Anda di halaman 1dari 127

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERSYARAFAN : STROKE NON HEMORRHAGE (SNH) DI RUANG

FLAMBOYAN RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan

HOERUL STIAWAN

2016200003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)

UNIVERSITAS SAINS AL – QUR’AN JAWA TENGAH

DI WONOSOBO

2019

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hoerul Stiawan

NIM : 2016200003

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Universitas Sains Al – Qur’an

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar – benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil atau

pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Wonosobo, 11 Juli 2019


Pembuat Pernyataan

Hoerul Stiawan

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Sri Mulyani, M.Kep Ns. Murdiyanto. S.Kep


NPU 1910408005 NIP.19750128 200604 1 004

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Hoerul Stiaw an, NIM 2016200003 dengan judul “

Asuhan Keperawatan pada TN.S dengan gangguan sistem persarafan : Stroke Non

Hemorrhage di Ruang Flamboyan RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo’’ telah

diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Wonosobo, 11 Juli 2019

Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping

Ns.Sri Mulyani, M.Kep


Ns.Murdiyanto, S. Kep
NPU 1910408005
NIP. 19750128 200604 1
004

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Hoerul Stiawan dengan judul “ Asuhan Keperawatan

Pada Tn. S Dengan gangguan sistem pers arafan : Stroke Non Hemmorrhage di

Ruang Flamboyan RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo” telah dipertahankan di

depan dewan penguji pada tanggal 20 Juli 2019.

Dewan Penguji

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns.Anisa Ell Raharyanti. M.Biomed Ns.Murdiyanto, S.Kep Ns.Sri Mulyani, M.Kep

NPU. 1910607067 NIP. 19750128 200604 1 004 NPU 1910408005

Mengetahui Kaprodi

Ns.Sri Mulyani, M.Kep


NPU 1910408005

iv
KATA PENGANTAR

Alkhamdulillah hirobbil alamin puji syukur penulis panjatkan atas

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan pembuatan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem Persyarafan : Stroke Non

Hemmorrhage di Ruang Flamboyan RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo”

Penyusunan laporan ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas akhir

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sains Al-

Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo, tidak lupa penulis mengucapkan banyak

terima kasih atas dukungan dan bimbingan selama penyusunan laporan Karya

Tulis Ilmiah ini kepada :

1. K.H Muntaha Alh (Alm) selaku pendiri Universitas Sains Al-Qur’an

(UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.

2. Dr. K.H. Muchotob Hamzah, MM selaku Rektor Universitas Sains Al-

Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo.

3. H. Asmaji Muchtar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES)

Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo.

4. Ns. Ika Purnamasari, M. Kep selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan (FIKES) Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di

Wonosobo.

v
5. Ns. Sri Mulyani. M.Kep selaku Kaprodi sekaligus pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan saran sehingga tugas akhir ini dapat

diselesaikan.

6. Ns. Anisa Ell Raharyanti, M. Biomed selaku penguji I yang telah

memberikan arahan, dan saran sehingga tugasakhir ini dapat diselesaikan.

7. Ns.Murdiyanto, S.Kep selaku pembimbing/penguji II yang telah

memberikan arahan, saran dan bimbingan dalam menyusun tugas akhir ini.

8. Pasien dan keluarga yang telah berpartisipasi dalam studi kasus, sehingga

terselesaikan tugas akhir ini

9. Seluruh Dosen, Karyawan, dan Staff Fakultas Ilmu Kesehtan Universitas

Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo.

10. Kedua orang tua tercinta, Bapak Triono dan Ibu Wartinah yang telah

memberikan bantuan moral, materi dan doa kepada penulis sehingga

terselesaikan tugas akhir ini.

11. Orang tua kedua saya, K.H.Habib Syuja’i beserta keluarga dan K.H.

Hakimin yang telah memberikan bantuan moral, materi dan doa sehingga

terselesaikan tugas akhir ini.

12. Fifi Nur Aeni wanita yang setia menemani, menyemangati penulis selama

studi dan membuat hidup lebih berwarna.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga segala bantuan dan amal baiknya mendapatkan imbalan

yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa laporan

vi
ujian tugas akhir ini masih banyak kekurangan untuk itu segala saran dan

kritik yang bersifat positif sangat penulis harapkan guna melengkapi dan

menyempurnakan tugas akhir ini.

Wonosobo, 11 Juli 2019


Penulis

Hoerul Stiawan

vii
Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemorrhage (SNH) pada TN.S

Di Bangsal Flamboyan RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

Hoerul Stiawan (2019)

Program Studi D III Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo

Pembimbing Utama : Ns. Sri Mulyani, M.Kep.

Pembimbing Klinik : Ns. Murdiyanto, S.Kep.

ABSTRAK

Latar belakang : Stroke merupakan pembunuh nomer tiga setelah penyakit


jantung dan pembuluh darah, namun stroke merupakan penyebab kecacatan
nomer satu . Stroke juga merupakan kedaruratan medik (brain attack)
Tujuan : Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Stroke Non
Hemorrhage.
Metode : Studi kasus ini dilaksanakan selama 3 x 24 jam dengan 1 subyek pasien
stroke non hemorrhage, menggunakan metode wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan pemeriksaan fisik pada pasien.
Hasil : Pada kasus Tn.S mengalami stroke non haemorrhage lacunar dan
didapatkan diagnosa antara lain, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral,
resiko penurunan curah jantung, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
didapatkan hasil pusing sudah berkurang, pasien masih mengalami kesemutan,
dan tekanan darah diatas batas normal.
Kesimpulan : Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam yaitu diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan sudah
teratasi, dan untuk diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan
resiko penurunan curah jantung belum teratasi
Kata kunci : Stroke Non Hemorrhage, asuhan keperawatan

viii
Nursing care for Non Hemorrhage Stroke (SNH) at Mr. S in Flamboyan ward

RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

Hoerul Stiawan (2019)

D III Study Program Of Nursing

Fakulty of Healt Science

University of Science of Al-Qur’an Central Java in Wonosobo

The main coach : Ns. Sri Mulyani, M.Kep

Clinical counselor : Ns. Murdiyanto. S.Kep

ABSTRACT

Background : stroke is number three killer after heart and blood vessel disease,
but stroke is the leading cause of disability number one. Stroke is also a medical
emergency (brain attack)
Purpose : Understand nursing care in patients with non- hemorrhage stroke
Methods : This case study was carried out for 3 x 24 hours with 1 subjec or non-
hemorrhagic stroke patients using motive interview, observation and physical
examination in patients.
Outcome : In the case of mr.s, having a lacunar non-hemorrhage stroke is
diagnosed, among other, the risk of ineffective perfusion of cerebral tissue, the
risk of decreased cardiac output and deficiency of knowledge related to lack of
information, After doing nursing care 3 x 24 hours, the result of dizziness have
diminished, the patient is still experiencing tingling and the preasure is above
normal limits.
Conclusion : The results obtained after nursing care for 3 x 24 jam hours,
namely knowledge deficiency nursing diagnoses have been resolved, and diagnose
the risk of ineffective perfusion of the cerebral tissue and risk of decreasing
cardiac output not yet tightened.
Keyword : non hemorrhage stroke, nursing care.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRAC ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

C. Tujuan Studi Kasus .............................................................................. 4

D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Stroke ............................................................. 7

1. Konsep Dasar Penyakit Stroke ........................................................ 7

2. Konsep Dasar Stroke ....................................................................... 13

a. Definisi........................................................................................ 13

x
b. Klasifikasi ................................................................................... 14

c. Etiologi........................................................................................ 16

d. Patofisiologi ................................................................................ 18

e. Pathway....................................................................................... 20

f. Manifestasi Klinis ....................................................................... 21

g. Komplikasi .................................................................................. 21

h. Penatalaksanaan .......................................................................... 22

i. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 21

B. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 24

1. Fokus Pengkajian............................................................................. 24

a. Pengkajian data dasar.................................................................. 24

b. Pengkajian fungsional Gordon .................................................... 25

c. Pemeriksaan fisik ........................................................................ 27

2. Masalah Keperawatan...................................................................... 34

a. Hambatan mobilitas fisik ............................................................ 35

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral .................................. 36

c. Hambatan komunikasi verbal ..................................................... 36

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh .......... 37

e. Kerusakan memori ...................................................................... 38

3. Intervensi Keperawatan ................................................................... 38

a. Hambatan mobilitas fisik ............................................................ 38

b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan .................................... 40

c. Hambatan Komunikasi verbal .................................................... 41

xi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh .......... 42

e. Kerusakan memori ...................................................................... 43

BAB III METODE PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus ................................................................ 45

B. Subyek Studi Kasus ....................................................................... 45

C. Definisi operasional....................................................................... 45

D. Lokasi dan Waktu.......................................................................... 46

E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 46

F. Uji Keabsahan data........................................................................ 47

G. Analisa Data .................................................................................. 47

H. Etika Studi Kasus .......................................................................... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi .......................................................................... 49

B. Karakteristik Pasien....................................................................... 50

C. Hasil Studi Kasus .......................................................................... 50

D. Keterbatasan .................................................................................. 63

E. Pembahasan ................................................................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................................................... 72

B. Rekomendasi ................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway ........................................................................................ 19

xiii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Nilai Kekuatan Otot ......................................................................... 29

Table 2.2 Nilai GCS ......................................................................................... 30

Table 2.3 Nilai Reflek Tendon Dalam ............................................................. 34

Table 2.4 NOC Pergerakan sendi ..................................................................... 39

Table 2.5 NOC Perfusi Jaringan Serebral ........................................................ 40

Table 2.6 NOC Komunikasi : Mengekspresikan ............................................. 42

Table 2.7 NOC Status Nutrisi .......................................................................... 43

Table 2.8 NOC Status Neurologi ..................................................................... 44

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian (PSP)

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Bukti Proses Bimbingan

Lampiran 4 Surat Ijin Pengambilan Studi Kasus

Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat

modern saat ini. Stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir

diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak

dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia

produktif maupun usia lanjut (Junaidi,2011)

Stroke diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu stroke hemorraghe

dan stroke non hemorrhage (Iskemik). Stroke hemorrhage terjadi karena

pecahnya pembuluh darah otak, sehingga menimbulkan perdarahan diotak.

Stroke hemorrhage biasanya terjadi akibat benturan keras dikepala ataupun

akibat tekanan darah yang tinggi, sehingga menyebabkan pecahnya pembuluh

darah pada otak. Pecahnya pembuluh darah ini menyebabkan darah

menggenangi jaringan otak di sekitar pembuluh darah yang menjadikan suplai

darah terganggu, sehingga fungsi otak menurun(Arya, 2011)

Menurut Arya (2011) stroke iskemik atau stroke non hemorrhage

merupakan stroke yang terjadi akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah

otak yang dapat disebabkan oleh tumpukan thrombus pada pembuluh darah

otak, sehingga aliran darah ke otak terhenti. Stroke iskemik atau stroke non

hemorrhage biasanya disebabkan oleh tertutupnya

1
2

pembuluh darah otak akibat adanya penumpukan atau penimbunan lemak (plak)

dalam pembuluh darah besar (arteri karotis)

Pembuluh darah sedang (arteri seribri) atau pembuluh darah kecil.

komplikasi stroke apabila tidak ditangani dengan tepat menurut (Black 2014)

meliputi edema serebral, perdarahan serebral, stroke berulang bahkan dapat

menyebabkan kematian.

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat

stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi, selain

itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan oleh tingginya kadar

glukosa dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara patologis

berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus

beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan

memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam

laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak

(Rico dkk, 2008).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevelensi penyakit stroke di

Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang

terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah

pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2% . Prevelensi stroke

berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7.1%) dibandingkan dengan

perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke diperkotaan

lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Pada tahun
3

2018 prevelensi stroke naik dari 7% (Riskesdas 2013 ) menjadi 10,9%. Kenaikan

prevelensi stroke berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi

minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada (2015) jumlah kasus stroke di

Jawa Tengah yaitu terdiri dari stroke hemorrhage sebanyak 4.558 da stroke non

hemorrhage sebanyak 12.795. Jumlah kasus stroke hemorrhage tahun 2015

tertinggi terdapat dikota kebumen sebesar 558 kasus. Berdasarkan data dari hasil

studi pedahuluan oleh ilyas salim tahun 2017 yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Daerah KRT Setjonegoro Wonosobo menunjukan jumlah kasus stroke

semakin meningkat setiap tahunnya. Perhitungan jumlah kasus stroke pada tahun

2010, 2011, dan 2013 secara berturut- turut mencapai 924, 1019, 1061 untuk

semua kasus stroke hemorrhage dan stroke non hemorrhage pada januari hingga

September 2013 terdapat 884 kasus stroke.

Kesembuhan pasien stroke tergantung pada beberapa elemen yaitu jumlah

dan lokasi otak yang rusak, kesehatan umum pasien yang bersangkutan, sifat-sifat

(personality) dan kondisi emosional pasien, dukungan dari keluarga dan kawan-

kawan, dan pengobatan yang diterimanya (Pudiastuti, 2011)

Hal ini sangat penting bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan

yang komprehensif terhadap pasien dengan persarafan (stroke) untuk mencegah

terjadinya komplikasi stroke hingga kematian, dengan harapan dapat

mensejaherakan pasien stroke untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.


4

Dari penjelasan diatas, mendorong peneliti untuk melakukan asuhan

keperawatan pada Tn. S dengan stroke non hemorrhage di RSUD KRT

Setjonegoro Wonosobo.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Stroke Non Hemorrhage ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam studi kasus ialah penulis mampu melakukan asuhan

keperawatan pada Tn. S dengan gangguan persarafan : Stroke Non

Hemorrhage di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus penulisan studi kasus ini supaya penilis mampu :

a. Melakukan pengkajian pada Tn. S dengan gangguan sistem persarafan :

Stroke Non Hemorrhage di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem

persarafan : Stroke Non Hemorrhage di RSUD KRT Setjonegoro

Wonosobo.

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem

persarafan : Stroke Non Hemorrhage di RSUD KRT Setjonegoro

Wonosobo
5

d. Melakukan tindakan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan sistem

persarafan : Stroke Non Hemorrhage di RSUD KRT Setjonegoro

Wonosobo

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem

persarafan : Stroke Non Hemorrhage di RSUD KRT Setjonegoro

Wonosobo.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan

sistem persarafan : Stroke Non Hemorrhage di RSUD KRT Setjonegoro

Wonosobo.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi : dapat menambah keluasan terapan

bidang keperawatan dalam penanganan stroke secara dini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat : Dapat menambah wawasan tentang bagaimana memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah stroke non haemorrhage.

b. Bagi Rumah Sakit : Dapat menambah pelayanan yang terbaik bagi pasien

dengan stroke non haemorrhage.

c. Bagi Institusi Pendidikan : Dapat dijadikan sebagai referensi, bagaimana

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah stroke non

haemorrhage.
6

d. Bagi Peneliti : Sebagai aplikasi teori yang diperoleh selama pembelajaran

serta menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang berharga

yang dapat menjadi bekal untuk memasuki dunia pekerjaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Stroke

1. Anatomi fisiologi sistem persarafan

Susunan saraf terdiri dari susunan saraf sentral dan saraf perifer.

Susunan saraf sentral terdiri dari otak (otak besar, Otak kecil, dan batang otak)

dan medula spinalis. Susunan saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan saraf

otonom (saraf simpatis dan saraf parasimpatis) (Syaifudin, 2012).

Menurut Syaifudin (2012), ada tiga jenis batang saraf yang dibentuk

oleh saraf serebrospinal :

a. Saraf motorik yang menghantarkan impuls dari perifer dan sumsum tulang

belakang ke saraf perifer.

b. Saraf sensorik yang membawa impuls dari perifer menuju otak.

c. Batang saraf campuran yang mengandung serabut motorik maupun serabut

sensorik, sehingga dapat menghantarkan impuls dalam dua jurusan.

Selain itu terdapat serabut-serabut saraf yang menghubungkan bagian

pusat saraf dalam otak dan sumsum tulang belakang. Serabut-serabut saraf ini

disebut serabut saraf asosiasi atau komisural. Susunan saraf terdapat pada

bagian kepala. Terdapat 12 pasang saraf kranial, saraf-saraf tersebut antara lain

(Syaifudin, 2012).

7
8

a. Nervus Olfaktorius (NI)

Nervus olfaktorius adalah jalur sentral sel saraf olfaktorius dalam

membran mukosa bagian atas rongga hidung dan di atas konka nasalis

superior. Berkas serabut ini membungkus luminakribiformis ossisetmoidalis

dan berakhir pada bulbus olfaktorius dalam fosa kranial anterior. Sifat-sifat

ini sebagai saraf penghidu (Penciuman), membawa rangsagan aroma bau-

bauan dari rongga hidung ke otak, dan bersifat motorik.

b. Nervus Optikus (N II)

Bersifat sensoris yang mensarafi bola mata, membawa rangsangan ke

otak. Serabut saraf mata keluar dari bukit IV dan pusat dekat serabut tersebut

memiliki tangkai otak bertemu dengan tangkai hipofise membentang sebagai

saraf mata, sebagai serabut yang terletak sebelah sisi saluran optik yang

datang dari sebelah kanan retina. Di dalam optik kiri dan kanan berfungsi

sebagai reflek pupil dan reflek mata.

c. Nervus Okulomotoris (N III)

Bersifat motoris, otot penggerak bola mata di dalam saraf terkandung

serabut saraf otonom parasimpatis. Saraf penggerak bola mata keluar dari

sebelah tangkai otak menuju ke lekuk mata dan persarafan otot yang

mengangkat kelopak mata dan persarafan otot yang mengangkat kelopak

mata atas, selain dari otot miring atas mata dan otot lurus sisi mata.
9

d. Nervus Troklearis (N IV)

Bersifat motoris, mensarafi otot-otot. Memutar mata yang pusatnya

terletak dibelakang pusat saraf, penggerak mata dan saraf ini masuk kedalam

lekuk mata menuju orbital miring ke atas mata.

e. Nervus Trigeminus (N V)

Saraf kranial yang paling besar dari serabut-serabut sensoris ke kulit

kepala, muka, mulut, gigi, rongga hidung, sinus paranasalis, dan serabut otot

pengunyah, Saraf ini bersifat majemuk (sensoris dan motoris) mempunyai

tiga cabang yaitu :

1) Nervus Optikus

Mensarafi kulit kepala bagian depan, kelopak mata atas, selaput

lendir kelopak mata.

2) Nervus Maksilaris

Mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, batang hidung, dan

maksilaris.

3) Nervus Mandibularis

Berfungsi sebagai saraf saraf kembar tiga merupakan saraf otak

terbesar yang mempunyai dua buah akar besar yang mengandung saraf

penggerak. Pada ujung tulang belakang mempunyai saraf terkecil sebagai

serabut saraf penggerak diujung tulang karang mengandung saraf perasa,

membentuk saraf ganglion (simpul saraf) yang meninggalkan rongga

tengkorak.
10

f. Nervus Abdusen ( N VI)

Berfungsi sebagai saraf penggoyang sisi mata karena saraf ini keluar di

sebelah bawah jembatan pontis menembus selaput otak sela turiska setelah

sampai di lekuk mata menuju ke otot lurus sisi mata.

g. Nervus Fasialis (N VII)

Berfungsi sebagi mimik wajah dan menghantarkan rasa pengecap,

saraf ini keluar di sebelah belakang beriringan dengan saraf pendengar.

h. Nervus Koklea Vestibularis (N VIII)

Nervus koklea terdiri dari dua pengangkat saraf yaitu koklearis (saraf

pendengar) dan vestibularis (saraf keseimbangan)

i. Nervus Faringeus (N IX)

Berfungsi sebagai saraf lidah dan tekak. Saraf ini melewati lorong

diantara tulang belakang dan tulang karang, terdapat duaa simpul saraf

berhubungan dengan nervus fasialis dan nervus simpatis ranting XI untuk

faring dan tekak.

j. Nervus Vagus (N X)

Berfungsi sebagai saraf perasa karena saraf ini keluar dari sumsum

penyambung, terdapat dibawah saraf lidah.

k. Nervus Aksesorius (N XI)

Berfungsi sebagai saraf tambahan, terbagi dalam dua bagian yang

berasal dari otak dan yang berasal dari sumsum tulang belakang. Apabila
11

saraf ini mengalami kerusakan, gerakan kepala dan bahu tidak dapat

dilakukan karena kelumpuhan otot.

l. Nervus Hipoglosus (N XII)

Berfungsi sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum

penyambung bersatu melewati lobang yang terdapat dalam sisi foramen

oksipitalis. Kerusakann pada nervus hipoglosus, otot lidah pada sisi yang

sama mengalami kelumpuhan. Posisi mulut tertarik ke sisi yang sehat dan

waktu dijulurkan lidah membelok kesisi yang lumpuh.

Menurut Tortora (2014) bagian-bagian dari susunan sistem saraf pusat

yaitu:

a) Otak

Otak merupakan organ tubuh yang menjadi pusat dari semua organ

tubuh. Otak terletak dalam rongga kranium rongga kranium (tengkorak)

dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Bagian dari otak terdiri dari

serebrum, batang otak, dan serebelum.

Serebrum (otak besar) merupakan bagian otak yang terluas dan

terbesar dari otak yang mengisi penuh bagian depan atas rongga

tengkorak. Fungsi serebrum yaitu untuk mengingat masa lalu, pusat

persarafan yang menangani aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan,

memori, pusat untuk menangis, dan perasaan ingin buang air kecil dan

buang air besar.


12

Batang otak terdiri dari diensefalon, mesensefalon, pons varoli dan

medula oblongata, Diensefalon (Bagian batang otak paling atas) yang

berfungsi untuk mengecilkan pembuluh darah, membantu proses

persarafan, mengontrol keinginan refleks, dan membantu kerja jantung.

Mesensefalon berfungsi untuk membantu pergerakan mata. Pons varoli

berfungsi sebagai pusat saraf nervus trigeminus, dan penghubung antara

serebelum dan antara medula oblongata. Medula oblongata (bagian

batang otak paling bawah) yang berfungsi untuk mengontrol kerja

jantung,

b) Medula Spinalis

Medula spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada

medula oblongata, menjulur kearah kaudal melalui foramen magnum, dan

berakhir diantara vertebra lumbalis pertama da kedua. Pada sumsum

tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu penebalan servikal dan

penebalan lumbal. Dari penebalan ini, pleksus-pleksus saraf bergerak

guna mensarafi anggota badan atas dan bawah, dan pleksus dari daerah

toraks membentuk saraf-saraf interkostalis.

Fungsi sumsum tulang belakang ialah mengadakan komunikasi

antara otak dan semua bagian tubuh, dan gerak refleks. Untuk terjadinya

gerak refleks, dibutuhkan struktur-struktur sebagai berikut :


13

1) Organ sensorik yang menerima impuls misalnya, kulit

2) Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls-impuls tersebut

menuju sel-sel ganglion radiks posterior, selanjutnya serabut sel-sel itu

akan meneruskan impuls-impuls itu menuju substansi kelabu pada kornu

posterior medula spinalis.

2. Konsep dasar stroke

a. Definisi

Stroke ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan

neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah kebagian

otak (Black, 2014)

Stroke juga dikenal sebagai Cerebrovaskuler Accident (CVA) atau

serangan otak. Persendian darah diinterupsi untuk bagian tertentu dari otak,

menyebabkan sel otak mati, ini mengakibatkan pasien kehilangan fungsi

otak di dalam area yang terpengaruh (DiGiulio,2014).

Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan

terjadinya perubahan pada otak yang terserang, apabila tidak ditangani

dengan segera bisa berakhir dengan kematian batang otak tersebut. Stroke

iskemik terjadi karena suplai darah ke otak terhambat atau terhenti

(Junaidi,2011).

Stroke Non Hemorrhage merupakan stroke yang disebabkan oleh

obstruksi total atau sebagian karena iskemik, trombosis, emboli atau


14

penyempitan lumen arteri karena infeksi. Stroke iskemik terjadi karena

suplai darah ke jaringan otak menurun (Hariyanto dan Sulistyowati, 2015)

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Stroke Non

Hemorrhage adalah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan suplai

darah ke otak terhambat atau terhenti. Penyebabnya bisa karena obstruksi

akibat iskemik, trombosis, emboli, atau penyempitan lumen arteri karena

infeksi.

b. Klasfikasi

Menurut Muttaqin (2012) klasifikasi stroke dibedakan menurut

patologi dari serangan stroke meliputi :

a) Stroke hemoragik

Stroke Hemorrhage merupakan perdarahan serebri dan mungkin

perdarahan subarakhoid,disebakan oleh pecahnya pembuluh darah otak

pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas

atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien

umumnya menurun.

Stroke Hemorrhage adalah disfugsi neurologis fokal yang akut dan

disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terdiri secara

spontan bukan oleh karena trauma kapatis, disebabkan karena pecahnya

pembuluh arteri, vena, dan kapiler.


15

b) Stroke non hemorrhage

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya

terjadi ketika setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi

hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan

hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran

umumnya baik.

Klasifikasi stroke dibedakan menurut perjalanan penyakit atau

stadiumnya (Muttaqin,2012)

1) TIA (Transient Ischemic Attack)

Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai

beberapa jam. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan

sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

2) Stroke involusi

Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan neurologis

terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24

jam atau beberapa hari.

3) Stroke Komplet

Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen.

Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali oleh serangan

TIA berulang.
16

c. Etiologi

Menurut (Black, 2014) suplai darah keotak bisa menurun dengan

beberapa cara. Iskemia terjadi ketika suplai darah kebagian otak terganggu

atau tersumbat total. Kemampuan bertahan yang utama pada jaringan otak

yang iskemik bergantung pada lama waktu kerusakan ditambah dengan

tingkatan gangguan dari metabolisme otak. Iskemik biasanya terjadi karena

trombosis atau embolik. Stroke yang terjadi karena trombosis lebih sering

terjadi dibandingkan karena embolik.

Stroke pada pembuluh darah besar disebabkan oleh adanya sumbatan

pada arteri serebral utama, seperti pada karotid interna, serebral anterior,

serebral media, serebral posterior, vertebral, dan arteri basilaris. Stroke

pembuluh darah kecil terjadi pada pembuluh darah kecil yang merupakan

cabang dari pembuluh darah besar yang masuk ke bagian dalam otak.

a) Trombosis

Penggumpalan (trombus) mulai terjadi adanya kerusakan pada bagian

garis endotelial dari pembuluh darah. Aterosklerosis merupakan

penyebab utama. Aterosklerosis menyebabkan zat lemak tertumpuk dan

menyebabkan plak pada dinding pembuluh darah.

b) Embolisme serebral

Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus

menyebabkan stroke embolik. Embolus terbentuk di bagian luar otak,


17

kemudian terlepas dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai

embolus tersebut melekat pada pembuluh darah dan menyumbat arteri.

c) Perdarahan (hemorrhage)

Perdarahan intra serebral paling banyak disebabkan oleh adanya

ruptur arteriosklerosis dan hipertensi pembuluh darah, yang dapat

menyebabkan perdarahan pada jaringan otak.

d) Penyebab lain

Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, menurunkan

aliran darah ke arah otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang

menyempit. Spasme yang berdurasi pendek tidak selamanya

menyebabkan kerusakan otak yang permanen.

Kondisi hiperkoagulasi merupakan kondisi dimana terjadi

penggumpalan yang berlebihan pada pembuluh darah yang bisa terjadi

pada kondisi kekurangan protein C dan protein S, serta gangguan aliran

darah yang dapat menyebabkan terjadinya stroke trombosis dan stroke

iskemik. Tekanan pada pembuluh darah serebral bisa disebabkan oleh

tumor, gumpalan darah yang besar, pembengkakan pada jaringan otak,

perlukaan pada otak, atau gangguan lain. Namun, penyebab-penyebab

tersebut jarangterjadi pada kejadian stroke.

Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh

rapuhnya pembuluh darah otak. Sehingga dengan adanya tekanan darah

yang tinggi, pembuluh darah mudah pecah (Padila,2012).


18

d. Patofisiologi

Menurut Black (2014) otak kita sangat sensitif terhadap kondisi

penurunan atau hilangnya suplai darah. Hipoksia menyebabkan iskemik

serebral karena tidak seperti jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot,

otak tidak bisa menggunakan metabolisme anaerobik jika terjadi kekurangan

oksigen atau glukosa. Otak diperfusi dengan jumlah yang banyak

dibandingkan denganorgan lain yang kurang vital untuk mempertahankan

metabolisme serebral. Iskemik jangka pendek mengarah kepada penurunan

sistem neurologis sementara atau TIA. Jika aliran darah tidak diperbaiki,

terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada jaringan otak atau infark

dalam hitungan menit. Luasnya infark bergantung pada lokasi dan ukuran

arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi kolateral ke area yang disuplai.

Iskemia dengancepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel dan

perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Tingkat

oksigen dasar klien dan kemampuan mengompensasi menentukan seberapa

cepat perubahan-perubahan yang tidak bisa diperbaiki akan terjadi. Aliran

darah dapat terganggu oleh masalah perfusi lokal, seperti pada stroke atau

pada perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi atau henti jentung.

Dalam waktu yang singkat, klien yang sudah kehilangan kompensasi

autoregulsi akan mengalami manifestasi dari gangguan neurologi.

Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan di

arteri serebral atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi dari


19

arteri yang terganggu dan karena adanya pembengkakan di jaringan

sekelilingnya. Sel-sel dibagian tengah atau utama pada lokasi stroke akan

mati dengan segera setelah kejadian stroke terjadi. Hal ini dikenal dengan

istilah cedera sel-sel saraf primer (Primary Neuronal Injury). Daerah yang

mengalami hipoperfusi juga terjadi disekitar bagian utama yang mati. Bagian

ini disebut penumbra. Ukuran dari bagian ini bergantung pada jumlah

sirkulasi koleteral yang ada. Sirkulasi koleteral merupakan gambaran

pembuluh darah yang memperbesar sirkulasi pembuluh darah utama dari

otak. Perbedaan dalam ukuran dan jumlah pembuluh darah koleteral dapat

menjelaskan berbagai macam tingkat keparahan manifestas stroke yang

dialami oleh klien didaerah anatomis yang sama.

Beberapa prooses reaksi biokimia akan terjadi dalam hitungan menit

pada kondisi iskemik serebral. Reaksi-reaksi tersebut seperti neurotoksin,

oksigen radikal bebas (oxygen free radicals), nitro oksida (nitric oxide), dan

glutamat (glutamate)akan dilepaskan. Asidosis lokal juga akan terbentuk.

Depolarisasi membran juga akan terjadi. Sebagai hasilnya akan terjadi

edema sitotoksik dan kematian sel. Hal ini di kenal dengan perlukaan sel-sel

saraf sekunder (secondary neural injury). Bagian neuron penumbra paling

dicurigai terjadi sebagai akibat dari iskemik serebral. Bagian yang

membengkak setelah iskemik bisa mengarah kepada penurunan fungsi saraf

sementara. Edema bisa berkurang dalam beberapa jam atau hari dan klein

bisa mendapatkan kembali beberapa fungsi-fungsinya.


20

e. Pathway

Faktor-faktor resiko stroke

Arterosklerosis Katup jantung rusak,miokard Aneurisma,malformasi,


infark,fibrilasi,endokarditis
Hiperkoagulasi arteriovenous

Penyumbatan pembuluh darah Perdarahan intra serebral


Trombosis serebral
Otak oleh bekuan darah, lemak
&udara

Emboli serebral Perembasan darah


Pembuluh darah oklusi Stroke Ke dalam parenkim otak
iskemik ,jaringan otak ,penekanan jaringan otak
edema dan kongesti (serebrovaskuler accident) .infark otak,edema &
jaringan sekitar herniasi
Defisit neurologi

Infark serebral Kehilangan Resiko peningkatan Kerusakan terjadi Disfungsi


kontrol TIK pada lobus
frontal,kapasitas bahasa &
volunter memori,atau fungsi komunikasi
intelektuslmkortiksl

Ketidakefektifan Hemiplagia Herniasi falks serebri & Disartriadisfasia


Kerusakan fungsi
dan loramen magnum kognitif & efek /afasiaapraksia
perfusi jaringan kompresi batang otak
hemiparesis psikologis
serebral
Hambatan
mobilitas Hambatan komunikasi
fisik Lapang perhatian
terbatas,kesulitan dalm verbal
Koma Depresi saraf pemahaman
kardiovaskuler ,lupa&kurang motivasi
Intake nutrisi ,frustasi,mobilitas
Kelemahan Dan pernapasan
emosional,dendam,&
Tidak adekuat fisik umum kurang kerjasama
Kegagalan
kardiovaskuler
Ketidakseimbangan & pernapasan
Kematian Kerusakan memori
Nutrisi kurang dari
Gambar 2.1 Pathway Stroke Non Hemorrhage
Kebutuhan tubuh
Sumber : (Muttaqin,2012)
21

f. Manifestasi klinis

Menurut (DiGiulio, 2014 edisi bahasa Indonesia) tanda dan gejala dari

stroke adalah :

a.Ketidakseimbangan mental

b.Disorientasi, bingung

c.Perubahan emosional, perubahan kepribadian

d.Afasia (kesulitan bicara : mungkin reseptif maupun ekspresif)

e.Kata-kata tidak jelas

f.Perubahan sensori (paresthesia, perubahan visual, perubahan pendengaran)

g. Kekebasan unilateral atau kelemahan pada wajah dan kaki-tangan

h.Sakit kepala parah karena naiknya tekanan intrakranial akibat perdarahan.

i. Gejala-gejala TIA serupa

g. Komplikasi

Komplikasi stroke menurut Black (2014) antara lain :

a. Perdarahan

Setelah pemberian rt-PA, klien dimonitor untuk potensi kompliksi dari

rt-PA, yang dapat meliputi perdarahan intra kranial dan perdarahan

sistemik. Perdarahan intrakrania menjadi penyebab kematian lebih besar

dari 50%. Semua perdarahan intrakranial yang fatal terjadi dalam waktu

24 jam pertama setelah tindakan. Penyebaran gumpalan dari perdarahan

intrakranial bisa merusak jaringan otak. Tekanan dari gumpalan tersebut

juga mengganggu aliran darah dan menyebabkan iskemia tambahan.


22

Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) terjadi karena gumpalan darah

memenuhi ruang dan sekeliling jaringan edema iskemia.

b. Edema serebral

Peningkatan TIK merupakan komplikasi potensial dari stroke iskemik

yang luas. Peningkatan TIK juga merupakan komplikasi potensial untuk

perdarahan intra serebral, baik merupakan kondisi utama maupun

sekunder dari terapi trombolisis. Manifestasi dari peningkatan TIK

termasuk seperti perubahan tingkat kesadaran, reflek hipertensi, dan

perubahan neurologis yang memburuk. Monitor invasif pada TIK

dilakukan pada klien dengan penurunan tingkat kesadaran yang memiliki

kondisi beresiko tinggi mengalami peningkatan TIK.

c. Stroke berulang

Kejadian stroke berulang dalam empat minggu pertama setelah stroke

iskemik akut berkisar antara 0,6% - 2.2% perminggu. Resiko

antikoagulasi termasuk perdarahan intrakranial, perdarahan sistemik, dan

kematian. Oleh karena itu, penggunaan heparin pada semua klien dengan

stroke iskemik akut tida lagi direkomendasikan.

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan stroke non hemorrhage menurut Setyopranoto (2011)

yaitu :
23

a. Terapi Umum

1) Letakan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala dan dada pada

satu bidangg, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi simulasi

bertahap bila hemodinamik sudah diambil.

2) Bebaskan jalan nafas.

3) Pemberian nutrise dengan cairan isotonik.

4) Kadar gula darah > 150 mg%

5) Nyeri kepala atau mual muntah diatasu dengan pemberiann obat-

obatan sesuai gejala.

b. Terapi khusus

Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian aspirin dan anti

koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (Recombinant

Tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi,

yaitu citicolin atau piracetam (jika didapatkan afasia).

i. Pemeriksaan penunjang

Menurut DiGiulio, (2014) pemeriksaan penunjang dari stroke antara lain

a. CT scan mengidentifikasi area perdarahan ( biasanya untuk pemakaiaan

darurat)

b. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mengidentifikasi lokasi ischemic

(lebih lambat dari CT scan)

c. MRA (Magnetic Resonance Angiography) dapat mengidentifikasi

vasculature abnorma atau vasospasm.


24

d. Difusi/perfusi MRI atkau MRA akan menunjukan area yang tidak

mendapatkan suplai darah dalam jumlah cukup, namun belum mengalami

infarktus.

e. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) akan

menunjukan area yag tidak mendapat perfusi secara tepat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Fokus pengkajian

Pengkajian pada klien stroke non hemorrhage menurut Wijaya (2013) dan

Tarwoto (2013) antara lain :

a. Pengkajian data dasar

1) Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk RS, nomer

register, dan diagnosa medis.

2) Keluhan utama : Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,

tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, kejang, dan gangguan

kesadaran.

3) Riwayat penyakit sekarang : Sering kesemutan, rasa lemah pada salah

satu anggota gerak, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi,

kehilangan motorik, merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena

kelemahan, mudah lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang).


25

4) Riwayat penyakit dahulu : Riwayat hipertensi, diabetes melitus, tinggi

kolesterol, penyakit jantung, anemia, trauma kepala, merokok, konsumsi

alkohol, riwayat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obatan

antikoagulan, aspirin, obat-obatan adiktif, dan kegemukan.

5) Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit degeneratif dalam keluarga

seperti keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes melitus.

b. Pemeriksaan fungsional gordon

1) Pola Persepsi Kesehatan dan manajemen kesehatan

Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang

dideritanya,pemeriksaan rutin, dan persepsi klien mengenai pentingnya

kesehatan,

2) Pola Aktivitas dan Latihan

Rutinitas mandi ( kapan, bagaimana, sabun yang diguakan ), kebersihan

sehari-hari (pakaiaan dll), Aktivitas sehari-hari (jenis pekerjaan, lamanya)

kemampuan perawatan diri.

3) Pola Istirahat dan Tidur

Waktu tidur, lama, kualitas, (sering terbangun), insomnia.

4) Pola nutrisi metabolic

Pola kebiasaan makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, jumlah

makanan, minuman yang masuk, diet khusus/ makanan pantangan, nafsu

makan, mual muntah, kesulitan menelan, fluktuasi BB 6 bulan terakhir

naik/ turun
26

5) Pola Eliminasi

Kebiasaan BAB (frekuensi, kesulitan, ada/tidak ada darah, penggunaan

obat pencahar). Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK :

dysuria, nokturia, inkontinensia)

6) Pola kognitif dan perseptual

Fungsi panca indera, menggunakan alat bantu atau tidak, kemampuan

berbicara, kemampuan membaca

7) Pola konsep diri

Bagaimana klien memandang dirinya, hal apa yang disukai klien, apakah

klien dapat mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yang ada pada

dirinya.

8) Pola koping

Masalah utama selama masuk RS, perubahan yang terjadi pada dirinya,

padangan terhadap masa depan, koping mekanisme yang digunakan saat

terjadi masalah.

9) Pola Seksual Reproduksi

Masalah menstruasi, papsmear terakhir, perawatan payudara setiap bulan,

apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual, apakah penyakit

sekarang mengganggu fungsi seksual.


27

10) Pola Peran berhubugan

Peran klien dalam keluarga dan masyarakat, apakah klien puny teman

dekat, siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan,

apakah klien ikut dalam kegiatan bermasyarakat.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Apakah klien menganut suatu agama, menurut agama klien bagaimana

hubungan manusia dan pencipta-Nya, dalam keadaan sakit apakah klien

mengalami hambatan dalam beribadah.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

a) Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran.

b) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu kesulitan berbicara

atau tidak bisa berbicara.

c) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.

2) Pemeriksaan fisik

Menurut Muttaqin, (2012) :

a) Kepala

Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat

operasi

b) Mata

Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus

(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),


28

gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam

menggerakan bola mata kelateral (nervus VI).

c) Mulut

Adanya gangguan pengecapan ( lidah) akibat kerusakan nervus vagus,

adanya kesulitan dalam menelan.

d) Thorax

Inspeksi : Bentuk simetris

Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.

Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung redup.

Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, suara paru

Vesikuler , suara jantung I dan II mur- mur atau gallop

atau lup dup.

e) Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.

Auskultasi : Bissing usus .

Perkusi : Timpani/ redup

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan atau terdapat nyeri tekan


29

f) Ekstermitas
Tabel 2.1
Nilai Kekuatan otot
Nilai kekuatan otot
Respon Nilai
Tidak dapat sedikitpun kontraksi otot,lumpuh total 0
Terdapat sedikit kontraksi otot 1
Gerak tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi) 2
Dapat mengadakan gerak melawan gravitasi 3
Disamping dapat melawan gaya berat,dapat pula 4
menahan sedikit tahanan yang diberikan
Tidak ada kelumpuhan 5
Sumber : Tarwoto, (2013)

d. Pemeriksaan neurologi

1. Status Mental

a) Tingkat kesadaran : Commposmentis, apatis,delirium, somnolen,

sopor, dan koma. Untuk mengukur tingkat kesadaran dapat

menggunakan nilai GCS (Glasgow Coma Scale). Angka normal untuk

GCS adalah 15.

Tabel 2.2
Nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
Respon membuka Nilai Respon motorik Nilai Respon Verbal Nilai
mata
Spontan 4 Menurut 6 Baik menjawab /orientasi 5
perintah penuh
Dengan perintah 3 Mengetahui 5 Bingung 4
lokasi nyeri
Dengan rangsang 2 Reaksi 4 Kata-kata tidak dapat 3
nyeri menghindar dimengerti
nyeri
Tidak merespon 1 Fleksi abnormal 3 Suara tidak jelas 2
(detorikasi)
Fleksi abnormal 2 Tidak berespon 1
(desebrasi)
Tidak berespon 1
(Tarwoto, 2013)
30

Kesimpulan yang dapat diambil setelah dilakukan skoring yaitu :

Composmentis (GCS = 15-14), Apatis (GCS = 13-12), Somnolen

(GCS = 11-10), Delirium (GCS = 9-7), Sopor (GCS = 6-4), Koma,

(GCS 3)

b) Orientasi (tempat, waktu, orang)

c) Pemeriksaan memori/daya ingat : menilai dengan test memori segera,

memori baru (jangka pendek), dan memori rimot (memori jangka

panjang).

d) Pemeriksaan respon emosional : dapat dilihat dari ekspresi wajah dan

perubahan perilaku pasien.

e) Pemeriksaan intelektual : dapat diketahui dari pengetahuan pasien dan

kemampuan menghitug.

f) Pemeriksaan bahasa dan komunikasi : Disatria (pelo,cedal), disfonia

(serak, bindeng), afasia, dan aleksia.

2. Pemeriksaan saraf kranial

a) Nervus Olfaktorius : Penciuman, Penghidu

Prosedur : kemampuan mengidentifikasi bau yang umum, satu hidung

di tutup, mata pasien di tutup.

b) Nervus Optikus : ketajaman penglihatan dan lapang pandang Prosedur

: Test tajam penglihatan dengan snellen test, ophthalmoscope, lapang

pandang dengan test konfrontasi.


31

c) Nervus Okulomotoris, Nervus Troklearis, dan Nervus Abdusen :

keadaan pupil, pergerakan bola mata dan kelopak mata. Prosedur :

inspeksi kelopak mata, inspeksi pupil dengan senter, gerakan bola

mata.

d) Nervus Trigeminus : sensasi wajah, kornea, rasa pada lidah belakang.

Prosedur : goreskan dengan kapas pada bagian dahi, pipi, dan dagu.

Reflek kornea, palpasi otot wajah pada saat mengtupkan gigi.

e) Nervus Fasialis : ekspresi wajah, otot wajah, sensasi lidah 2/3 bagian

belakang. Prosedur : lihat kesimetrisan wajah, anjurkan pasien untuk

memejamkan mata test kekuatan kelopak mata, pasien bersiul,

tersenyum, mengerutkan dahi. Mengidentifikasi rasa asin dan manis

pada lidah.

f) Nervus Auditorius : pendengaran dan keseimbangann Prosedur : test

berbisik, test rinne, dan webber

g) Nervus Glosofaringeus : kemampuan menelan, pergerakan lidah.

Prosedur : kemampuan menelan.

h) Nervus Vagus : sensori faring, laring, dan kemampuan menelan

Prosedur : inspeksi palatum dan uvula simetris atau tidak, observasi

kemampuan menelan.

i) Nervus Asesorius : pergerakan kepala, otot leher, dan bahu Prosedur :

test kekuatan otot bahu, dan test kekuatan otot leher.


32

j) Nervus Hipoglasus : kukuatan

Prosedur : inspeksi lidah apakah simetris, tremor atau atropi, inspeksi

pergerakan lidah dan test kekuatan lidah.

3. Pemeriksaan fungsi sensori

a) Pemeriksaan raba sentuhan seperti dengan kapas, tangan, kain, kertas.

b) Pemeriksaan nyeri misalnya dengan benda yang runcing seperti

bolpoin dan jarum.

c) Pemeriksaan rasa suhu dengan air panas (suhu 40-50º C) atau air

dingin (suhu 10-20º C) menggunakan tabung reaksi atau botol.

d) Pemeriksaan rasa getaran dengan menggunakan garputala, dilakukan

dengan menempelkan garputala yang sudah digetarkan pada ibu jari

kaki, maleolus lateral dan medial, tibia, sternum, dan radius ulna.

1) Pemeriksaan fungsi motorik

a) Tonus otot

I. Hipotonia : tidak dapat tahanan atau regangan

II. Hipertonia : terdapat tahanan yang lebar.

b) Kekuatan otot : dapat diukur dengan menggunakan skala 0 – 5

lokasi otot yang akan dinilai.

c) Pengkajian fungsi otot dengan melakukan : fleksi dan ekstensi

tangan, abduksi lengan abduksi lengan, fleksi dan ekstensi

pergelangan tangan, abduksi dan adduksi jari, abduksi dan


33

adduksi pinggul, fleksi dan ekstensi lutut, dorsofleksi dan fleksi

plantar pergelangan kaki, dorsofleksi dan plantar ibu jari.

2) Pemeriksaan refleks

a. Refleks normal

1) Refleks tendon

a) Refleks bisep : lengan pasien di semifleksikan, ketok

tendon bisep. Respon : fleksi lengan bawah.

b) Refleks radius : lengan bawah di fleksikan dan pada

prosesus stuloideus dari ulna. Respon : fleksi lengan bawah

dan pronasi.

c) Refleks trisep : lengan bawah di semifleksikan, ketok tendon

trisep, Respon : ekstensi lengan bawah.

d) Refleks patela : tungkai di flrksikan dan dugantung, ketok

pada tendon muskulus kuadriseps femoris, dibawah atau

diatas patella. Respons : ekstensi tungkai bawah. Nilai

normal refleks patella adalah 1+.

e) Refleks Archiles : tungkai bawah di fleksikan sedikit, ketok

tendon archiles. Respon : plantar fleksi pada kaki.


34

Tabel 2.3
nilai refleks tendon dalam

Nilai Gambaran Refleks


0 Tidak ada refleks
1+ Ada tetapi berkurang
2+ Normal
3+ Meningkat tetapi tidak patologis
4+ Hiperaktif
(Tarwoto,2013)

2) Refleks kornea : kornea mata disentuh dengan sepotong kapas

yang ujungnya dibuat runcing. Respon : mata dipejamkan

3) Refleks abdominal : gores dinding perut dengan benda yang

agak runcing. Respon : otot perut akan berkontraksi.

b). Refleks Patologis

1) Refleks babinski : dapat diperiksa dengan cara pasien

berbaring dengan tungkai diluruskan. Goreskan benda yang

agak runcing pada bagian lateral dan tumit menuju pangkal

jari. Reaksi positif jika terdapat gerakan dorso fleksi ibu jari

dengan jari- jari lainya mekar.

2. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan Stroke Non

Hemorrhage antara lain hambatan mobilitas fisik dan resiko ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral. Menurut Herdman (2015), penjelsan tentang diagnosa

keperawatan sebagai berikut :


35

a. Hambatan mobilitas fisik

1) Definisi

Keterbatasan dalam gerak fisik atau satu atau lebih ekstermitas secara

mandiri dan terarah.

2) Batasan karakteristik

a) Gangguan sikap berjalan

b) Gerakan lambat

c) Gerakan spastik

d) Gerakan tidak terkoordinasi

e) Instabilitas postur

f) Kesulitan membolak-balik posisi

g) Keterbatasan rentang gerak

h) Ketidaknyamanan

i) Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus

j) Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar

k) Penurunan waktu reaksi

l) Tremor akibat bergerak

3) Faktor yang berhubangan

a) Gangguan fungsi kognitif

b) Gangguan neuromuskular

c) Penurunan keuatan otot

d) Penurunan kendali otot


36

b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

1) Rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat

mengganggu kesehatan.

2) Faktor resiko

a) Aterosklerosis aortik

b) Infark miokardial

c) Diseksi aorta

d) Embolisme

e) Endokarditis infeksi

f) Fibrilasi atrium

g) Hipertensi

h) Kardiomiopati dilatasi

i) Katup prostetik mekanis

j) Miosoma atrium

k) Segmen ventrikel kiri akinetik

c. Hambatan komunikasi verbal

1) Definisi

Penurunan, perlambatan, atau ketiadan kemampuan untuk menerima,

memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol.

2) Batasan karateristik

a) Kesulitan memahami komunikasi

b) Kesulitan mempertahankan komunikasi


37

c) Kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal

d) Kesulitan menggunakan ekspresi tubuh

e) Kesulitan menggunakan ekspresi wajah

f) Kesulitan menyusun kalimat

g) Ketidamampuan bicara dalam bahasa pemberi asuhan

h) Ketidatepatan verbalisasi

i) Pelo

j) Sulit bicara

k) Tidak dapat bicara

3) Fator yang berhubungan

a) Gangguan sistem saraf pusat

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

2) Batasan karakteristik

a) Berat badan 20% atau lebih bawah rentang berat badan ideal

b) Kehilangan rambut berlebihan kelemahan otot untuk menelan

c) Ketidamampuan memakan makanan

d) Tonus otot menurun

e) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

3) Faktor yang berhubungan

a) Ketidakmampuan makan
38

e. Kerusakan memori

1) Definisi

Ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan sikap

2) Batasan Karakteristik

a) Ketidak mampuan melakukan keterampilan yang telah dipelajari

sebelumnya

b) Ketidak mampuan mempelajari keterampilan baru

c) Ketidak mampuan mengingat informasi faktual

d) Ketidak mampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah

dilakukan

e) Ketidak mampuan mengingat peristiwa

f) Ketidak mampuan menyimpan informasi baru

g) Lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan

h) Mudah lupa

3) Faktor yang berhubungan

a) Distraksi lingkungan

b) Gangguan neurologis

c) Hipoksia

d) Penurunan Curah Jantung

3. Intervensi keperawatan

a) Hambatan mobilitas fisik

1. NOC (Nusring Outcome Classification) : pergerakan sendi (0206)


39

Tabel 2.4
NOC Pergerakan Sendi
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak ada
berat cukup sedang ringan deviasi
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
INDIKATOR
Rahang 1 2 3 4 5
Leher 1 2 3 4 5
Punggung 1 2 3 4 5
Jari (kanan) 1 2 3 4 5
Jari (kiri) 1 2 3 4 5
Jempol (kanan) 1 2 3 4 5
Jempol (kiri) 1 2 3 4 5
Pergelangan tangan 1 2 3 4 5
(kanan)
Pergelangan tangan (kiri) 1 2 3 4 5
Siku (kanan) 1 2 3 4 5
Siku (Kiri) 1 2 3 4 5
Bahu (kanan) 1 2 3 4 5
Bahu (Kiri) 1 2 3 4 5
Pergelangan Kaki (kanan) 1 2 3 4 5
Pergelangan kaki (kiri) 1 2 3 4 5
Lutut (kanan) 1 2 3 4 5
Lutut (kiri) 1 2 3 4 5
Panggul (kanan) 1 2 3 4 5
Panggul (kiri) 1 2 3 4 5
(Moorhead dkk,2016)

2. NIC (Nursing Intervention Classification) : terapi layihan : mobilitas

sendi menurut Bulechek dkk (2016).

a) Tentukan batasan pergerakan sendi

b) Motivasi klien untuk meningkatkan atau memelihara pergerakan sendi.

c) Jelaskan pada klien atau keluarga tentang manfaat dan tujuan

melakukan latihan sendi.

d) Lindungi klien dari trauma selama latihan

e) Bantu klien untuk mendapatkan posisi tubuh yang nyaman

f) Bantu latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan terencana.
40

g) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan ROM aktif

h) Lakukan latihan ROM pasif, sesuai indikasi

i) Dukungan klien untuk melihat gerakan tubuh sebelum memulai latihan

j) Dukungan klien untuk duduk di tempat tidur atau di samping tempat

tidur

k) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam mengembangkan dan

menerapkan program llatihan.

b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

1) NOC (Nursing Outcomes Classification) : Perfusi jaringan : serebral

Tabel 2.5
NOC Perfusi Jaringan : serebral
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak ada
berat cukup sedang ringan deviasi
Skala outcomes 1 2 3 4 5
Keseluruhan
INDIKATOR
Tekanan intrakranial 1 2 3 4 5
Tekanan darah sistolik 1 2 3 4 5
Tekanan darah diastolik 1 2 3 4 5
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak ada
Sakit kepala 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Penurunan tingkat 1 2 3 4 5
kesadaran
Reflek saraf terganggu 1 2 3 4 5
(Moorhead dkk,2016)

2) NIC ( Nursing Intervention Classification) Bulechek dkk (2016) :

1) Monitor neuroogi

a) Monitor tingkat kesadaran

b) Monitor tingkat orientasi

c) Monitor GCS
41

d) Monitor tanda-tanda vital

e) Monitor reflek kornea

f) Catat keluhan sakit kepala

2) Monitor tekanan intrakranial

a) Periksa klien terkait ada tidaknya gejala kaku kuduk

b) Letakkan kepala dan leher klien dalam posisi netral, hindari fleksi

pinggang.

c) Sesuaikan posisi kepala untuk mengoptimalkan perfusi serebral

d) Monitor efek rangsangan lingkungan pada tekanan intrakranial

3) Pemberian obat

a) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat

(Bulechek dkk, 2016)

c. Hambatan komunikasi verbal

1) NOC (Nursing Outcomes Classification) : komunikasi : mengekspresikan

Tabel 2.6
Komunikasi : mengekspresikan
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu
Skala outcomes keseluruhan 1 2 3 4 5
INDIKATOR
Menggunakan bahasa yang tertulis 1 2 3 4 5
Menggunakan bahasa lisan 1 2 3 4 5
Vokal 1 2 3 4 5
Kejelasan bicara 1 2 3 4 5
Menggunakan foto dan gambar 1 2 3 4 5
Menggunakan bahasa isyarat 1 2 3 4 5
Menggunakan bahasa non verbal 1 2 3 4 5
Mengarahkan pesan pada penerima 1 2 3 4 5
yang tepat
(Moorhead dkk ,2016)
42

2) NIC (Nursing Intervention Classification ) : Peningkatan komunikasi :

kurang bicara menurut Bulechek dkk (2016) :

a) Monitor kecepatan bicara, tekanan kecepatan, kuantitas, volume dan

diksi.

b) Monitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis terkait kemampuan

bicara

c) Monitor pasien terkait dengan perasaan frustasi, kemarahan, depresi,

atau respon-respon lain disebabkan karena adanya gangguan

kemampuan bicara.

d) Sediakan metode alternatif untuk berkomunikasi dengan berbicara

e) Sesuaikan gaya berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien

f) Ulangi apa yang disampaikan pasien untuk menjamin akurasi

g) pasien untuk bicara pelan

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1) NOC (Nursing Outcomes Classification) : status nutrisi

Tabel 2.7
NOC Status Nutrisi
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
menyimpan menyimpan menyimpan menyimpan menyimpan
g g g g g
Skala outcomes 1 2 3 4 5
Keseluruhan
INDIKATOR
Asupan gizi 1 2 3 4 4
Asupan cairan 1 2 3 4 4
Energi 1 2 3 4 4
Berat badan 1 2 3 4 4
Hidrasi 1 2 3 4 4
(Moorhead dkk ,2016)
43

2) NIC (Nursing Intervention Classification): manajemen nutrisi menurut

Bulechek dkk (2016) :

a) Monitor kalori dan asupan makanan

b) Tentukan status gizi pasien dengan kemampuan untuk memennuhi

kebutuhan gizi

c) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk

memenuhi persyaratan gizi

d) Atur diet yang diperlukan

e) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan

f) Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi

g) Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi

e. Kerusakan Memori

1) NOC (Nursing Outcome Classification) : Status Neurologi

Tabel 2.8
NOC Status neurologi
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu
Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5
INDIKATOR
Kesadaran 1 2 3 4 5
Kontrol motor sentral 1 2 3 4 5
Fungsisensorik dan 1 2 3 4 5
motorikkranial
Fungsisensorik dan motorik 1 2 3 4 5
spinal
Fungsi otonom 1 2 3 4 5
Tekanan intra cranial 1 2 3 4 5
Status kognitif 1 2 3 4 5
Orientasi kognitif 1 2 3 4 5
Berat Cukupberat Sedang Ringan Tidakada
Sakit kepala 1 2 3 4 5
44

(Moorhead dkk ,2016)

2) NIC (Nursing Intervention Classification) : Monitor Neurologi

a) Monitor tingkatkesadaran

b) Monitor tingkatorientasi

c) Monitor kecenderunganskala GCS

d) Monitor ingatansaatini, rentangperhatian, ingatan di masa lalu,

suasanaperasaan, afek dan perilaku

e) Monitor TTV

f) Monitor caraberjalan

g) Monitor respon terhadap obat


BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Penelitian studi kasus adalah

studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pasien dengan gangguan

sistem persarafan : stroke non haemorrhage, pasien akan diobservasi selama 3 x 24

jam.

B. Subyek studi kasus

1. Kriteria inklusi

a. Klien umur > 20 tahun.

b. Klien stroke yang sudah mengalami pharastesia

c. Klien yang menjalani rawat inap

d. Bersedia menjadi subjek studi kasus

2. Kriteria ekslusi

a. Klien dengan atau keluarga tidak setuju sebagai peserta studi kasus

b. Klien dengan riwayat gangguan psikiatri

C. Definisi operasional

Pasien Stroke Non Hemorrhage adalah pasien yang mengalami kekakuan pada

anggota tubuhnya, ditandai dengan bicara pelo serta kesulitan membolak – balikan

tubuhnya. Asuhan keperawatan pada pasien stroke adalah suatu tindakan dari

pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan untuk memenuhi

45
46

kebutuhan pasien sehingga dapat mengatasi masalah – masalah yang dihadapi

pasien agar kesehatan lebih optimal.

D. Lokasi dan waktu studi kasus

Adapun lokasi dan waktu studi kasus akan dilakukan oleh penulis yaitu :

Lokasi : RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo Ruang Flamboyan

Waktu Studi kasus : 29 Mei – 31 Mei 2019

E. Metode pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data pada pasien dengan gangguan sistem persarafan :

Stroke non haemorrhage adalah sebagai berikur :

1. Wawancara

Penulis menanyakan secara langsung kepada pasien dan keluarga pasien

mengenai keluhan yang pasien rasakan juga meminta persetujuan untuk

dilakukan tindakan asuhan keperawatan.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Penulis melakukan observasi dan pengkajian fisik terhadap masalah atau sistem

yang terganggu sehingga dapat mendukung penegakan diagnose keperawatan

guna membuat intervensi yang sesuai dengan masalah yang dialami pasien

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi didapatkan dari catatan keperawatan, rekam medis, dan

pemeriksaan penunjang.
47

F. Uji keabsahan data

Sebelum melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

sistem persarafan : Stroke, penulis terlebih dahulu akan memvalidasi data yang

diperoleh dari wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik, serta studi

dokumentasi kepada pihak keluarga, pasien, dan perawat yang berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti.

G. Analisa data dan penyajian data

1. Pengumpulan data

Penulis mengumpulkan data terlebih dahulu yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dan pengkajian fisik, dan studi dokumentasi, yang

telah divalidasi. Hasil kemudian ditulis dalam bentuk catatan lapangan,

kemudian di salin dalam bentuk transkrip.

2. Mereduksi data

Data yang telah diperoleh oleh penulis dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk trankrip. Data obyektif dianalisis berdasarkan

hasil pemeriksaan dan diagnostik kemudian dibandingkan dengan nilai

normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan responden dijamin dengan mengaburkan identitas dari

responden.
48

4. Kesimpulan

Setelah didapatkan hasil yang diperoleh dari responden penulis akan membuat

kesimpulan dengan metode induksi.

H. Etika studi kasus

Sebelum melakukan studi kasus penulis terlebih dahulu akan melakukan

permintaan persetujuan ke tempat studi kasus, meminta persetujuan menjadi

responden, dan akan menyajikan hasil studi kasus tanpa nama hanya menggunakan

inisial, dan menjamin dari kerahasiaan responden.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Rumah

sakit ini berdiri sejak tahun 1930. RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

merupakan rumah sakit tipe C milik Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Rumah

sakit ini terletak dipusat kota wonosobo dengan kapasitas tempat tidur saat ini

(pasca pembangunan) terdapat 246 tempat tidur. Luas tanah 7445 m² yang terdiri

dari dua area yaitu area barat seluas 1356 m² dan area timur seluas 6000 m².

Bangunan rumah sakit terbagi menjadi gedung A 4 lantai, gedung B 4 lantai,

gedung C 3 lantai, gedung D 2 lantai, gedung E 1 lantai dan gedung barat 4

lantai. RSUD KRT Setjonrgoro Wonosobo memiliki 3 poliklinik yaitu poliklinik

umum, poliklinik spesialis, dan poliklinik gigi. Poliklinik spesialis terdiri dari

bedah umum, bedah ortopedi, kebidanan dan penyakit kandungan, anak, syaraf,

THT, mata, gigi, paru, kulit kelamin, rehabilitasi medik, jantung dan pembuluh

darah, dan jiwa.

Penulis melakukan studi kasus di Ruang Flamboyan yaitu Ruang Non Bedah

yang berada di Gedung utama lantai 4. Ruang Flamboyan memiliki kapasitas 36

tempat tidur yang terdiri dari kelas 1 ( 8 TT ), kelas 2 ( 12 TT ),

49
50

kelas 3 (10 TT, 2 TT Isolasi), HCU (4 TT). Studi kasus yang diambil berada pada

kelas III kamar 7 D. Ruang Flamboyan memiliki jumlah perawat 18 orang dibagi

dalam 3 shift.

B. Karakteristik Pasien (Identitas pasien)

Klien bernama Tn. S berusia 64 tahun, nomor rekam medis klien 767186,

berjenis kelamin laki – laki, klien beragama Islam, pekerjaan petani, bertempat

tinggal di watumalang, dengan diagnose medis SNH lacunar. Identitas

penanggung jawab Tn. S usia 35 tahun, bekerja sebagai petani beralamat di

watumalang, hubungan dengan klien sebagai anak.

C. Hasil Studi Kasus

a. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 28 Mei 2019,didapatkan hasil

keluhan utama saat masuk rumah sakit klien datang dengan keluhan

kesemutan pada tangan dan kaki kanan. Keluhan utama saat pengkajian klien

mengatakan kesemutan pada tangan dan kaki kanan.

Riwayat penyakit saat ini keluarga klien mengatakan . klien mengalamii

kesemutan pada tangan dan kaki kanan, pusing sejak 2 hari yang lalu tanggal

28 Mei 2019, kemudian jam 12 : 30 WIB klien dibawa ke puskesmas

Watumalang tetapi tidak ada perubahan, kemudian klien dirujuk ke RSUD


51

KRT Setjonegoro, Klien masuk IGD pukul 14.15 WIB, kemudian klien

dipindah ke ruang perawatan flamboyan pada pukul 15 : 30 WIB.

Riwayat kesehatan dahulu keluarga klien mengatakan sebelumnya klien

belum pernah dirawat di rumah sakit, klien mempunyai riwayat penyakit

hipertensi, akan tetapi klien tidak berobat secara rutin, klien memiliki

kebiasaan merokok, suka makan yang berminyak ( gorengan, jeroan) dan

makanan yang asin – asin, saat ditanya klien dan keluarga tidak diet bagi

penderita hipertensi dan penatalaksanaan hipertensi.

Riwayat kesehatan keluarga, keluarga klien mengatakan tidak ada

anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.

Riwayat kesehatan lingkungan keluarga klien mengatakan tinggal di

pedesaan, lingkungan cukup bersih dan tidak ada polusi lingkungan.

Riwayat psikososial dan kultur keluarga klien mengatakan klien tidak ada

masalah psikologis yang berhubungan dengan keadaan sosial, masyarakat dan

keluarga.

Hasil pemeriksaan fisik keadaan umum cukup, kesadaran composmentis,

tekanan darah 176/65 mmHg, Nadi 70x/menit, pernafasan 20 x/ menit, suhu

tubuh 36,8°C, BB/TB : 65 kg/164 cm, pada pemeriksaan kepala bentuk kepala

mesochepal, rambut bersih, tidak ada lesi, distribusi rambut merata, mata

simetris, konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, pupil isokor, tidak ada

gangguan penglihatan. Hidung bersih, tidak ada deviasi septum, tidak ada

gangguan penciuman, telinga simetris keadaan bersih,tidak ada gangguan


52

pendengaran, mukosa bibir lembab, keadaan mulut bersih, untuk berbicara

agak kaku, tidak ada afasia, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran

limfe. Inspeksi paru : dada simetris, tidsk ada ketinggalan gerak,palpasi paru :

tactile fremitus sama pada kanan dan kiri, perkusi paru : sonor, auskultasi paru

: vesikuler, inspeksi jantung : tampak pulsasi ictus cordis pada SIC V mid

clavicula sinistra, palpasi jantung : teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V mid

clavicula sinistrs, perkusi jantung : pekak, auskultasi jantung : lup- dup,

inspeksi abdomen : supel, tidak ada lesi, auskultasi abdomen : bising usus 11

x / menit, perkusi abdomen : timpani, palpasi abdomen : tidak ada nyeri tekan

dan pembesaran masa abnormal, inguinal tidak ada kelainan, genital : jenis

kelamin laki-laki, tidak terpasang DC, ekstermitas : tangan dan kaki kanan

kesemutan kekuatan otot 5 pada ekstermitas kanan dan kiri, terpasang infus di

tangan kiri, turgor kulit elastis, CRT < 2 detik, akral hangat, reflek bisep :

kanan kiri normal (2+), reflek trisep : kanan kiri normal (2+), reflek Babinski :

negatif pada ektermitas kanan dan kiri.

Dari hasil pengkajian pola fungsional Gordon didapatkan : pola persepsi

dan managemen terhadap kesehatan keluarga klien mengatakan kesehatan

merupakan hal yang penting, jika ada anggota keluarga yang sakit maka

keluarga memeriksakan ke layanan kesehatan, sebelum sakit klien

mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur, dan lauk.

Selama di RS makan sesuai dengan diit RS. Program diit di RS BKRG (

Bubur Kasar Rendah Garam).


53

Pola persepsi dan konsep diri klien mengatkan dirinya adalah seorang

laki-laki berumur 64 tahun, sebagai kepala rumah tangga akan tetapi ketika

skit tidak bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan, klien ingin cepat

sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa.

Data penunjang yang didapat Tn. S yaitu program terapi tanggal 29-31

mei 2019 infus RL 20 tpm, injeksi citicoline 2 x 500mg/iv, injeksi piracetam

3x3 gram /iv, injeksi mecobalamin 2 x 500 mg/iv, injeksi omeprazole 1 x 40

mg/iv, aspilet 1 x 80mg/oral, Candesartan 1 x 16 mg/oral, amlodipine 1 x 10

mg/oral.

Pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Mei 2019 pukul 14 :30 Wib

didapatkan hasil Eosinofil H 7,90, Limfosit L 23.60, Kreatinin H 1,19 mg/dl.

Pemeriksaan Radiologi tanggal 29 Mei 2019 didapatkan hasil : Cor :

Cardiomegali, Pulmo : Gbrn Bronchitis

Pemeriksaan EKG tanggal 29 mei 2019 didapatkan hasil , Left ventricular

hypertrophy.

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data hasil pengkajian dan Analisa data pada tanggal 29 Mei

2019, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan Resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral, resiko penurunan curah jantung dan defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurang informasi.


54

c. Analisa data

Hari/tgl/jam Data Problem Etiologi


Rabu 29 Mei Ds : Klien mengatakan pusing dan Resiko Hipertensi
2019 kesemutan pada tangan dan kaki ketidakefektifan
07:30 kanan perfusi jaringan
serebral
Do : 1. TD : 176/65 mmHg
2. N : 70 x/menit
3. GCS : E4V5M6
4. kesadaran : Composmentis
5. Kekuatan otot 5 5
5 5

Rabu 29 Mei Ds : Keluarga mengatakan klien Resiko penurunan Perubahan


2019 mempunyai riwayat hipertensi curah jantung perload
07:30
Do : 1. TD :176/65 mmHg
2. Hasil pemeriksaan torax : Cor
suspect Cardiomegali
3. Hasil EKG : Left Ventricular
Hypertrophy
Rabu 29 Mei Ds : Keluarga mengatakan ,klien Defisiensi Kurang
2019 mempunyai riwayat penyakit Pengetahuan informasi
07:30 hipertensi, akan tetapi klien tidak
berobat secara rutin, klien memiliki
kebiasaan merokok, suka makan
makanan yang berminyak dan asin –
asin

Do : Klien dan keluarga tidak


mengetahui penatalaksanaan dan
diet bagi hipertensi
Prioritas diagnose keperawatan

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

2. Resiko Penurunan curah jantung

3. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi


55

d. Intervensi

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


keperawatan

Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Neurologi (2620)


ketidakefektifan selama 3 x 24 jam diharapkan 1. Monitor tingkat kesadaran
perfusi jaringan ketidakefektifan perfusi jaringan tidak 2. Monitor TTV
serebral terjadi dengan kriteria hasil - 3. Merikan Posisi elevasi 30 derajat
Perfusi jaringan serebral (0406) : 4. Edukasi keluarga menegenai
pentingnya pemberiam posisi
Indikator Awal Tujuan Manajemen Obat (2380)
Tekanan darah 3 5 1. Kolaborasi dengan doketer
dalam batas normal pemberian obat – obatan
Sakit kepala 2 5

Penurunan 5 5
kesadaran

Keterangan
1. Berat
2. Cukup Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemberian obat (2300)
Penurunan Curah selama 3 x 24 jam diharapkan Penurunan 1.Monitor kemungkinan alergi
Jantung curah jantung tidak terjadi dengan kritera obat
hasil Keefektifan pompa jantung (0400) 2.Monitor TTV
3.Berikan obat sesuai teknik dan
Indikator Awal Tujuan cara yang tepat
Tekanan darah 3 5 4. Beritahu klien mengenai jenis,
sistol alasan dan efek obat.
Tekanan darah 3 5 5. Kolaborasi dengan dokter
diastole pemberian obat
Denyut nadi 5 5
perifer

Keterangan :
1.Deviasi berat dari kisaran normal
2.Deviasi cukup berat dari kisaran
normal
3.Deviasi sedang dari kisaran
normal
4.Deviasi ringan
5.Tidak ada Deviasi

Devisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pendidikan Kesehatan (5510)


Pengetahuan selama 3 x 24 jam diharapkan pengetahuan 1.Kaji tingkat pengetahuan klien
56

meningkat dengan kriteria hasil : dan keluarga


Manajemen Hipertensi 2. Berikan Pendidikan kesehtan
mengenai nutrisi untuk
Indikator Awal Tujuan hipertensi
Diit yang 1 5 3.Libatkan keluarga dalam
dianjurkan rencana memodifikasi gaya
Strategi untuk 1 5 hidup
membatasi intake 4.Rumuskan tujuan dan program
sodium Promkes
Manfaat 1 5
modifikasi gaya
hidup

Keterangan
1.Tidak ada pengetahuan
2.Pengetahuan terbatas
3.Pengetahuan sedang
4.Pengetahuan banyak
5.Pengetahuan sangat banyak

e. Implementasi

Hari/ Tgl/Jam No Dx Implementasi Respon Klien TTD


Rabu 29 Mei 1 Memonitor kesadaran dan S: Klien mengatkan lebih Hoerul
2019 membantu memposisikan nyaman,kesemutan pada
07:50 elevasi 30° kepada klien tangan dan kaki kiri

O : Klien terlihat lebih nyaman.


Kesadaran Composmentis
GCS : E4 V5 M6

08:20 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengatakan mau di Hoerul


memberikan obat citicoline 1 suntik
x 500 mg/iv, mecobalamin 1 x
500 mg/iv dan piracetam 1 x 3 O :Injeksi masuk lewat IV, tidak
gram/iv ada tanda- tanda alergi

10:15 3 Mengkaji tingkat pengetahuan S : Keluarga klien mengatakan Hoerul


klien dan keluarga tahu,bahwa klien mengalami
hipertensi,akan tetapi klien tidak
berobat secara rutin,masih
merokok,makan asin- asin dan
berminyak

O:-
57

12:15 2 Memonitor TTV S : Klien mengatakan Pusing Hoerul

O : TD :16 2/75 mmHg


N :75x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4°C
15:30 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengajukan mau di suntik Hoerul
memberikan obat piracetam
1x 3 gram/IV
O : Obat masuk lewat IV tidak ada
tanda-tanda alergi
15:30 2 Kolaborasi dengan dokter S : Keluarga mengatakan akan Hoerul
memberikan obat aspilet 1x memberikan obat sesuai dengan
80mg/oral,candesartan 1x aturan
16mg/oral dan amplodipin 1x
10mg/oral O : Obat masuk lewat oral, tidak
ada tanda – tanda alergi
Kamis,30 Mei 1 Memonitor TTV dan S : Klien mengatakan pusing Hoerul
2019 kesadaran berkurang,kesemutan
Jam 07:30 pada tangan dan kaki berkurang

O : TD :141/69mmHg
N : 69x/menit
S : 36°C
RR : 18x/menit
Kesadaran : composmentis
GCS: E4V5M6

08:30 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengatakan mau Hoerul


memberikan obat citicoline 1x Disuntik
500mg/IV,Mecobelamin 1x
500mg/IV dan piracetam 1x O : Obat masuk lewatIV,tidak
3gram/IV ada tanda-tanda alergi obat

10:15 3 Memberikan Pendidikan S : Keluarga mengatakan paham Hoerul


mengenai nutrisi untuk dengan apa yang diajarkan
hipertensi
O : Keluarga mampu menyebutkan
makanan yang harus di batasi

12:15 2 Monitor TTV S : Klien mengatakan pusing dan Hoerul


kesemutan sudah berkurang

O : TD:155/91 mmHg
N : 71x/menit
S: 36,3°C
RR :18x/menit
15:30 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengatakan mau disuntik Hoerul
memberikan obat piracetam
58

1x 3gram/IV O : Obat masuk lewat IV/tidak ada


tanda-tanda alergi

15:30 2 Kolaborasi dengan dokter S : Keluarga mengatakan akan Hoerul


memberikan obat aspilet 1x memberikan obat sesuai aturan
80mg/oral,candesartan 1x
16mg/oral,amlodipine 1x O : obat masuk lewat oral, tidak
10mg/oral ada tanda – tanda alergi
Jum’at,31 Mei 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengatakan mau disuntik Hoerul
2019 memberikan obat citicolin
08:25 1x500mg/IV,mecobelamin1x O : Injeksi masuk lewat IV tidak
500mg/IV,piracetam1x 3 gram ada tanda-tanda alergi

08:30 1 Memonitor TTV dan S : Klien mengatakan pusing Hoerul


kesadaran Berkurang

O : TD :165/74mnHg
N : 78X/menit
RR :20x/menit
kesadaran Composmentis
GCS :E4 V5 M6
10:15 3 Memberikan Pendidikan S : Keluarga mengatakan paham Hoerul
kesehatan mengenai dengan yang diajarkan
pentingnya merubah gaya
hidup O : Keluarga mampumenyebutkan
manfaat gaya hidup sehat,
makanan yang dibatasi dan
dianjurkan untuk diet
hipertensi

12:40 1 Memonitor TTV S : Klien mengatakan pusing Hoerul


sudah berkurang

O : TD : 173/92mmHg
N : 80x/menit
S : 36°C
RR : 20x/menit
59

f. Evaluasi

Hari ke 1

Hari/Tgl, Jam No Dx Catatan Perkembangan


( SOAP )
Rabu,29 Mei 2019 1 S : Klien mengatakan pusing,kesemutan pada tangan
(16:00) dan kaki kanan.
O : TD : 162/75mmHg
S :36,6°C
N : 75x/menit
RR : 20x/menit
kesadaran composmentis
GCS : E4 V5 M6
A : Masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Tekanan darah dalam batas 3 5 3
normal
Sakit kepala 2 4 2
Penurunan kesadaran 5 5 5
P : Lanjutan intervensi
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor TTV
- Kolaborasi dengan doketer pemberian obat

2 S : Klien mengatakan pusing,keluarga mengatakan klien


mempunyai riwayat hipertensi
O : TD : 162/75mmHg
N : 75 x/menit
-Hasil rontgen Thorax : cor,suspect cardio megali
-Hasil EKG Left ventricular hypertrophy
A : Masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Tekanan darah systole 3 5 3
Tekanan darah diastole 3 5 3
Denyut nadi perifer 5 5 5
P : Lanjutan Intervensi
- Monitor TTV
- Berikan obat sesuai teknik dan cara yang tepat
- Beritahu klien mengenai jenis,alasan dan efek obat.
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat

S : Keluarga klien mengatakan tahu bahwa klien


mengalami hipertensi,akan tetapi klien tidak berobat
secara rutin ,kebiasaan merokok,suka makan yang
berminyak dan asin-asin

O : TD : 162/75 mmHg
3
A : Masalah belum teratasi
60

Indikator Awal Tujuan Akhir


Diit yang 1 5 1
dianjurkan
Strategi untuk 1 5 1
membatasi intake
sodium
Manfaat modifikasi 1 5 1
gaya hidup

P : Lanjutan intervensi
- Berikan Pendidikan kesehtan mengenai nutrisi untuk
hipertensi
- Libatkan keluarga dalam rencana memodifikasi gaya
hidup

Hari ke 2

Hari/tgl/jam No Dx Catatan Perkembangan


(SOAP)
Kamis,30 Mei 2019 1 S : Klien mengatakan pusing dan kesemutan sudah
(16:00) berkurang
O : TD : 155/91mmHg
N : 71x/menit
RR : 18x/menit
kesadaran composmentis
GCS : E4 V5 M6
A : Masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Tekanan darah dalam batas 3 5 4
normal
Sakit kepala 2 4 3
Penurunan kesadaran 5 5 5
P : Lanjutan intervensi
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor TTV
- Kolaborasi dengan doketer pemberian obat

2 S : Klien mengatakan pusing sudah berkurang


kesemutan sudah berkurang
O : TD :155/91mmHg
N : 75x/menit
-Riw : hipertensi
-Hasil rontgen Thorax : cor,suspect cardio megali
-Hasil EKG Left ventricular hypertrophy
A : Masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Tekanan darah systole 3 5 4
Tekanan darah diastole 3 5 4
61

Denyut nadi perifer 5 5 5


P : Lanjutan Intervensi
- Monitor TTV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat

3 S : Keluarga klien mengatakan paham mengenai


penkes yang diajarkan
O : Keluarga mampu menyebutkan makanan yang
harus dibatasi
A : Masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Diit yang 1 5 5
dianjurkan
Strategi untuk 1 5 5
membatasi intake
sodium
Manfaat modifikasi 1 5 1
gaya hidup
P : Lanjutan intervensi
- Berikan Pendidikan kesehtan mengenai nutrisi untuk
hipertensi
- Libatkan keluarga dalam rencana memodifikasi gaya
hidup

Hari ke 3

Hari/Tgl/jam No Dx Catatan Perkembangan (SOAP)

Jum’at,31 Mei 1 S : Klien mengatakan pusing,kesemutan pada tangan


2019 dan kaki kanan berkurang
(14:00) O : TD : 173/92mmHg
S : 36,4°C
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
kesadaran composmentis
GCS:E4 V5 M6
A :Masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Tekanan darah dalam batas 3 5 3
normal
Sakit kepala 2 4 4
Penurunan kesadaran 5 5 5
P : Pasien pulang, Edukasi klien minum obat sesuai
aturan

2 S : Klien mengatakan pusing sudah berkurang


kesemutan sudah berkurang
62

O : TD :173/92mmHg
N : 80x/menit
-Riw : hipertensi
-Hasil rontgen Thorax : cor,suspect cardio megali
-Hasil EKG Left ventricular hypertrophy
A : Masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Tekanan darah systole 3 5 3
Tekanan darah diastole 3 5 3
Denyut nadi perifer 5 5 5
P : Pasien pulang edukasi minum obat sesuai dengan
aturan

3 S : Keluarga klien mengatakan paham mengenai


penkes yang diajarkan
O : Keluarga mampu menyebutkan manfaat gaya
hidup sehat, makanan yang dibatasi dan makanan
yang dianjurkan untuk penderita hipertensi yang
harus dibatasi
A : Masalah teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Diit yang 1 5 5
dianjurkan
Strategi untuk 1 5 5
membatasi intake
sodium
Manfaat modifikasi 1 5 5
gaya hidup

P : Klien pulang, motivasi klien dan keluarga untuk


merubah gaya hidup dan menerapkan diit hipertensi
63

D. Keterbatasan

a) Aspek teoritis

Dalam studi kasus ini penulis mengalami kesulitan dalam mencari

literature, sumber-sumber yang dapat dijadikan acuan, untuk itu di dalam

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih banyak kekurangan.

b) Aspek metodologis

Penyusunan KTI ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari teori hingga

pelaksanaan studi kasus. Dimulai dari penulisan, seringkali penulis melakukan

kesalahan antara lain penulisan tidak sesuai EYD dan salah dalam pengetikan.

Dalam pengambilan kasus penulis hanya mengambil 1 subyek sehingga tidak

dapat membandingkan dengan subyek lainnya.

E. Pembahasan

Penulis melakukan asuhan keperawatan pata Tn.S dengan diagnosa medis

Stroke Non Hemorrhage Lacunar selama 3 hari mulai tgl 28 mei – 31 mei 2019

diruang Flamboyan RSUD KRT Setjonegoro. Penulis menemukan 3 diagnosa

keperawatan pada klien yaitu resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral,

resiko penurunan curah jantung, dan defisiensi pengetahuan. Pada kesempatan ini

penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan praktik yang

digunakan sebagai acuan dan hasil pengkajian yang ditemukan pada klien.
64

a) Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan salah satu komponen dari proses

keperawatan yaitu usaha dalam menggali permasalahan dari klien meliputi

usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara

sistematis, menyulur, akurat, singkat, dan berkesinambungan yang dilakukan

oleh perawat. Komponen dari pengkajian keperawatan meliputi anamnesa,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik. Dalam pengkajian keperawatan

memerlukan keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan

pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2008). Dari hasil pengkajian didapatkan data

tekanan darah klien 176/65 mmHg dan mempunyai riwayat hipertensi. Factor

yang menimbulkan terjadinya resiko stroke salah satunya adalah hipertensi.

Hipertensi merupakan factor resiko yang bisa dikendalikan. Hipertensi dapat

mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak

pecah, maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak

menyempit, maka aliran darah keotak akan terganggu dan sel – sel otak akan

mengalami kematian Ariani (2012).

Hasil pengkajian dari maslah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral didapatkan klien mengatakan pusing, tekanan darah 176/65 mmHg,

nadi 70 x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit dan suhu tubuh 36°C. Tingkat

kesadaran Composmentis ( klien sadar akan dirinya dan berorientasi penuh ),

nilai GCS E : 4 (respon membuka mata spontan) M: 6 (mengikuti perintah ) V 5

: (Berorientasi jelas)
65

Hasil pemeriksaan reflek Babinski pada pasien : tidak ada pada ektermitas

kiri dan kanan. Pemeriksaan reflek babinski merupakan salah satu reflek

patologis yang terjadi jika ada gangguan neurologi, dan paling sering terjadi

pada gangguan spinal cord atau saraf pusat, reflek bisep dan trisep : kiri (2+),

kanan (2+), reflek kornea : mata klien dipejamkan saat bagian mata disentuh

dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcing, Reflek bisep, trisep dan

kornea merupakan reflek normal yang terjadi saat pemeriksaan reflek. Reflek

bisep dan trisep termasuk reflek tendon, sedangkan reflek kornea termasuk

reflek superfisial (Tarwoto, 2013)

Hasil pengkajian dari masalah resiko penurunan curah jantung didapatkan

tekanan darah pasien 176/65 mmHg, riwayat hipertensi, pemeriksaan rontgen

thorax : Cor Suspect cardiomegali, pemeriksaan EKG : Left Ventricular

hiperthrophy. Hal ini terjadi karena suatu keadaan di mana jantung yang

mempunyai fungsi utama untuk memompa darah ( Huddak & Gallo, 2010) Hal

ini dapat dilakukan dengan baik apabila kemampuan otot jantung untuk

memompa cukup baik, sistem katupnya sendiri serta irama pemompaan yang

baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada salah satu diatas maka akan

mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapa menyebabkan

kegagalan memompa ( Huddak & Gallo, 2010)

Hasil pengkajian masalah defisiensi pengetahuan, hasil pengkajian defisiensi

pengetahuan yang didapatkan, keluarga klien mengatakan bahwa klien

mempunyai riwayat hipertensi akan tetapi klien tidak berobat secara rutin, klien
66

memiliki kebiasaan merokok, suka makan- makanan yang berminyak dan asin-

asin, saat ditanya klien dan keluarga tidak diet bagi penderita hipertensi dan

penatalaksanaan hipertensi. Hal ini terjadi karena adanya suatu keadaan

dimana klien atau keluarga memiliki keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap

informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, dan tidak

mengetahui sumber- sumber informasi (Herdman ,2015)

b) Diagnosa

Masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral merupakan

masalah dimana individu rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak

yang dapat mengganggu kesehtan (Herdman 2015).

Kekurangan suplai darah ke otak akan mengganggu kebutuhan darah dan

oksigen ke jaringan otak. Jika suplai darah yang membawa oksigen ke otak

berkurang akan mengakibatkan fungsi otak terganggu bahkan terjadi kerusakan

pada otak ( Rosjidi 2014).

Menurut (Herdman 2015) factor resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral yaitu aterosklerosis aortic, embolisme, fibrilasi atrium, hipertensi,

gangguan serebrovaskuler.

Etiologi yang diambil untuk masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral adalah factor resiko Hipertensi karena pada hasil pemeriksaan fisik

ditemukan TD 176/65 mmHg, N 70x/menit, Pusing dan kesemutan pada tangan

dan kaki kiri. Hal tersebut sesuai dengan tinjauan pustaka.


67

Masalah resiko penurunan curah jantung merupakan masalah dimana

ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan

metabilik tubuh (Herdman 2015).

Menurut Herdman (2015) factor resiko resiko penurunan curah jantung

yaitu, perubuhan afterload, perubahan frekuensi jantung, perubuhan irama

jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan preload, perubhan volume

sekuncup.

Etiologi yang diambil penulis untuk masalah resiko penurunan curah jantung

merupakan factor resiko perubahan afterload jantung. Hal tersebut disebabkan

karena tekanan darah ditas 140/90 mmHg . Besarnya tahanan yang

dikembangkan oleh ventrikel selama sistolik untuk mampu membuka katup

aorta dan pulmonal serta memompa darah kedalam arteri pulmonalis dan aorta,

juga kedalam pembuluh perifer. (Tarwoto 2013)

Masalah defisiensi pengetahuan merupakan masalah dimana klien atau

keluarga memiliki keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang

salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, dan tidak mengetahui

sumber- sumber informasi (Herdman ,2015).

Menurut Herdman (2015) batasan karakteristik untuk masalah defisiensi

pengetahuan yaitu, ketidakakuratan melakukan tes, ketidakuratan mengikuti

perintah, kurang pengetahuan, perilaku tidak tepat. Sedangkan factor yang

berhubungan yaitu ganguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang

informasi.
68

Etiologi yang diambil untuk masalah defisiensi pengetahuan adalah Kurang

informasi karena keluarga dan klien tidak mengetahui bahwa hipertensi harus

berobat secara rutin dan membatasi garam sodium ,serta merubah gaya

hidup.hal tersebut disebabkan karena kurangnya informasi mengenai hipertensi

(Rosjidi, 2014)

c) Perencanaan

Perencanaan menurut (Bulechek, 2015) pada asuhan keperawatan SNH

dilakukan per diagnose. Diagnosa pertama resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral dibuktikan dengan hipertensi. Perencanaan yang dilakukan

pada diagnosa yang pertama yaitu monitor neurologi, monitor tingkat

kesadaran, monitr GCS, monitor tanda-tanda vital, memberikan posisi elevasi

30°, kolaborasi pemberian obat. Berdasarkan tinjauan teori diatas penulis

melakukan perencanaan yang tidak beda jauh dari tinjauan teori.

Untuk perencanaan diagnosa yang kedua yaitu Resiko penurunan curah

jantung dibuktikan dengan perubahan afterload, perencanaan yang dilakukan

pada diagnosa kedua yaitu monitor TTV, kolaborasi dengan dengan dokter

pemberian obat obatan. Berdasarkan tinjauan teori diatas penulis melakukan

perencanaan yang tidak beda jauh dari tinjauan teori.

Perencanaan untuk diagnosa ketiga defisiensi pengetahuan b.d kurang

informasi, perencanaan yang dilakukan adalah pendidikan kesehatan dan

melibatkan keluarga mengenai strategi mengubah gaya hidup (Bulechek, 2015).


69

Berdasarkan tinjauaan teori diatas penulis melakukan perencanaan yang tidak

jauh beda dari tinjauaan teori.

d) Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaiaan kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehtan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil

yang diharapkan (Potter & Perry 2011).

Implementasi yang dilakukan penulis pada klien dengan masalah

keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan faktor

resiko hipertensi adalah mengukur tanda tanda vital untuk mengetahui adanya

peningkatan tekanan darah, jika terjadi tekanan darah bisa disebabkan karena

tidak adekuatnya perfusi organ vital. Memberikan posisi elevasi 30° untuk

mencegah terjadinya tekanan intra kranial, memonitor kesadaran dan GCS

untuk mengetahui sirkulaai oksigen ke otak (Tarwoto 2013)

Memberikan obat golongan vitamin saraf citicoline 500 mg, untuk

mempercepat masa pemilihan stroke dan meningkatkan daya ingat, obat

golongan neurotropik piracetam 3 gram untuk memperbaiki fungsi kognitif dan

memperbaiki kemampuan motorik, obat golongan vitamin mecobalamin 500

mg untuk mencegah terjadinya neuropati perifer akibat kerusakan saraf,

meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak (Tarwoto, 2013).

Implementasi terakhir yang dilakukan adalah menganjurkan klien untuk

minum obat golongan antikoagulan yaitu obat oral Aspilet 80 mg sesuai dengan
70

aturan pakai dan juga mengevaluasi kepatuhan minum obat klien. Antikoagulan

tersebut berfungsi untuk mengobati sumbatan pada aliran darah atau mencegah

pembentukan bekuan yang menghancurkan bekuan pada dinding pembuluh

darah ( Junaidi,2011)

Implementasi yang dilakukan penulis pada klien dengan masalah

keperawatan resiko penurunan curah jantung adalah monitor tanda tanda vital

untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan darah, jika terjadi tekanan darah

yang tidak adekuat bisa disebabkan karena tidak adekuatnya perfusi organ vital.

(Tarwoto,2013)

Implementasi terakhir yang dilakukan adalah memonitor kemungkinan

alergi obat dan kepatuahan meminum obat, menganjurkan klien untuk minum

obat golongan angiostensin II (ARB) candesartan 16mg dan obat golongan

antagonis kalsium, amlodipine 10 mg sesuai dengan aturan pakai, obat tersebut

berfungsi untuk menurunkan tekanan darah sehingga dapat mencegah

terjadinya gagal jantung.( Junaidi,2011)

Implementasi yang dilakukan penulis pada klien dengan masalah

keperawatan defisiensi pengetahuan adalah pendidikan kesehatan yaitu

memfasilitasi klien dan keluarga dengan memberikan suatu informasi sehingga

klien dan keluarga paham mengenai penatalaksanaan masalah. (Rosjidi, 2014)

e) Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan

untuk mengetahui masalah-masalah yang muncul pada stroke non haemorrhage


71

teratasi atau tidak (Potter & Perry 2011) Berdasarkan hasil tersebut penulis

melakukan evaluasi keperawatan dalam kasus ini sebagai berikut.

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dibuktikan dengan

hipertensi belum teratasi karena masih ada indikator yang belum sesuia

dengan yang ditargetkan penulis yaitu tekanan darah dalam batas normal dan

sakit kepala.

2. Resiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan perubahan afterload

belum teratasi, karena masih ada indikator yang belum sesuai dengan yang

ditargetkan penulis yaitu tekanan darah sistol masih tinggi.

3. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi teratasi dibuktikan dengan

tercpainya indicator yang ditargetkan penulis


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stroke Non Haemorrhage merupakan tanda klinis disfungsi atau kerusakan

jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Setelah melakukan

asuhan keperawatan selama 3x24 jam pada Tn.S dengan gangguan sistem

persarafan : Stroke Non Hemorrhage di Ruang Flamboyan RSUD KRT

Setjonegoro Wonosobo, berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data klien

mengalami pusing, tangan dan kaki kanan mengalami kesemutan kekuatan otot

ekstermiatas atas kanan dan kiri : 5 ekstermitas bawah kanan dan kiri : 5, tekanan

darah 176/65 mmHg, nadi 70x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,8° C, kesadaran

klien composmentis dengan GCS : E4 V5 M6, klien mempunyai riwayat hipertensi

akan tetapi tidak berobat secara rutin, klien mempunyai kebiasaan merokok, suka

makan yang asin-asin dan berminyak,klien dan keluarga tidak mengetahui diet dan

penatalaksanaan bagi penderita hipertensi, hasil EKG : Left Ventricular

Hypertrophy, hasil rontgen thorax : Cor, Suspect Cardiomegali. Berdasarkan hasil

pengkajian tersebut didapatkan diagnosa keperawatan resiko ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral dengan factor resiko gangguan serebrovaskuler, Resiko

penurunan curah jantung dengan diagnosa keperawatan tersebut. Penulis

melakukan implemantasi sesuai dengan

72
73

intervensi. Berdasarkan hasil evaluasi. masalah resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral dan resiko penurunan curah jantung belum teratsi dan defisiensi

pengetahuan sudah teratasi sesuai dengan indikator yang diharapkan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas penulis menyarankan kepada pembaca atau

berbagai pihak, berkaitan dengan masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral, resiko penurunan curah jantung dan defisensi pengatahuan pada kasus

stroke non haemorrhage.

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat membahas secara menyeluruh tentang konsep teori dan

asuhan keperawatan pada klien dengan stroke non haemorrhage. Memberikan

bimbingan secara intensif agar hasil laporan kasus sesuai dengan yang

diharapkan pembimbing institusi dan juga penulis sendiri. Diharapkan juga

laporan kasus yang dibuat ini dapat dijadikan acuan untuk laporan kasus yang

akan datang dengan tujuan untuk membandingkan perkembangan yang akan

datang.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan untuk Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

optimal dalam melakukan asuhan keperawtan pada klien stroke non

hemorrhage selain memperhatikan kondisi dan perkembangan klien, sebaiknya

juga memperhatikan perawatan diri pada klien, mempertimbangkan kolaborasi

dengan ahli terapi dalam mengembangkan dan menetapkan program latihan jika
74

klien mengalami masalah hambatan mobilitas fisik. Selain itu, pemberiam

terapi obat pada klien juga diharapkan agar bisa diberikan tepat pada waktunya.

3. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien stroke non

haemorrhage menggunakan konsep sesuai dengan teori dan disesuaikan dengan

kondisi kien, menyusun intervensi bantuan perawatan diri dan

mengimplementasikannya. Walaupun perawatan diri klien sudah dibantu oleh

keluarganya. Selaim itu, diharapkan juga untuk memperbanyak literatur agar

tidak mendapatkan kesulitan dalam melakukan asuhan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Ariani, TU., 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta : Salemba medika.

Arya w. w. 2011. Strategi Mengatasi dan Bangkit dari Stroke, Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 4 8. Singapore Elseiver.

Bulechek, G. M, Howard,K.B,Joane,M.D,dkk.2016. Nursing Intervention


Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia.Mosby:Elseiver,Inc.

DiGuilio, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Ed.I. Yogyakarta : Rapha


Publishing.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2015. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2015

Hariyanto, A., & Sulistyowati, R. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Ed.I. Yogyakarta. Ar – Ruzz Media

Herdman, T.H.2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi 2015 – 2017. Edisi 10. Jakarta : EGC

Huddak & Gallo 2010. Keperawatan Kritis Edisi 6. Jakarta; EGC

Junaidi, Iskandar, 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Edisi I. Yogyakarta :


Andi offset.

Kemenkes RI.2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta kemenkes RI

Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L., dkk.2016. Nursing Outcomes


Clasification (NOC). Edisi Bahasa Indonesia. Mosby : Elseiver, Inc.

Muttaqin, Arif. 2012 Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Potter, Perry 2011. Fundamental of Nusing: 7th Edition. Singapura. Mosby
Elsevier

Rico J.S Suharyo H, dan Endang K.2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi


kejadian stroke pada usia meda kurang dari 40 Tahun. Jurnal
Epidemiologi. 2008 : 1-3

Rosjidi, C. H., & Nurhidayat, S. 2014. Buku Ajar Peningkatan Tekanan


Intrakranial & Gangguam Peredaran Darah Otak. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Salim, Ilyas. 2017 Asuhan Keperawatan pada Ny. G dengan gangguan Sistem
Persarafan Stroke Non Hemorrhage di Ruang flamboyant RSUD KRT
Setjonegoro. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Sains AL – Qur’an.

Setyopranoto & Ismail., 2011, “Stroke Gejala dan Penatalaksanaan.CDK

Syaifudin, 2012. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.EGC. Jakarta.

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta : CV Sagung seto.

World Health Organization 2012, Cardiovascular disease. Diakses 7 November


2018 dari http: //www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/print.html.

Wijaya, A. S., dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 (


Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.
INFORMED CONSENT

( persetujuan menjadi partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Lestari Dewi Pamungkas dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Ny. T Dengan Stroke Non Hemorrhage dan Hipertensi”

Saya memutuskan setuju ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara


sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian saya mengundurkan diri, maka
saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Wonosobo, 29 Mei 2019


Saksi Yang memberikan
Persetujuan

…………………………. …………………………

Wonosobo, 29 Mei 2019


Peneliti

Hoerul Stiawan
2016200003
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari program studi DIII Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa
Tengah di Wonosobo, dengan ini meminta anda berpartisipasi dengan
sukarela dalam penelitian yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Tn.
S dengan gangguan sistem persarafan : Stroke Non Hemorrhage di Ruang
Flamboyan RSUD Setjonegoro Wonosobo.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persarafan : Stroke Non
Hemorrhage. Penelitian ini akan berlangsung selama 3 hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang
lebih 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan
tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan
pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian
ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan
asuhan/tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi pada nomor Hp. 083833614222

Peneliti

Hoerul Stiawan
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama mahasiswa : Hoerul Stiawan

Hari, tanggal, jam pengkajian : Rabu, 29 Mei 2019

Sumber data : Pasien, Keluarga, Rekam Medis

I. Identitas

a. Pasien

Nama : Tn. S

Umur/ tanggal lahir : 24 Juni 1954, (64 tahun 11 bulan)

Jenis kelamin : Laki - laki

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

Alamat : Wonosobo

Tanggal masuk : Selasa 28 Mei 2019 (Jam 14.15 WIB)

Diagnosa medis : SNH Lacunar

b. Penanggung jawab

Nama : Tn. S

Alamat : Wonosobo

Pekerjaan : Tani

Hubungan dg pasien : Anak


II. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama saat masuk RS

Klien mengatakan kesemutan pada tangan dan kaki kanan

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluarga mengatakan, klien mengalami kesemutan pada tangan dan

kaki kanan,pusing sejak 2 hari yang lalu tanggal 28 mei 2019,

kemudian jam 12.30 wib klien dibawa kepuskesmas watumalang tetapi

tidak ada perubahan, kemudian klien dirujuk ke RSUD KRT

Setjonegoro, Klien masuk IGD pukul 14.15 wib, kemudian klien

dipindak ke ruang perawatan flamboyant pada pukul 15.30 Wib.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga mengatkan sebelumnya klien belum pernah dirawat

dirumah sakit, klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi, akan

tetapi klien tidak berobat secara rutin, klien memiliki kebiasaan

merokok, suka makan yang berminyak (gorengan, jeroan) dan asin –

asin. saat ditanya klien dan keluarga tidak diet bagi penderita

hipertensi dan penatalaksanaan hipertensi.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai

penyakit yang sama.

e. Riwayat kesehatan lingkungan

Keluarga klien mengatakan tinggal dipedesaan, lingkungan cukup

bersih dan tidak ada polusi lingkungan.


f. Riwayat psikososial dan kultur

Keluarga klien mengatakan ,klien tidak ada masalah psikologis yang

berhubungan dengan keadaan sosial, masyarakat dan keluarga.

III. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Cukup

Tingkat kesadaran : Composmentis (E:4 V:5 M:6)

Suhu tubuh : 36,8° C

Nadi : 70 x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Tekanan darah : 176/65 mmHg

BB/TB : 65 kg/164 cm

b. Pemeriksaan Chepalo Caudal

i. Kepala

Bentuk kepala mesochepal, keadaan rambut bersih, tidak ada

lesi, distribusi rambut merata.

ii. Mata

Simetris, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil isokor,

tidak ada gangguan pengelihatan.

iii. Hidung

Keadaan bersih, tidak ada deviasi septum, tidak ada gangguan

penciuman.

iv. Telinga

Simetris, keadaan bersih, tidak ada gangguan pendengaran.


v. Mulut

Mukosa bibir lembab, keadaan mulut bersih, untuk berbicara

agak kaku.tidak ada afasia.

vi. Leher

Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar

Limfe

vii. Thorak

Paru : Inspeksi : Dada simetris, tidak ada ketinggalan


gerak.
Palpasi : Tactile fremitus sama pada kanan dan
kiri.
Perkusi : Sonor

Auskultasi : Bunyi paru vesikuler

Jantung : Inspeksi : Tampak pulsasi ictus cordis pada SIC V


mid clavicula sinistra.
Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V

mid clavicula sinistra

Perkusi : Redup

Auskultasi : Bunyi jantung Lup - dup

Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang.

viii. Abdomen

Inspeksi : Supel, tidak ada lesi

Auskultasi : Bising usus 11 x\menit

Perkusi : Timpani

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran


masa abnormal

ix. Inguinal

Tidak ada kelainan

x. Genital

Jenis kelamin laki-laki ,tidak terpasang DC.

xi. Ekstremitas

Ekstermitas atas : Tangan kanan kesemutan (kebas) , turgor

kulit elastis, terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri CRT < 2

detik, akral hangat.

Ekstermitas bawah : Kaki kanan kesemutan, turgor kulit elastis

CRT < 2 detik, akral hangat

a. Kekuatan otot

5 5

5 5

Keterangan :

0 : Tidak ada kontraksi otot, lumpuh total

1 : Terdapat sedikit gerakan

2 : Terdapat gerakan tetapi tidak mampu melawan

gravitasi

3 : Terdapat gerakan dan mampu melawan gravitasi

4 : Mampu melawan gravitasi dan melawan sedikit

tahanan

5 : Mampu melawan gravitasi dan tahanan yang kuat


b. Pemeriksaan reflek

1) Reflek bisep : kiri normal (2+), kanan (2+)

2) Refleks trisep : kiri nprmal (2+), kanan (2+)

Keterangan :

0 : Tidak ada reflex

1+ : Ada tetapi berkurang

2+ : Normal

3+ : Meningkat tetapi tidak patologis

4+ : Hiperaktif, mungkin ada klonus

3) Reflek abdominal : otot perut berkontraksi saat digores

pada dinding perut dengan benda yang agak runcing.

4) Reflek kornea : mata klien dipejamkan saat bagian mata

disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat

runcing.

5) Refleks Babinski : negative pada ektermitas kiri dan

kanan.

c. Pemeriksaan saraf kranial

1) Nervus Olfaktorius : klien mampu mencium dan

menyebutkan bau minyak kayu putih.

2) Nervus Optikus : klien mampu menyebutkan angka

Snellen chart jarak 2 meter.


3) Nervus Okulomotoris : klien mampu menahan kelopak

mata ketika dibuka, reflex pupil mengecil ketika ada

cahaya.

4) Nervus Troklearis : Terdapat gerakan bola mata ke

samping kanan kiri, atas, bawah, dan putar .

5) Nervus abdusen : tidak ada gangguan

6) Nervus Trigeminus : tidak ada gerakan sebelah kanan

ketika mengatupkan gigi, sebelah kiri tidak ada reflek.

7) Nervus Fasialis : klien mampu mengangkat alis,

mengerutkan dahi, klien bisa tersenyum

8) Nervus Auditorium : Klien tidak ada gangguan

pendengaran, mampu mendengar dengan baik.

9) Nervus glosofaringeus : klien mampu menelan dengan

baik.

10) Nervus Vagus : klien mampu mengucapkan A I U E O

11) Nervus Asesoris : Mampu menahan kedua bahu ketika

didorong

12) Nervus Hipoglasus : lidah mampu bergerak kanan, kiri

dan berputar
IV. Pengkajian Pola Fungsional (11 pola fungsional gordon)

a. Pola Persepsi Dan Managemen Terhadap Kesehatan

Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika

klien dan anggota keluarga mengalami masalah kesehatan maka

keluarga memeriksa ke layanan kesehatan

b. Pola Nutrisi Dan Metabolik (sebelum dan selama sakit)

1. Program diit di RS

BKRG (Bubur Kasar Rendah Garam)

2. Intake makanan

Sebelum di RS : Klien mengatakan frekuensi makan 3 kali sehari

dengan porsi sedang, komposisi nasi, lauk dan sayur, selera makan

baik tidak mengalami mual muntah dan tidak ada alergi makanan.

Selama di RS : Sesuai dengan diit di RS.

3. Intake cairan

Sebelum di RS : Klien mengatakan minum air putih 4-5 gelas

dalam sehari

Selama di RS : Klien mengatakan minum air putih 3-4 gelas, susu

1 gelas.

4. Berat badan 6 bulan terakhir naik atau turun

Klien mengatakan berat badan 6 bulan terakhir tidak mengalami

penurunan.
c. Pola Eliminasi

i. BAB ( Buang Air Besar )

Sebelum di RS : Klien mengatakan BAB 2 kali sehari,

konsentrasi lunak,tidak ada gangguan saat BAB.

Selama di RS : Klien mengatakan BAB satu kali sehari, tidak

ada gangguan saat BAB.

ii. BAK ( Buang Air Kecil )

Sebelum di RS : Klien mengatakan BAK 3- 4 kali sehari warna

kekuningan

Selama di RS : Klien mengatakan BAK 2-3 kali sehari warna

kekuningan

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan / Minum _ √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
0 : Mandiri, 1 : Alat bantu, 2 : Dibantu orang lain, 3 : Dibantu orang

lain dan alat, 4 : Tergantung total

Oksigenasi :
e. Pola Istirahat dan Tidur

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam tidurnya, tidak terbangun

pada malam hari, tidur dari pukul 21.00-03.00 Wib.

f. Pola Persepsi dan Kognitif

Klien mengatakan tidak ada penurunan ketajaman panca inderanya.

Tangan dan kaki kanan kesemutan, terasa berat saat digerakan, tidak

ada perubahan daya ingat selama di RS, untuk berbicara mulut terasa

kaku.

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Klien mengatkan dirinya adalah seorang laki-laki berumur 64 tahun,

sebagai kepala rumah tangga, akan tetapi saat sakit tidak bisa

melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan, klien ingin segera sembuh

dan melakukan aktivitas seperti biasa.

h. Pola Peran dan Hubungan

Klien mengatakan dirinya adalah seorang kepala rumah tangga dengan

satu istri dan dua orang anak, klien tinggal dengan istri dan anak ke 2

nya, klien memiliki hubungan baik dengan keluarganya.

i. Pola Seksual dan Reproduksi

Klien mengatkan tidak ada masalah dengan organ reproduksinya, klien

mempunyai dua orang anak, selama sakit klien tidak berhubungan

seksual dengan istri.


j. Pola Koping dan Toleransi terhadap Stress

Klien mengatakan jika mempunyai masalah dibicarakan dengan

keluarganya dan klien mengatakan cemas dengan kondisi saat ini.

k. Pola Nilai dan Kepercayaan

Klien mengatakan beragama islam, sebelum sakit kegiatan ibadah

klien tidak terganggu, saat di RS kegiatan ibadah klien terganggu,

klien percaya bahwa setiap penyakit ada obatnya dan yakin sakitnya

akan sembuh

V. Data Penunjang

a. Program Terapi

29 Mei 2019

1) Aspilet 1 x 80 mg/oral

2) Candesartan 1x 16 mg/oral

3) Amlodipin 1 x10 mg/oral

4) Infus RL 20 tpm

5) Citicolin 2 x 500 mg/Iv

6) Piracetam 3 x 3 gram/Iv

7) Mecobelamin 2 x 500 mg/Iv

8) Omeprazol 1 x 40 mg/Iv

b. Hasil Pemeriksaan laborat, radiologi dan penunjang lainnya

Terlampir
VI. Analisa Data

No Hari, Tanggal, Data Problem Etiologi TTD


Jam
1 Rabu 29 mei Ds: Klien mengatakan Resiko
2019 pusing dan kesemutan ketidakefektifan
pada tangan dan kaki perfusi jaringan
kanan serebral

Do : TD : 176/65 mmHg
N : 70 x/menit
GCS : E4V5M6
Composmentis

2 Rabu 29 mei Ds : Keluarga Resiko


2019 mengatakan klien penurunan curah
mempunyai riwayat jantung
hipertensi
Do : TD :176/65 mmHg
Hasil pemeriksaan torax
: Cor suspect
Cardiomegali
Hasil EKG : Left
Ventricular Hypertrophy
3 Rabu 29 mei Ds : Keluarga Devisiensi Kurang
2019 mengatakan ,klien Pengetahuan informasi
mempunyai riwayat tentang
penyakit hipertensi, hipertensi
akan tetapi klien tidak
berobat secara rutin,
klien memiliki
kebiasaan merokok,
suka makan makanan
yang berminyak dan
asin – asin
Do : Klien dan keluarga
tidak mengetahui
penatalaksanaan dan
diet bagi hipertensi
Prioritas Masalah

1. Resiko Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral

2. Resiko Penurunan Curah Jantung

3. Defisiensi Pengetahuan b/d Kurang informasi

VII. Asuhan Keperawatan

Nama : Tn .S No. Reg : 767186

Dx. Medis : SNH Lacunar Ruang : Flamboyan

Hari, Dx. Kep Rencana Tindakan TTD


No Tanggal, Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Jam
1 Rabu 29 Resiko Setelah dilakukan Monitor Neurologi
Mei 2019 ketidakefektif tindakan keperawatan (2620)
jam 07.30 an perfusi selama 3 x 24 jam 5. Monitor tingkat
jaringan diharapkan kesadaran
serebral ketidakefektifan 6. Monitor TTV
perfusi jaringan tidak 7. Berikan Posisi
terjadi dengan kriteria elevasi 30 derajat
hasil - 8. Edukasi keluarga
menegenai
Perfusi jaringan
pentingnya
serebral (0406) : pemberiam posisi
1. Tekanan darah Manajemen Obat
dalam batas normal
(2380)
(5)
2. Sakit Kepala (5) 2. Kolaborasi
3. Penurunan dengan doketer
Kesadaran (5) pemberian obat –
obatan
Keterangan
6. Berat
7. Cukup Berat
8. Sedang
9. Ringan
10. Tidak ada
2 Rabu 29 Resiko Setelah dilakukan Pemberian obat
Mei 2019 Penurunan tindakan keperawatan (2300)
Jam 07.30 Curah Jantung selama 3 x 24 jam 1.Monitor
diharapkan Penurunan kemungkinan
curah jantung tidak alergi obat
terjadi dengan kritera 2.Monitor TTV
hasil Keefektifan 3.Berikan obat sesuai
pompa jantung (0400) Teknik dan cara
yang tepat
1.Tekanan darah
4. Beritahu klien
sistol (5) mengenai jenis,
alasan dan efek
2. Tekanan darah obat.
diastole (5) 5. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
3. Denyut nadi obat
perifer (5)

Keterangan :
1.Deviasi berat dari
kisaran normal
2.Deviasi cukup
berat dari kisaran
normal
3.Deviasi sedang dari
kisaran normal
4.Deviasi ringan
5.Tidak ada Deviasi

3 Rabu 29 Devisiensi Setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan


Mei 2019 Pengetahuan tindakan keperawatan (5510)
Jam 07:30 selama 3 x 24 jam 1.Kaji tingkat
diharapkan pengetahuan klien
pengetahuan dan keluarga
meningkat dengan 2. Berikan
kriteria hasil : Pendidikan
Manajemen Hipertensi kesehtan mengenai
1.Diet yang dianjurkan nutrisi untuk
(5) hipertensi
2.Strategi untuk 3.Libatkan keluarga
membatasi intake dalam rencana
sodium (5) memodifikasi gaya
3.manfaat modifikasi hidup
gaya hidup (5) 4.Rumuskan tujuan
Keterangan dan program
promkes
1.Tidak ada
pengetahuan
2.Pengetahuan terbatas
3.Pengetahuan sedang
4.Pengetahuan banyak
5.Pengetahuan sangat
Banyak

VIII. Implementasi

No Hari, No Implementasi Respon Klien TTD


Tanggal, Dx
Jam
1 Rabu 29 1 Memonitor kesadaran dan S: Klien mengatkan lebih
Mei 2019 membantu memposisikan nyaman,kesemutan pada
07:50 elevasi 30 ° kepada klien tangan dan kaki kiri
O : Klien terlihat lebih
Nyaman
Kesadaran
Composmentis
GCS : E4 V5 M6
Jam 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengatakan mau
08:20 memberikan obat citicoline 1 di
x 500 mg/iv, mecobalamin 1 suntik
x 500 mg/iv dan piracetam 1 O :Injeksi masuk lewat IV,
x 3 gram/iv Klien tidak ada tanda-
tanda alergi
Jam 3 Mengkaji tingkat S : Keluarga klien
10:15 pengetahuan klien dan mengatakan tahu,bahwa
keluarga klien mengalami
hipertensi,akan tetapi
klien
tidak berobat secara
rutin,masih
merokok,makan asin-
asin
dan berminyak
O:-
Jam 2 Memonitor TTV S : Klien mengatakn
12:15 pusing
O : TD :16 2/75 mmHg
N :75x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4°C

Jam 1 Kolaborasi dengan dokter S :Klien mengajukan ingin


15:30 memberikan obat piracetam di suntik
1x 3 gram/IV O : Obat masuk lewat IV
tidak ada tanda-tanda
alergi

Jam 2 Kolaborasi dengan dokter S : Keluarga mengatakan


15:30 memberikan obat aspilet 1x akan memberikan obat
80mg/oral,candesartan 1x sesuai dengan aturan
16mg/oral dan amplodipin O:-
1x 10mg/oral
1 Kamis,30 1 Memonitor TTVdan S : Klien mengatakan
Mei 2019 kesadaran pusing sedikit
Jam berkurang,kesemutan
07:30 pada tangan dan kaki
berkurang
O : TD :141/69mmHg
N : 69x/menit
S : 36°C
RR : 18x/munil
Kesadaran :
composmentis
GCS: E4V5M6

Jam 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengatakan mau


08:30 memberikan obat citicoline disuntik
1x 500mg/IV,Mecabelamin O : Obat masuk
1x 500mg/IV dan piracetam lewatIV,tidak
1x 3gram/IV ada tanda-tanda alergi
obat
Jam 3 Memberikan Pendidikan S : Keluarga mengetahui
10:15 mengenai nutrisi untuk apa
hipertensi yang diajarkan
O : Keluarga mampu
menyebutkan makanan
yang harus di batasi
Jam 2 Monitor TTV S : Klien mengatakan
12:15 pusing
dan kesemutan sudah
berkurang
O : TD:155/91 mmHg
N : 71x/menit
S: 36,3°C
RR :18x/menit
Jam 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengatakan mau
15:30 memberikan obat piracetam disuntik
1x 3gram/IV O : Obat masuk lewat
IV/tidak ada tanda-
tanda
alergi
Jam 2 Kolaborasi dengan dokter S : Keluarga mengatakan
15:30 memberikan obat aspilet 1x akan memberikan obat
80mg/oral,candesartan 1x sesuai aturan
16mg/oral,amlodipine 1x O:-
10mg/oral
Jum’at,31 1 Kolaborasi dengan dokter S : Klien mengatakan mau
Mei 2019 memberikan obat citicolin disuntik
Jam 1x500mg/IV,mecobelamin1x O : Injeksi masuk lewat IV
08:25 500mg/IV,piracetam1x 3 tidak ada tanda-tanda
gram alergi
Jam 1 Memonitor TTV dan S : Klien mengatakan
08:30 kesadaran pusing berkurang
O : TD :165/74mnHg
N : 78X/menit
RR :20x/menit
GCS :E4 V5 M6
Composmentis
Jam 3 Memberikan Pendidikan S : Keluarga mengatakan
10:15 kesehatan mengenai paham dengan yang
pentingnya merubah gaya diajarkan
hidup O : Keluarga mampu
menyebutkan manfaat
gaya hidup sehat,
makanan yang dibatasi
dan dianjurkan untuk
diet hipertensi
Jam 1 Memonitor TTV S : Klien mengatakan
12:40 pusing sudah berkurang
O : TD : 173/92mmHg
N : 80x/menit
S : 36°C
RR : 20x/menit

IX. Catatan Perkembangan / Evaluasi

No Hari, Dx. Kep Catatan Perkembangan TTD


Tanggal, Jam ( SOAP )
1 Rabu,29 Mei Resiko S : Klien mengatakan
2019 ketidak pusing,kesemutan pada
(16:00) efektifan tangan dan kaki kanan
perfusi O : TD : 162/75mmHg
jaringan S :36,6°C
serebral N : 75x/menit
RR : 20x/menit
kesadaran composmentis
GCS : E4 V5 M6

A : Masalah belum teratasi


- Tekanan darah dalam batas
normal 3-3
-Sakit kepala 2-2
-Penurunan kesadaran 5-5
P : Lanjutan intervensi

2 Rabu,29 Mei Resiko S : Klien mengatakan


2019 penurunan pusing,keluarga
(16:00) curah mengatakan klien
jantung mempunyai riwayat
hipertensi
O : TD : 162/75mmHg
-Hasil rontgen
Thorax : cor,suspect cardio
megali
-Hasil EKG Left ventricular
hypertrophy
A : Masalah belum teratasi
-Tekanan darah sistol 3-3
-Tekanan darah diastol 3-3
-Denyut nadi pesifer 5-5
P : Lanjutan Intervensi

3 Rabu,29 Mei Devisiensi S : Keluarga klien mengatakan


2019 pengetahuan tahu bahwa klien
(16:00) b/d kurang mengalami hipertensi,akan
informasi tetapi klien tidak berobat
secara rutin ,kebiasaan
merokok,suka makan yang
berminyak dan asin-asin
O : TD : 162/75 mmHg
A : Masalah belum teratasi
-Diet dianjurkan 1-1
-Strategi untuk membatasi
intake sodium 1-1
-Manfaat modifikasi gaya
hidup 1-1
P : Lanjutan intervensi
1 Kamis,30 Resiko S : Klien mengatakan pusing
Mei 2019 ketidak dan kesemutan sudah
(16:00) efektifan berkurang
perfusi O : TD : 155/91mmHg
jaringan N : 71x/menit
serebral RR : 18x/menit
kesadaran composmentis
GCS : E4 V5 M6
A : Masalah belum teratasi
-Tekanan darah dalam batas
normal 3-3-4
-Sakit kepala 2-2-3
-Penurunan kesadaran 5-5-
5
P : Lanjutan intervensi

2 Kamis,30 Resiko S : Klien mengatakan pusing


Mei 2019 penurunan sudah berkurang kesemutan
(16:00) curah sudah berkurang
jantung O : TD :155/91mmHg
N : 75x/menit
-Riw : hipertensi
-Hasil rontgen
Thorax : cor,suspect
cardio megali
-Hasil EKG Left ventricular
hypertrophy
A : Masalah belum teratasi
-Tekanan darah sistol 3-3-4
-Tekanan darah diastol 3-3-
3
-Denyut nadi pesifer 5-5-5
P : Lanjutan Intervensi

3 Kamis, Devisiensi S : Keluarga klien mengatakan


30Mei 2019 pengetahuan paham mengenai penkes
(16:00) b/d kurang yang diajarkan
informas O : Keluarga mampu
menyebutkan makanan
yang harus dibatasi
A : Masalah belum teratasi
-Diet yang dianjurkan 1-1-5
-Strategi untuk membatasi
intake sodium 1-1-5
-Manfaat modifikasi gaya
hidup 1-1-1
P : Lanjutan intervensi
1 Jum’at,31 Resiko S : Klien mengatakan
Mei 2019 ketidak pusing,kesemutan pada
(14:00) efektifan tangan dan kaki kanan
perfusi berkurang
jaringan O : TD : 173/92mmHg
serebral S : 36,4°C
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
kesadaran composmentis
GCS:E4 V5 M6
A :Masalah belum teratasi
-Tekanan darah dalam batas
normal 3-3-4-3
-Sakit kepala 2-2-3-4
-Penurunan kesadaran 5-5-
5-5
P : Pasien pulang, Edukasi
klien minum obat sesuai
aturan

2 Jum’at,31 Resiko S : Klien mengatakan pusing


Mei 2019 penurunan sudah berkurang kesemutan
(14:00) curah sudah berkurang
jantung O : TD :173/92mmHg
N : 80x/menit
-Riw : hipertensi
-Hasil rontgen
Thorax : cor,suspect
cardio megali
-Hasil EKG Left ventricular
hypertrophy
A : Masalah belum teratasi
-Tekanan darah sistol 3-3-
4-3
-Tekanan darah diastol 3-3-
4-3
-Denyut nadi pesifer 5-5-5-
5
P : Pasien pulang, edukasi
minum obat sesui aturan

3 Jum’at,31 Devisiensi S : Keluarga klien mengatakan


Mei 2019 pengetahuan paham mengenai penkes
(14:00) b/d kurang yang diajarkan
informasi O : Keluarga mampu
Menyebutkan manfaat gaya
hidup sehat, makanan yang
dibatasi dan makanan yang
dianjurkan untuk penderita
hipertensi yang harus
dibatasi
A : Masalah teratasi
-Diet yang dianjurkan 1-1-
5-5
-Strategi untuk membatasi
intake sodium 1-1-5-5
-Manfaat modifikasi gaya
hidup 1-1-1-5
P : Klien pulang, motivasi
keluarga untuk merubah
gaya hidup
PROGRAM STUDU D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : HOERUL STIAWAN


NIM : 201600003
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S
DENGAN STROKE NON HEMORRHAGE
LACUNAR DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
KRT SETJONEGORO WONOSOBO
PEMBIMBING : NS. SRI MULYANI. M.Kep
NO HARI/TGL REKOMENDASI/SARAN NAMA DAN TTD
PEMBIMBING
PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai