Anda di halaman 1dari 2

Kontaminasi jamur di udara merupakan masalah utama terhadap lingkungan dan aktivitas

manusia. Normalnya, jamur merupakan mikro-organisme yang bersifat saprofit dan memainkan
peran penting bagi lingkungan dengan cara mengurai berbagai macam subtrat di berbagai
ekologi. Beberapa diantaranya bersifat parasitik bagi manusia. Aspergillus fumigatus contohnya,
dihubungkan dengan gangguan gejala pernapasan pada penderita asma (Fairs et al. 2013
Isolation of Aspergillus fumigatus from sputum is associated with elevated airborne levels in
homes of patients with asthma),(Sri-indrasutdhi Investigation of airborne fungi and their ability
to grow on formalin- fixed human cadavers) Jamur dari genus Trichophyton, Aspergillus, Candida
dan Penicillium dapat menyebabkan spongiform encephalopathies (Yaragalla, Identification of
Fungal Growth from the Internal Organs of Preserved Human Cadavers)
Pada penelitian ini, diteliti pengawetan kadaver dengan menggunakan beberapa bahan
pengawet berbeda, sehingga didapatkan kadaver yang baik untuk dapat digunakan sebagai alat
pembelajaran ilmu anatomi. Salah satunya adalah mampu untuk mencegah berkembangnya
jamur di kadaver sehingga kerusakan atau perubahan bentuk pada kadaver yang disebabkan
jamur menjadi minimal sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penguraian dan
mengurangi risiko gangguan kesehatan akibat jamur pada kadaver bagi individu-individu yang
terlibat pada proses pendidikan dengan menggunakan kadaver. (GOYRI-O’NEILL, Improvement
of the Embalming Perfusion Method: The Innovation and the Results by Light and Scanning
Electron Microscopy)
Jamur tetap dapat tumbuh pada kadaver dengan pengawetan menggunakan formalin.( Sri-
indrasutdhi, Investigation of airborne fungi and their ability to grow on formalin- fixed human
cadavers)) Berbagai penelitian sudah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Reed et al.,(Reed Immunomycology: Rapid and Specific Immunocytochemical Identification of
Fungi in Formalin-fixed, Paraffin-embedded Materia) pada tahun 1993 dengan menggunakan
immunodiffusion assays mengidentifikasi empat genus jamur Aspergillus, Blastomyces,
Coccidioides dan Histoplasma dari cadaver yang diawetkan dengan formalin atau paraffin.
Sementara itu, pada tahun 2002, Penicillium sp., Chrysonilia sitophila dan Trichoderma sp.
diidentifikasi dari cadaver yang diawetkan menggunakan formalin di Departemen Anatomi
Fakultas Kedokteran Thammasat University, Thailand (Lakchayapakorn, K., Tharasub, C., & Tiengtip,
R. (1). Analysis fo Fungi that Grow on Formalin-Fixed Human Cadavers at Thammasat University. Science
& Technology Asia, 13(4), 25-31) dan pada tahun 2002, Elsebai et al. Elsebai FH, Abbas A, Mohamed
SA. 2002 – Fungi that grow on formalin-fixed cadavers. Saudi Medical Journal 23(7), 871–872.
Pada tahun 2002 menemukan jamur dari genus Aspergillus, Penicillium, Trichophyton,
Epidermophyton dan Cryptococcus pada cadaver yang menggunakan formalin sebagai
pengawetnya di University of Al-Anbar, Iraq.
Pada tahun 2011, Sri-indrasutdhi et al. ( Sri-indrasutdhi) dalam penelitian terhadap kadaver yang
diawetkan dengan menggunakan formalin di Departemen Anatomi, menemukan kontaminasi
dua spesies yang teridentifikasi sebagai Penicillium oxalicum dan Cladosporium colocasiae. Pada
penelitian tersebut, genus C. colocasiae merupakan jamur dari genus Cladosporium pertama
yang ditemukan.
Yaragalla et al.,( Yaragalla) pada tahun 2017, dalam penelitiannya menemukan tiga spesies jamur,
yaitu Trichophyton spp, Aspergillus spp dan Penicillium spp,yang diisolasi dari kadaver yang
diawetkan dengan menggunakan formalin 10%.
Penelitian di Indonesia pada tahun 2018 yang dilakukan di Departemen Anatomi Fakultas
Kedokteran Maranatha, Bandung, Herdiman dkk. (Identifikasi Jamur pada Cairan Pengawet
Kadaver di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung)
berhasil mengisolasi jamur dari genus Aspergillus sp., Penicillium sp., Epidermophyton sp., dan
Candida sp.

Anda mungkin juga menyukai