Anda di halaman 1dari 28

SAP EPIDEMIOLOGI

I. Deskripsi Singkat Epidemiologi


Ilmu yang mempelajari tentang sebaran (distribution) dan faktor ( determinant) dari frekuensi penyakit pada
populasi ( Manusia).

Distribusi frekuensi penyakit : ukuran frekuensi penyakit ( incidence dan atau prevalence)

Distribusi penyakit dan determinantnya dapat kita lakukan pendekatan (approach) dengan pengelompokan: orang (
person), tempat ( place) dan waktu (time)

Perkembangan alamiah pemikiran epidemiologi:


1. Kecurigaan atas faktor pajanan ( exposure) yang mempengaruhi terjadinya penyakit. Dapat muncul dari
praktek klinik, penelitian laboratorium, pengamatan pola penyakit, studi korelasi, laporan kasus
(epidemiologi deskriptif)
2. Formulasi hipotesis tertentu
3. Melakukan penelitian epidemiologi untuk menguji hubungan antara pemajanan (exposure) dan penyakit
(epidemiologi analitik). Dalam pengujian ini harus diperhatikan faktor peluang (chances), bias dan
confounding)
4. Keputusan apakah hubungan yang didapat merupakan hubungan sebab akibat harus memperhatikan hasil
penelitian lainnya, kekuatan hubungan, arah waktu (temporal ambiguity

V. URAIAN MATERI

MATERI 1.Pengertian epidemiologi


1.1 Definisi epidemiologi.
1) menurut asal kata: epi= pada, demos = penduduk/rakyat: logos=
ilmu (bhs Yunani).
Epidemiologi= ilmu yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada
Rakyat/penduduk/populasi.
2) Definisi lama : ilmu yang mempelajari penyebaran atau perluasan suatu penularan penyakit di dalam
suatu kelompok penduduk atau masyarakat.
3) Definisi baru epidemiologi: ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi dan determinant
penyakit pada populasi. (epidemiologi mengukur suatu kejadian, mendistribusikan kejadian tersebut
menurut variabel orang, tempat, dan waktu, dan berupaya untuk menentukan faktor yang
menyebabkan terjadinya kejadian itu.)
Distribusi: orang, tempat, waktu
Frekuensi: ukuran frekuensi: insiden dan atau prevalence
Determinant Risk Factors: berarti faktor yang mempengaruhi atau faktor yang memberi risiko atas
terjadinya penyakit atau masalah

1.2 .Sejarah epidemiologi


1) Generasi Pertama
(1) Hipocrates (460-377 SM). Epidemiologi pertama, memperkenalkan istilah epidemic, endemic,
menduga ada hubungan antara penyakit dengan lingkungan (geografi, air, iklim, kebiasaan
makan, tempat tinggal, dll) mempengaruhi keseimbangan tubuh.
(2) Galen (129-199): bapak fisiologi eksperimental, mengelaborasi lebih lanjut teori hipocrates, cara
hidup dan kondisi cairan tubuh diduga berhubungan dengan kesehatan dan timbulnya penyakit.
(3) Thomas Sydenham (1624-1689): Dianggap hipocratesnya orang inggris, sering dianggap bapak
epidemiologi, menghubungkan terjadinya penyakit dengan udara, air dan tempat.
(4) Noah Webster (1758-1843): epidemiologis Amerika, wabah berkaitan dengan lingkungan ttt,
dokter sastrawan italy, populer teori Contagion dan Germ, penularan penyakit dari orang ke
orang melalui partikel kecil tak tampak
(5) Igmatz Sem melwis (1818-1865) : Obgyn hongaria, child bed fever berkurang karena dokter
membasuh tangannya.
(6) Edwar Jenner (1770 akhir): penemu vaksin cacar yang efektif
(7) Louis Pasteur (1885) Demontrasi immunisasi rabies yang effektif.

2) Kelahiran Statistik Kehidupan


(1) John Graunt (1662): berkontribusi penting dalam epidemiologi, orang pertama yg
menguantifikasikan pola penyakit penduduk, menekankan pentingnya pengumpulan data
secara rutin jadi dasar epidemiologi modern, pencipta dasar statistik estimasi popluasi dan
kontribusi life table.
(2) William Farr (1880-): bapak statistik kehidupan dan surveillance modern, mengembangkan
analisa dan penggunaan statistik kematian untuk evaluasi masalah kesehatan.,
mengembangkan konsep populasi berisiko., metoda pemilihan group pembanding yang tepat.

3). Study Epidemiology Klasik


a. James Und (1753)- study eksperimental tentang sebab dan pengobatn scurvy
b. PI Planum- study epidemiology klasik ttg campak
c. John Snow (1813-1858)- bapak epidemiologi lapangan, postulat cholera
ditularkan via air tercemar, metode investigasi merupakan landasan langkah
investigasi wabah.
d. Josep Goldberger (1923)- pellagra bukan penyakit infeksi.

4). Epidemiologi Modern


a. Doll dan Hill (1950) hubungan rokok dengan Ca Paru
b. Uji komunitas vaksil salk- uji komunitas vaksin polio.
c. Framinghart Heart study- kohort penyakit cardiovaskular.

1.5 Jangkauan dan Kegiatan Epidemiologi

Penelitian
Pengembangan (R & D)

Orang, Tempat, waktu

Studi Deskriptif
Program
Screning
massal
Administrasi Penyusunan hipotesa dan
Pelayanan pembentukan model
Analisis hasil
Kesehatan
penelitian
Penanggulan Studi
gan analitik
epidemiologi
Pengamatan
epidemiologi
Observasional Eksperimental
Studi retrospektif Ekspe. Binatang
Studi prospektif Eksp. Manisia
Trial obat Simulasi model
dan trial
1.6. Strategi Epidemiologi & Hubungan Kekuatan Sebab dan Akibat

Epidemiology: Mempelajari distribusi frekuensi suatu penyakit, menentukan sebab akibat penyakit

Tujuan utama epidemiologi mencari hubungan kausal antara penyakit dan keterpajanan terhadap lingkungan.

Langkah-langkah ilmiah: menelaah fakta dan hipotesis yang ada, memformulasikan hipotesis yang baru dan
lebih spesifik, mengumpulkan fakta-fakta baru untuk menguji hipotesis yang dikemukakan di point tersebut
di atas.

Hubungan secara statistik: tidak ada hubungan secara statistik, atau berhubungan secara statistik: tidak kausal,
kausal ( tidak langsung atau langsung)

Tidak ada hubungan secara statistik karena:


Sampel terlalu kecil, cara pengumpulan data salah, prosedur statistik tidak kuat, power penelitian kurang
( belum tentu ada hubungan sebab-akibat- IV warna- penyakit jantung—tak langsung; IV warna—sosek
meningkat dan pola makan.

