Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PRILAKU KEKERASAN

OLEH :

I MADE WIDANA (173222782)


I NYOMAN ADI WIRASTAWAN (173222783)
LUH GEDE WIDYA PUTRI LESTARI (173222784)
LUH MADE SRI ARISTAWATI (173222785)
NI LUH MADE YUDIANI (173222792)
NI LUH SUARTINI (173222793)
NI MADE CHYNTHIA RINI ARYANA (173222795)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang hyang Widhi Wasa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata ajar
Sistem Neurobihaviour ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas makalah mata ajar Sistem Neurobihaviour.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan, namun berkat
bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik,

Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi profesi keperawatan.

Denpasar, 2018

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat
membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki
orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain,
bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa.
Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh
sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah
tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh
keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama
perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat
klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu
ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan
perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol
perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan
keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu

1. Bagaimanakah pengertian perilaku kekerasan?

2. Bagaimanakah proses terjadinya masalah pada pasien dengan perilaku kekerasan?

3. Bagaimanakah rentang respon pada perilaku kekerasan?

4. Bagaimanakah pohon masalah pada perilaku kekerasan?

5. Bagaimanakah mekanisme koping pada perilaku kekerasan?

6. Bagaimanakah perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan?


7. Bagiamanakah tanda dan gejala perilaku kekerasan?

8. Bagaimakanah pengobatan medik perilaku kekerasan?

9. Bagaimanakah pengkajian pada pasien perilaku kekerasan?

10. Bagaimanakah diagnosa kekerasan pada perilaku kekerasan?

11. Bagaimanakah Intervensi keperawatan pada perilaku kekerasan?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Perilaku


Kekerasan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian perilaku kekerasan

b. Untuk mengetahui proses terjadinya masalah pada pasien dengan perilaku kekerasan

c. Untuk mengetahui rentang respon pada perilaku kekerasan

d. Untuk mengetahui pohon masalah pada perilaku kekerasan

e. Untuk mengetahui mekanisme koping pada perilaku kekerasan

f.Untuk mengetahui perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan

g. Untuk mengetahui tanda dan gejala perilaku kekerasan

h. Untuk mengetahui pengobatan medik perilaku kekerasan

i. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien perilaku kekerasan

j. Untuk mengetahui diagnosa kekerasan pada perilaku kekerasan

k. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada perilaku kekerasan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, oranglain maupun lingkungan. Hal
tersebut merupakan perbuatan yang dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yangtidak konstruktif ( Stuart&Sundeen, 1995)

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain ( Townsend, 1998)

Perilaku kekerasan adalah reaksi yang ditampakkan/ ditampilkan oleh individu dalam
menghadapi masalah dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stressor, dapat juga
merusak dirinya sendiri, oranglain maupun lingkungan dan setiap bermusuhan ( Rasmun,
2001)

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman ( Stuart&Sundeen, 1995)

2. Proses terjadinya masalah


a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor predisposisi
yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif/ amuk.
2) Perilaku : reinforcement yang diterima ketika melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi
perilaku kekersan.
3) Sosial budaya : budaya tertutup,control sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4) Bioneorologis : kerusakan system limbic, lobus frontal/ temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien ( kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, tidak percaya diri), lingkungan ( rebut, kehilangan dan kekerasan),
atau interaksi sosial yang pronoaktif dan onflik dapat pula memacu perilaku
kekerasan.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya amuk :
1) Faktor klien
a) Sosial budaya
 Status emosi yang rendah
 Riwayat penganiayaan waktu anak-anak
 Penanganan konflik dengan kekerasan
b) Gangguan mental
 Skizorrenia
 Bagian kepribadian
c) Akibat menderita penyakit fisik yang berat
d) Usia dan jenis kelamin
e) Seseorang yang putus asa dan tidak berdaya
2) Faktor lingkungan ( lingkungan yang tidak terapeutik)
 Ruangan rebut, padat
 Terlalu banyak waktu luang
 Pola hubungan etnis yang bermusuhan
3) Faktor interaksi
 Pronokasi : perawat dan tim yang terlalu mengawasi, curiga, dan tidak
toleran
 Antisipasi : memperkirakan akan terjadinya amuk dengan memperhatikan
pengubahan penampilan dan persepsi klien
 Konflik : perbedaan pendapat, persaingan, permusuhan antar staf yang
dialihkan pada klien sebagai sasaran.

3. Rentang respon
Respon adaptif respon maladaptive

Asertif frustasi pasif agresif amuk

1) Respon adaptif
a) Asertif adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak
senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
b) Frustasi adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang
dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau
menunda sementara sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan,
selanjutnya individu merasa tidak mampu dalam mengungkapkan
perasaannya dan terlihat pasif.
2) Respon transisi
Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya. Klien
tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena merasa kurang mampu, rendah
diri atau kurang menghargai dirinya.
3) Respon maladaptive
a) Agresif adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan
dorongan mental untuk bertindak ( dapat secara konstruksi/ obstruksi) dan
masih terkontrol. Perilaku agresif dapat dibedakan dalam 2 kelompok yaitu
pasif agresif dan aktif agresif
1) Pasif agresif adalah perilaku yang tampak dapat berupa
pendemdam, bermuka asam, keras kepala, suka menghambat dan
bermalas-malasan
2) Aktif agresif adalah sikap menentang, suka membantah, bicara
keras, cenderung menuntut secara terus menerus, bertingkah laku
kasar disertai kekerasan.
b) Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai
kehilangan control diri. Individu dapat merusak diri sendiri, oranglain, atau
lingkungan.

4. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan/ amuk

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

5. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman
dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengan temannya.

6. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi
terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi,
wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun,
pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat
diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu
dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat
juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik
perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan

7. Tanda dan gejala


Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit
adalah perilaku kekerasan di rumah, klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Data Obyektif:
- Muka merah
- Pandangan tajam
- Otot tegang
- Nada suara tinggi
- Berdebat
- Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
- Merampas makanan, memukul jika tidak senang
2. Data Subyektif:
- Mengeluh perasaan terancam
- Mengungkapkan perasaan tidak berguna
- Mengungkapkan perasaan jengkel
- Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak,
bingung.
-
8. Pengobatan medik
1. Farmakoterapi
a. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
b. Obat anti depresi, amitriptyline
c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia, phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian:
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
5) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
6) Mendengarkan keluhan klien
7) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
8) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
9) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
10) Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:
- Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
- Hindari benda tajam
- Lakukan fiksasi sementara
- Rujuk ke pelayanan kesehatan

b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social atau aktivitas lai
dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
klien.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
1) Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil
melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat
marah bertambah.
2) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
3) Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya
diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara
klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
4) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit
hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses
tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
5) Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara
komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara
singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat,
berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi :
tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel,
sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan,
ejekan, humor.
b. Klasifiaksi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu
data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan
oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan
keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
c. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab
sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan
diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Perilaku kekerasan/ amuk.


2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx keperawatan Rencana tindakan keperawatan klien dengan risiko perilaku kekerasan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Risiko perilaku TUM : klien tidak
kekerasan melakukan tindakan
kekerasan
TUK :
1. klien dapat membina 1.Setelah…x pertemuan, klien 1.Bina hubungan saling percaya
hubungan saling menunjukan tanda-tanda percaya dengan:
percaya kepada perawat  Beri salam setiap
 wajah cerah, tersenyum berinteraksi
 mau berkenlan  Perkenalkan nama, nama
 ada kontak mata panggilan perawat dan
 bersedia menceritakan tujuan perawat berinteraksi
perasaan  Tanyakan dan panggil
nama kesukaan klien
 Tunjukan sikap empati,
jujur dan menepati janji
setiap kali berinterkasi.
 Tanyakan perasaan
kliendan masalah yang
dihadapi klien.
 Buat kontrak waktu
interaksi yang jelas.
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapkan
perasaan klien.
2. Klien dapat 2.Setelah…x pertemuan, klien 2.Bantu klien mengungkapkan
mengidentifikasi menceritakan penyebab perilaku perasaan marahnya :
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya:  Motivasi klien untuk
kekerasan yang  Menceritakan penyebab menceritakan penyebab
diakukannya. perasaan jengkel/ kesel rasa kesel atau jengkelnya
baik dari diri sendiri  Dengarkan tanpa menyela
maupun lingkungannya. atau member penilaian
setiap ungkapan perasaan
klien.
3. Klien dapat 3.Setelah…x pertemuan, klien 3.Bantu klien mengungkapkan
mengidentifikasi menceritakan tanda-tanda saat tanda-tanda perilaku kekerasan
tanda-tanda perilaku terjadi perilaku kekerasan: yang dialaminya
kekerasan.  Tanda fisik: mata merah,  Motivasi klien
tangan mengepal, ekspresi menceritakan kondisi fisik (
tegang, dan lain-lain. tanda-tanda fisik) saat
 Tanda emosional: perasaan perilaku kekerasan terjadi.
marah, jengkel, bicara  Motivasi klien
kasar. menceritakan kondisi
 Tanda sosial: bermusuhan hubungan dengan orang
yang dialami saat terjadi lain ( tanda-tanda sosial)
perilaku kekerasan. saat terjadi perilaku
kekerasan.
4. Klien dapat 4.setelah…x pertemuan klien 4.Diskusikan dengna klien perilaku
mengidentifikasi menjelaskan : kekerasan yang dilakukan selama
jenis perilaku  Jenis-jenis ekspresi marah ini.
kekerasan yang yang selama ini telah  Motivasi klien
pernah dilakukannya. menceritakan jenis-jenis
dilakukannya.  Perasaannya saat tindak kekerasan yang
melakukan kekerasaan. selama ini pernah
 Efektivitas cara yang dilakuknnya
dipakai dalam  Motivasi klien
menyelesaikan masalah. menceritakan perasaan
klien setelah tindak
kekerasan terjadi.
 Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
dilakukkannya, masalah
yang dialami teratasi.
5. Klien dapat 5.Setelah…x pertemuan klien 5.Diskusikan dengan klien akibat
mengidentifikasi menjelaskan akibat tindak negative (kerugian) cara yang
akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya. dialkukan pada
kekerasan  Diri sendiri: luka, dijauhin  Diri sendiri
teman, dll  Orang lain/ keluarga
 Orang lain/ keluarga: luka,  lingkungan
tersinggung, ketakutan, dll
 Lingkungan: barang atau
benda rusak.
6. klien dapat 6.Setelah…x pertemuan klien: 6.Diskusikan dengan klien:
mengidentifikasi  cara-cara sehat  apakah klien mau
cara konstruktif mengungkapkan marah mempelajari cara baru
dalam mengungkapkan marah
mengungkapkan yang sehat.
kemarahan.  Jelaskan berbgai alternative
pilihan untuk
mengungkapkan marah
selain perilaku kekerasan
yang diketahui klien
 Jelaskan cara-cara sehat
untuk mengungkapkan
marah:
1. Cara fisik dan nafas
dalam, pukul
bantal/kasur, olahraga.
2. Verbal dan
mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal
kepada oranglain.
3. Sosial dan latiahan
asertif dengan orglain,
4. Spiritual: sembahyang/
doa, meditasi dan
sebagainya sesuai
dengan
keyakinanagama
masing-masing.
7. Klien dapat 7.Setekah…x pertemuan, klien 7.Diskusikan cara yang mungkin
mendemostrasikan memperagakan cara mengontrol dipilih dan anjurkan klien memilih
cara mengontrol perilaku kekerasan: cara yang mungkin untuk
prilaku kkerasan.  Fisik: tarik nafas dalam, mengungkapkan kemarahan.
memukul bantal/ kasur  Latih klien memperagakan
 Verbal: mengungkapkan cara yg dipilih.
perasaan kesal pada orglain  Peragakan cara
tanpa menyakiti. melaksanakan cara yang
 Spiritual: zikir/ doa, dipilih.
meditasi sesuai agamanya.  Jelaskan manfaatcara
tersebut
 Anjurkan klirn menirukan
peragaan yg sudah
dilakukan.
 Beri pernyataan pada klien,
perbaiki cr\ara yang masih
belum sempurna
 Anjurkan klien
menggunakan cara yg
sudah dilatih saat marah/
jengkel.
8. Klien dapat 8.Setelah…x pertemuan keluarga: 8.1 diskusikan pentingnya
dukungan keluarga  Menjelaskan cara merawat peran serta keluarga
untuk mengontrol klien dengan perilaku sebagai pendukung klien
perilaku kekerasan. kekerasan. untuk mengatasi perilaku
 Mengungkapkan rasa puas kekerasan.
dalam merawat klien. 8.2 Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu
klien mengatasi perilaku
kekerasan.
8.3 Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan cara
merawat klien perilaku
kekerasan yg dpt
dilaksanakan oleh keluarga.
8.4 Peragakan cara merawat
klien (menangani perilaku
kekerasan)
8.5 Berikan kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
8.6 Beri pujian kepada
keluarga setelah peragaan.
8.7 Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yg dilatih
9. Klien menggunakan 9.1 Setelah…x pertemuan klien 9.1 jelaskan manfaat menggunakan
obat sesuai program menjelaskan: obat secara teratur dan
yang telah  Manfaat minum obat kerugian jika tidak
ditetapkan.  Kerugian tidak minum obat menggunakan obat.
 Nama obat 9.2 jelaskan kepada klien:
 Bentuk dan warna obat  Jenis obat (nama, warna
dan bentuk obat)
 Dosis yg diberikan  Dosisyang tepat untuk
 Waktu pemakaian klien.
 Efek yang dirasakan  Waktu pemakaian.
9.2 Setelah…x pertemuan klien  Cara pemakaian.
menggunkaan obat sesuai  Efek yg akan dirasakan
program. klien.
Anjurkan klien:
 Minta dan menggunakan
obat tepat waktu.
 Lapor ke perawat/ dokter
jika mengalami efek yg
tidak biasa.
 Beri pujian terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat.
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah dirumuskan.

5. Evaluasi
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien perilaku kekerasan serta kemampuan perawat dalam merawat pasien
dengan perilaku kekerasan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan
(panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang,
dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out)
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan

B. Saran

Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah


perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku kekerasan
meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi dan evaluasi.
Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah
perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul
kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Rasmun 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terinteegrasi Dengan Keluarga

Edisi 1, Jakarta : PT Fajar Interpratama


Stuart& sundeen, 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Townsend,M 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri edisi 3,

Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai