Distribusi frekuensi penyakit : ukuran frekuensi penyakit ( incidence dan atau prevalence)
Distribusi penyakit dan determinantnya dapat kita lakukan pendekatan (approach) dengan pengelompokan: orang (
person), tempat ( place) dan waktu (time)
V. URAIAN MATERI
Penelitian
Pengembangan (R & D)
Studi Deskriptif
Program
Screning
massal
Administrasi Penyusunan hipotesa dan
Pelayanan pembentukan model
Analisis hasil
Kesehatan
penelitian
Penanggulan Studi
gan analitik
epidemiologi
Pengamatan
epidemiologi
Observasional Eksperimental
Studi retrospektif Ekspe. Binatang
Studi prospektif Eksp. Manisia
Trial obat Simulasi model
dan trial
1.6. Strategi Epidemiologi & Hubungan Kekuatan Sebab dan Akibat
Epidemiology: Mempelajari distribusi frekuensi suatu penyakit, menentukan sebab akibat penyakit
Tujuan utama epidemiologi mencari hubungan kausal antara penyakit dan keterpajanan terhadap lingkungan.
Langkah-langkah ilmiah: menelaah fakta dan hipotesis yang ada, memformulasikan hipotesis yang baru dan
lebih spesifik, mengumpulkan fakta-fakta baru untuk menguji hipotesis yang dikemukakan di point tersebut
di atas.
Hubungan secara statistik: tidak ada hubungan secara statistik, atau berhubungan secara statistik: tidak kausal,
kausal ( tidak langsung atau langsung)
Hubungan kausal:
1. Tak bisa sekedar melihat hubungan yang kuat saja
2. Butuh kriteria lain dari 2 hal yang sedang diselidiki
3. Kriteria Hill:
1) ukuran waktu: harus yakin faktor penyebab mendahului faktorakibat; punya bobot
paling besar dibanding point lainnya.
2) Konsistensi: dilakukan ditempat-tempat berbeda punya hasil yang sama.
3) Kekuatan hubungan: Diukur dengan relatif risk dan odd ratio
4) Biologi gradient: dosis respons relationship makin besar dosis pemajanan-
frekuensi semakin besar., Time response Relationship makin lama pajanan
frekuensi makin besar.
5) Specificity of effect: makin spesifik makin jelas hubungannya; ada kuman TBC-
orang jadi TBC; Pembuktian kasus TBC harus mengandung kuman TBC karena
tak ada kuman lain penyebab TBC.
6) Colateral evidence and biological plausibility. Collateral evidence: bukti lain
membantu untuk mengambil kesimpulan, mis: geografi, umur. Biological
plausibility: Apakah hubungan tsb dapat diterangkan secara biologi atau= perlu
bukti-bukti tambahan dari penelitian lain, secara biologis dapat dimengerti,
mungkin didukung penelitian histipatologis.
7) Pembuktian kausal: bukan merupakan syarat pokok, adalah pembuktian
eksperimental, untuk pembuktian tidak selalu dapat dipenuhi, sering controversial.
HIPOTHESIS:
Beberapa pertimbangan hipotesis: hipotesis mengaitkan hasil observasi dari klinik, patologik dan laboratorium,
kuatnya hubungan statistic, perubahan frekuensi penyakit menurut satu kurun waktu, adanya kasus yang aneh dan
jarang terjadi, hasil pengamatan yang tampaknya saling bertentangan.
MATERI 2. DESIGN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
2.1. Ekperimental
2.2 Non Eksperimental=Observasional
1). Cohort
2) case- control
3) cross Sectional
2.1. Eksperimental:
1) Studi intervensi
2) Peneliti melakukan intervensi yang disengaja—untuk melihat efek
perlakukan tsb.
3) Terdiri dari : murni- pemilihan subyek secara acak, kuasi- tdk acak.
SEBAB PENYAKIT
1. Necessary: tanpa ada faktor ini- tak akan timbul penyakit; penyakit TBC perlu ada kuman
TBC.
2. Sufficient: Dengan tidak adanya faktor ini sudah cukup menimbulkan akibat. Saraf mata putus
—buta, tapi buta dapat disebabkan oleh faktor lain.
3. Necessary & sufficient: Untuk mengakibatkan suatu penyakit faktor tersebut harus ada, tapi
bila penyakit tersebut ada, faktor tersebut ada contoh HIV-AIDS—Untuk sakit AIDS perlu ada
Hiv, bila ada HIV cepat atau lambat akan timbul AIDS.