Hubungan kausal:
1. Tak bisa sekedar melihat hubungan yang kuat saja
2. Butuh kriteria lain dari 2 hal yang sedang diselidiki
3. Kriteria Hill:
1) ukuran waktu: harus yakin faktor penyebab mendahului faktorakibat; punya bobot
paling besar dibanding point lainnya.
2) Konsistensi: dilakukan ditempat-tempat berbeda punya hasil yang sama.
3) Kekuatan hubungan: Diukur dengan relatif risk dan odd ratio
4) Biologi gradient: dosis respons relationship makin besar dosis pemajanan-
frekuensi semakin besar., Time response Relationship makin lama pajanan
frekuensi makin besar.
5) Specificity of effect: makin spesifik makin jelas hubungannya; ada kuman TBC-
orang jadi TBC; Pembuktian kasus TBC harus mengandung kuman TBC karena
tak ada kuman lain penyebab TBC.
6) Colateral evidence and biological plausibility. Collateral evidence: bukti lain
membantu untuk mengambil kesimpulan, mis: geografi, umur. Biological
plausibility: Apakah hubungan tsb dapat diterangkan secara biologi atau= perlu
bukti-bukti tambahan dari penelitian lain, secara biologis dapat dimengerti,
mungkin didukung penelitian histipatologis.
7) Pembuktian kausal: bukan merupakan syarat pokok, adalah pembuktian
eksperimental, untuk pembuktian tidak selalu dapat dipenuhi, sering controversial.

HIPOTHESIS:

Cara menyusun hypothesis:


a. metode perbedaan: ca cervix pada wanita umumnya dan pada biarawati
b. Metode kecocokan: melihat hubungan dari kondisi berbeda: ca cervix dengan : hubungan sexual
pada usia muda, rekan sexual yang banyak, sosio ekonomi rendah.
c. Metode concomitant variation: variasi berbarengan, variasi keadaan dikuti keadaan lainnya, kota
dengan populasi perokok banyak—ditemukan tingkat kejadian bronghitis chronik meningkat:
setelah ada kampanye anti rokok- kejadian bronghitis chronik menurun- diduga ada hubungan
antara merokok dengan bronghitis chronik.
d. Metoda analogy (kesamaan): menarik kesimpulan berdasarkan kenyataan mirip, predominant
genetika, penyakit keturunan cenderung terdapat dalam satu keluarga- sering dianalogikan sebagai
penyakit keturunan.

Beberapa pertimbangan hipotesis: hipotesis mengaitkan hasil observasi dari klinik, patologik dan laboratorium,
kuatnya hubungan statistic, perubahan frekuensi penyakit menurut satu kurun waktu, adanya kasus yang aneh dan
jarang terjadi, hasil pengamatan yang tampaknya saling bertentangan.
MATERI 2. DESIGN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
2.1. Ekperimental
2.2 Non Eksperimental=Observasional
1). Cohort
2) case- control
3) cross Sectional

2.1. Eksperimental:
1) Studi intervensi
2) Peneliti melakukan intervensi yang disengaja—untuk melihat efek
perlakukan tsb.
3) Terdiri dari : murni- pemilihan subyek secara acak, kuasi- tdk acak.

2.2. Non Eksperimental:


1) observasional hanya mengamati saja
2) tidak ada intervensi dari peniliti
3) terdiri dari : deskriptif: laporan kasus, studi korelasi, studi cross
sectional/survey, serial kasus.
Analitik: observasional analitik + ekperimental.

a. Observasional deskriptif: berupaya menggambarkan kejadian


berdasarkan OTW; Untuk menentukan perkiraan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
a.1. Cohort :
 Dimulai dengan melihat orang yang tak berpenyakit
 Ada 2 kelompok: kelompok 1 kelompok terpajan sedangkan
kelompok 2 kelompok tak terpajan.
 Diikuti- hitung incidence
 Dimensi arah waktu ke depan –for what
 Periksa dulu penyebab- ikuti terus- lihat penyebabnya
 Hasil lebih conclusive
 Perlu waktu lama biaya besar

a.2 Case Control

 Dimulai dari outcome


 Cari orang yang sakit- lihat apa yg mempengaruhibatau penyebabnya
 Biasanya dilakukan dengan wawancara
 Bisa timbul bias
 Pertanyaan menggali pajanan yang lalu
 Relatif lebih cepat dan lebih murah
 Mungkin lebih mudah
 Hasil kurang conclusive dibanding cohort
 Back what
 Penelitian cohort dan case control- mungkin prospective da retrospective

a.3. Cross Sectional


o termasuk penelitian deskriptif
o sudah mulai menganalisis
o terdisri 1 sampel
o tak menguji hipotesis kausal
o tak ada unsur waktu
o mengumpulkan data/peristiwa pada waktu yang sama

Yang termasuk penelitian analitik: eksperimental. Cohort, dan case


control.

HIPOTESIS EPIDEMIOLOGIS MENJELASKAN:


 Populasi ciri-ciri orang yang disebutkan dalam hipotesis
 Penyebab keterpajanan dalam lingkungan
 Akibat penyakit yang dimaksud
 Hubungan dosis jawaban, jumlah penyebab dibutuhkan agar mencapai status tingkat
tertentu.
 Hubungan waktu-jawaban-waktu antara pemajanan sampai ditemukan akibat.

SEBAB PENYAKIT
1. Necessary: tanpa ada faktor ini- tak akan timbul penyakit; penyakit TBC perlu ada kuman
TBC.
2. Sufficient: Dengan tidak adanya faktor ini sudah cukup menimbulkan akibat. Saraf mata putus
—buta, tapi buta dapat disebabkan oleh faktor lain.
3. Necessary & sufficient: Untuk mengakibatkan suatu penyakit faktor tersebut harus ada, tapi
bila penyakit tersebut ada, faktor tersebut ada contoh HIV-AIDS—Untuk sakit AIDS perlu ada
Hiv, bila ada HIV cepat atau lambat akan timbul AIDS.
4. Contribulary:

Necesary
Manusia Kuman
TBC
host
FC. Contribulary
Tak sakit Sakit Agent
Environment
Mata
Rusak on Opticus

Trauma bola mata Sufficient


Buta
Tumor Otak di Pusat Lihat

Penyebab Penyakit Model Epidemiologi


1. Penyebab Tunggal—akibat tunggal
Penyebab-akibat

2. Penyebab majemuk-akibat tunggal


Penyebab-------
Penyebab------
Penyebab-------- Akibat
3. Penyebab Majemuk Akibat Majemuk
Penyebab
Akibat
Penyebab

Akibat

Penyebab Akibat
MATERI 3 UKURAN FREQUENSI PENYAKIT

Tiga Jenis ukuran :


1. Ukuran frekuensi penyakit
2. Ukuran assosiasi
3. Ukuran dampak potential

1. Ukuran Frekuensi Penyakit:


1) Menjelaskan tentang berapa sering suatu penyakit/peristiwa peristiwa di bidang kesehatan
terjadi di masyarakat.
2) Untuk mengukur besaran masalah, dan tingkat keganasan
3) Dalam praktek untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan
4) Adalah dasar epidemiologi deskriptif.

2. Ukuran Assosiasi
1) Mengukur keeratan hubungan assosiasi antara variabel dependent dengan variabel independent
2) Memperlihatkan eratnya hubungan statistik antara suatu faktor study dengan suatu penyakit/
masalah kesehatan tertentu
3) Dalam praktek untuk menilai faktor penyebab atau faktor pencegah masalah kesehatan
tertentu.

3. Ukuran Dampak Potential

1) memperkirakan contribusi status faktor studi terhadap terjadinya/tercegahnya suatu masalah


kesehatan tertentu
2) Dalam praktek untuk mengukur besarnya kontribusi suatu program intervensi terhadap
perbaikan derajat kesehatan masyarakat.

Tiga perhitungan rumus matematik Umum


1) Proporsi
2) Rate
3) Ratio

1) PROPORSI
 Bilangan pecahan
 Nominator adalah bagian denominator
 Dapat dinyatakan dalam : persen (%): decimal—perkalian seratus dari populasi, per mil 0/00
 Berkisar antara 0-100
 Tidak punya satuan
 Rentang 0-1
 Misal : proporsi mahasiswa wanita = jumlah wanita/jumlah mhs pria dan wanita; proporsi
penderita malaria = jumlah penderita malaria / jumlah populasi ( bisa dikalikan 100%)
2) RATIO
 Pecahan
 Nominator tidak termasuk dalam denominator
 2 jenis ratio : a. Mempunyai ukuran satuan : jumlah dokter/100.000 penduduk, jumlah kematian bayi
selama setahun/1000 KH
b.Tak mempunyai ukuran: numerator dan denominator punya satuan sama: perbandingan antara proporsi
1 dan proporsi 2 , rentang 1- tak terhingga.

3) RATE
 Punya pengertian ganda
 Sering diartikan sebagai : angka : CDR, CBR; Kecepatan: rate pada spedo meter
 Merupakan kemampuan berubahnya suatu kuantitas bila terjadi perubahan pada kuantitas lainnya:
kuantitas lain sebagai patokan (ke-2) = kuantitas waktu. Mis: Kecepatan kendaraan pada suatu saat
tertentu merefleksikan perubahan satuan jarak per perubahan satuan waktu.
 Punya satuan ukuran: persatuan waktu
 Besarnya tak terbatas
 Rentang: 0 – tak terhingga
 Bentuk ukuran ini sering dicampur adukan dengan proporsi

KOMPONEN UKURAN FREKUENSI

1.Pembilang = numerator
 Frekuensi / jumlah kasus yang diamati
 Kasus : 1. arti kasus: subyek pengamatan yang alami kejadian atau akibat yang tak diingini. 2. Berupa:
penyakit: kecacatan produktivitas: disiplin, kegagalan, ketidak patuhan: kematian dll.3 2 jenis kasus:
 Kasus incidence: mereflesikan proses patologis, memenuhi 2 persyaratan: perubahan status, periode
pengamatan. Misal: perubahan status: sehat-sakit-hidup-mati.
 Kasus prevalence: menggambarkan status kondisi, pada waktu/periode tertentu, tidak
mempermasalahkan perubahan status, setiap kasus yg ditemui pada saat pengukuran --- dihitung,
kasus yg sudah sembuh atau mati – tdk dihitung.

2. Penyebut = Denominator
 Adalah population at risk
 Population at risk = sekelompok individu yg punya peluang untuk mengalami kasus yang diamati.
 2 jenis populasi : 1. populasi terikat: populasi yg anggotanya telah ditentukan sejak awal periode
pengamatan & tak bertambah selama masa pengamatan. 2 populasi dinamis: populasi yg selama periode
pengamatan, anggota populasinya dapat berubah bertambah atau berkurang.

 Jenis status menentukan jenis ukuran frekuensi


 Ukuran frekuensi yang pembilangnya kasus incidence----ukuran incidence
 Ukuran frekuensi yang pembilangnya kasus prevalence—ukuran prevalence.

JENIS UKURAN FREKUENSI

1. Ukuran Incidence
Incidence rate = incidence density= ID
Incidence Risk = Cumulative Incidence = CI
2. Ukuran Prevalence

INCIDENCE
1. Menggambarkan kasus baru yang terjadi dalam periode tertentu
2. Kejadian penyakit atau perubahan dari status sehat menjadi status sakit
3. Perhitungan ke dua ukuran incidence berbeda tergantung: jenis populasi yang diamati, informasi tentang
masa pengamatan setiap anggota populasi at risk.
4. Ukuran incidence: a. Incidence rate= incidence density= ID; b. Incidence risk= Cumulative incidence=
CI.
5. Pemilihan ukuran incidence: - untuk interpretasi individu pakai : incidence risk,- incidence rate tak
punya interpretasi untuk individu; - untuk menguji hipotesa etiologi yg spesifik, pilihan ukuran incidence
tergantung pada sifat penyakit dan masa pengamatan: * untuk penyakit kronis--- pakai incidence rate:
Pengamatan penyakit bersifat extended risk period—dilakukan lebih pendek dimasa latent (masa
inkubasi) penyakit.
Untuk penyakit akut --- incidence risk; pengamatan penyakit bersifat restricted risk--- dilakukan lebih
panjang dari masa inkubasi penyakit.

A. Incidence Rate:
1. Incidence dencity =ID
2. Incidence rate rerata= average Incidence rate
3. Adalah perubahan/ potensi untuk berubah status penyakit—status kesehatan tertentu di dalam suatu
populasi per satuan unit waktu
4. untuk mengekur kecepatan terjadinya suatu kejadian dalam suatu populasi
5. untuk menguji hipotesis pada penyakit kronis yg punya banyak factor butuh pemaparan lama.
6. Istilah lain: risk instantaneous; hazar ( khusus bila yg diamati adalah peristiwa kematian); person---
time---incidence; farce morbidity.
7. Karakteristik: -tdk mempunyai interpretasi individu; -tdk perlu pernyataan ttg periode pengamatan;-
punya satuan yg dinyatakan dalam unit satuan waktu;- Nilai 0—tak terhingga;- selalu dinyatakan dalam
hubungan dengan periode tertentu;- rumus – jumlah kasus baru si penyakit/populasi yg punya risiko.

B. Perhitungan:
 Ukuran populasi tak dapat menyatakan sebagai fungsi matematik dari waktu--- sulit
mendapatkaninstanfaneus incidence rate (incidence rate saat ini)
 Diganti dengan average incidence rate selama periode tertentu—identik dengan kecepatan rata-
rata
 3 perhitungan incidence rate:
- Metode kumulatif sederhana
- Metode acturial (metode life table)
- Metode pada populasi dinamis

 Metode kumulatif sederhana pada populasi terikat:


- perhitungan dengan metode populasi sederhana dibedakan
berdasarkan:
- Incidence rate selama periode (to.t)
- ID = d (to.t)/PT
- ID = incidence densiti
- D(to.t)= jumlah kasus incidence yang terjadi selama perode (to.t)
- PT=jumlah person-time= jumlah seluruh masa pengamatan yang
disumbangkan oleh populasi selama periode(to.t) (dinyatakan dalam orang
tahun,orang hari)
- Kelemahan rumus ini: harus diketahui waktu timbulnya
penyakit/dropped out secara pasti untuk mendapatkan delta t setiap anggota populasi
- Jumlah PT dapat dihitung dengan 2 cara tergantung pada
informasi periode pengamatan setiap individu
- Bila periode pengamatan setiap individu yg bebas yg bebas
penyakit—PT dihitung dengan penjumlahan person time keseluruhan individu
- ID =d(to.t)/coti,Coti =jumlah periode pengamatan yg dilakukan
terhadap individu yg ke-i sejak disertakan dalam studi sampai ditemukannya gejala
penyakit—sampai berhenti dari pengamatan.
- Alasan berhenti dari pengamatan karena :
- hilang dari pengamatan karena pibdah,tidak kooperatif dsb
- meninggal karena sebab lain (bukan karena penyakit yg diamati.
- berakhir masa penelitian
-penggunaan berbagai prosedur kedokteran yg menyebabkan subyek
tersebut kehilangan risiko untuk terkena penyakit (mis imunisasi &
hystrectomi pada CA-uterus).

Metode Kumulatif Sederhana Pada Populasi Dinamis :


- Diasumsikan:
-Populasi dan distribusi umur= konstan sepanjang waktu=steady state
population
-PT= populasi bebas penyakit di pertengahan periode pengamatan/lamanya
masa pengamatan
ID=d (to-t)/NT
D(t0-t)=jumlah kasus yg terjadi selama periode pengamatan.
NT= Jumlah populasi at risk pada pertengahan masa pengamatan

-Metode Acturial
- Metode life table
-ID= d/(N-d+w)t-(d+w)T/2)

INCIDENCE RISK
1.= cumulative Incidence merupakan suatu proporsi
2 yaitu peluang seorang anggota populasi untuk mengalami suatu penyakit atau masalah kesehatan di
dalam periode tertentu
3. Ukuran ini berkenaan dengan kejadian penyakit yang pertamakali
4. Incidence risk adalah nilai probabilitas yg memenuhi kriteria:
* nilai =0-1
* tidak mempunyai satuan ukuran
* periode pengamatan harus disebutkan
* Periode tersebut ditentukan secara bebas: bervariasi pada setiap individu.
Contoh -1:
- Periode yg ditentukan secara bebas = 5 tahun risiko terjadinya
penyakit jantung koroner.
- Bervariasi pada setiap individu=risiko terjadinya penyakit jantung
koroner seumur hidup
- Periode tersebut secara implisit ditentukan oleh karakteristik penyakit
yg diamati

5.Pada kejadian yg pendek waktu pemaparannya (retricted Risk peride)-pada wabah (dimana periodenya =
durasi wabah atau waktu sampai terjadinya kasus yg pertama0 – misal pada penyakit akut-disebut attack
rate
6. Risk odds
- probalitas kondisional untuk terjadinya penyakit/probabilitas
kondisional untuk tidak terkena penyakit
- adalah ratio antara risiko untuk terkena penyakit/risiko untuk tdk
terkena penyakit
- risk odd= (p/(1-p)
- pada penyakit yg sangatjarang terjadi nilainya mendekati incidence
risk.
7. Incidence risk=proporsi kasus baru yg terjadi selama periode pengamatan
8. umumnya kasus incidence dihitung dari kejadian kasus yang pertama
9. populasi=subyek bebas penyakit pada awal masa pengamatan
10. metode kumulatif sederhana pada populasi terikat:

Bila populasi= fixed kohort: DO selama masa pengamatan sedikit—


CI (to.t) =i/No
I =jumlah kasus baru yg diagnosanya ditegakkan dalam periode (to.T)
No= jumlah subyek bebas penyakit yg diamati pada awal masa pengamatan
CI= probalilitas kondisonal yg tidak akurat untuk memperkirakan risiko kecuali bila semua anggota
populasi diamati sampai selesai masa pengamatan dan diketahui status kesakitannya.
Rumus ini hanya untuk memperkirakan risiko pada kondisi yang sangat terbatas yg biasanya tak pernah
ditemukan, terutama pada periode pengamatan yg panjang.

11. Metode kumulatif pada populasi dinamis:


CI=I/N
I = jumlah kasus yg terjadi selama masa pengamatan
N= jumlah populasi pada pertengahan masa pengamatan

12. Metode acturial


CI =I/ (N-%W)
I= jumlah kasus yang terjadi selama masa pengamatan
N= jumlah populasi pada awal masa pengamatan
W= jumlah subyek yang hilang dari pengamatan

Perbedaan ID dan CI tampak pada :


1. Hal yg diukur:
ID –kecepatan rata2
CI- Probabilitas
2. penyebut yg digunakan dalam perhitungan
3. bentang nilai dari masing-masing ukuran

PREVALENCE

1. Menggambarka jumlah kasus yang ada pada saat tertentu (populasi yang sakit pada saat itu)
2. Bukan rate (tetapi disebut prevalense rate)
3. Untuk:
a. Perencenaan kebutuhan fasilitas dan tenaga
b. Perencanaan pemberantasan penyakit

4. Ada 2 macam :
a. point Prevalence:
- Mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yg menderita suatu
penyakit pada suatu titik waktu tertentu.
- Proporsi penduduk yg sakit pada saat tertentu
- Untuk menggambarkan situasi penyakit yg ada pada saat itu
- Untuk perencanaan manajemennya
- P= jumlah penderita pada saat tertentu / jumlah penduduk pada saat
itu

