Anda di halaman 1dari 18

PELAYANAN KEPERAWATAN KELUARGA DI RUMAH DALAM RANGKA

REPLIKASI PENERAPAN MODEL KEPERAWATAN DI RUMAH

OLEH KELOMPOK 6:

I GUSTI NYOMAN SUWANTARA (173222779)


I KETUT AGUS SUASTAWA (173222780)
I NYOMAN ADI WIRASTAWAN (173222782)
LUH MADE SRI ARISTAWATI (173222785)
NI KADEK DEVANIE PRATANA RIANDIKA (173222789)
NI MADE CINTIA PRATIWI (173222794)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas
Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pelayanan
Keperawatan Keluarga di Rumah dalam Rangka Replikasi Penerapan Model Keperawatan di
Rumah” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak yang membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Denpasar, 28 Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Model Keperawatan di Rumah....................................................................................4
B. Teknik Pengkajian data penerapan model keperawatan di rumah...............................7
C. Peran perawat dalam model keperawatan di rumah..................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
A. Simpulan....................................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam
sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain
banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa
dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan.
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi
dengan cepat dapat diakses oleh semua orang. Perkembangan era globalisasi yang
menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan
keperawatan di negara yang telah berkembang. Selain perkembangan teknologi, terdapat
juga pergeseran penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Dimana dulunya
masyarakat menderita penyakit menular, sekarang masyarakat lebih banyak menderita
penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus akibat gaya hidup dan aktivitas
masyarakat. Pola penyakit tidak menular biasanya harus melewati pengobatan yang cukup
lama.
Lama perawatan dirumah sakit pada dewasa ini telah dibatasi sehingga pasien
yang memerlukan perawatan yang lama biasanya disarankan untuk melakukan perawatan
di rumah. Dewasa ini salah satu perawatan di rumah yang paling sering diberikan adalah
home care. Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu
dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang
diorganisir untuk memberi pelayana di rumah melalui staf atau pengaturan berdsarkan
perjanjian kerja atau kontrak.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah
adalah: 1) Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi
apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir
yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan. 2)
Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus
penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian
berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut
keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasien stroke yang mengalami komplikasi
kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif
1
lama. 3) Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan
membatasi kehidupan manusia karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara
optimal karena terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan. 4) Lingkungan di rumah
ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian pasien dibandingkan dengan perawatan di
rumah sakit sehingga dapat mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru dalam
sistem pelayanan kesehatan khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini
sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool,
England dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan
memberikan pengobatan kepada pasien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama
mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan
lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit
infeksi yang umum ditemukan di masyarakat.
Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi
dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan
kesehatan di rumah. Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil: 97,7%
menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan dirumah, 87,3% mengatakan bahwa
perlu standarisasi tenaga, sarana, dan pelayanan, serta 91,9% menyatakan pengelola
keperawatan di rumah memerlukan ijin operasional. Namun dalam memberikan perawatan
kesehatan di rumah dibutuhkan model pelayanan yang tepat dilakukan di rumah agar
semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam makalah
ini penulis akan membahas mengenai pelayanan keperawatan keluarga di rumah dalam
rangka replikasi penerapan model keperawatan di rumah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja model keperawatan yang bisa diterapkan di rumah?
2. Bagaimana teknik pengkajian data penerapan model keperawatan di rumah?
3. Bagaimana peran perawat pada model keperawatan di rumah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model keperawatan yang bisa diterapkan di rumah
2. Untuk mengetahui teknik pengkajian data penerapan model keperawatan di rumah
3. Untuk mengetahui peran perawat pada model keperawatan di rumah
D. Manfaat Penulisan

2
Dengan mempelajari pelayanan keperawatan keluarga di rumah dalam rangka
replikasi penerapan model keperawatan di rumah mahasiswa dapat memahami apa saja
model keperawatan yang bisa diterapkan di rumah dan dapat mengaplikasikannya di
masyarakat

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Keperawatan di Rumah


Menurut Hidayat (2007), model / teori keperawatan yang dapat dilakukan di
rumah antara lain :
1. Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal
yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima
komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang
meliputi:
a. Udara bersih,
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan
sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Model
dan konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan,
sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan
keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan tetapi
lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu
diperhatikan
2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa
manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang
berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam
proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan
manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut
didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia
dan lingkungan, kemudian sistem ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta
proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari
integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan
dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara
individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang
4
bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya interaksi antara manusia dengan
lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan – lahan maupun berlangsung dengan
cepat.
Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi
klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan.
Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses
sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan
lingkungannya.
3. Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan
yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip
”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-
nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat
untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur
tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara
pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan profesional)
terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama
lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah
kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan
dan kondisi sakit.
4. Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan
pasien untuk sembuh. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia
memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya
kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan
makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan
psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan
interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5. Teori Self Care (Dorothea Orem)

5
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada
kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur
dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua
bentuk teori Self Care, di antaranya :
a. Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan
oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan,
kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri
sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu
tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat
dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal
dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya
mepertahankan fungsi tubuh.S elf Care Requisites terdiri dari beberapa jenis,
yaitu : Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang
merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan
yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites
(kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara
umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan
dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau
terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care
defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya
bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi
support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi
serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.

6
6. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Yang dimaksudkan dari model ini adalah bahwa pasien diberikan kebebasan
untuk menentukan pilihannya dalam merawat diri sendiri guna menjaga
keseimbangan kesehatan mereka sendiri. Motivasi pasien, pengasuh pasien atau
keluarga untuk menjaga keseimbangan kesehatan pasien sangat dipengaruhi oleh
persepsi interpersonal terhadap keyakinan sehat, socialculture, locusof control
(bagaimana seseorang bisa menentukan nasibnya sendiri). Sumber daya yang
tersedia, sistem pendukung, dan proses penyakit. Hal ini dapat dicapai melalui
berbagai strategi perawatan diri guna memenuhi kebutuhan secara holistik untuk
kesehatan .Dimana ini adalah proses yang dinamis seseorang untuk berubah
mencapai kesehatan yang optimal. Kesehatan yang optimal dapat dilihat dari tingkat
fungsional tertinggi seseorang yang dapat dievaluasi dari stabilitas fisik, harmoni
intrapersonal, resonansi, kepuasan pasien terhadap perawatan kesehatannya dan
kualitas hidupnya.

B. Teknik Pengkajian Data Penerapan Model Keperawatan di Rumah


1. Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Dalam pengkajian teori Florence Nightingale menitik beratkan pada
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi
dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih
yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan
harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan
hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun
dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah.
Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat
ventilasi.
b. Lingkungan psikologi (Psychology environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien.

7
Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya.
Mendapatkan sinar matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat
merangsang semua faktor untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi
dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya
dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan
pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang
terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain
itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-
hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa
nyaman.
c. Lingkungan Sosial (Social environment)
Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan
spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan
keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit.
2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Teori konsep manusia sebagai unit menitik beratkan pandangan yang lebih
tentang keutuhan individu sehingga pola fungsional Gordon sangat cocok untuk
model ini.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan. Karena keterbatasan perawat dalam mengukur dan alat pengumpulan
data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau
bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam
keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan
beberapa pertanyaan dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan
mencerminkan prinsip resonansi. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh
prinsip helicy.
Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa
pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa
tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu.
Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan
perubahan waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan berarti
pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua, tetapi menggunakan mereka sebagai
referensi akan membantu memberikan perawat dengan melihat klien seutuhnya. Ini

8
akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola pertukaran bagian-bagian secara
berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian keperawatan, adalah penilaian dari
seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang hanya berdasarkan fisik atau
status mental. Ini merupakan penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan
bukan penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa
kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.
3. Teori Transkultural nursing (Leininger)
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :

9
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
4. Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Dalam model keperawatan ini lebih menekankan ke biopsikososial klien.
Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh
perawat yaitu:
a. Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup meliputi
kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi.
b. Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,
meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman, seksualitas.
c. Higher order needs (psychosocial needs) ,yaitu kebutuhan integritas yang
meliputi kebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.
d. Higher order needs (intrapersonali needs), yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri.
10
5. Teori Self Care (Dorothea Orem)
Adapun proses keperawatan menurut Dorothea Orem yaitu:
a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan,
orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem
keluarga), pola hidup, faktor lingkungan.
b. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan
berdasarkan self-care defisit,maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada
klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang
terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total Care.
c. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis. Secara rinci pengembangan
teori Orem mengenai kebutuhan dasar adalah sebagai berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan udara/oksigen.
2) Pemeliharaan kebutuhan air/cairan.
3) Pemeliharaan kebutuhan makanan/nutrisi.
4) Perawatan proses eliminasi dan ekskresi.
5) Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat.
6) Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial.
7) Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan.
8) Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam hubungan sosial.
6. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Pengkajian pada model keperawatan ini mengkaji secara holistik kesehatan
pasien dan juga memberikan motivasi lebih kepada pasien untuk menjaga
keseimbangan kesehatannya yang sangat dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh persepsi
interpersonal terhadap keyakinan sehat, socialculture, locusof control (bagaimana
seseorang bisa menentukan nasibnya sendiri). Sumber daya yang tersedia, system
pendukung, dan proses penyakit.

C. Peran perawat dalam model keperawatan di rumah


Secara umum, terdapat dua peran perawat pada perawatan kesehatan di rumah,
yaitu perawatan langsung dan perawatan tak langsung (Efendi, 2009).
1. Perawatan langsung
Merupakan perawatan yang diberikan melalui interaksi langsung (direct care)
antara perawat dengan klien meliputi pengkajian fisik hingga intervensi keperawatan
yang dilakukan untuk klien. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada pelayanan
perawatan di rumah antara lain: pengukuran TTV, pemasangan atau penggantian
selang lambung (NGT) dan kateter, perawatan luka dekubitus, pengisapan lendir atau
mukus, pengambilan preparat untuk pemeriksaan laboratorium
2. Perawatan tidak langsung,

11
Perawatan ini dilakukan saat klien tidak melakukan interaksi langsung
(indirect care) dengan perawat. Perawatan tidak langsung ini lebih mengarah pada
kegiatan konsultasi dan konseling.

Selain itu, perawat juga dapat berperan sebagai:


1. Manajer Kasus
Mengelola dan mengkolaborasikan dengan anggota keluarga dan penyedia pelayanan
kesehatan atau pelayanan sosial yang lain untuk meningkatkan pencapaian
pelayanan (Rice, 2006),
2. Pelaksana /Pemberi Asuhan
Memberikan pelayanan langsung dan melakukan supervisi pelayanan yang diberikan
oleh anggota keluarga atau pelaku rawat (care giver)

3. Pendidik
Mengajarkan keluarga tentang sehat sakit dan bertindak sebagai penyedia informasi
kesehatan. Komunikasi antara perawat dengan klien sangat terbatas, sehingga sangat
penting bagi perawatmengajarkan klien untuk menjaga kesehatanny di rumah (Rice,
2006)
4. Kolaborator
Mengkoordinir pelayanan yang diterima oleh keluarga dan mengkolaborasikan
dengan keluarga dalam merencanakan pelayanan,
5. Pembela (Advocate)
Melakukan pembelaan terhadap pasien melalui dukungan peraturan (Rice, 2006),
6. Konselor
Membantu pasien dan keluarga dalam menyelesaikan masalah dan mengembangkan
koping yang konstruktif,
7. Penemu Kasus dan Melakukan Rujukan
Melibatkan diri dalam menemukan kasus di keluarga dan melakukan rujukan secara
cepat,
8. Penata lingkungan rumah
Melakukan modifikasi lingkungan bersama pasien dan keluarga dan tim kesehatan
lain untuk menunjang lingkungan sehat,
9. Peneliti
Mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban melalui pendekatan ilmiah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Model keperawatan yang bisa diterapkan dirumah yaitu Teori Lingkungan
(Florence Nightingale), Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers),
Teori Transkultural nursing (Leininger), Theory of Human Caring (Watson, 1979),
Teori Self Care (Dorothea Orem), Teori Dinamic dan Self Determination for Self
Care (Rice). Semua model keperawatan tersebut menitik beratkan pada hal yang
berbeda-beda sehingga pengkajian keperawatan di rumah dapat terkaji secara holistik
baik kebutuhan internal atau dalam diri klien maupun kebutuhan eksternal klien
(lingkungan). Peran perawat dalam perawatan pasien di rumah ini sangat kompleks
seperti perawat sebagai manajer kasus, pelaksana /pemberi asuhan,
pendidik,kolaborator ,pembela (advocate), konselor, penemu kasus dan melakukan
rujukan, penata lingkungan rumah dan peneliti.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup
kemungkinan masyarakat, mahasiswa pada khususnya, dan seluruh jajaran terkait, dapat
memandang positif serta memahami adanya informasi ini.

13
Sebagai mahasiswa diharapkan mengetahui beberapa informasi dan pengetahuan
tentang pelayanan keperawatan keluarga di rumah dalam rangka replikasi penerapan
model keperawatan di rumah dan memahami ilmu yang tercantum didalamnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik.
Jakarta: EGC
Rice, Robyn. 2006. Home Care Nursing Practice: Concept and Aplication. USA: Mosby
Elsevier
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta: EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai