Anda di halaman 1dari 23

SISTEM REPRODUKSI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
MYOMA UTERI

OLEH KELOMPOK 4:

HASMY TRY SUSANTY (173222774)


LUH GEDE WIDYA PUTRI LESTARI (173222784)
LUH MADE SRI ARISTAWATI (173222785)
NI KADEK DEVANIE PRATANA RIANDIKA (173222789)
NI KADEK FENNY HARSINI (173222790)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2018
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Myoma Uteri
Myoma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada
traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena
mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi (Aspiani, 2017).

2. Etiologi
Menurut Aspiani (2017), ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya myoma uteri.
a. Umur
Myoma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun. Myoma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum mendapatkan haid).
b. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan myoma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita myoma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging
babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
menurunkan myoma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran
myoma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan myoma mungkin berhubungan dengan
respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Myoma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali

Faktor terbentuknya tomor:


a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel-sel yang mati
diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua.
Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan mengalami hal yang
sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih
dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun
faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh
faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal (Apiani, 2017)
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan pada
makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga
dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin
sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker.
Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan
senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau
korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping


faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim
hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estrogen
(estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga
mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium
normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi
kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

3. Klasifikasi Myoma
Myoma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana myoma
tumbuh.Myoma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya, myoma ini
dibagi menjadi tiga jenis.
a. Myoma Uteri Intramural
Myoma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh
diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah (miometrium). Pertumbuhan
tumor dapat menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor
sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Myoma yaang terletak
pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
b. Myoma Uteri Subserosa
Myoma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu serosa dan
tumbuh ke arah peritonium. Jenis myoma ini bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa
bila myoma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus
diliputi oleh serosa. Myoma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intraligamenter. Myoma subserosa yang tumbuh menempel pada
jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari
uterus sehingga disebut wandering parasitis fibroid.
c. Myoma Uteri Submukosa
Myoma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol ke dalam
uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut myoma geburt.
Myoma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi
myoma submukosa walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada myoma submukosa pedinkulata.
Myoma submukosa pedinkulata adalah jenis myoma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt
atau mioma yang dilahirkan.

4. Patofisiologi

Myoma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam myometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu myometrium mendesak menyusun semacam
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu
myoma akan tetapi myoma biasanya banyak. Bila ada satu myoma yang tumbuh intramural
dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong
kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas
tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor
mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran
berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam myometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor
tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi
leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis
iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor
menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi.
5. PATHWAY

Herediter, pola Myoma uteri


hidup, hormonal

Myoma intramural Myoma submukosum Myoma subserosum


(dinding antara (tumbuh menjadi polip, (diantara
miometrium) dilahirkan melalui serviks) ligamentmluteum)

Tanda dan gejala


Resiko infeksi

Penurunan Perdarahan Tindakan Pembesaran


pembedahan
imun tubuh pervagina uterus
(histerektomi)
Penekanan
Hb organ sekitar
Perlukaan Kurang informasi
Tidak tertangani mengenai
Kerusakan prognosis penyakit
dengan cepat
intregritasi dan terapi
jaringan
Resiko Syok
Ansietas

Menekan vesika Penekanan


urinaria dan rektum syaraf

Pola eliminasi Nyeri


terganggu

Konstipasi Retensi urine


6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada pada tubuh karena mioma uteri.
1. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling umum ditemukan.
a. Jaringan ikat bertambah
b. Berwarna putih dan keras
c. Sering disebut “mioma durum”.
2. Degenerasi kistik
a. Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair.
b. Menjadi poket kistik.
3. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
a. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
b. Padat dan keras
c. Berwarna putih.
4. Degenerasi merah (carneus degeneration )
a. Paling sering terjadi pada masa kehamilan.
b. Estrogen merangsang perkembangan mioma.
c. Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar tungkai dan tekanan
hamil.
d. Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan trombus,
bendungan darah dalam myoma, warna merah hemosiderosis atau hemofusin.
e. Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendirinya. Komplikasi lain
yang jarang ditemukan meliputi kelahiran prematur, ruptur tumor dengan
perdarahan peritoneal, dan shock.
5. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan biasa terjadi pada
tumor yang besar, dengan aliran arterial yang tergangu.
6. Degenerasi lemak
Lemak ditemukan dalam serat otot polos.
7. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini adalah apakah hal
ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah neoplasma spontan.
Leimiosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang
mempunyai diferensiasi otot polos.
7. Gambaran Klinis Myoma
Hampir separuh dari kasus myoma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa
mereka sedang mengalami penyakit mioma uteri dalam rahim.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal berikut.
1) Besarnya mioma uteri.
2) Lokalisasi mioma uteri.
3) Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
4) Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
b. Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai berikut.
1) Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia, dan hipermenorhe.
Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat
dijelaskan oleh karena bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang
menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh
darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
2) Penekanan rahim yang membesar.
3) Terasa berat di abdomen bagian bawah.
4) Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine, obstruksi ureter, dan
hidronefrosis.
5) Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
6) Terasa nyeri karena saraf tertekan.
c. Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1) Penekanan saraf.
2) Torsi bertangkai.
3) Submukosa myoma terlahir.
4) Infeksi pada myoma
d. Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat berakibat pada hal-hal
berikut :
1) Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur
pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti vena terjadi karena
kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid, nyeri,
dan dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
kelahiran.
2) Kehamilan dengan disertai myoma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi.
3) Keguguran dapat terjadi.
4) Persalinan prematuritas.
5) Gangguan proses persalinan.
6) Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
7) Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
8) Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.

8. Penanganan Myoma Uteri


Penanganan myoma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran
tumor. Oleh karena itu penanganan myoma uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut.
1) Penanganan konservatif dilakukan jika myoma yang kecil muncul pada pra dan
postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah sebagai
berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid asetat 3,75
mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga
kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini
menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang
serupa ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi
ukuran tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
2) Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Myoma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada myoma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.
3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa langkah-
langkah berikut.
a. Enukleusi Myoma
Enuklesia myoma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih menginginkan
anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan
jika ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan
dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila myomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium,
maka kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
4) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG), kriteria preoperasi
adalah sebagai berikut.
1) Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
2) Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
3) Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang
berulang tidak ditemukan
5) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada pasien
yang memiliki leimyoma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG
untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
1) Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikelukan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan.
3) Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang selama lebih dari
delapan hari.
4) Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah
6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal berikut.
1) Nyeri hebat dan akut.
2) Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian bawah.
3) Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak disebabkan
infeksi saluran kemih.
7) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah ini dilakukan
sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopause
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien myoma uteri
1. Pengkajian
a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis
kelamin, hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien myoma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai
gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita myoma saat dilakukan pengkajian,
seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih
nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang
dilakukan oleh pasien myoma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan
tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan
riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui
adalah
a) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab myoma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana myoma uteri tumbuh
cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-faktor budaya yang
mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien myoma uteri, dan tanyakan
mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien myoma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri, personal
identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga,
kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien myoma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami myoma uteri yang harus dikaji adalah
frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi

g. Pola Istirahat dan Tidur


Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien myoma uteri saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien myoma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka
nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut,
lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar
getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus
menstruasi.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat tumor
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
hematologis (perdarahan)
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada
organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
e. Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps rectum)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status
kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pain Management
nekrosis atau trauma jaringan dan ......x 24 jam diharapkan pasien mampu 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
refleks spasme otot sekunder mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : komprehensif termasuk lokasi,
akibat tumor 1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
menggunakan manajemen nyeri dan faktor presipitasi
2. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 2. Observasi reaksi nonverbal dan
frekuensi dan tanda nyeri) ketidaknyamanan
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
berkurang untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengarhui nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
5. Kurangi faktir presipitasi nyeri
6. Ajarkan teknik non farmakologi
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
8. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Tentuka pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
6. Berikan ana;gesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat

2. Resiko syok berhubungan dengan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Syok Prevention
perdarahan ....x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok 1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit,
hypovolemik dengan kriteria hasil : suhu kulit, denyut jatung, HR, dan ritme
1. Nadi dalam batas yang diharapkan nadi perifer, dan kaliper reffil time
2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan 2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi
3. Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan jaringan
4. Irama pernafasan dalam batas yang 3. Monitor suhu da pernafasan
diharapkan 4. Monitor input da output
5. Monitor tanda awal syok
6. Tempatkan pasien pad aposisi supine,
kaki elevasi untuk peningkatan preload
dengan tepat
7. Berikan cairan IV atau oral yang tepat
8. Ajarka keluarga dan pasien tentang tanda
dan gejala datangnya syok
9. Ajarkan pasien da keluarga tentang
langkah untuk mengatasi gejala syok

Syok Management
1. Monitor fungsi neurologis
2. Monitor tekanan nadi
3. Monitor status cairan, input dan output
4. Memanfaatka pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan akurasi pembacaan
tekanan darah

3 Resiko infeksi berhubungan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Infektion Control
dengan penurunan imun tubuh ...x 24 jam diharapkan pasien mampu melakukan 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
sekunder akibat gangguan pencegahan infeksi dengan kriteria hasil : pasien
hematologis (perdarahan) 1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Pertahakan teknik isolasi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah 3. Batasi pengunjung bila perlu
timbulnya infeksi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
3. Jumlah leukosit dalam batas normal mencuci tangan saat berkunjung dan
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat setelah berkunjung meninggalka pasien
5. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
7. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infektion Protection
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Batasi pengunjung
4. Berikan perawatan kulit pada area
epiderma
5. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
6. Dorong masuka nutrisi yang cukup
7. Dorong masukan cairan
8. Dorong istirahat
9. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
10. Ajarkan pasien da keluarga tanda dan
gejala infeksi
11. Ajarkan cara menghindari infeksi
12. Laporkan kecurigaan infeksi

4 Retensi urine berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Urinary Retention Care
penekanan oleh massa jaringan ....x 24 jam diharapkan eliminasi urine kembali 1. Monitor intak dan output
neoplasma pada organ sekitarnya, normal dengan kriteria hasil : 2. Monitor penggunaan obat
gangguan sensorik motorik. 1. Kantong kemih kosong secara penuh 3. Montor derajat distensi bladder
2. Tidak ada spasme bladder 4. Instruksikan pada pasien dan keluarga
3. Ballance cairan seimbang untuk mencatat output urine
5. Sediakan privacy untuk eliminasi
6. Stimulasi refleks bladder dengan
kompres dingin pada abdomen
7. Kateterisasi bila perlu

Urinary Elimination Management


5 Konstipasi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Constipation/ Impaction Management
penekanan pada rectum (prolaps ....x 24 jam diharapkan konstipasi tidak ada 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
rectum) dengan kriteria hasil : 2. Monitor bising usus
1. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 3. Monitor feses : frekuensi, konsistensi,
setiap 1-3 hari dan volume
2. Bebas dari ketidaknyamanan dan 4. Monitor tanda dan gejala ruptur
konstipasi usus/peritonitis
3. Mengidentifikasi indicator untuk 5. Identifikasi faktor penyebab dan
mencegah konstipasi kontribusi konstipasi
4. Feses lunak dan berbentuk 6. Dukung intake cairan
7. Kolaborasikan pemberian laksatif
8. Pantau tanda dan gejala konstipasi
9. Memantau bising usus
10. Mendorong meningkatkan asupan
cairan, kecuali dikontraindikasikan
11. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
mencatat warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
12. Anjurkan pasien untuk diet tinggi serat
13. Timbang pasien secara teratur
14. Ajarkan pasien atau keluarga tentang
proses perncernaan yang normal
15. Ajarkan pasien atau keluarga tentang
kerangka waktu untuk resolusi sembelit

6 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Anxiety Reduction
perubahan dalam status peran, ....x 24 jam diharapkan cemas berkurang dengan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
ancaman pada status kesehatan, kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
konsep diri (kurangnya sumber 1. Pasien mampu mengidentifikasi dan perilaku pasien
informasi terkait penyakit) mengungkapkan gejala cemas 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan dirasakan selama prosedur
menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas 4. Pahammi perspektif pasien terhadpa
3. Vital sign dalam batas normal situasi stres
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh 5. Temani pasien untuk memberikan
dan tingkat aktivitas menunjukkan keamana dan mengurangi takut
berkurangnya kecemasan 6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Identifiksi tingkat kecemasan
8. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecamasan
9. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
10. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
11. Berikan obat untuk mengurangi
kecamasan
4. Implementasi Keperawatan
Disesuaikan dengan intervensi diatas

5. Evaluasi Keperawatan
1. Nyeri dapat teratasi/terkontrol
2. Tidak terjadi syok hipovolemik
3. Tidak ada tanda tanda infeksi dan mampu mencegah infeksi secara mandiri
4. Eliminasi urin kembali normal
5. Konstipasi tidak ada
6. Ansietas berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Huda. N, Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC – NOC. Jogjakarta : MediAction
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC
Nugroho. T. 2012. Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika
Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai