., meteda pemilihan group pembanding
yang tepat.

3). Study Epidemiology Klasik


a. James und (1753)- study eksperimental tentang sebab
dan pengobatn scurvy
b. PI Planum- study epidemiology klasik ttg campak
c. John Snow (1813-1858)- bapak epidemiologi lapangan,
postulat cholera ditularkan via air tercemar, metode
investigasi merupakan landasan langkah investigasi
wabah.
d. Josep Goldberger (1923)- pellagra bukan penyakit
infeksi.

4). Epidemiologi Modern


a. Doll dan Hill (1950) hubungan rokok dengan Ca Paru
b. Uji komunitas vaksil salk- uji komunitas vaksin polio.
c. Framinghart Heart study- kohort penyakit cardiovaskular.

1.3 Tujuan mempelajari epidemiologi


1. Menentukan besarnya masalah
2. Mengenal faktor penyebab dan cara transmisi
3. Mempelajari Riwayat alamiah pennyakit
4. dasar untuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian usaha
kesehatan untuk tujuan pencegahan, pengobatan penyakit dan
promosi kesehatan.

1.4.Manfaat epidemiologi
1. Mempelajari riwayat alamiah penyakit: untuk memahami trend-
prediksi kejadian penyakit, hasil studi untuk perencanaan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan.
2. Diagnosis Komunitas: Penyakit, kondisi, kecelakaan, gangguan,
kelainan, kecacatan- menyebabkan kesakitan, kematian dan
masalah kesehatan lain pada komunitas tertentu atau wilayah
tertentu.
3. Melihat risiko pada individu dan pengaruhnya pada populasi: faktor
risiko, masalah dan perilaku- pengaruhi kelompok penduduk,
penelitian dengan melakukan penilaian faktor risiko dan pendekatan
penilaian kesehatan--- penilaian penyakit dan risiko kesehatan,
skrining kesehatan dan pemeriksaan medis.
4. Penilaian dan evaluasi test: bagaimana kesehatan masyarakat
( pelayanan kesehatan ) dapat menjawab masalah dan kebutuhan
masyarakat. Pelajari efektifitas, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses
dan ketersediaan pelayanan kesehatan untuk menanggulanggi,
mencegah penyakit, kecelakaan, kecacatan atau kematian.
5. Menyempurnakan gambaran klinis: identifikasi, prosesdiagnosis,
ditentukan sebab dan akibat.
6. Identifikasi sindroma, bantu, mantapkan dan susun kriteria untuk
definisi sindroma tertentu.
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit: temuan-temuan untuk-
pengendalian, pencegahan, eliminasi penyebab- penyakit,
kecelakaan, kecacatan dan kematian

1.5 Jangkauan dan Kegiatan Epidemiologi

Penelitian
Pengembangan (R & D)

Orang, Tempat, waktu

Program Studi Deskriptif


Screning
massal

Administrasi
Pelayanan Penyusunan hipotesa dan
Kesehatan Analisis hasil pembentukan model
penelitian
Penanggulan
gan
epidemiologi Studi
analitik

Pengamatan
epidemiologi
Observasional Eksperimental
Studi retrospektif Ekspe. Binatang
Studi prospektif Eksp. Manisia
Simulasi model
Trial obat
dan trial

1.6. Strategi Epidemiologi & Hubungan Kekuatan Sebab dan Akibat

Epidemiology: Mempelajari distribusi frekuensi suatu penyakit,


menentukan sebab akibat penyakit

Tujuan utama epidemiologi mencari hubungan kausal antara penyakit dan


keterpajanan terhadap lingkungan.

Langkah-langkah ilmiah: menelaah fakta dan hipotesis yang ada,


memformulasikanhipotesis yang baru dan lebih spesifik, mengumpulkan
fakta-fakta baru untuk menguji hipotesis yang dikemukakan di point
tersebut di atas.

Hubungan secara statistik: tidak ada hubungan secara statistik, atau


berhubungan secara statistik: tidak kausal, kausal ( tidak langsung atau
langsung)

Tidak ada hubungan secara statistik karena:


Sampel terlalu kecil, cara pengumpulan data salah, prosedur statistik tidak
kuat, power penelitian kurang ( belum tentu ada hubungan sebab-akibat-
IV warna- penyakit jantung—tak langsung; IV warna—sosek meningkat
dan pola makan.

Hubungan kausal:
1. Tak bisa sekedar melihat hubungan yang kuat saja
2. Butuh kriteria lain dari 2 hal yang sedang diselidiki
3. Kriteria Hill:
1) ukuran waktu: harus yakin faktor penyebab mendahului
faktorakibat; punya bobot paling besar dibanding point
lainnya.
2) Konsistensi: dilakukan ditempat-tempat berbeda punya
hasil yang sama.
3) Kekuatan hubungan: Diukur dengan relatif risk dan odd
ratio
4) Biologi gradient: dosis respons relationship makin besar
dosis pemajanan- frekuensi semakin besar., Time
response Relationship makin lama pajanan frekuensi
makin besar.
5) Specificity of effect: makin spesifik makin jelas
hubungannya; ada kuman TBC- orang jadi TBC;
Pembuktian kasus TBC harus mengandung kuman
TBC karena tak ada kuman lain penyebab TBC.
6) Colateral evidence and biological plausibility. Collateral
evidence: bukti lain membantu untuk mengambil
kesimpulan, mis: geografi, umur. Biological plausibility:
Apakah hubungan tsb dapat diterangkan secara biologi
atau= perlu bukti-bukti tambahan dari penelitian lain,
secara biologis dapat dimengerti, mungkin didukung
penelitian histipatologis.
7) Pembuktian kausal: bukan merupakan syarat pokok,
adalah pembuktian eksperimental, untuk pembuktian
tidak selalu dapat dipenuhi, sering controversial.
HIPOTHESIS:

Cara menyusun hypothesis:


a. metode perbedaan: ca cervix pada wanita umumnya dan pada
biarawati
b. Metode kecocokan: melihat hubungan dari kondisi berbeda: ca
cervix dengan : hubungan sexual pada usia muda, rekan sexual
yang banyak, sosio ekonomi rendah.
c. Metode concomitant variation: variasi berbarengan, variasi
keadaan dikuti keadaan lainnya, kota dengan populasi perokok
banyak—ditemukan tingkat kejadian bronghitis chronik meningkat:
setelah ada kampanye anti rokok- kejadian bronghitis chronik
menurun- diduga ada hubungan antara merokok dengan bronghitis
chronik.
d. Metoda analogy (kesamaan): menarik kesimpulan berdasarkan
kenyataan mirip, predominant genetika, penyakit keturunan
cenderung terdapat dalam satu keluarga- sering dianalogikan
sebagai penyakit keturunan.

Beberapa pertimbangan hipotesis: hipotesis mengaitkan hasil observasi dari


klinik, patologik dan laboratorium, kuatnya hubungan statistic, perubahan
frekuensi penyakit menurut satu kurun waktu, adanya kasus yang aneh dan
jarang terjadi, hasil pengamatan yang tampaknya saling bertentangan.
MATERI 2. DESIGN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
2.1. Ekperimental
2.2 Non Eksperimental=Observasional
1). Cohort
2) case- control
3) cross Sectional

2.1. Eksperimental:
1) Studi intervensi
2) Peneliti melakukan intervensi yang disengaja—untuk melihat efek
perlakukan tsb.
3) Terdiri dari : murni- pemilihan subyek secara acak, kuasi- tdk acak.

2.2. Non Eksperimental:


1) observasional hanya mengamati saja
2) tidak ada intervensi dari peniliti
3) terdiri dari : deskriptif: laporan kasus, studi korelasi, studi cross
sectional/survey, serial kasus.
Analitik: observasional analitik + ekperimental.

a. Observasional deskriptif: berupaya menggambarkan kejadian


berdasarkan OTW; Untuk menentukan perkiraan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
a.1. Cohort :
 Dimulai dengan melihat orang yang tak berpenyakit
 Ada 2 kelompok: kelompok 1 kelompok terpajan sedangkan
kelompok 2 kelompok tak terpajan.
 Diikuti- hitung incidence
 Dimensi arah waktu ke depan –for what
 Periksa dulu penyebab- ikuti terus- lihat penyebabnya
 Hasil lebih conclusive
 Perlu waktu lama biaya besar

a.2 Case Control

 Dimulai dari outcome


 Cari orang yang sakit- lihat apa yg mempengaruhibatau
penyebabnya
 Biasanya dilakukan dengan wawancara
 Bisa timbul bias
 Pertanyaan menggali pajanan yang lalu
 Relatif lebih cepat dan lebih murah
 Mungkin lebih mudah
 Hasil kurang conclusive dibanding cohort
 Back what
 Penelitian cohort dan case control- mungkin prospective
da retrospective
a.3. Cross Sectional
o termasuk penelitian deskriptif
o sudah mulai menganalisis
o terdisri 1 sampel
o tak menguji hipotesis kausal
o tak ada unsur waktu
o mengumpulkan data/peristiwa pada waktu yang sama

Yang termasuk penelitian analitik: eksperimental. Cohort, dan case


control.

HIPOTESIS EPIDEMIOLOGIS MENJELASKAN:


 Populasi ciri-ciri orang yang disebutkan dalam hipotesis
 Penyebab keterpajanan dalam lingkungan
 Akibat penyakit yang dimaksud
 Hubungan dosis jawaban, jumlah penyebab dibutuhkan
agar mencapai status tingkat tertentu.
 Hubungan waktu-jawaban-waktu antara pemajanan sampai
ditemukan akibat.

SEBAB PENYAKIT
1. Necessary: tanpa ada faktor ini- tak akan timbul penyakit;
penyakit TBC perlu ada kuman TBC.
2. Sufficient: Dengan tidak adanya faktor ini sudah cukup
menimbulkan akibat. Saraf mata putus—buta, tapi buta dapat
disebabkan oleh faktor lain.
3. Necessary & sufficient: Untuk mengakibatkan suatu penyakit
faktor tersebut harus ada, tapi bila penyakit tersebut ada, faktor
tersebut ada contoh HIV-AIDS—Untuk sakit AIDS perlu ada Hiv,
bila ada HIV cepat atau lambat akan timbul AIDS.
4. Contribulary:

Kuman Necesary
Manusia TBC
host
FC. Contribulary
Agent
Tak sakit Sakit
Environment
Mata
Rusak on Opticus

Trauma bola mata Sufficient


Buta
Tumor Otak di Pusat Lihat
Penyebab Penyakit Model Epidemiologi
1. Penyebab Tunggal—akibat tunggal
Penyebab-akibat

2. Penyebab majemuk-akibat tunggal


Penyebab-------
Penyebab------ Akibat
Penyebab--------

3. Penyebab Majemuk Akibat Majemuk


Penyebab
Akibat

Penyebab
Akibat

Penyebab Akibat
MATERI 3 UKURAN FREQUENSI PENYAKIT

Tiga Jenis ukuran :


1. Ukuran frekuensi penyakit
2. Ukuran assosiasi
3. Ukuran dampak potential

1. Ukuran Frekuensi Penyakit:


1) Menjelaskan tentang berapa sering suatu penyakit/peristiwa
peristiwa di bidang kesehatan terjadi di masyarakat.
2) Untuk mengukur besaran masalah, dan tingkat keganasan
3) Dalam praktek untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan
4) Adalah dasar epidemiologi deskriptif.

2. Ukuran Assosiasi
1) Mengukur keeratan hubungan assosiasi antara variabel
dependent dengan variabel independent
2) Memperlihatkan eratnya hubungan statistik antara suatu faktor
study dengan suatu penyakit/ masalah kesehatan tertentu
3) Dalam praktek untuk menilai faktor penyebab atau faktor
pencegah masalah kesehatan tertentu.

3. Ukuran Dampak Potential

1) memperkirakan contribusi status faktor studi terhadap


terjadinya/tercegahnya suatu masalah kesehatan tertentu
2) Dalam praktek untuk mengukur besarnya kontribusi suatu
program intervensi terhadap perbaikan derajat kesehatan
masyarakat.

Tiga perhitungan rumus matematik Umum


1) Proporsi
2) Rate
3) Ratio

1) PROPORSI
 Bilangan pecahan
 Nominator adalah bagian denominator
 Dapat dinyatakan dalam : persen (%): decimal—perkalian
seratus dari populasi, per mil 0/00
 Berkisar antara 0-100
 Tidak punya satuan
 Rentang 0-1
 Misal : proporsi mahasiswa wanita = jumlah wanita/jumlah mhs
pria dan wanita; proporsi penderita malaria = jumlah penderita
malaria / jumlah populasi ( bisa dikalikan 1005)
2) RATIO
 Pecahan
 Nominator tidak termasuk dalam denominator
 2 jenis ratio : a. Mempunyai ukuran satuan : jumlah dokter/100.000
penduduk, jumlah kematian bayi selama setahun/1000 KH
b.Tak mempunyai ukuran: numerator dan denominator punya satuan
sama: perbandingan antara proporsi 1 dan proporsi 2 , rentang 1- tak
terhingga.

3) RATE
 Punya pengertian ganda
 Sering diartikan sebagai : angka : CDR, CBR; Kecepatan: rate pada
spedo meter
 Merupakan kemampuan berubahnya suatu kuantitas bila terjadi
perubahan pada kuantitas lainnya: kuantitas lain sebagai patokan (ke-
2) = kuantitas waktu. Mis: Kecepatan kendaraan pada suatu saat
tertentu merefleksikan perubahan satuan jarak per perubahan satuan
waktu.
 Punya satuan ukuran: persatuan waktu
 Besarnya tak terbatas
 Rentang: 0 – tak terhingga
 Bentuk ukuran ini sering dicampur adukan dengan proporsi

KOMPONEN UKURAN FREKUENSI

1.Pembilang = numerator
 Frekuensi / jumlah kasus yang diamati
 Kasus : 1. arti kasus: subyek pengamatan yang alami kejadian atau
akibat yang tak diingini. 2. Berupa: penyakit: kecacatan produktivitas:
disiplin, kegagalan, ketidak patuhan: kematian dll.3 2 jenis kasus:
 Kasus incidence: mereflesikan proses patologis, memenuhi 2
persyaratan: perubahan status, periode pengamatan. Misal:
perubahan status: sehat-sakit-hidup-mati.
 Kasus prevalence: menggambarkan status kondisi, pada
waktu/periode tertentu, tidak mempermasalahkan perubahan status,
setiap kasus yg ditemui pada saat pengukuran --- dihitung, kasus yg
sudah sembuh atau mati – tdk dihitung.

2. Penyebut = Denominator
 Adalah population at risk
 Population at risk = sekelompok individu yg punya peluang untuk
mengalami kasus yang diamati.
 2 jenis populasi : 1. populasi terikat: populasi yg anggotanya telah
ditentukan sejak awal periode pengamatan & tak bertambah selama
masa pengamatan. 2 populasi dinamis: populasi yg selama periode
pengamatan, anggota populasinya dapat berubah bertambah atau
berkurang.
 Jenis status menentukan jenis ukuran frekuensi
 Ukuran frekuensi yang pembilangnya kasus incidence----ukuran
incidence
 Ukuran frekuensi yang pembilangnya kasus prevalence—ukuran
prevalence.

JENIS UKURAN FREKUENSI

1. Ukuran Incidence
Incidence rate = incidence density= ID
Incidence Risk = Cumulative Incidence = CI
2. Ukuran Prevalence

INCIDENCE
1. Menggambarkan kasus baru yang terjadi dalam periode tertentu
2. Kejadian penyakit atau perubahan dari status sehat menjadi status
sakit
3. Perhitungan ke dua ukuran incidence berbeda tergantung: jenis
populasi yang diamati, informasi tentang masa pengamatan setiap
anggota populasi at risk.
4. Ukuran incidence: a. Incidence rate= incidence density= ID; b.
Incidence risk= Cumulative incidence= CI.
5. Pemilihan ukuran incidence: - untuk interpretasi individu pakai :
incidence risk,- incidence rate tak punya interpretasi untuk individu; -
untuk menguji hipotesa etiologi yg spesifik, pilihan ukuran incidence
tergantung pada sifat penyakit dan masa pengamatan: * untuk penyakit
kronis--- pakai incidence rate: Pengamatan penyakit bersifat extended
risk period—dilakukan lebih pendek dimasa latent (masa inkubasi)
penyakit.
Untuk penyakit akut --- incidence risk; pengamatan penyakit bersifat
restricted risk--- dilakukan lebih panjang dari masa inkubasi penyakit.

A. Incidence Rate:
1. Incidence dencity =ID
2. Incidence rate rerata= average Incidence rate
3. Adalah perubahan/ potensi untuk berubah status penyakit—status
kesehatan tertentu di dalam suatu populasi per satuan unit waktu
4. untuk mengekur kecepatan terjadinya suatu kejadian dalam suatu
populasi
5. untuk menguji hipotesis pada penyakit kronis yg punya banyak factor
butuh pemaparan lama.
6. Istilah lain: risk instantaneous; hazar ( khusus bila yg diamati adalah
peristiwa kematian); person---time---incidence; farce morbidity.
7. Karakteristik: -tdk mempunyai interpretasi individu; -tdk perlu
pernyataan ttg periode pengamatan;- punya satuan yg dinyatakan
dalam unit satuan waktu;- Nilai 0—tak terhingga;- selalu dinyatakan
dalam hubungan dengan periode tertentu;- rumus – jumlah kasus baru
si penyakit/populasi yg punya risiko.
B. Perhitungan:
 Ukuran populasi tak dapat menyatakan sebagai fungsi
matematik dari waktu--- sulit mendapatkaninstanfaneus
incidence rate (incidence rate saat ini)
 Diganti dengan average incidence rate selama periode tertentu
—identik dengan kecepatan rata-rata
 3 perhitungan incidence rate:
- Metode kumulatif sederhana
- Metode acturial (metode life table)
- Metode pada populasi dinamis

 Metode kumulatif sederhana pada populasi terikat:


- perhitungan dengan metode populasi
sederhana dibedakan berdasarkan:
- Incidence rate selama periode (to.t)
- ID = d (to.t)/PT
- ID = incidence densiti
- D(to.t)= jumlah kasus incidence yang terjadi
selama perode (to.t)
- PT=jumlah person-time= jumlah seluruh
masa pengamatan yang disumbangkan oleh populasi
selama periode(to.t) (dinyatakan dalam orang
tahun,orang hari)
- Kelemahan rumus ini: harus diketahui
waktu timbulnya penyakit/dropped out secara pasti untuk
mendapatkan delta t setiap anggota populasi
- Jumlah PT dapat dihitung dengan 2 cara
tergantung pada informasi periode pengamatan setiap
individu
- Bila periode pengamatan setiap individu yg
bebas yg bebas penyakit—PT dihitung dengan
penjumlahan person time keseluruhan individu
- ID =d(to.t)/coti,Coti =jumlah periode
pengamatan yg dilakukan terhadap individu yg ke-i sejak
disertakan dalam studi sampai ditemukannya gejala
penyakit—sampai berhenti dari pengamatan.
- Alasan berhenti dari pengamatan karena :
- hilang dari pengamatan karena pibdah,tidak
kooperatif dsb
- meninggal karena sebab lain (bukan karena
penyakit yg diamati.
- berakhir masa penelitian
-penggunaan berbagai prosedur kedokteran yg
menyebabkan subyek tersebut kehilangan risiko
untuk terkena penyakit (mis imunisasi &
hystrectomi pada CA-uterus).

Metode Kumulatif Sederhana Pada Populasi Dinamis :


- Diasumsikan:
-Populasi dan distribusi umur= konstan sepanjang
waktu=steady state population
-PT= populasi bebas penyakit di pertengahan
periode pengamatan/lamanya masa pengamatan
ID=d (to-t)/NT
D(t0-t)=jumlah kasus yg terjadi selama periode
pengamatan.
NT= Jumlah populasi at risk pada pertengahan
masa pengamatan

-Metode Acturial
- Metode life table
-ID= d/(N-d+w)t-(d+w)T/2)

INCIDENCE RISK
1.= cumulative Incidence merupakan suatu proporsi
2 yaitu peluang seorang anggota populasi untuk mengalami suatu
penyakit atau masalah kesehatan di dalam periode tertentu
3. Ukuran ini berkenaan dengan kejadian penyakit yang pertamakali
4. Incidence risk adalah nilai probabilitas yg memenuhi kriteria:
* nilai =0-1
* tidak mempunyai satuan ukuran
* periode pengamatan harus disebutkan
* Periode tersebut ditentukan secara bebas: bervariasi pada
setiap individu.
Contoh -1:
- Periode yg ditentukan secara bebas = 5 tahun
risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
- Bervariasi pada setiap individu=risiko terjadinya
penyakit jantung koroner seumur hidup
- Periode tersebut secara implisit ditentukan oleh
karakteristik penyakit yg diamati

5.Pada kejadian yg pendek waktu pemaparannya (retricted Risk peride)-


pada wabah (dimana periodenya = durasi wabah atau waktu sampai
terjadinya kasus yg pertama0 – misal pada penyakit akut-disebut attack
rate
6. Risk odds
- probalitas kondisional untuk terjadinya
penyakit/probabilitas kondisional untuk tidak terkena penyakit
- adalah ratio antara risiko untuk terkena
penyakit/risiko untuk tdk terkena penyakit
- risk odd= (p/(1-p)
- pada penyakit yg sangatjarang terjadi nilainya
mendekati incidence risk.

7. Incidence risk=proporsi kasus baru yg terjadi selama periode


pengamatan
8. umumnya kasus incidence dihitung dari kejadian kasus yang pertama
9. populasi=subyek bebas penyakit pada awal masa pengamatan
10. metode kumulatif sederhana pada populasi terikat:

Bila populasi= fixed kohort: DO selama masa pengamatan sedikit—


CI (to.t) =i/No
I =jumlah kasus baru yg diagnosanya ditegakkan dalam periode (to.T)
No= jumlah subyek bebas penyakit yg diamati pada awal masa
pengamatan
CI= probalilitas kondisonal yg tidak akurat untuk memperkirakan risiko
kecuali bila semua anggota populasi diamati sampai selesai masa
pengamatan dan diketahui status kesakitannya.
Rumus ini hanya untuk memperkirakan risiko pada kondisi yang sangat
terbatas yg biasanya tak pernah ditemukan, terutama pada periode
pengamatan yg panjang.

11. Metode kumulatif pada populasi dinamis:


CI=I/N
I = jumlah kasus yg terjadi selama masa pengamatan
N= jumlah populasi pada pertengahan masa pengamatan

12. Metode acturial


CI =I/ (N-%W)
I= jumlah kasus yang terjadi selama masa pengamatan
N= jumlah populasi pada awal masa pengamatan
W= jumlah subyek yang hilang dari pengamatan

Perbedaan ID dan CI tampak pada :


1. Hal yg diukur:
ID –kecepatan rata2
CI- Probabilitas
2. penyebut yg digunakan dalam perhitungan
3. bentang nilai dari masing-masing ukuran

PREVALENCE

1. Menggambarka jumlah kasus yang ada pada saat tertentu (populasi


yang sakit pada saat itu)
2. Bukan rate (tetapi disebut prevalense rate)
3. Untuk:
a. Perencenaan kebutuhan fasilitas dan tenaga
b. Perencanaan pemberantasan penyakit

4. Ada 2 macam :
a. point Prevalence:
- Mengukur jumlah orang dikalangan penduduk
yg menderita suatu penyakit pada suatu titik waktu tertentu.
- Proporsi penduduk yg sakit pada saat tertentu
- Untuk menggambarkan situasi penyakit yg ada
pada saat itu
- Untuk perencanaan manajemennya
- P= jumlah penderita pada saat tertentu / jumlah
penduduk pada saat itu

- Tergantung dari :
 berapa jumlah orang yang telah sakit pada waktu yg lalu
 Lamanyamereka sakit

b. Periode Prevalence
- mengukur proporsi penduduk yg menderita sakit
selama periode tertentu
- jarang digunakan
- P= jumlah kasus penyakit yg ada selama satu periode
periode/mid period population (penduduk rata-rata di
periode itu)
- Terbentuk dari :
 Prevalence pd satu titik waktu (+)
 Kasus-kasus baru=incidence (+)
 Kasus yg kambuh selama periode observasi

HUBUNGAN PREVALENCE DENGAN INCIDENCE


1. Incidence merupakan ukuran yg tak mudah di dapat
2. Prevalence relatif mudah di dapat
3. P=I x D
4. P=Prevalence, I = Incidence, D =Duration of illness= lama sakit
5. I ber(+), D ber (+) atau tetap –P ber (+)
6. Incidence menggambarkan besarnya risiko sakit
7. Incidenceberbanding terbalik dg keberhasilan pencegahan
8. pencegahan berhasil – incidence turun
9. pencegahan tak berhasil-incidence tetap atau naik
10. Lama sakit= duration of illness:
- Ditentukan oleh keberhasilan pengobatan
- Pengobatan menyembuhkan penderita-
 P turun waktu I tetap
 P turun bila penyakit mematikan dalam waktu singkat
 Walau incidence tinggi, Prevalence akan tetap rendah
- Pengobatan tak menyembuhkan penderita tetapi
memperpanjang hidup--- Prevalence akan meningkat
MATERI 4 STANDARISASI

STANDARISASI

MASYARAKAT INDIVIDU

1. Pengamatan
Studi Sistimatis
2. Cari Faktor
Penyebab & Pencegahan
3. Kuatifikasi
4. pembandingan

Sekelompok individu
terpilih alami peristiwa
tak dingini= kasus

Metode sistimatis spesifik yang dipakai dalam epidemiologi


1. Kuantifikasi
2. Pembandingan

Metode kuantifikasi-- untuk menangkap fenomena populasi:


1. Pengukuran
2. Prediksi
3. uji statistik

Metode pembandingan (antar/sub kelompok)—untuk


mengungkap misteri dibalik fenomena yg ditemukan.

Kasus-kasus yg sama dalam populasi diindentifikasi dengan


menggunakan kriteria unik dan jelas.

Besarnya kasus ada dalam setiap populasi—ukuran frekuensi


1. ukuran relatif yg merupakan perbandingan antara jumlah
kasus dengan jumlah populasi
2. Selanjutnya dipakai indikator yang dapat dibandingkan
antara suatu kelompok dengan kelompok lain
3. Contoh indikator:
- Derajat kesehatan= angka kesakitan dan kematian
- Tingkat keberhasilan=cakupan program.
Kelompok
Kelompok Beda Sub kelompok
Sub Kelompok

Beri peluang
terindentifikasinya
Faktor penyebab & pencegah

INDIKATOR
1. Indikator subkelompok -----> indikator spesifik
- Mis: age specific Death Rate
- jumlahnya banyak
-Tak mewakili indikator seluruh kelompok
- Mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan karena variasi
tingkat perbedaan yg ditemukan
2. Indikator seluruh kelompok--- indikator kasar
- Mis: Crude mortality Rate
- Mewakili seluruh kelompok
- dipengaruhi oleh tingkat perbedaan disetiap subkelompok

STANDARISASI- metode untuk membandingkan indikator kasar dengan


melakukan koreksi terhadap pengaruh perbedaan pada sub kelompok.

Ilustrasi Kasus

Kelas Tahun Tahun


perawatan 1996 1997
Pasien Pasien Angka Pasien Pasien Angka
dirawat Meninggal specifik dirawat Meninggal Specific
Kelas I 200 8 40/1000 500 20 40/1000
Kelas II 300 24 80/1000 300 24 80/1000
Kelas III 500 60 120/1000 200 24 120/1000
Angka 1000 92 92/1000 1000 68 68/1000
kotor

Kesimpulan:

1) Dr Angka specific- tak ada perbedaan tahun 1996 & 1997- tak
ada perubahan jumlah pasien meninggal: tapi ada perubahan
distribusi kelas pasien meninggal
2) Dari angka kasar ada penurunan angka kasar pasien rawat inap
meninggal (92/1000-68/1000)
3) Perbedaan angka kasar dipengaruhi oleh perbedaan risiko pasien
meninggal pada setiap kelas- lebih banyak jumlah pasien rawat
inap kelas III yg risiko meninggalnya lebih besar
4) Jadi kelas perawatan berpengaruh terhadap angka kasar pasien
meninggal- kelas perawatan= counfonding factor=faktor
konfonding= faktor pengacau--perlu dikendalikan.

CONFOUNDING FACTOR

1. Counfonding= distorsi dari efek st faktor yg disebabkan


adanya faktor lain yg juga berpengaruh terhadap kejadian
yg diteliti
2. Counfonding terjadi akibat perbedaan distribusi confounding
variable dalam kelompok yg diperbandingkan
3. Risk faktor= faktor-faktor yg bekerjasama dan
mengakibatkan timbulnya penyakit
4. Hal yg dapat menyebabkan terjadinya confounding:
- ada variable yg juga berpengaruh terhadap outcome
- Distribusi variable tersebut pada kelompok yg
dibandingkan
- Jadi ada perbedaan distribusi variable yang
berpengaruh terhadap variable yg diteliti (outcome)
antara ke dua kelompok yang dibandingkan.

5. Kondisi yang menyebabkan terjadinya BIAS akibat


confounding factor:
- Ada variable lain selain variable yang sedang diteliti
efeknya yg juga mempengaruhi variable outcome.
- Variabel lain tsb distribusinya tak sama pada kelompok
yg dibandingkan.

6. Confounder haruslah merupakan variabel yg bukan variabel


antara. Antara variabel yg diteliti efeknya dengan dengan
variabel outcome.
7. Adanya perbedaan antara strata menunjukkan ada interaksi
antara variabel yg dicurigai sebagai confounding faktor
dengan variabel yg diteliti.
8. Confounding faktor dapat dihilangkan dengan:
- Membatasi subyek penelitianhanya pada salah satu
tingkat confounding variabel saja.
- Mencari pembanding sejodoh (matched) untuk setiap
subjek dalam kelompok kasus/kelompok eksperimen,
dicarikan kontrol yg sama status variabel
confoundingnya.
- Mengadakan analisis per strata
- Mengadakan analisis dengan temuan variabel secara
serentak—multivariabel banalysis—perlu bantuan
computer.

9. Cara analysis:
-Stratified analisis= analisis berstrata—analisis
berstrata/kelompok
- Unstratified analysis= analisis tak tak strata—
menghasilkan ukuran kasar- Crude

10. Analisis tak terstrata akan menghasilkan RR yg sama


dengan analisis berstrata
- Bila variabel yg berpotensi mengganggu tak
mempengaruhi risiko terjadinya outcome
- Variabel tersebut sama distribusinya dalam kedua
kelompok yg dibandingkan.

11. Analisis tak terstrata akan berbeda dengan RR dari analisis


berstrata:
- Bila variabel tersebut mempengaruhi risiko terjadinya
outcome
- Variabel tersebut berbeda distribusinya di kelompok yg
dibandingkan.

12. RR yang baik adalah RR yg bebas dari pengaruh variabel


lain--. RR dari analisis berstrata lebih baik dari RR yg bebas dari
pengaruh variabel lain- RR dari analisis berstrata lebih baik
dari RR analisis tak terstrata.

13. RR tak berstrata bias= melenceng dari nilai sebenarnya


karena
-Adanya confounding faktor
- RR dari perhitungan tak terstrata berbeda dengan RR
analisis berstrata

ANGKA KASAR, ANGKA SPECIFIK & ANGKA ADJUSTED

Ukuran frekuensi:
1. Menggambarkan besarnya masalah:
- besarnya masalah
- tingkat keganasan
2. Ukuran relatif
3. Bilangan pecahan
4. memakai rumus umum
-Proporsi
- Paling sering digunakan
- Bilangan pecahan
-memakai rumus umum:
- Proporsi:
* Paling sering digunakan
* Bilang pecahan
* Nominator adalah bagian dari denominator
- Ratio
- Rate
5. 2 komponen
- Pembilang jumlah individu yg alami peristiwa yg tak
diingini= kasus
 Kasus incidence--
Masa pengamatan (+) &
Perubahan status (+) selama masa pengamatan
 .Kasus Prevalence
 Penyebut = Populasi at Risk

Perbedaan risiko pada tiap sub kelompok

Perbedaan penyebaran anggota populasi


pada tiap sub kelompok

Populasi Sub Kelompok


Crude Rate Specific Rate

Adalah Angka Actual yg diperoleh dari


hasil:
 pengamatan
 Pencatatan
 Pelaporan

Masalah untuk membandingkan angka spesifik:


1. jumlah angka yg dibandingkan lebih dari satu
2. jumlah angka yg dibandingkan meningkat secara geometrik
dengan semakin besar jumlah sub kelompok dibandingkan

Untuk membandingkan besarnya masalah pada 2 populasi yg berbeda


1. Perlu angka yg mewakili setiap sub kelompok
2. tidak dipengaruhi oleh perbedaan risiko pada setiap sub kelompok.
3. Perlu prosedur yg mengendalikan pengaruh faktor pengganggu—
procedure adjusment untuk standarisasi
4. Menghasilkan angka layak banding= angka adjusted
ANGKA ADJUSTED:
1. Angka fiktif
2. Diperoleh dari hasil pembabatan angka spesifik setiap kelompok
dengan populasi standart

METODA STANDARISASI
1. Standarisasi adalah procedure yg digunakan untuk mengendalikan
pengaruh faktor confouding dalam membandingkan angka kasar 2
atau lebih kelompok populasi
2. Populasi yg dibandingkan berasal dari :
lokasi sama, tahun beda (misal: pasien di rawat di di satu rumah sakit
pada waktu berbeda.
Lokasi beda, tahun sama (misal: pasien dirawat di RS berbeda pada
tahun yang sama)
3. 2 metode standarisasi:
 Metode Standarisasi Langsung = Direct Method of
Standarization
 Metode Standarisasi Tak Langsung = Indirect Method of
Standarization

Metode Standarisasi

langsung Tak Langsung

Syarat Utama: Angka


Spesifik Populasi yang
Syarat utama: Angka
dibandingkan tak diketahui
spesifik tiap kelompok
Jumlah kasus yg diamati
HARUS DIKETAHUI
sangat kecil

Langkah-langkah untuk
menghitung angka
crude adjusted
Langkah-langkah untuk menghitung Angka Crude Adjusted
1. Hitung angka spesifik pd tiap kelompok:
= jmlh kasus pd tiap sub klmpk
----------------------------------------
Jmlh populasi pd sub klmpk sama

2. Tentukan populasi standard 1. Tentukan populasi standard


 Pop.standar yg. digunakan hrs pny  Pny variasi subklmpk yg = kedua populasi
sub klmpk yg = kedua populasi yg yg dibandingkan
dibandingkan
 Jmlh pop pd tiap subklmpk HARUS  Angka spesifik pada setiap subklmpk harus
diketahui diketahui
 Utk semua klmpk yg dibandingkan  Utk semua kelompok yg dibandingkan
hanya boleh ada satu populasi hanya boleh ada satu populasi standar
standard
 Ditentukan bebas dari:  Ditentukan bebas dari:
- Pop III yg tlh disepakati jadi pop - Pop III yg tlh disepakati jadi pop
standar standar
- Pop lain yg lebih besar - Pop lain yg lebih besar
- Gabungan populasi yg dibanding-
kan = Menjumlahkan populasi pd
setiap subklmpk
- Ambil salah satu dr populasi
yg dibandingkan

3. Hitung perkiraan jmlh kejadian berdasar- 2. Jumlahkan perkiraan kasus pd masing2


kan populasi standard: populasi yg dibandingkan
- PJK = AS x PSK
- PJK = Perkiraan Jumlah Kejadian
- AS = Angka Spesifik setiap populasi yg
Dibandingkan
- PSK = Populasi Subkelompok pada
populasi standard

4. Menghitung angka crude adjusted 3. Menghitung rasio angka kejadian


= jmlh perkiraan seluruh kasus pd subklp terstandarisasi:
---------------------------------------------------- - Biasanya yg dibandingkan adalah angka
Jmlh seluruh populasi standard kesakitan/kematian (Standarized Morbidity/
Mortality Ratio = SMR)
- SMR = (JKO/JPK) x 100
- SMR = Ratio Angka Kejadian terstandarisasi
- JKO = Jmlh kejadian yg diamati pd masing2
kelompok.
- JPK = Jmlh perkiraan kasus pd masing2 kelp

4. Interpretasi:
- SMR = 100%
- keseluruhan resiko pd populasi
dibandingkan = resiko keseluruhan populasi
standard
- SMR > 100%
- resiko keseluruhan pd populasi dibandingkan
> populasi standar
- SMR < 100%
- resiko keseluruhan pd populasi dibandingkan
< populasi standar
HUBUNGAN ANTARA HOST (PEJAMU) AGENT, dan LINGKUNGAN
SEBAGAI PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI

Model tradisional epidemiologi John Gordon Penyakit punya 3 komponen

HOST AGENT

John Gordon penyakit menular BIOLOGICAL LAW


1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent penyakit dgn
manusia (host)
2. Keadaan keseimbangan tgt pd sifat alami & karakteristik agent & hasil
individu & kelompok.
3. Karakteristik agent & host & interaksinya berhubungan langsung & tgt
pd keadaan alami dr lingkungan sosial, fisik, ekonomi, & lingkungan
biologis.

Periode Prepatogenesis Periode Patogenesis

Terjadinya suatu penyakit


1. Ketidak seimbangan angka A-H-L
2. Adanya interaksi A-H-L
3. adanya stimulus
6 faktor penting dalam perkembangan proses penyakit menular:
1. Agent penyebab:
* Agent biologis
* Tgt pada :
** Viabilitas dan resistensi
** virulensi
** Patogenitas:
*** Tak menimbulkan gejala  inparent infeksion
*** Menimbulkan gejala  Apparent infection
* Cara penyerangan
** Invasi langsung
** Pembuatan toksin

2. Reservoir Agent
* Habitat nama dimana agent penyakit menular hidup, tumbuh dan
berkembang biak
Reservoir manusia
 Kasus akut dengan gejala klinis  jarang cepat terdiagnosis cepat di
tahun/ dan orang sekitar waspada
 Carrier Cases:
1. Carrier dengan inpparent infection:
* dapat ditularkan peny.walaupun tanda & gejala penyakit
2. Incubatory Carrier:
* Kasus yg dapat menularkan penyakit sebelum muncul tanda
atau gejala klinis.
3. Convalescent Carrier
Dapat menularkan penyakit pada periode penyembuhan atau
sudah sembuh.
4. Carier Chronic
Kasus yang berlanjut infeksius selama 1 tahun atau lebih.
- Reservoir hewan:
Perhatikan binatang peliharaan atau binatang yg ada di sekitar kita
- Reservoir Lingkungan
* Tanaman
* Tanah
* air

3. Portal dr agent untuk meninggalkan host:


* Saluran pernafasan
* Saluran makanan
* Sistem genito-urinarius
* Kulit
* transplacental

4. Cara penularan (transmisi) dari agent ke host baru:


* Langsung:
1. Kontak langsung
2. Droppled spread

* Tak Langsung
1. Vehicle borne
2. Vector borne
3. Air borne

5. Portal dr agent masuk ke host baru- lihat point 3


6. Kerentanan host:
1. faktor genetika
2. Faktor ketahanan tubuh secara umum:
Faktor ketahanan tubuh secara umum:
* Faktor genetika
* Faktor ketahanan tubuh secara umum:
- Berhubungan dengan kulit
- Selaput lendir
- keasaman lambung
- silia pada saluran pernafasan
- refleks batuk
- yang meningkatkan kerentana: malnutrisi, menderita penyakit lain,
depresi sistem immunologis
 Immunitas spesifik di dapat

1. FAKTOR PENYEBAB (AGENT)


Mekanik
FAKTOR AGENT Friksi
kronik
A. Non Kekuatan
Biologis mekanik yg
sebabkan
A. Kimia dislokasi
A.Nutrisi
Pestisida Karbohidrat atau patah
A. Biologis
Food additives Lemak tulang
Obat-obatan Protein
Limbah Industri Vitamin
zat2 yg mineral Fisika
diproduksi tubuh Radiasi-
Protozoa, Uniseluler, ionisasi
krn penyakit
Metazoa, Multiseluler, Suhu udara
Cara penularan:
Virus, terkecil, Jamur, Kelembaban
Inhalasi
Chlorofil (+) Getaran
Ditelan
Uni/ Multiseluler
Melalui Kulit
Ricketsia, Parasit
Intrasel

KARAKTERISTIK
SURVEILANS
EPIDEMIOLOGI

VISI,MISI, TUJUAN, STRATEGI


• VISI : manajemen kesehatan berbasis fakta yang cepat,
tepat dan akurat.
• MISI:
memperkuat sistem surveilans disetiap unit pelaksana
program kesehatan.
meningkatkan kemampuan analisis dan rekomendasi
epidemiologi yg berkualitas dan bermanfaat.
Menggalang dan meningkatkan kerjasama dan
kemitraan unit surveilans dalam pertukaran serta
penyebaran informasi
Memperkuat sumber daya manusia di bidang
epidemiologi.

SCREENING
2 tipe utama screening
berdasarkan pencegahannya
• Screening primer (sebelum patologi)

• Screening sekunder (Mendeteksi penyakit


lebih awal, merawat dengan baik,
menyembuhkan penyakit pada tahap
paling awal

Definisi Screening
• Identifikasi presumtif dari penyakit yang tidak
dikenal atau kerusakan pada tubuh dengan
aplikasi tes,
tes, pemeriksaan,
pemeriksaan, atau prosedur lainnya
yang dapat diaplikasikan dengan cepat untuk
memisahkan orang yang terpapar penyakit dari
orang yang sehat
• Tidak ditujukan untuk bersifat diagnostik,
diagnostik,
temuan yang mencurigakan atau positif harus
diajukan ke dokter untuk diagnosa dan
perawatan
Tipe-tipe screening

• Screening massa
• Screening selektif
• Screening satu penyakit
• Screening pencarian kasus
• Screening multitahap

Screening massa

• Screening yang diaplikasikan secara


umum ke seluruh populasi penduduk
• Contoh: Survey X-ray massal
Screening selektif

• Screening yang diaplikasikan secara


selektif kepada target populasi tertentu
yang memiliki resiko tinggi terkena suatu
penyakit
• Contoh: Screening pap smear pada wanita
berumur diatas 40 tahun untuk
mendeteksi kanker rahim

Screening satu penyakit

• Screening yang diaplikasikan pada satu


jenis penyakit
• Contoh: Screening tubercolosis
Screening pencarian kasus
• Screening ini muncul ketika dokter berusaha
mencari penyakit dari pasien dengan melakukan
tes screening terhadap pasien yang datang
mengingat gejala penyakit yang tidak
berhubungan
• Contoh:
Contoh: data tinggi badan,
badan, berat,
berat,
pendengaran dan penglihatan
yang biasa diambil oleh dokter
anak

Screening multitahap

• Pemeriksaan screening untuk beberapa


penyakit pada satu kali kunjungan ke
pusat screening atau klinik tertentu
• Contoh: pemeriksaan tidak hanya
ditujukan untuk menemukan
kanker, namun juga untuk
tekanan darah tinggi dan diabetes
Tes Screening

• Hasil Tes Screening harus memenuhi dua


syarat utama yakni valid dan konsisten
• Validitas tes ini diukur dengan melihat
sejauh mana kemampuan tes memberikan
hasil yang benar, memberikan hasil positif
pada penderita dan hasil yang negatif
pada bukan penderita
tabel validitas screening
status penyakit total
Positif Negatif
Hasil tes
screening

- positif a b a+b

- negatif c d c+d

total a+c b+d

tabel validitas screening


status penyakit total
Positif Negatif
Hasil tes
screening

- positif a b a+b

- negatif c d c+d

total a+c b+d


• Sensitivitas = probabilitas (T+/Dx
(T+/Dx+)+) = a/a+c
a/a+c
• Spesifisitas = probabilitas (T-
(T-/Dx-
Dx-) = d/b+d
• PV+ = probabilitas (Dx+/T+)
Dx+/T+) = a/a+b
a/a+b
• PV - = probabilitas (Dx-
Dx-/T-
/T-) = b/c+d
• a = #true positive#, individu dengan tes screening positif dan
benar sakit
• b = #false positive#, individu dengan tes screening positif tapi
sebenarnya tidak sakit
• c = #false negative#, individu dengan tes screening negatif tapi
sebenarnya sakit
• d = #true negative#, individu dengan tes screening negatif tapi
benar tidak sakit

4. UKURAN –UKURAN EPIDEMIOLOGI


3. Ratio: merupakan perbandingan antara dua hal
yang antara numerator dan denumerator tak ada
sangkut pautnya.
a. dengan dimensi
contoh seks ratio diDKI JKT
Jumlah wanita / jumlah pria
b. Tanpa demensi perbandingan
proporsi/rate yang lain: dlm suatu populasi,
proporsi yg sakit TBC/proporsi yang tdk sakit
TBC pd pop tsb. Dikenal dengan Relative
Risk atau Odds Ratio.
4. UKURAN –UKURAN EPIDEMIOLOGI

4. Incidence rate dan prevalence rate merupakan


dua ukuran penyakit yg terpenting
Incidence rate: incidencerate dari suatu penyakit
adalah jumlah kasus baru yang terjadi dikalangan
penduduk selama periode waktu tertertu.
IR = jml ks baru suatu penyakit periode ttt
populasi yg mempunyai risiko pd periode waktu
yg sama.

4. UKURAN –UKURAN EPIDEMIOLOGI

4. Incidence rate dan prevalence rate merupakan


dua ukuran penyakit yg terpenting
Incidence rate: incidencerate dari suatu penyakit
adalah jumlah kasus baru yang terjadi dikalangan
penduduk selama periode waktu tertertu.
IR = jml ks baru suatu penyakit periode ttt
populasi yg mempunyai risiko pd periode waktu
yg sama.
Incidence Rate
• Di dlm mempelajari incidence diperlukan
penentuan waktu atau saat timbulnya
penyakit. Untuk peny. Akut spt influenza,
gastroenteritis dan cerebral hemorrhage
penentuan incidence ini tidak begitu sulit
waktu dpt diketahui pasti, kalau peny.
Timbulnya tdk jelas waktu diagnosa pasti
diartikan sebagai waktu mulai penyakit.
• IR dinyatakan dengan waktu bulan, tahun, dll.
• Pada saat penduduk diserang peny. Waktu
terbatas (epidemi peny. Infeksi) mk. Periode
waktu terjadinya kasus2 baru adalah sama
dgn lamanya epidemi. Ir pd suatu epidemi
disebut Attack Rate.

Incidence Rate
AR= Jumlah kasus
Pop. Yg. Mempunyai risiko

3.Untuk penyakit jarang mk. IR dihitung untuk


periode waktu bertahun –tahun. Di dlm
periode waktu yg panjang ini penyebut
berubah krn dlm waktu ini jml. Pop. Yg
mempunyai risiko berubah. Telah menjadi
kebiasaan menggunakan penduduk pada
pertengahan peride tsb sebagai pop. Yg
mempunyai risiko.
Incidence Rate

4.IR berguna untuk mempelajari faktor-


faktor etiologi dari peny. Akut maupun
kronis.
IR ukuran langsung dari kemungkinan
(propabilitas) untuk menjadi sakit

Prevalence Rate

Prevalence rate mengukur jumlah orang


dikalangan penduduk yang menderita suatu
penyakit pada sutu titik waktu tertentu.

PR= jml. Kasus-kasus penyakit yg ada


jml. Penduduk seluruhnya
Prevalence Rate
• PR. Bergantung pd dua faktor:
a. jumlah orang yang telah sakit pada waktu
yang lalu.
b. lamanya mereka sakit.
• PR. (terutama untuk penyakit kronis) penting
untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga, dan
pemberantasan penyakit.
• Pr. Yang dibicarakan di atas adalah “point
prevalence” ukuran lain juga digunakan “period
prevalence”
PR = jml. Ks. Peny. Yg . Ada selama satu periode
penduduk rata-rata dari periode tersebut

5. Ukuran Kematian

1. angka kematian kasar atau “ Crude Death


Rate” ( CDR)
CDR = jml kematian dalam satu kalender x 1000
jml. Pop padapertengahan tahun
CDR merupakan dari 2 faktor:
1. Prob. Untuk mati dpt diukur dg. Angka
kematian menurut umur
2. Distribusi umur populasi.
5. Ukuran Kematian
2.Angka kematian menurut umur atau “Age
specific Death Rates “(ASDR). Angka ini
dipakai dalam perbandingan angka kematian
setiap kelompok umur.
3. Standarisasi angkakematian menurut umur atau
“age adjusted death rates”
Bila terdpt perbedaan distribusi umur pd pop. Yang
akan dibandingkan, harus dilakukan standarisasi
umur. Yg hrs diketahui CDR dpt dilihat sebagai
jumlah ASDR dengan pembobotan.

5. Ukuran Kematian

• Angka kematian menurut penyebab


(CSDR)
• Case Fatality Rate ( CFR)
Jumlah kematian peny. Tt dalam periode ttt x 100
Jumlah penderita penyakit tsb. Dlm waktu
periode waktu yg. sama
METODE EPIDEMIOLOGI
1. Epidemiologi Diskriptif
a. Penemuan2 yg. Khas:
1. Prevalensi suatu peny atau masalah
kesehatan.
2.Frekuensi dan lama exposure
3. Karakteristik orang-orang suatu
outcome pd. Saat ttt. Atau periode ttt.

1. Epidemiologi diskriptif.

b. Penggunaan data deskriptif:


1. Menilai kecenderungan terjadinya
outcome/ exposure thp. Faktor risiko dlm.
Suatu pop., antara sub group dlm sebuah
negara dgn. Negara lain.

2. Dasar untuk perencanaan, pengadaan,


dan penilaian pelayanan kes.

3. Mendapatkan ciri etiologi suatu peny.


untuk dasar studi analitik.
• RR = a/a+b : c/c+d

• OR = ad/bc

• RR=1 tdk ada hubungan


• RR>1 ada hubungan positif
• RR<1= ada hubungan negatif (protektif)

Statistik untuk deskriptif dan analitik

Odds Ratio
Rumusnya sama dengan RR hanya didapatkan
sebagai hasil akhir desain kasus kontrol
Interpretasi dari RR/OR:
RR/OR=1,0, risiko outcome dari kel. Exposed
dan unexposed sama.
RR/OR > = 2 ,faktor outcome berhubungan dengan
faktor exposed (kekuatan hubungan)
Epidemiologi Analitik
Desain: kasus Kontrol, Kohort dan
eksperimen.
Keuntungan Kasus Kontrol:
• Penelitian pendek, murah, jumlah subjek terbatas,
manfaat catatan ada, tak ada risiko bagi subjek,
dapat multiple kausal.
Kerugian Kasus Kontrol: tergantung faktor ingatan,
keabsahan data sulit didapat, sulit mengontrol
variabel, bias seleksi, tak dapat insiden rate,
metode sulit dimengerti tak dapat mekanisme
penyakit.

Desain Kohort

Keuntungan:
• Sangat cocok untuk melihat gambaran
insiden
• , kausa penyakit, dapat mengukur variabel-
variabel penting, tidak ada recall bias.
Kelemahan:
• Mahal, tidak efisien, confounder dapat
dikontrol.
Desain eksperimental
Keuntungan:
• Bukti kuat
• Memungkinkan bertingkat
• Ada berbagai pengelolaan
Kerugian
• Kasus jarang jumlah besar
• Perubahan yang cepat
• Masalah Etika
• Mahal

PENANGGULANGAN
WABAH

1. Penanggulangan wabah penyakit menular


merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh
masyarakat.
2. UU No.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit
menular (lembaran Negara tahun 1984 No. 20,
Tambahan lembaran Negara No.3272)
3. PP No.22 tahun 193 tentang kesehatan masyarakat
veteriner (lembaran negara tahun 1983 no.28.
Tambahan Lembaran negara No.3253)
KETENTUAN UMUM
1. Wabah penyakit menular yg selanjutnya disebut wabah adalah
pengertian wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular.
2. Daerah wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit wabah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang no.5 tahun 1974
tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah.
3. Data epidemi adalah data yg berisikan keadaan wabah penyakit menular
pada suatu wilayah.
4. Penyelidikan epidemiologis adalah penyelidikan terhadap seluruh
penduduk dan mahluk hidup lainnya, benda dan lingkungan yang
diduga ada kaitannya dengan terjadinya wabah.
5. Upaya penanggulangan adalah segala upaya yg ditujukan untuk
memperkecil angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran
penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain.

KETENTUAN UMUM
6. Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yg
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yg dapat menjurus terjadinya wabah
7.Kepada wilayah/daerah adalah Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I atau Bupati/Walikotamadya
kepala Daerah Tingkat I atau Camat.
8. Menteri adalah Menteri yg bertanggung jawab di
bidang kesehatan.
SOAL UJIAN MID SEMESTER EPIDEMIOLOGI
SEMESTER IV PROGRAM A

A. PILIH JAWABAN YANG PALING BENAR

1.Pada Bulan Desember 2007 di Kecamatan Pasar Minggu terdapat


penderita diare 88 anak balita. Jumlah anak yang mempunyai risiko terkena
penyakit tersebut 8000 anak. Maka insident penyakit diare tersebut adalah

a. 10/1000
b. 0,010
c. a dan b benar
d. bssd

2.Pada waktu terjadi KLB morbili di kelurahan cilengsi pada tahun 1991
terdapat 18 anak penderita morbili. Jumlah anak yang mempunyai risiko
dikeluarahan tersebut 2000 anak. Hitung attack rate penyakit tersebut.

a. 9/1000
b. 0,009
c. a dan b benar
d. bssd

3.Hitung prevalensi penyakit TBC di akhir tahun 2007 apabila pada bulan
Juli ditemukan kasus TBC di Jakarta Timur sebanyak 480 orang, dan
populasi yang penduduk sebanyak 240.000 orang.

a. 960/240.000 x 1000.000 =
b. 0,004
c. a dan b benar
d. bssd

4.Dalam keadaan KLB hitungan apa yang paling cocok dipergunakan untuk
mengetahui besarnya penyakit.
a. IR
b. PR
c. AR
d. CFR

5.Untuk menghitung keganasan penyakit hitungan apa yang paling cocok

e. CFR
f. IR
g. AR
h. PR
6.Sensitifitas adalah

i. true positif/ true positif + false negatif


j. true negatif/ true negatif + false positif
k. true negatif/true negatif + false negatif
l. True positif/true positif + false positif

7. Spesifitas adalah adalah

a. true positif/ true positif + false negatif


b. true negatif/ true negatif + false positif
c. true negatif/true negatif + false negatif
d. True positif/true positif + false positif

8.Positif prediktif value adalah


a. true positif/ true positif + false negatif
b. true negatif/ true negatif + false positif
c. true negatif/true negatif + false negatif
d. True positif/true positif + false positif

9. Negatif prediktif value adalah:


a. true positif/ true positif + false negatif
b. true negatif/ true negatif + false positif
c. true negatif/true negatif + false negatif
d. True positif/true positif + false positif

10. Interpretasi OR > 3 adalah:


a. penyebab meragukan
b. penyebab nyata kuat
c. Bukan penyebab
d. BSSD

11. OR < 1/3 interpretasinya adalah


a. Pencegah kuat
b. Pencegah meragukan
c. Non pencegah
d. BSSD
12- 13
Pada suatu studi kasus kontrol yang meneliti hubungan antara
keterpaparan dengan timbal dan timbulnya penyakit. Dari 1000 anak yang
mengalami gangguan pada sistem syaraf 600 diantaranya pernah terpapar
dengan timbal dengan dosis yang tinggi pada waktu bayi, dan dari 1000
anak yang sehat sebagai kontrol 100 diantaranya pernah terpapar dengan
timbal pada waktu bayi.
Terpajan timbal
Ya Tidak
Gangguan syaraf (ya) 600 400 1000
Gangguan syaraf (tidak) 100 900 1000
700 1300 2000
12. Berapa besarnya kalkulasi RR pada penelitian ini
a.0,6 c.6,0 E. Tidak dapat dihitung dari data di atas
b.0,1 d.1,6

13. Berapa besarnya kalkulasi OR pada penelitian ini


a.0,1 c.1,5 E. Tidak dapat dihitung
b.6,0 d.13

14-16
Survei dilakukan untuk menentukan apakah ada orang-orang yang
mempunyai gejala-gejala yang sama yang tidak datang keklinik untuk
berobat. Semua pegawai (600), dikirim kuesioner 400 yang kembali dan
dijawab dengan lengkap, 80 diantaranya mempunyai gejala-gejala yang
sama dengan datang ke klinik yaitu mual, muntah dan pusing.

14. AR survei tersebut di atas


a. 5% b.7,5% c. 20% D. 37,5% E. 67%.

15 Respons rate dari kuesiner yang dikirim


a. 5% b.7,5% c. 20% D. 37,5% E. 67%.

16. Diantara orang-orang yang mempunyai gejala tersebut di atas yg


mencari pertolongan medis ke klinik.
a. 5% b.7,5% c. 20% D. 37,5% E. 67%.

17. Epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari


a. Etiologi penyakit
b. Penyebab kematian manusia
c. Faktor determinan dari frekuensi penyakit pada manusia
d. Distribusi dan frekuensi penyakit pada manusia , serta faktor-faktor
determinannya
e.Salah semua.

Populasi A terdiri dari 10.000 orang dengan karakteristik sebagai berikut:


- Usia <5 tahun = 30% dengan ASDR/1000=5
- usia 6-14 tahun=40 % dengan ASDR/1000=2
- usia 15-55 tahun = 20% ASDR/1000=8
- usia >55 tahun = 10% ASDR/1000=20
Populasi B terdiri dari 10.000 orang dengan karakteristik sebagai berikut
- Usia <5 tahun = 30% dengan ASDR/1000=5
- usia 6-14 tahun=20 % dengan ASDR/1000=2
- usia 15-55 tahun = 20% ASDR/1000=8
- usia >55 tahun = 30% ASDR/1000=20

18. Berapa CDR/ angka kematian kasar dari populasi A

19. Berapa CDR/angka kematian kasar dari popluasi B

20. Insiden penyakit pada populasi dalam keadaan biasa, atau rata-rata tidak
ada peningkatan disebut:
a. pandemic rate, b. epidemik rate c. Endemik rate d. Hipodemic rate
e. Hiperendemik rate

SOAL ESSAY

1. Jelaskan secara singkat dan jelas kelemahan dan kelebihan studi


crosssectional,case control, kohor dan eksperimental.

2. Berikan contoh hasil pemeriksaan sensitifitas dan spesifitas suatu


screning penyakit.

3. Jelaskan secara singkat dan jelas langkah-langkah investigasi wabah

4. Jelaskan secara singkat dan jelas definisi surveilans epidemiologi.

5. Jelaskan secara singkat dan jelas terjadinya penyakit menurut teori John
Gordon.

SELAMAT BEKERJA , SUKSES.


SOAL UJIAN MID SEMESTER EPIDEMIOLOGI
SEMESTER II PROGRAM B

B. PILIH JAWABAN YANG PALING BENAR

1.Pada Bulan Desember 2007 di Kecamatan Pasar Minggu terdapat


penderita diare 88 anak balita. Jumlah anak yang mempunyai risiko terkena
penyakit tersebut 8000 anak. Maka insident penyakit diare tersebut adalah

e. 10/1000
f. 0,010
g. a dan b benar
h. bssd

2.Pada waktu terjadi KLB morbili di kelurahan cilengsi pada tahun 1991
terdapat 18 anak penderita morbili. Jumlah anak yang mempunyai risiko
dikeluarahan tersebut 2000 anak. Hitung attack rate penyakit tersebut.

e. 9/1000
f. 0,009
g. a dan b benar
h. bssd

3.Hitung prevalensi penyakit TBC di akhir tahun 2007 apabila pada bulan
Juli ditemukan kasus TBC di Jakarta Timur sebanyak 480 orang, dan
populasi yang penduduk sebanyak 240.000 orang.

b. 960/240.000 x 1000.000 =
b. 0,004
c. a dan b benar
d. bssd

4.Dalam keadaan KLB hitungan apa yang paling cocok dipergunakan untuk
mengetahui besarnya penyakit.
m. IR
n. PR
o. AR
p. CFR

5.Untuk menghitung keganasan penyakit hitungan apa yang paling cocok

q. CFR
r. IR
s. AR
t. PR
6.Sensitifitas adalah

u. true positif/ true positif + false negatif


v. true negatif/ true negatif + false positif
w. true negatif/true negatif + false negatif
x. True positif/true positif + false positif

7. Spesifitas adalah adalah

e. true positif/ true positif + false negatif


f. true negatif/ true negatif + false positif
g. true negatif/true negatif + false negatif
h. True positif/true positif + false positif

8.Positif prediktif value adalah


e. true positif/ true positif + false negatif
f. true negatif/ true negatif + false positif
g. true negatif/true negatif + false negatif
h. True positif/true positif + false positif

9. Negatif prediktif value adalah:


e. true positif/ true positif + false negatif
f. true negatif/ true negatif + false positif
g. true negatif/true negatif + false negatif
h. True positif/true positif + false positif

10. Interpretasi OR > 3 adalah:


a. penyebab meragukan
b. penyebab nyata kuat
c. Bukan penyebab
d. BSSD

11. OR < 1/3 interpretasinya adalah


a. Pencegah kuat
b. Pencegah meragukan
c. Non pencegah
d. BSSD
12- 13
Pada suatu studi kasus kontrol yang meneliti hubungan antara
keterpaparan dengan timbal dan timbulnya penyakit. Dari 1000 anak yang
mengalami gangguan pada sistem syaraf 600 diantaranya pernah terpapar
dengan timbal dengan dosis yang tinggi pada waktu bayi, dan dari 1000
anak yang sehat sebagai kontrol 100 diantaranya pernah terpapar dengan
timbal pada waktu bayi.
Terpajan timbal
Ya Tidak
Gangguan syaraf (ya) 600 400 1000
Gangguan syaraf (tidak) 100 900 1000
700 1300 2000
12. Berapa besarnya kalkulasi RR pada penelitian ini
a.0,6 c.6,0 E. Tidak dapat dihitung dari data di atas
b.0,1 d.1,6

13. Berapa besarnya kalkulasi OR pada penelitian ini


a.0,1 c.1,5 E. Tidak dapat dihitung
b.6,0 d.13

14-16
Survei dilakukan untuk menentukan apakah ada orang-orang yang
mempunyai gejala-gejala yang sama yang tidak datang keklinik untuk
berobat. Semua pegawai (600), dikirim kuesioner 400 yang kembali dan
dijawab dengan lengkap, 80 diantaranya mempunyai gejala-gejala yang
sama dengan datang ke klinik yaitu mual, muntah dan pusing.

14. AR survei tersebut di atas


a. 5% b.7,5% c. 20% D. 37,5% E. 67%.

15 Respons rate dari kuesiner yang dikirim


a. 5% b.7,5% c. 20% D. 37,5% E. 67%.

16. Diantara orang-orang yang mempunyai gejala tersebut di atas yg


mencari pertolongan medis ke klinik.
a. 5% b.7,5% c. 20% D. 37,5% E. 67%.

17. Epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari


a. Etiologi penyakit
b. Penyebab kematian manusia
c. Faktor determinan dari frekuensi penyakit pada manusia
d. Distribusi dan frekuensi penyakit pada manusia , serta faktor-faktor
determinannya
e.Salah semua.

Populasi A terdiri dari 10.000 orang dengan karakteristik sebagai berikut:


- Usia <5 tahun = 30% dengan ASDR/1000=5
- usia 6-14 tahun=40 % dengan ASDR/1000=2
- usia 15-55 tahun = 20% ASDR/1000=8
- usia >55 tahun = 10% ASDR/1000=20
Populasi B terdiri dari 10.000 orang dengan karakteristik sebagai berikut
- Usia <5 tahun = 30% dengan ASDR/1000=5
- usia 6-14 tahun=20 % dengan ASDR/1000=2
- usia 15-55 tahun = 20% ASDR/1000=8
- usia >55 tahun = 30% ASDR/1000=20

18. Berapa CDR/ angka kematian kasar dari populasi A

19. Berapa CDR/angka kematian kasar dari popluasi B

20. Insiden penyakit pada populasi dalam keadaan biasa, atau rata-rata tidak
ada peningkatan disebut:
a. pandemic rate, b. epidemik rate c. Endemik rate d. Hipodemic rate
e. Hiperendemik rate

SOAL ESSAY

6. Jelaskan secara singkat dan jelas kelemahan dan kelebihan studi


crosssectional,case control, kohor dan eksperimental.

7. Berikan contoh hasil pemeriksaan sensitifitas dan spesifitas suatu


screning penyakit.

8. Jelaskan secara singkat dan jelas langkah-langkah investigasi wabah

9. Jelaskan secara singkat dan jelas definisi surveilans epidemiologi.

10. Jelaskan secara singkat dan jelas terjadinya penyakit menurut teori John
Gordon.

Anda mungkin juga menyukai