Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PORTOFOLIO

KASUS MEDIS
RABIES

Disusun oleh:
dr. Riskidio Aryo Hardianto

Pembimbing :
dr. Mario B.R. Nara, Sp.A

Pendamping :
dr. Lince Holsen
dr. Mey Indradewi

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. TC HILLERS MAUMERE


KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE FEBRUARI 2018-FEBRUARI 2019
PENDAHULUAN

Rabies adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia)

dan infeksi akut yang berkembang secara cepat dari sistem saraf pusat (SSP) pada manusia

dan hewan yang disebabkan oleh infeksi virus rabies, dari genus Lyssavirus, dalam famili

Rhabdoviridae.1,2
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 55.000 orang per

tahun mati karena Rabies, 95% dari jumlah itu berasal dari Asia dan Afrika (WHO, 2008).

Sebagian besar dari korban sekitar 30-60% adalah anak-anak usia kecil dibawah 15 tahun.

Sedangkan di Vietnam rata – rata 9.000 kasus/tahun kasus kematian akibat rabies dan India

rata – rata 20.000 kasus/tahun, Filipina 200-300 kasus/tahun dan di Indonesia rata – rata 131

kasus/tahun (5 tahun terakhir).3


Di Indonesia Rabies pertama kali dilaporkan secara resmi oleh Esser di Jawa Barat

pada tahun 1884 pada seekor kerbau. Kemudian oleh Penning pada anjing pada tahun 1889

dan oleh E.V. de Haan pada manusia tahun 1894. Penyebaran rabies di Indonesia bermula

dari 3 provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan sebelum Perang Dunia

ke-2 meletus. Distribusi penyakit Rabies sangat bervariasi untuk setiap belahan dunia. Di

Indonesia hewan penular utama aitu anjing sebesar 98%, monyet dan kucing sebesar 2%.3

Portofolio Medis

Nama Peserta: dr. Riskidio Aryo Hardianto

Nama Wahana: RSUD dr. TC Hillers Maumere

Tanggal (kasus):
Topik: Rabies
1 September 2018

Nama Pasien: An. E No. RM: 229879

Nama Pembimbing:
Tanggal Presentasi: 12 Januari 2019 dr. Mario B.R. Nara, Sp.A

Tempat Presentasi: RSUD dr. TC Hillers Maumere

Obyektif Presentasi:

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka


 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

 Deskripsi: An. E, datang dengan keluhan gaduh gelisah dirasakan 1 hari yang lalu

 Tujuan: Mengenali dan mendiagnosis Rabies dan penatalaksanaan pada kondisi


gawat darurat

Bahan bahasan:  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit

Cara membahas:  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos

Nama klinik: RSUD TC Hillers Maumere Terdaftar sejak: 1 September 2018


Telp: 0380 – 21617

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merupakan rujukan dari RS St. Gabriel, Kewapante. Pasien datang dengan
keluhan gaduh gelisah. Gaduh gelisah dirasakan 1 hari yang lalu. Keluhan dirasakan terus-
menerus dan pasien semakin gaduh gelisah ketika minum air, kena angin dan kena cahaya.
Sebelumnya pasien mempunyai riwayat digigit anjing di tungkai bawah kanan sejak 3
bulan yang lalu, pasien sedang bermain dengan adiknya, adik pasien juga digigit, luka bekas
gigitan tidak mengeluarkan darah, anjing menggigit tanpa adanya provokasi, pasien tidak
mencuci luka menggunakan air maupun sabun. Anjing yang menggigit pasien, menurut
keterangan dari orang tua pasien, sering menggigit anjing lain dan orang lain. Anjing 3 hari
setelah menggigit pasien, mati secara mendadak, tetapi kepala anjing tidak diperiksa di
Dinas Peternakan. Pasien tidak dibawa ke Rabies Center, sehingga pasien tidak mendapat
suntikan VAR.
Pasien juga mengeluh sulit menelan, banyak mengeluarkan ludah, demam 1 hari, nyeri
kepala, pasien tidak kejang.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya riwayat digigit anjing di tungkai bawah kanan sejak 3 bulan yang
lalu, luka bekas gigitan tidak mengeluarkan darah, anjing menggigit tanpa adanya provokasi,
pasien tidak mencuci luka menggunakan air maupun sabun. Anjing yang menggigit pasien,
menurut keterangan dari orang tua pasien, sering menggigit anjing lain dan orang lain. Anjing
3 hari setelah menggigit pasien, mati secara mendadak, tetapi kepala anjing tidak diperiksa di
Dinas Peternakan. Pasien tidak dibawa ke Rabies Center, sehingga pasien tidak mendapat
suntikan VAR.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Adik pasien digigit oleh anjing yang sama, tetapi adik pasien tidak ada gejala serupa
dengan pasien.
4. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien tinggal bersama dengan Ayah dan Ibu pasien. Pasien sedang menjalani
Pendidikan Anak Usia Dini.
5. Pemeriksaan Fisis (UGD TC Hillers, 1 September 2018 21.00 WITA)
a. BB : 14 kg
b. Suhu : 38,50C
c. Nadi : 135 kali/menit
d. RR : 40 kali/menit
e. Kepala : Bentuk mesosefal, jejas (-)
f. Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor (5 mm/
5 mm), reflek cahaya (-/-)
g. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tragus
(-/-), jejas (-/-)
h. Leher : KGB tidak membesar, ukuran tiroid normal
i. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di IC 5 Midclavicula Sinistra
- Perkusi : Batas Jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi Jantung I-II normal, regular, bising (-)
j. Paru
- Inspeksi : Pengembangan dada kiri=kanan, retraksi (-)
- Palpasi : Fremitus raba kiri=kanan
- Perkusi : Sonor/Sonor
- Auskultasi : Suara vesikuler (+ /+), rh (-), wh (-)
k. Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar
- Auskultasi : Bising usus (+) normoperistaltik
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-)
l. Ekstremitas
- Akral hangat, CRT <2”
m. Hydrophobic Test: (+)
n. Aerophobic Test: (+)
6. Pemeriksaan Penunjang:
- Laboratorium
o Leukosit 26,19 rb/uL
o Neutrofil 85,9%
o Limfosit 8,2%
o Monosit 5,9%
o Eosinofil 0,0%
o Basofil 0,0%
o Hb 10,8 g/dL
o HCT 31,9%
o PLT 406 rb/uL
o GDS 150 mg/dL
o Natrium 140 mEq/L
7. Diagnosis
Ensefalitis Rabies
8. Tatalaksana
- IVFD : D5 ½ NS 1000cc/24 jam
- Ceftriaxone 2 x 700 mg IV (ST)
- Dexamethasone 7 mg IV -> 3 x 1,4 mg IV
- Antrain 4 x 140 mg IV K/P
- Diazepam 4,2 mg IV pelan jika gaduh gelisah
- VAR
- KIE prognosis malam
- MRS ruang Melati

Daftar Pustaka:
1. Jackson AC. Rabies and Other Rhabdovirus Infections. In: Kasper DL, Fauci AS, Hauser
SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, et al., editors. Harrison's Principle of Internal
Medicine. 19th ed. New York: McGraw-Hill; 2015. p.1299-1304.
2. World Health Organization. What Is Rabies?. Geneva: WHO; 2018
3. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jangan Ada Lagi Kematian Akibat
Rabies. Jakarta: PUSDATIN 2016
4. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Viral Infections of the Nervous System, Chronic
Meningitis, and Prion Disease. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 10 th ed. New
York: McGraw-Hill; 2014. p. 753-754.
5. Shandera WX, Garnes NJMD. Viral & Rickettsial Infection. In: Papadakis MA, McPhee
SJ, Rabow MW., editors. Current Medical Diagnosis & Treatment. 56 th ed. New York:
McGraw-Hill; 2017. p. 1386-1388.
6. World Health Organization. WHO Position Paper on Rabies Vaccine, February 2018.
Geneva: WHO; 2018
Hasil Pembelajaran:

1. Subyektif:
Pasien perempuan berusia 5 tahun datang dirujuk dari RS St. Gabriel Kewapante,. Pasien
mengeluh gaduh gelisah. Gaduh gelisah dirasakan terus-menerus dan pasien semakin gaduh
gelisah ketika minum air, kena angin dan kena cahaya. Pasien juga mengeluh sulit menelan,
banyak mengeluarkan ludah, demam 1 hari, nyeri kepala.
Sebelumnya pasien mempunyai riwayat digigit anjing di tungkai bawah kanan sejak 3
bulan yang lalu. Pada pasien onset digigit anjing sangat penting untuk mengetahui perjalanan
penyakit dan masa inkubasi. Kemungkinan pada pasien ini terjadi adanya infeksi virus Rabies
didapatkan dari anamnesis gaduh gelisah setelah digigit anjing 3 bulan yang lalu dan pasien juga
semakin gaduh gelisah ketika minum air, kena angin dan kena cahaya.
Pada pasien perlu pemeriksaan Hydrophobic Test dan Aerophobic Test sehingga dapat
tegak diagnosa pasien.
Pasien dimasukkan ke Instalasi Rawat Inap di ruangan Melati Isolasi dengan rencana terapi
secara suportif.

2. Obyektif:
a. BB : 14 kg
b. Suhu : 38,50C
c. Nadi : 135 kali/menit
d. RR : 40 kali/menit
e. Hydrophobic Test (+)
f. Aerophobic Test (+)

3. Assessment:
Dari anamnesis didapatkan informasi mengenai riwayat digigit anjing 3 bulan yang
lalu yang dialami pasien.
Pada pemeriksaan fisik terdapat Hydrophobic Test dan Aerophobic Test positif.
Diagnosa pada pasien adalah Ensefalitis Rabies. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
adanya riwayat digigit anjing 3 bulan yang lalu, anjing ditemukan mati mendadak,
semakin gaduh gelisah jika minum air dan tertiup angin.
4. Plan

Pada prinsipnya, penatalaksanaan Rabies adalah terapi suportif. Pada dasarnya Rabies
belum ditemukan obatnya, dan prognosis pada penyakit Rabies adalah Malam.
Oleh karena itu karena keterbatasan fasilitas, pada saat di rawat pasien hanya bisa
dilakukan
- IVFD : D5 ½ NS 1000cc/24 jam
- Ceftriaxone 2 x 700 mg IV (ST)
- Dexamethasone 7 mg IV -> 3 x 1,4 mg IV
- Antrain 4 x 140 mg IV K/P
- Diazepam 4,2 mg IV pelan jika gaduh gelisah
- VAR
- KIE prognosis malam
- MRS ruang Melati

Pembimbing

dr. Mario B.R. Nara, Sp.A

Pendamping, Pendamping,

dr. Lince Holsen dr. Mey Indradewi

Anda mungkin juga menyukai