- Tergantung dari :
 berapa jumlah orang yang telah sakit pada waktu yg lalu
 Lamanyamereka sakit

b. Periode Prevalence
- mengukur proporsi penduduk yg menderita sakit selama periode tertentu
- jarang digunakan
- P= jumlah kasus penyakit yg ada selama satu periode periode/mid period
population (penduduk rata-rata di periode itu)
- Terbentuk dari :
 Prevalence pd satu titik waktu (+)
 Kasus-kasus baru=incidence (+)
 Kasus yg kambuh selama periode observasi
HUBUNGAN PREVALENCE DENGAN INCIDENCE
1. Incidence merupakan ukuran yg tak mudah di dapat
2. Prevalence relatif mudah di dapat
3. P=I x D
4. P=Prevalence, I = Incidence, D =Duration of illness= lama sakit
5. I ber(+), D ber (+) atau tetap –P ber (+)
6. Incidence menggambarkan besarnya risiko sakit
7. Incidenceberbanding terbalik dg keberhasilan pencegahan
8. pencegahan berhasil – incidence turun
9. pencegahan tak berhasil-incidence tetap atau naik
10. Lama sakit= duration of illness:
- Ditentukan oleh keberhasilan pengobatan
- Pengobatan menyembuhkan penderita-
 P turun waktu I tetap
 P turun bila penyakit mematikan dalam waktu singkat
 Walau incidence tinggi, Prevalence akan tetap rendah
- Pengobatan tak menyembuhkan penderita tetapi
memperpanjang hidup--- Prevalence akan meningkat
MATERI 4 STANDARISASI

STANDARISASI

MASYARAKAT INDIVIDU

1. Pengamatan
Studi Sistimatis
2. Cari Faktor
Penyebab & Pencegahan
3. Kuatifikasi
4. pembandingan

Sekelompok individu
terpilih alami peristiwa
tak dingini= kasus

Metode sistimatis spesifik yang dipakai dalam epidemiologi


1. Kuantifikasi
2. Pembandingan

Metode kuantifikasi-- untuk menangkap fenomena populasi:


1. Pengukuran
2. Prediksi
3. uji statistik

Metode pembandingan (antar/sub kelompok)—untuk mengungkap misteri dibalik fenomena


yg ditemukan.

Kasus-kasus yg sama dalam populasi diindentifikasi dengan menggunakan kriteria unik dan
jelas.

Besarnya kasus ada dalam setiap populasi—ukuran frekuensi


1. ukuran relatif yg merupakan perbandingan antara jumlah kasus dengan jumlah populasi
2. Selanjutnya dipakai indikator yang dapat dibandingkan antara suatu kelompok dengan
kelompok lain
3. Contoh indikator:
- Derajat kesehatan= angka kesakitan dan kematian
- Tingkat keberhasilan=cakupan program.

Kelompok
Kelompok Beda Sub kelompok
Sub Kelompok

Beri peluang
terindentifikasinya
Faktor penyebab & pencegah
INDIKATOR
1. Indikator subkelompok -----> indikator spesifik
- Mis: age specific Death Rate
- jumlahnya banyak
-Tak mewakili indikator seluruh kelompok
- Mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan karena variasi
tingkat perbedaan yg ditemukan
2. Indikator seluruh kelompok--- indikator kasar
- Mis: Crude mortality Rate
- Mewakili seluruh kelompok
- dipengaruhi oleh tingkat perbedaan disetiap subkelompok

STANDARISASI- metode untuk membandingkan indikator kasar dengan


melakukan koreksi terhadap pengaruh perbedaan pada sub kelompok.

Ilustrasi Kasus

Kelas Tahun 1996 Tahun 1997


perawatan
Pasien Pasien Angka Pasien Pasien Angka
dirawat Meninggal specifik dirawat Meninggal Specific
Kelas I 200 8 40/1000 500 20 40/1000
Kelas II 300 24 80/1000 300 24 80/1000
Kelas III 500 60 120/1000 200 24 120/1000
Angka kotor 1000 92 92/1000 1000 68 68/1000

Kesimpulan:

1) Dr Angka specific- tak ada perbedaan tahun 1996 & 1997- tak ada perubahan jumlah pasien
meninggal: tapi ada perubahan distribusi kelas pasien meninggal
2) Dari angka kasar ada penurunan angka kasar pasien rawat inap meninggal (92/1000-68/1000)
3) Perbedaan angka kasar dipengaruhi oleh perbedaan risiko pasien meninggal pada setiap kelas-
lebih banyak jumlah pasien rawat inap kelas III yg risiko meninggalnya lebih besar
4) Jadi kelas perawatan berpengaruh terhadap angka kasar pasien meninggal- kelas perawatan=
counfonding factor=faktor konfonding= faktor pengacau--perlu dikendalikan.

CONFOUNDING FACTOR

1. Counfonding= distorsi dari efek st faktor yg disebabkan adanya faktor lain yg juga
berpengaruh terhadap kejadian yg diteliti
2. Counfonding terjadi akibat perbedaan distribusi confounding variable dalam kelompok
yg diperbandingkan
3. Risk faktor= faktor-faktor yg bekerjasama dan mengakibatkan timbulnya penyakit
4. Hal yg dapat menyebabkan terjadinya confounding:
- ada variable yg juga berpengaruh terhadap outcome
- Distribusi variable tersebut pada kelompok yg dibandingkan
- Jadi ada perbedaan distribusi variable yang berpengaruh terhadap variable yg
diteliti (outcome) antara ke dua kelompok yang dibandingkan.

5. Kondisi yang menyebabkan terjadinya BIAS akibat confounding factor:


- Ada variable lain selain variable yang sedang diteliti efeknya yg juga
mempengaruhi variable outcome.
- Variabel lain tsb distribusinya tak sama pada kelompok yg dibandingkan.

6. Confounder haruslah merupakan variabel yg bukan variabel antara. Antara variabel yg


diteliti efeknya dengan dengan variabel outcome.
7. Adanya perbedaan antara strata menunjukkan ada interaksi antara variabel yg dicurigai
sebagai confounding faktor dengan variabel yg diteliti.
8. Confounding faktor dapat dihilangkan dengan:
- Membatasi subyek penelitianhanya pada salah satu tingkat confounding variabel
saja.
- Mencari pembanding sejodoh (matched) untuk setiap subjek dalam kelompok
kasus/kelompok eksperimen, dicarikan kontrol yg sama status variabel
confoundingnya.
- Mengadakan analisis per strata
- Mengadakan analisis dengan temuan variabel secara serentak—multivariabel
banalysis—perlu bantuan computer.

9. Cara analysis:
-Stratified analisis= analisis berstrata—analisis berstrata/kelompok
- Unstratified analysis= analisis tak tak strata—menghasilkan ukuran kasar- Crude

10. Analisis tak terstrata akan menghasilkan RR yg sama dengan analisis berstrata
- Bila variabel yg berpotensi mengganggu tak mempengaruhi risiko terjadinya
outcome
- Variabel tersebut sama distribusinya dalam kedua kelompok yg dibandingkan.

11. Analisis tak terstrata akan berbeda dengan RR dari analisis berstrata:
- Bila variabel tersebut mempengaruhi risiko terjadinya outcome
- Variabel tersebut berbeda distribusinya di kelompok yg dibandingkan.

12. RR yang baik adalah RR yg bebas dari pengaruh variabel lain--. RR dari analisis berstrata
lebih baik dari RR yg bebas dari pengaruh variabel lain- RR dari analisis berstrata lebih
baik dari RR analisis tak terstrata.

13. RR tak berstrata bias= melenceng dari nilai sebenarnya karena


-Adanya confounding faktor
- RR dari perhitungan tak terstrata berbeda dengan RR analisis berstrata

ANGKA KASAR, ANGKA SPECIFIK & ANGKA ADJUSTED

Ukuran frekuensi:
1. Menggambarkan besarnya masalah:
- besarnya masalah
- tingkat keganasan
2. Ukuran relatif
3. Bilangan pecahan
4. memakai rumus umum
-Proporsi
- Paling sering digunakan
- Bilangan pecahan
-memakai rumus umum:
- Proporsi:
* Paling sering digunakan
* Bilang pecahan
* Nominator adalah bagian dari denominator
- Ratio
- Rate
5. 2 komponen
- Pembilang jumlah individu yg alami peristiwa yg tak diingini= kasus
 Kasus incidence--
Masa pengamatan (+) &
Perubahan status (+) selama masa pengamatan
 .Kasus Prevalence
 Penyebut = Populasi at Risk

Perbedaan risiko pada tiap sub kelompok

Perbedaan penyebaran anggota populasi


pada tiap sub kelompok

Populasi Sub Kelompok


Crude Rate Specific Rate

Adalah Angka Actual yg diperoleh dari


hasil:
 pengamatan
 Pencatatan
 Pelaporan
Masalah untuk membandingkan angka spesifik:
1. jumlah angka yg dibandingkan lebih dari satu
2. jumlah angka yg dibandingkan meningkat secara geometrik
dengan semakin besar jumlah sub kelompok dibandingkan

Untuk membandingkan besarnya masalah pada 2 populasi yg berbeda


1. Perlu angka yg mewakili setiap sub kelompok
2. tidak dipengaruhi oleh perbedaan risiko pada setiap sub kelompok.
3. Perlu prosedur yg mengendalikan pengaruh faktor pengganggu—procedure adjusment untuk
standarisasi
4. Menghasilkan angka layak banding= angka adjusted

ANGKA ADJUSTED:
1. Angka fiktif
2. Diperoleh dari hasil pembabatan angka spesifik setiap kelompok dengan populasi standart

METODA STANDARISASI
1. Standarisasi adalah procedure yg digunakan untuk mengendalikan pengaruh faktor confouding dalam
membandingkan angka kasar 2 atau lebih kelompok populasi
2. Populasi yg dibandingkan berasal dari :
lokasi sama, tahun beda (misal: pasien di rawat di di satu rumah sakit pada waktu berbeda.
Lokasi beda, tahun sama (misal: pasien dirawat di RS berbeda pada tahun yang sama)
3. 2 metode standarisasi:
 Metode Standarisasi Langsung = Direct Method of Standarization
 Metode Standarisasi Tak Langsung = Indirect Method of Standarization

Metode Standarisasi

langsung Tak Langsung

Syarat Utama: Angka


Spesifik Populasi yang
Syarat utama: Angka
dibandingkan tak diketahui
spesifik tiap kelompok
Jumlah kasus yg diamati
HARUS DIKETAHUI
sangat kecil

Langkah-langkah untuk
menghitung angka
crude adjusted
HUBUNGAN ANTARA HOST (PEJAMU) AGENT, dan LINGKUNGAN SEBAGAI PENDEKATAN
EPIDEMIOLOGI

Model tradisional epidemiologi John Gordon


Penyakit punya 3 komponen

AGENT
HOST

John Gordon penyakit menular BIOLOGICAL LAW


1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent penyakit dgn
manusia (host)
2. Keadaan keseimbangan tgt pd sifat alami & karakteristik agent & hasil
individu & kelompok.
3. Karakteristik agent & host & interaksinya berhubungan langsung & tgt
pd keadaan alami dr lingkungan sosial, fisik, ekonomi, & lingkungan
biologis.

Periode Prepatogenesis Periode Patogenesis

Terjadinya suatu penyakit


1. Ketidak seimbangan angka A-H-L
2. Adanya interaksi A-H-L
3. adanya stimulus

6 faktor penting dalam perkembangan proses penyakit menular:


1. Agent penyebab:
* Agent biologis
* Tgt pada :
** Viabilitas dan resistensi
** virulensi
** Patogenitas:
*** Tak menimbulkan gejala  inparent infeksion
*** Menimbulkan gejala  Apparent infection
* Cara penyerangan
** Invasi langsung
** Pembuatan toksin

2. Reservoir Agent
* Habitat nama dimana agent penyakit menular hidup, tumbuh dan
berkembang biak
Reservoir manusia
 Kasus akut dengan gejala klinis  jarang cepat terdiagnosis cepat di tahun/ dan orang sekitar waspada
 Carrier Cases:
1. Carrier dengan inpparent infection:
* dapat ditularkan peny.walaupun tanda & gejala penyakit
2. Incubatory Carrier:
* Kasus yg dapat menularkan penyakit sebelum muncul tanda
atau gejala klinis.
3. Convalescent Carrier
Dapat menularkan penyakit pada periode penyembuhan atau
sudah sembuh.
4. Carier Chronic
Kasus yang berlanjut infeksius selama 1 tahun atau lebih.
- Reservoir hewan:
Perhatikan binatang peliharaan atau binatang yg ada di sekitar kita
- Reservoir Lingkungan
* Tanaman
* Tanah
* air

3. Portal dr agent untuk meninggalkan host:


* Saluran pernafasan
* Saluran makanan
* Sistem genito-urinarius
* Kulit
* transplacental

4. Cara penularan (transmisi) dari agent ke host baru:


* Langsung:
1. Kontak langsung
2. Droppled spread

* Tak Langsung
1. Vehicle borne
2. Vector borne
3. Air borne

5. Portal dr agent masuk ke host baru- lihat point 3


6. Kerentanan host:
1. faktor genetika
2. Faktor ketahanan tubuh secara umum:
Faktor ketahanan tubuh secara umum:
* Faktor genetika
* Faktor ketahanan tubuh secara umum:
- Berhubungan dengan kulit
- Selaput lendir
- keasaman lambung
- silia pada saluran pernafasan
- refleks batuk
- yang meningkatkan kerentana: malnutrisi, menderita penyakit lain,
depresi sistem immunologis
 Immunitas spesifik di dapat
1. FAKTOR PENYEBAB (AGENT)
Mekanik
FAKTOR AGENT Friksi
A. Non kronik
Biologis Kekuatan
mekanik yg
A. Kimia sebabkan
A.Nutrisi dislokasi
A. Biologis Pestisida Karbohidrat atau patah
Food additives Lemak tulang
Obat-obatan Protein
Limbah Industri Vitamin
zat2 yg mineral Fisika
diproduksi tubuh Radiasi-
Protozoa, Uniseluler, ionisasi
krn penyakit
Metazoa, Multiseluler, Suhu udara
Cara penularan:
Virus, terkecil, Jamur, Kelembaban
Inhalasi
Chlorofil (+) Getaran
Ditelan
Uni/ Multiseluler
Melalui Kulit
Ricketsia, Parasit
Intrasel

KARAKTERISTIK

VISI,MISI, TUJUAN, STRATEGI


• VISI : manajemen kesehatan berbasis fakta yang cepat,
tepat dan akurat.
• MISI:
memperkuat sistem surveilans disetiap unit pelaksana
program kesehatan.
meningkatkan kemampuan analisis dan rekomendasi
epidemiologi yg berkualitas dan bermanfaat.
Menggalang dan meningkatkan kerjasama dan
kemitraan unit surveilans dalam pertukaran serta
penyebaran informasi
SCREENING
Memperkuat sumber daya manusia di bidang
epidemiologi.
2 tipe utama screening
berdasarkan pencegahannya
• Screening primer (sebelum
(sebelum patologi)
patologi)

• Screening sekunder (Mendeteksi penyakit


lebih awal,
awal, merawat dengan baik,
baik,
menyembuhkan penyakit pada tahap
paling awal

Definisi Screening
• Identifikasi presumtif dari penyakit yang tidak
dikenal atau kerusakan pada tubuh dengan
aplikasi tes,
tes, pemeriksaan,
pemeriksaan, atau prosedur lainnya
yang dapat diaplikasikan dengan cepat untuk
memisahkan orang yang terpapar penyakit dari
orang yang sehat
• Tidak ditujukan untuk bersifat diagnostik,
diagnostik,
temuan yang mencurigakan atau positif harus
diajukan ke dokter untuk diagnosa dan
perawatan

Tipe-tipe screening

• Screening massa
• Screening selektif
• Screening satu penyakit
• Screening pencarian kasus
• Screening multitahap
Screening massa

• Screening yang diaplikasikan secara


umum ke seluruh populasi penduduk
• Contoh:
Contoh: Survey X-
X-ray massal

Screening selektif

• Screening yang diaplikasikan secara


selektif kepada target populasi tertentu
yang memiliki resiko tinggi terkena suatu
penyakit
• Contoh:
Contoh: Screening pap smear pada wanita
berumur diatas 40 tahun untuk
mendeteksi kanker rahim

Screening satu penyakit

• Screening yang diaplikasikan pada satu


jenis penyakit
• Contoh:
Contoh: Screening tubercolosis
Screening pencarian kasus
• Screening ini muncul ketika dokter berusaha
mencari penyakit dari pasien dengan melakukan
tes screening terhadap pasien yang datang
mengingat gejala penyakit yang tidak
berhubungan
• Contoh:
Contoh: data tinggi badan,
badan, berat,
berat,
pendengaran dan penglihatan
yang biasa diambil oleh dokter
anak

Screening multitahap

• Pemeriksaan screening untuk beberapa


penyakit pada satu kali kunjungan ke
pusat screening atau klinik tertentu
• Contoh:
Contoh: pemeriksaan tidak hanya
ditujukan untuk menemukan
kanker,
kanker, namun juga untuk
tekanan darah tinggi dan diabetes

Tes Screening

• Hasil Tes Screening harus memenuhi dua


syarat utama yakni valid dan konsisten
• Validitas tes ini diukur dengan melihat
sejauh mana kemampuan tes memberikan
hasil yang benar,
benar, memberikan hasil positif
pada penderita dan hasil yang negatif
pada bukan penderita
tabel validitas screening
status penyakit total
Positif Negatif
Hasil tes
screening

- positif a b a+b

- negatif c d c+d

total a+c b+d

tabel validitas screening


status penyakit total
Positif Negatif
Hasil tes
screening

- positif a b a+b

- negatif c d c+d

total a+c b+d


4. UKURAN –UKURAN EPIDEMIOLOGI

4. Incidence rate dan prevalence rate merupakan


dua ukuran penyakit yg terpenting
Incidence rate: incidencerate dari suatu penyakit
adalah jumlah kasus baru yang terjadi dikalangan
penduduk selama periode waktu tertertu.
IR = jml ks baru suatu penyakit periode ttt
populasi yg mempunyai risiko pd periode waktu
yg sama.

4. UKURAN –UKURAN EPIDEMIOLOGI


4. Incidence rate dan prevalence rate merupakan
dua ukuran penyakit yg terpenting
Incidence rate: incidencerate dari suatu penyakit
adalah jumlah kasus baru yang terjadi dikalangan
penduduk selama periode waktu tertertu.
IR = jml ks baru suatu penyakit periode ttt
populasi yg mempunyai risiko pd periode waktu
yg sama.

Incidence Rate
• Di dlm mempelajari incidence diperlukan
penentuan waktu atau saat timbulnya
penyakit. Untuk peny. Akut spt influenza,
gastroenteritis dan cerebral hemorrhage
penentuan incidence ini tidak begitu sulit
waktu dpt diketahui pasti, kalau peny.
Timbulnya tdk jelas waktu diagnosa pasti
diartikan sebagai waktu mulai penyakit.
• IR dinyatakan dengan waktu bulan, tahun, dll.
• Pada saat penduduk diserang peny. Waktu
terbatas (epidemi peny. Infeksi) mk. Periode
waktu terjadinya kasus2 baru adalah sama
dgn lamanya epidemi. Ir pd suatu epidemi
disebut Attack Rate.
Incidence Rate
AR= Jumlah kasus
Pop. Yg. Mempunyai risiko

3.Untuk penyakit jarang mk. IR dihitung untuk


periode waktu bertahun –tahun. Di dlm
periode waktu yg panjang ini penyebut
berubah krn dlm waktu ini jml. Pop. Yg
mempunyai risiko berubah. Telah menjadi
kebiasaan menggunakan penduduk pada
pertengahan peride tsb sebagai pop. Yg
mempunyai risiko.

Incidence Rate

4.IR berguna untuk mempelajari faktor-


faktor etiologi dari peny. Akut maupun
kronis.
IR ukuran langsung dari kemungkinan
(propabilitas) untuk menjadi sakit

Prevalence Rate

Prevalence rate mengukur jumlah orang


dikalangan penduduk yang menderita suatu
penyakit pada sutu titik waktu tertentu.

PR= jml. Kasus-kasus penyakit yg ada


jml. Penduduk seluruhnya
Prevalence Rate
• PR. Bergantung pd dua faktor:
a. jumlah orang yang telah sakit pada waktu
yang lalu.
b. lamanya mereka sakit.
• PR. (terutama untuk penyakit kronis) penting
untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga, dan
pemberantasan penyakit.
• Pr. Yang dibicarakan di atas adalah “point
prevalence” ukuran lain juga digunakan “period
prevalence”
PR = jml. Ks. Peny. Yg . Ada selama satu periode
penduduk rata-rata dari periode tersebut

5. Ukuran Kematian

1. angka kematian kasar atau “ Crude Death


Rate” ( CDR)
CDR = jml kematian dalam satu kalender x 1000
jml. Pop padapertengahan tahun
CDR merupakan dari 2 faktor:
1. Prob. Untuk mati dpt diukur dg. Angka
kematian menurut umur
2. Distribusi umur populasi.

5. Ukuran Kematian
2.Angka kematian menurut umur atau “Age
specific Death Rates “(ASDR). Angka ini
dipakai dalam perbandingan angka kematian
setiap kelompok umur.
3. Standarisasi angkakematian menurut umur atau
“age adjusted death rates”
Bila terdpt perbedaan distribusi umur pd pop. Yang
akan dibandingkan, harus dilakukan standarisasi
umur. Yg hrs diketahui CDR dpt dilihat sebagai
jumlah ASDR dengan pembobotan.
5. Ukuran Kematian

• Angka kematian menurut penyebab


(CSDR)
• Case Fatality Rate ( CFR)
Jumlah kematian peny. Tt dalam periode ttt x 100
Jumlah penderita penyakit tsb. Dlm waktu
periode waktu yg. sama

METODE EPIDEMIOLOGI
1. Epidemiologi Diskriptif
a. Penemuan2 yg. Khas:
1. Prevalensi suatu peny atau masalah
kesehatan.
2.Frekuensi dan lama exposure
3. Karakteristik orang-orang suatu
outcome pd. Saat ttt. Atau periode ttt.

1. Epidemiologi diskriptif.

b. Penggunaan data deskriptif:


1. Menilai kecenderungan terjadinya
outcome/ exposure thp. Faktor risiko dlm.
Suatu pop., antara sub group dlm sebuah
negara dgn. Negara lain.

2. Dasar untuk perencanaan, pengadaan,


dan penilaian pelayanan kes.

3. Mendapatkan ciri etiologi suatu peny.


untuk dasar studi analitik.
• RR = a/a+b : c/c+d

• OR = ad/bc

• RR=1 tdk ada hubungan


• RR>1 ada hubungan positif
• RR<1= ada hubungan negatif (protektif)

Statistik untuk deskriptif dan analitik

Odds Ratio
Rumusnya sama dengan RR hanya didapatkan
sebagai hasil akhir desain kasus kontrol
Interpretasi dari RR/OR:
RR/OR=1,0, risiko outcome dari kel. Exposed
dan unexposed sama.
RR/OR > = 2 ,faktor outcome berhubungan dengan
faktor exposed (kekuatan hubungan)

Epidemiologi Analitik
Desain: kasus Kontrol, Kohort dan
eksperimen.
Keuntungan Kasus Kontrol:
• Penelitian pendek, murah, jumlah subjek terbatas,
manfaat catatan ada, tak ada risiko bagi subjek,
dapat multiple kausal.
Kerugian Kasus Kontrol: tergantung faktor ingatan,
keabsahan data sulit didapat, sulit mengontrol
variabel, bias seleksi, tak dapat insiden rate,
metode sulit dimengerti tak dapat mekanisme
penyakit.
Desain Kohort

Keuntungan:
• Sangat cocok untuk melihat gambaran
insiden
• , kausa penyakit, dapat mengukur variabel-
variabel penting, tidak ada recall bias.
Kelemahan:
• Mahal, tidak efisien, confounder dapat
dikontrol.

Desain eksperimental
Keuntungan:
• Bukti kuat
• Memungkinkan bertingkat
• Ada berbagai pengelolaan
Kerugian
• Kasus jarang jumlah besar
• Perubahan yang cepat
• Masalah Etika
• Mahal

PENANGGULANGAN
WABAH

1. Penanggulangan wabah penyakit menular


merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh
masyarakat.
2. UU No.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit
menular (lembaran Negara tahun 1984 No. 20,
Tambahan lembaran Negara No.3272)
3. PP No.22 tahun 193 tentang kesehatan masyarakat
veteriner (lembaran negara tahun 1983 no.28.
Tambahan Lembaran negara No.3253)
KETENTUAN UMUM
1. Wabah penyakit menular yg selanjutnya disebut wabah adalah
pengertian wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular.
2. Daerah wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit wabah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang no.5 tahun 1974
tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah.
3. Data epidemi adalah data yg berisikan keadaan wabah penyakit menular
pada suatu wilayah.
4. Penyelidikan epidemiologis adalah penyelidikan terhadap seluruh
penduduk dan mahluk hidup lainnya, benda dan lingkungan yang
diduga ada kaitannya dengan terjadinya wabah.
5. Upaya penanggulangan adalah segala upaya yg ditujukan untuk
memperkecil angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran
penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain.

KETENTUAN UMUM
6. Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yg
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yg dapat menjurus terjadinya wabah
7.Kepada wilayah/daerah adalah Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I atau Bupati/Walikotamadya
kepala Daerah Tingkat I atau Camat.
8. Menteri adalah Menteri yg bertanggung jawab di
bidang kesehatan.

SOAL ESSAY

1. Jelaskan secara singkat dan jelas kelemahan dan kelebihan studi crosssectional,case control,
kohor dan eksperimental.

2. Berikan contoh hasil pemeriksaan sensitifitas dan spesifitas suatu screning penyakit.

3. Jelaskan secara singkat dan jelas langkah-langkah investigasi wabah

4. Jelaskan secara singkat dan jelas definisi surveilans epidemiologi.

5. Jelaskan secara singkat dan jelas terjadinya penyakit menurut teori John Gordon.

Anda mungkin juga menyukai