KASUS KEJIWAAN
PSIKOTIK AKUT
Disusun oleh :
dr. Riskidio Aryo Hardianto
Pendamping :
dr. Lince Holsen
dr. Mey Indradewi
Portofolio Kejiwaan
Deskripsi : Tn. PSG, 21 th, datang diantar keluarga karena sering berbicara
sendiri sejak 3 hari lalu.
Nama klinik: UGD RSUD dr. TC Hillers Terdaftar sejak: 13 Juni 2018
4. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien tinggal bersama ibu dan bapak. Keluarga pasien tinggal di rumah sendiri.
Sumber penghasilan berasal dari bapak. Pasien saat ini tidak bekerja. Pasien tidak banyak
berinteraksi dengan orang-orang di sekitar rumah dan cenderung berdiam sendiri di kamar.
Pasien baru bicara bila diajak bicara terlebih dahulu. Pasien tidak rutin menghadiri ibadah
di gereja.
5. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan
Pasien merasa tidak nyaman dengan suara yang didengarnya. Namun, pasien merasa
dirinya tidak sakit.
6. Status Mental (13 Juni 2018 15.00 WITA)
Penampilan : Laki-laki sesuai usia, berpakaian rapi, rambut rapi warna hitam, perawatan
diri cukup.
Perilaku : Perilaku pasien tenang, tidak ditemukan gangguan perilaku dan aktivitas
psikomotor.
Sikap : Kooperatif.
Mood : Hipotimia.
Afek : Afek pasien menyempit dan serasi.
Pembicaraan : Pasien berbicara secukupnya sesuai pertanyaan pemeriksa, kecepatan
cukup, volume agak pelan, intonasi sesuai, dan artikulasi baik.
Persepsi : Halusinasi auditorik tipe commenting. Halusinasi visual tidak ada.
Proses pikir : Koheren.
Isi pikir : Tidak ada waham.
Kesadaran : Kompos mentis.
Orientasi : Orientasi waktu, tempat, orang baik.
Daya ingat : Daya ingat segera, jangka pendek, jangka sedang, jangka panjang baik.
Konsentrasi dan Kalkulasi : Pasien dapat menyebutkan angka 93 ketika diminta menghitung
angka 100 dikurang 7 dan dapat mengeja kata DUNIA dari belakang ke
depan dengan benar.
Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat mengikuti perintah dalam bentuk tulisan
dan dapat menulis kalimat yang terdiri atas subjek dan predikat.
Kemampuan visuospasial : Pasien dapat menggambar 2 pentagon yang berhimpitan di satu
sudut.
Kemampuan menolong diri sendiri : Pasien dapat merawat diri sendiri dengan baik. Pasien
dapat melakukan berbagai aktivitas dasar sehari-hari seperti makan, mandi,
dan lainnya secara mandiri.
Pengendalian impuls : Pasien dapat bersikap tenang dan sopan selama pemeriksaan serta
tidak terlihat potensi untuk membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Daya nilai
Daya nilai sosial : Pasien saat ini tidak memiliki tindakan yang merugikan atau
membahayakan orang lain atau melanggar norma-norma sosial.
Uji daya nilai : Pasien diminta untuk memposisikan diri jika bertemu dengan orang lain.
Pasien mengatakan akan diam saja jika tidak ditegur terlebih dahulu.
Apabila ditegur, pasien mengatakan akan tersenyum saja. Bila diajak
komunikasi lebih, baru pasien akan mulai membalas percakapan.
Penilaian realita pasien kurang baik. Pasien memiliki halusinasi auditorik.
Tilikan : Tilikan derajat 1.
7. Status Generalis (13 Juni 2018, 15.00 WITA)
3. Assessment:
Berdasarkan keluhan pasien, didapatkan beberapa kelainan psikiatri, yaitu sikap
untuk menutup diri, halusinasi auditorik, merasa sedih, tidak bertenaga, tidak
berminat, dan tidak percaya diri. Kelainan halusinasi yang diderita pasien termasuk
dalam ciri psikotik, sehingga perlu dicari penyebabnya sesuai dengan hirarki blok
diagnosis.
Berdasarkan blok I (gangguan mental organik dan simptomatik), pada pasien
disangkal riwayat trauma kepala, stroke, dan kejang sebelumnya. Berdasarkan blok II
(gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif), pasien menyangkal pernah
menggunakan narkoba, baik minum, hirup, atau suntik. Pasien pernah meminum
alkohol dan merokok, tetapi saat ini telah berhenti. Berdasarkan blok III (skizofrenia,
gangguan skizotipal, dan waham) pasien memiliki ciri psikotik berupa halusinasi
auditorik. Pasien menyangkal memiliki waham kejar, thought of control, dan
halusinasi visual. Oleh karena pasien baru merasakan halusinasi kurang dari 2
minggu, maka pasien masih dapat didiagnosis Psikotik Akut.
Berdasarkan blok IV (gangguan suasana perasaan), pasien memiliki ketiga ciri
utama dari depresi, yaitu pasien merasa sedih dengan mood hipotimia dan afek
menyempit (afek depresi), merasa tidak bertenaga, dan merasa tidak berminat untuk
beraktivitas atau bekerja. Ciri minor yang ditemukan pada pasien ini adalah rasa tidak
percaya diri. Berdasarkan ciri tersebut, pasien dapat didiagnosis sebagai Depresi
Berat dengan ciri Psikotik.
Sesuai dengan hirarki blok diagnosis, maka diagnosis Psikotik Akut lebih
diutamakan dibandingkan diagnosis Depresi Berat dengan ciri Psikotik. Selain itu,
pada pasien ini lebih dominan keluhan halusinasinya dibandingkan ciri depresinya.
Selain diagnosis masalah psikiatri (aksis 1), kita perlu menegakkan diagnosis
multiaksial agar dapat melakukan tata laksana pada pasien ini secara holistik. Pada
aksis 2, belum dapat ditegakkan diagnosis karena belum ditemukan gangguan
kepribadian. Pada aksis 3, tidak ditemukan diagnosis dari penyakit medis umum. Pada
aksis 4, didapatkan masalah psikososial dan lingkungan, yaitu pasien masih belum
mampu berinteraksi dengan orang lain seperti biasa. Pasien juga belum bekerja,
padahal sedang berada di usia produktif. Ibadah rutin di gereja juga belum dilakukan
oleh pasien. Atas dasar keempat aksis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penilaian fungsi secara global pada pasien (aksis 5) berkisar 70-61, yang berarti
gejala pada pasien bersifat menetap dengan disabilitas ringan, tetapi secara umum
masih baik. Hal yang membuat kondisi pasien secara umum baik dikarenakan tidak
ada perilaku yang membahayakan diri atau orang lain dan tidak mengganggu norma-
norma sosial.
4. Plan
Pasien diterapi dengan terapi nonfarmakologi dan farmakologi. Terapi
nonfarmakologi yang diberikan diantaranya psikoedukasi dan psikoterapi suportif.
Psikoedukasi yang diberikan adalah menjelaskan dan menegaskan kepada pasien
bahwa yang terjadi pada dirinya bukanlah hal yang normal (suatu penyakit). Hal ini
perlu dilakukan mengingat tilikan pasien masih buruk (tilikan 1). Pasien diajak untuk
rutin berobat, baik berupa pertemuan dengan tenaga medis atau minum obat.
Pengobatan dengan pertemuan berupa psikoterapi suportif, yaitu mendorong pasien
agar mampu percaya diri untuk bekerja dan memperbaiki kemampuan interaksi
sosialnya. Oleh karena keluhan pasien muncul setelah peristiwa ejekan, maka pasien
juga didorong agar dapat berbagi kepada keluarga atau tenaga medis bila ada masalah
yang menimpanya, sehingga diharapkan keluhan halusinasi dan ciri depresi pada
pasien dapat berkurang. Keluhan ciri psikotik pasien saat ini diterapi dengan
antipsikotik generasi 2, yaitu haloperidol 2x0,5 mg.