4. Contribulary:
Necesary
Manusia Kuman
TBC
host
FC. Contribulary
Tak sakit Sakit Agent
Environment
Mata
Rusak on Opticus
Akibat
Penyebab Akibat
MATERI 3 UKURAN FREQUENSI PENYAKIT
2. Ukuran Assosiasi
1) Mengukur keeratan hubungan assosiasi antara variabel dependent dengan variabel independent
2) Memperlihatkan eratnya hubungan statistik antara suatu faktor study dengan suatu penyakit/
masalah kesehatan tertentu
3) Dalam praktek untuk menilai faktor penyebab atau faktor pencegah masalah kesehatan
tertentu.
1) PROPORSI
Bilangan pecahan
Nominator adalah bagian denominator
Dapat dinyatakan dalam : persen (%): decimal—perkalian seratus dari populasi, per mil 0/00
Berkisar antara 0-100
Tidak punya satuan
Rentang 0-1
Misal : proporsi mahasiswa wanita = jumlah wanita/jumlah mhs pria dan wanita; proporsi
penderita malaria = jumlah penderita malaria / jumlah populasi ( bisa dikalikan 100%)
2) RATIO
Pecahan
Nominator tidak termasuk dalam denominator
2 jenis ratio : a. Mempunyai ukuran satuan : jumlah dokter/100.000 penduduk, jumlah kematian bayi
selama setahun/1000 KH
b.Tak mempunyai ukuran: numerator dan denominator punya satuan sama: perbandingan antara proporsi
1 dan proporsi 2 , rentang 1- tak terhingga.
3) RATE
Punya pengertian ganda
Sering diartikan sebagai : angka : CDR, CBR; Kecepatan: rate pada spedo meter
Merupakan kemampuan berubahnya suatu kuantitas bila terjadi perubahan pada kuantitas lainnya:
kuantitas lain sebagai patokan (ke-2) = kuantitas waktu. Mis: Kecepatan kendaraan pada suatu saat
tertentu merefleksikan perubahan satuan jarak per perubahan satuan waktu.
Punya satuan ukuran: persatuan waktu
Besarnya tak terbatas
Rentang: 0 – tak terhingga
Bentuk ukuran ini sering dicampur adukan dengan proporsi
1.Pembilang = numerator
Frekuensi / jumlah kasus yang diamati
Kasus : 1. arti kasus: subyek pengamatan yang alami kejadian atau akibat yang tak diingini. 2. Berupa:
penyakit: kecacatan produktivitas: disiplin, kegagalan, ketidak patuhan: kematian dll.3 2 jenis kasus:
Kasus incidence: mereflesikan proses patologis, memenuhi 2 persyaratan: perubahan status, periode
pengamatan. Misal: perubahan status: sehat-sakit-hidup-mati.
Kasus prevalence: menggambarkan status kondisi, pada waktu/periode tertentu, tidak
mempermasalahkan perubahan status, setiap kasus yg ditemui pada saat pengukuran --- dihitung,
kasus yg sudah sembuh atau mati – tdk dihitung.
2. Penyebut = Denominator
Adalah population at risk
Population at risk = sekelompok individu yg punya peluang untuk mengalami kasus yang diamati.
2 jenis populasi : 1. populasi terikat: populasi yg anggotanya telah ditentukan sejak awal periode
pengamatan & tak bertambah selama masa pengamatan. 2 populasi dinamis: populasi yg selama periode
pengamatan, anggota populasinya dapat berubah bertambah atau berkurang.
1. Ukuran Incidence
Incidence rate = incidence density= ID
Incidence Risk = Cumulative Incidence = CI
2. Ukuran Prevalence
INCIDENCE
1. Menggambarkan kasus baru yang terjadi dalam periode tertentu
2. Kejadian penyakit atau perubahan dari status sehat menjadi status sakit
3. Perhitungan ke dua ukuran incidence berbeda tergantung: jenis populasi yang diamati, informasi tentang
masa pengamatan setiap anggota populasi at risk.
4. Ukuran incidence: a. Incidence rate= incidence density= ID; b. Incidence risk= Cumulative incidence=
CI.
5. Pemilihan ukuran incidence: - untuk interpretasi individu pakai : incidence risk,- incidence rate tak
punya interpretasi untuk individu; - untuk menguji hipotesa etiologi yg spesifik, pilihan ukuran incidence
tergantung pada sifat penyakit dan masa pengamatan: * untuk penyakit kronis--- pakai incidence rate:
Pengamatan penyakit bersifat extended risk period—dilakukan lebih pendek dimasa latent (masa
inkubasi) penyakit.
Untuk penyakit akut --- incidence risk; pengamatan penyakit bersifat restricted risk--- dilakukan lebih
panjang dari masa inkubasi penyakit.
A. Incidence Rate:
1. Incidence dencity =ID
2. Incidence rate rerata= average Incidence rate
3. Adalah perubahan/ potensi untuk berubah status penyakit—status kesehatan tertentu di dalam suatu
populasi per satuan unit waktu
4. untuk mengekur kecepatan terjadinya suatu kejadian dalam suatu populasi
5. untuk menguji hipotesis pada penyakit kronis yg punya banyak factor butuh pemaparan lama.
6. Istilah lain: risk instantaneous; hazar ( khusus bila yg diamati adalah peristiwa kematian); person---
time---incidence; farce morbidity.
7. Karakteristik: -tdk mempunyai interpretasi individu; -tdk perlu pernyataan ttg periode pengamatan;-
punya satuan yg dinyatakan dalam unit satuan waktu;- Nilai 0—tak terhingga;- selalu dinyatakan dalam
hubungan dengan periode tertentu;- rumus – jumlah kasus baru si penyakit/populasi yg punya risiko.
B. Perhitungan:
Ukuran populasi tak dapat menyatakan sebagai fungsi matematik dari waktu--- sulit
mendapatkaninstanfaneus incidence rate (incidence rate saat ini)
Diganti dengan average incidence rate selama periode tertentu—identik dengan kecepatan rata-
rata
3 perhitungan incidence rate:
- Metode kumulatif sederhana
- Metode acturial (metode life table)
- Metode pada populasi dinamis
-Metode Acturial
- Metode life table
-ID= d/(N-d+w)t-(d+w)T/2)
INCIDENCE RISK
1.= cumulative Incidence merupakan suatu proporsi
2 yaitu peluang seorang anggota populasi untuk mengalami suatu penyakit atau masalah kesehatan di
dalam periode tertentu
3. Ukuran ini berkenaan dengan kejadian penyakit yang pertamakali
4. Incidence risk adalah nilai probabilitas yg memenuhi kriteria:
* nilai =0-1
* tidak mempunyai satuan ukuran
* periode pengamatan harus disebutkan
* Periode tersebut ditentukan secara bebas: bervariasi pada setiap individu.
Contoh -1:
- Periode yg ditentukan secara bebas = 5 tahun risiko terjadinya
penyakit jantung koroner.
- Bervariasi pada setiap individu=risiko terjadinya penyakit jantung
koroner seumur hidup
- Periode tersebut secara implisit ditentukan oleh karakteristik penyakit
yg diamati
5.Pada kejadian yg pendek waktu pemaparannya (retricted Risk peride)-pada wabah (dimana periodenya =
durasi wabah atau waktu sampai terjadinya kasus yg pertama0 – misal pada penyakit akut-disebut attack
rate
6. Risk odds
- probalitas kondisional untuk terjadinya penyakit/probabilitas
kondisional untuk tidak terkena penyakit
- adalah ratio antara risiko untuk terkena penyakit/risiko untuk tdk
terkena penyakit
- risk odd= (p/(1-p)
- pada penyakit yg sangatjarang terjadi nilainya mendekati incidence
risk.
7. Incidence risk=proporsi kasus baru yg terjadi selama periode pengamatan
8. umumnya kasus incidence dihitung dari kejadian kasus yang pertama
9. populasi=subyek bebas penyakit pada awal masa pengamatan
10. metode kumulatif sederhana pada populasi terikat:
PREVALENCE
1. Menggambarka jumlah kasus yang ada pada saat tertentu (populasi yang sakit pada saat itu)
2. Bukan rate (tetapi disebut prevalense rate)
3. Untuk:
a. Perencenaan kebutuhan fasilitas dan tenaga
b. Perencanaan pemberantasan penyakit
4. Ada 2 macam :
a. point Prevalence:
- Mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yg menderita suatu
penyakit pada suatu titik waktu tertentu.
- Proporsi penduduk yg sakit pada saat tertentu
- Untuk menggambarkan situasi penyakit yg ada pada saat itu
- Untuk perencanaan manajemennya
- P= jumlah penderita pada saat tertentu / jumlah penduduk pada saat
itu
- Tergantung dari :
berapa jumlah orang yang telah sakit pada waktu yg lalu
Lamanyamereka sakit
b. Periode Prevalence
- mengukur proporsi penduduk yg menderita sakit selama periode tertentu
- jarang digunakan
- P= jumlah kasus penyakit yg ada selama satu periode periode/mid period
population (penduduk rata-rata di periode itu)
- Terbentuk dari :
Prevalence pd satu titik waktu (+)
Kasus-kasus baru=incidence (+)
Kasus yg kambuh selama periode observasi
HUBUNGAN PREVALENCE DENGAN INCIDENCE
1. Incidence merupakan ukuran yg tak mudah di dapat
2. Prevalence relatif mudah di dapat
3. P=I x D
4. P=Prevalence, I = Incidence, D =Duration of illness= lama sakit
5. I ber(+), D ber (+) atau tetap –P ber (+)
6. Incidence menggambarkan besarnya risiko sakit
7. Incidenceberbanding terbalik dg keberhasilan pencegahan
8. pencegahan berhasil – incidence turun
9. pencegahan tak berhasil-incidence tetap atau naik
10. Lama sakit= duration of illness:
- Ditentukan oleh keberhasilan pengobatan
- Pengobatan menyembuhkan penderita-
P turun waktu I tetap
P turun bila penyakit mematikan dalam waktu singkat
Walau incidence tinggi, Prevalence akan tetap rendah
- Pengobatan tak menyembuhkan penderita tetapi
memperpanjang hidup--- Prevalence akan meningkat
MATERI 4 STANDARISASI
STANDARISASI
MASYARAKAT INDIVIDU
1. Pengamatan
Studi Sistimatis
2. Cari Faktor
Penyebab & Pencegahan
3. Kuatifikasi
4. pembandingan
Sekelompok individu
terpilih alami peristiwa
tak dingini= kasus
Kasus-kasus yg sama dalam populasi diindentifikasi dengan menggunakan kriteria unik dan
jelas.
Kelompok
Kelompok Beda Sub kelompok
Sub Kelompok
Beri peluang
terindentifikasinya
Faktor penyebab & pencegah
INDIKATOR
1. Indikator subkelompok -----> indikator spesifik
- Mis: age specific Death Rate
- jumlahnya banyak
-Tak mewakili indikator seluruh kelompok
- Mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan karena variasi
tingkat perbedaan yg ditemukan
2. Indikator seluruh kelompok--- indikator kasar
- Mis: Crude mortality Rate
- Mewakili seluruh kelompok
- dipengaruhi oleh tingkat perbedaan disetiap subkelompok
Ilustrasi Kasus
Kesimpulan:
1) Dr Angka specific- tak ada perbedaan tahun 1996 & 1997- tak ada perubahan jumlah pasien
meninggal: tapi ada perubahan distribusi kelas pasien meninggal
2) Dari angka kasar ada penurunan angka kasar pasien rawat inap meninggal (92/1000-68/1000)
3) Perbedaan angka kasar dipengaruhi oleh perbedaan risiko pasien meninggal pada setiap kelas-
lebih banyak jumlah pasien rawat inap kelas III yg risiko meninggalnya lebih besar
4) Jadi kelas perawatan berpengaruh terhadap angka kasar pasien meninggal- kelas perawatan=
counfonding factor=faktor konfonding= faktor pengacau--perlu dikendalikan.
CONFOUNDING FACTOR
1. Counfonding= distorsi dari efek st faktor yg disebabkan adanya faktor lain yg juga
berpengaruh terhadap kejadian yg diteliti
2. Counfonding terjadi akibat perbedaan distribusi confounding variable dalam kelompok
yg diperbandingkan
3. Risk faktor= faktor-faktor yg bekerjasama dan mengakibatkan timbulnya penyakit
4. Hal yg dapat menyebabkan terjadinya confounding:
- ada variable yg juga berpengaruh terhadap outcome
- Distribusi variable tersebut pada kelompok yg dibandingkan
- Jadi ada perbedaan distribusi variable yang berpengaruh terhadap variable yg
diteliti (outcome) antara ke dua kelompok yang dibandingkan.
9. Cara analysis:
-Stratified analisis= analisis berstrata—analisis berstrata/kelompok
- Unstratified analysis= analisis tak tak strata—menghasilkan ukuran kasar- Crude
10. Analisis tak terstrata akan menghasilkan RR yg sama dengan analisis berstrata
- Bila variabel yg berpotensi mengganggu tak mempengaruhi risiko terjadinya
outcome
- Variabel tersebut sama distribusinya dalam kedua kelompok yg dibandingkan.
11. Analisis tak terstrata akan berbeda dengan RR dari analisis berstrata:
- Bila variabel tersebut mempengaruhi risiko terjadinya outcome
- Variabel tersebut berbeda distribusinya di kelompok yg dibandingkan.
12. RR yang baik adalah RR yg bebas dari pengaruh variabel lain--. RR dari analisis berstrata
lebih baik dari RR yg bebas dari pengaruh variabel lain- RR dari analisis berstrata lebih
baik dari RR analisis tak terstrata.
Ukuran frekuensi:
1. Menggambarkan besarnya masalah:
- besarnya masalah
- tingkat keganasan
2. Ukuran relatif
3. Bilangan pecahan
4. memakai rumus umum
-Proporsi
- Paling sering digunakan
- Bilangan pecahan
-memakai rumus umum:
- Proporsi:
* Paling sering digunakan
* Bilang pecahan
* Nominator adalah bagian dari denominator
- Ratio
- Rate
5. 2 komponen
- Pembilang jumlah individu yg alami peristiwa yg tak diingini= kasus
Kasus incidence--
Masa pengamatan (+) &
Perubahan status (+) selama masa pengamatan
.Kasus Prevalence
Penyebut = Populasi at Risk
ANGKA ADJUSTED:
1. Angka fiktif
2. Diperoleh dari hasil pembabatan angka spesifik setiap kelompok dengan populasi standart
METODA STANDARISASI
1. Standarisasi adalah procedure yg digunakan untuk mengendalikan pengaruh faktor confouding dalam
membandingkan angka kasar 2 atau lebih kelompok populasi
2. Populasi yg dibandingkan berasal dari :
lokasi sama, tahun beda (misal: pasien di rawat di di satu rumah sakit pada waktu berbeda.
Lokasi beda, tahun sama (misal: pasien dirawat di RS berbeda pada tahun yang sama)
3. 2 metode standarisasi:
Metode Standarisasi Langsung = Direct Method of Standarization
Metode Standarisasi Tak Langsung = Indirect Method of Standarization
Metode Standarisasi
Langkah-langkah untuk
menghitung angka
crude adjusted
HUBUNGAN ANTARA HOST (PEJAMU) AGENT, dan LINGKUNGAN SEBAGAI PENDEKATAN
EPIDEMIOLOGI
AGENT
HOST
2. Reservoir Agent
* Habitat nama dimana agent penyakit menular hidup, tumbuh dan
berkembang biak
Reservoir manusia
Kasus akut dengan gejala klinis jarang cepat terdiagnosis cepat di tahun/ dan orang sekitar waspada
Carrier Cases:
1. Carrier dengan inpparent infection:
* dapat ditularkan peny.walaupun tanda & gejala penyakit
2. Incubatory Carrier:
* Kasus yg dapat menularkan penyakit sebelum muncul tanda
atau gejala klinis.
3. Convalescent Carrier
Dapat menularkan penyakit pada periode penyembuhan atau
sudah sembuh.
4. Carier Chronic
Kasus yang berlanjut infeksius selama 1 tahun atau lebih.
- Reservoir hewan:
Perhatikan binatang peliharaan atau binatang yg ada di sekitar kita
- Reservoir Lingkungan
* Tanaman
* Tanah
* air
* Tak Langsung
1. Vehicle borne
2. Vector borne
3. Air borne
KARAKTERISTIK
Definisi Screening
• Identifikasi presumtif dari penyakit yang tidak
dikenal atau kerusakan pada tubuh dengan
aplikasi tes,
tes, pemeriksaan,
pemeriksaan, atau prosedur lainnya
yang dapat diaplikasikan dengan cepat untuk
memisahkan orang yang terpapar penyakit dari
orang yang sehat
• Tidak ditujukan untuk bersifat diagnostik,
diagnostik,
temuan yang mencurigakan atau positif harus
diajukan ke dokter untuk diagnosa dan
perawatan
Tipe-tipe screening
• Screening massa
• Screening selektif
• Screening satu penyakit
• Screening pencarian kasus
• Screening multitahap
Screening massa
Screening selektif
Screening multitahap
Tes Screening
- positif a b a+b
- negatif c d c+d
- positif a b a+b
- negatif c d c+d
Incidence Rate
• Di dlm mempelajari incidence diperlukan
penentuan waktu atau saat timbulnya
penyakit. Untuk peny. Akut spt influenza,
gastroenteritis dan cerebral hemorrhage
penentuan incidence ini tidak begitu sulit
waktu dpt diketahui pasti, kalau peny.
Timbulnya tdk jelas waktu diagnosa pasti
diartikan sebagai waktu mulai penyakit.
• IR dinyatakan dengan waktu bulan, tahun, dll.
• Pada saat penduduk diserang peny. Waktu
terbatas (epidemi peny. Infeksi) mk. Periode
waktu terjadinya kasus2 baru adalah sama
dgn lamanya epidemi. Ir pd suatu epidemi
disebut Attack Rate.
Incidence Rate
AR= Jumlah kasus
Pop. Yg. Mempunyai risiko
Incidence Rate
Prevalence Rate
5. Ukuran Kematian
5. Ukuran Kematian
2.Angka kematian menurut umur atau “Age
specific Death Rates “(ASDR). Angka ini
dipakai dalam perbandingan angka kematian
setiap kelompok umur.
3. Standarisasi angkakematian menurut umur atau
“age adjusted death rates”
Bila terdpt perbedaan distribusi umur pd pop. Yang
akan dibandingkan, harus dilakukan standarisasi
umur. Yg hrs diketahui CDR dpt dilihat sebagai
jumlah ASDR dengan pembobotan.
5. Ukuran Kematian
METODE EPIDEMIOLOGI
1. Epidemiologi Diskriptif
a. Penemuan2 yg. Khas:
1. Prevalensi suatu peny atau masalah
kesehatan.
2.Frekuensi dan lama exposure
3. Karakteristik orang-orang suatu
outcome pd. Saat ttt. Atau periode ttt.
1. Epidemiologi diskriptif.
• OR = ad/bc
Odds Ratio
Rumusnya sama dengan RR hanya didapatkan
sebagai hasil akhir desain kasus kontrol
Interpretasi dari RR/OR:
RR/OR=1,0, risiko outcome dari kel. Exposed
dan unexposed sama.
RR/OR > = 2 ,faktor outcome berhubungan dengan
faktor exposed (kekuatan hubungan)
Epidemiologi Analitik
Desain: kasus Kontrol, Kohort dan
eksperimen.
Keuntungan Kasus Kontrol:
• Penelitian pendek, murah, jumlah subjek terbatas,
manfaat catatan ada, tak ada risiko bagi subjek,
dapat multiple kausal.
Kerugian Kasus Kontrol: tergantung faktor ingatan,
keabsahan data sulit didapat, sulit mengontrol
variabel, bias seleksi, tak dapat insiden rate,
metode sulit dimengerti tak dapat mekanisme
penyakit.
Desain Kohort
Keuntungan:
• Sangat cocok untuk melihat gambaran
insiden
• , kausa penyakit, dapat mengukur variabel-
variabel penting, tidak ada recall bias.
Kelemahan:
• Mahal, tidak efisien, confounder dapat
dikontrol.
Desain eksperimental
Keuntungan:
• Bukti kuat
• Memungkinkan bertingkat
• Ada berbagai pengelolaan
Kerugian
• Kasus jarang jumlah besar
• Perubahan yang cepat
• Masalah Etika
• Mahal
PENANGGULANGAN
WABAH
KETENTUAN UMUM
6. Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yg
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yg dapat menjurus terjadinya wabah
7.Kepada wilayah/daerah adalah Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I atau Bupati/Walikotamadya
kepala Daerah Tingkat I atau Camat.
8. Menteri adalah Menteri yg bertanggung jawab di
bidang kesehatan.
SOAL ESSAY
1. Jelaskan secara singkat dan jelas kelemahan dan kelebihan studi crosssectional,case control,
kohor dan eksperimental.
2. Berikan contoh hasil pemeriksaan sensitifitas dan spesifitas suatu screning penyakit.
5. Jelaskan secara singkat dan jelas terjadinya penyakit menurut teori John Gordon.