Anda di halaman 1dari 26

KONSEP PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN ARTHRITIS REUMATOID

OLEH KELOMPOK 6:
1. Desak Putu Bella Andriyani (173222769)
2. I Ketut Agus Suastawa (173222780)
3. Luh Made Sri Aristawati (173222785)
4. Ni Luh Made Yudiani (173222792)
5. Ni Made Cintia Pratiwi (173222794)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2017
ARTHRITIS REUMATOID

1. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama arthron, yang
berarti sendi. Kedua itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006). Artritis
Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour.
2005 )
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas
serta melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini
merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya
sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan
persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar
penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika
tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan
deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan
kematian dini.
Reumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang
terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri)
yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini
menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai
dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta
atrofi otot dan penipisan tulang.
B. Etiologi
Penyebab pasti arthritis rheumatoid tidak diketahui. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor
sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikoplasma dan virus.
Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis
reumatoid, yaitu :
1) Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2) Endokrin
3) Autoimun
4) Metabolik
5) Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

C. Patofisiologi
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit,
makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1,
interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase
melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui
pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17.
Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi
pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara
langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk
memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi
dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah
diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor
mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun
kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis
yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi
makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga
terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita
reumatoid artritis.
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat
ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis
yang difus.
PATHWAY

Inflamasi non bacterial disebabkan oleh infeksi, endokrin, autoimun, metabolic


Factor genetic, dan lingkungan

Arthritis Reumatoid

Sinovitis tenosinovilis kelainan pada tulang kelainan pd jaringan ekstra-artikular

Hiperemia dan invasikolagen erosi tulang& karusakan


Pembengkakan pada tulang rawan miopati sistemik kelenjar limfe

Nekrosis & kerusakan rupture tendon secara parsial instabilitas dan atrofi otot osteoporosis splenomegali
Dalam ruang sendi atau total deformitas sendi

Gangguan mekanin dan kelemahan fisik


NYERI HAMBATAN
Fungsional pada sendi
MOBILITAS
FISIK
Perubahan bentuk tubuh DEFISIT
Pada tulang dan sendi PERAWATAN
DIRI

ANSIETAS GANGGUAN
CITRA
TUBUH
D. Manifestasi Klinis
1) Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Reumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
2) Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
3) Gejala Extraartikular :
a. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion
(gangguan katub),Pericarditis, Myocarditis
b. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
c. Pada lympa : Lhymphadenopathy
d. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. Pada otot : Mycsitis

E. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1) Reumatoid arthritis klasik : pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
2) Reumatoid arthritis defisit : pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
3) Probable Reumatoid arthritis : pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
sedikit dalam waktu 6 minggu.
4) Possible Reumatoid arthritis : pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1) Stadium sinovitis : pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2) Stadium destruksi: pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai
adanya kontraksi tendon.
3) Stadium deformitas : pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif
dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

F. Komplikasi
1) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli, tromboemboli adalah
adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya
darah yang membeku.
4) Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel
darah akan meningkat.
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia
dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita.
2) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang,
memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
3) Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4) Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
5) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7) Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)
atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak
leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

H. Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologi
Dalam jurnal “The Global Burden Of Rheumatoid Arthritis In The Year
2000”, Obat-obatan dalam terapi RA terbagi menjadi lima kelompok,
yaitu (Symmons, 2006) :
a. NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs) untuk mengurangi
rasa nyeri dan kekakuan sendi.
b. Second-line agent seperti injeksi emas (gold injection), Methotrexat
dan Sulphasalazine. Obat-obatan ini merupakan golongan DMARD.
Kelompok obat ini akan berfungsi untuk menurukan proses penyakit
20 dan mengurangi respon fase akut.
c. Steroid, obat ini memiliki keuntungan untuk mengurangi gejala
simptomatis dan tidak memerlukan montoring, tetapi memiliki
konsekuensi jangka panjang yang serius.
d. Obat-obatan immunosupressan. Obat ini dibutuhkan dalam proporsi
kecil untuk pasien dengan penyakit sistemik.
e. Agen biologik baru, obat ini digunakan untuk menghambat sitokin
inflamasi. Belum ada aturan baku mengenai kelompok obat ini dalam
terapi RA
2) Terapi Non-Farmakologi
Terapi non-farmakologi melingkupi terapi modalitas dan terapi
komplementer. Terapi modalitas berupa diet makanan (salah satunya
dengan suplementasi minyak ikan cod), kompres panas dan dingin serta
massase 25 untuk mengurangi rasa nyeri, olahraga dan istirahat, dan
penyinaran menggunakan sinar inframerah.
Terapi komplementer berupa obat-obatan herbal, accupressure, dan
relaxasi progressive (Afriyanti, 2009).
3) Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak
berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan
dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur
yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.
 Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya
kembali inflamasi.
 Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
 Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan
tangan.
 Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran
pada persendian.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
2) Riwayat Kesehatan :
 Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pasien pada saat ini, pada px dengan arthritis reumatoid
keluhan utamanya adalah nyeri sendi.
 Riwayat penyakit dahulu
Penyakit terdahulu yang pernah dialami px, kecelakaan yang pernah
dialami, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit alergi
(makanan, obat-obatan, zat/substansi, textil), pengobatan dini
(konsumsi obat-obatan bebas).
 Riwayat penyakit keluarga
Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang
anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi,
penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM,
kanker dan gangguan emosional.
3) 11 Pola Kesehatan Fungsional :
a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan :
Gambaran cara px untuk pemeliharaan kesehatan, meliputi jika
sedang sakit pergi ke pelayanan kesehatan. Dan persepsi px tentang
kesehatannya.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Gambaran jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi
(makanan yang banyak mengandung pospor, vitamin dan protein)
c. Pola Eliminasi
Gambaran tentang gangguan pada saat BAB dan BAK.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas, px tidak mampu
melakukan aktifitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur
Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur, adanya rasa
nyeri pada saat istirahat dan tidur, kualitas tidur kurang karena nyeri
sendi.
f. Pola Persepsi Kognitif
Gambaran pengetahuan px tentang penyakitnya.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya.
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Gambaran hubungan px dengan keluarga, terdapat perubahan peran
pada klien karena saat ini klien tidak bisa menjalankan fungsi peran
secara optimal dikarenakan sakitnya.
i. Pola Reproduksi Seksualitas
Gambaran seksualitas klien.
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adanya perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita
k. Pola Sistem Kepercayaan
Gambaran tentang spiritual klien, tentang agama dan ibadahnya.

4) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik khusus pada sistem muskuloskeletal meliputi :
Inspeksi pada saat diam/istirahat, inspeksi pada saat gerak, dan
palpasi. Berikut ini adalah hal-hal yang ditemukan saat pemeriksaan fisik
pada pasien dengan arthritis rheumatoid yang dikhususkan di bagian
ekstermitas:
a) Sikap/postur badan
Sendi yang meradang biasanya mempunyai tekanan
intraartikuler yang tinggi, oleh karena itu penderita akan berusaha
menguranginya dengan mengatur posisi sendi tersebut seenak
mungkin, biasanya dalam posisi setengah fleksi. Pada sendi lutut
sering diganjal dengan bantal. Pada sendi bahu (glenohumeral)
dengan cara lengan diaduksi dan endorotasi, mirip dengan waktu
menggendong tangan dengan kain pada fraktur lengan. Sebaliknya
bila dilakukan abduksi dan eksorotasi maka penderita akan merasa
sangat kesakitan karena terjadi peningkatan tekanan intraartikuler.
b) Deformitas
Walaupun deformitas sudah tampak jelas pada keadaan diam,
tetapi akan lebih nyata pada keadaan gerak. Perlu dibedakan apakah
deformitas tersebut dapat dikoreksi (misalnya disebabkan gangguan
jaringan lunak) atau tidak dapat dikoreksi (misalnya restriksi kapsul
sendi atau kerusakan sendi).
Berbagai deformitas di lutut dapat terjadi antara lain genu varus,
genu valgus, genu rekurvatum, subluksasi tibia posterior dan
deformitas fleksi.
Demikian pula deformitas fleksi di siku. Pada jari tangan antara
lain boutonniere finger, swan neck finger, ulnar deviation, subluksasi
sendi metakarpal dan pergelangan tangan. Pada ibu jari tangan
ditemukan unstable Z-shaped thumbs.
Pada kaki ditemukan telapak kaki bagian depan melebar dan
miring ke samping disertai subluksasi ibu jari kaki ke atas. Pada
pergelangan kaki terjadi valgus ankle.
c) Perubahan kulit
Kelainan kulit sering menyertai penyakit reumatik atau penyakit
kulit sering pula disertai penyakit reumatik. Kelainan kulit yang sering
ditemukan antara psoriasis dan eritema nodosum. Kemerahan disertai
deskuamasi pada kulit di sekitar sendi menunjukkan adanya inflamasi
periartikuler, yang sering pula merupakan tanda dari artritis septik atau
artritis kristal.
d) Kenaikan suhu sekitar sendi
Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan akan
dirasakan adanya kenaikan suhu di sekitar sendi yang mengalami
inflamasi.
e) Bengkak sendi
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak
atau tulang.
f) Nyeri raba
Menentukan lokasi yang tepat dari nyeri raba merupakan hal
yang penting untuk menentukan penyebab dari keluhan pasien. Nyeri
raba kapsuler/artikuler terbatas pada daerah sendi merupakan tanda
dari artropati atau penyakit kapsuler. Nyeri raba periartikuler agak jauh
dari batas daerah sendi merupakan tanda dari bursitis atau
entesopati.
g) Pergerakan
Pada pemeriksaan ini perlu dinilai luas gerak sendi pada
keadaan pasif dan aktif dan dibandingkan kiri dan kanan. Sinovitis
akan menyebabkan berkurangnya luas gerak sendi pada semua arah.
Tenosinovitis atau lesi periartikuler hanya menyebabkan
berkurangnya gerak sendi pada satu arah saja. Artropati akan
memberikan gangguan yang sama dengan sinovitis.

B. Diagnosa Keperawatan
No. Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS: px mengeluh nyeri Sinovitis Nyeri Akut
pada sendi, px
mengatakan nyeri Hyperemia dan
pembengkakan
seperti ditusuk-tusuk,
nyeri bertambah jika
Nekrosis dan kerusakan
melakukan aktivitas.
dalam ruang sendi
DO : px tampak
meringis kesakitan,
Nyeri
skala nyeri 6,
ekstermitas terlihat
bengkak dan
kemerahan.
2. DS: Pasien Tenosinovilis Hambatan
mengatakan kakinya Mobilitas Fisik
sakit saat digerakkan Invaksi kolagen
dan susah di gerakkan
DO : px nambak Ruptur tendon secara
kesusahan melakukan parsial atau lokal
aktivitas, ektermitas
bengkak, dan nampak Hambatan mobilitas fisik
kekauan sendi.
3. DO: Pasien terlihat Erosi tulang & kerusakan Ansietas
tulang rawan
cemas, kontak mata
buruk
Deformitas sendi
DS:
Pasien mengatakan
Gangguan mekanisme
tidak nafsu makan, px
dan fungsional pada
mengatakan tidak bisa sendi
tidur dengan nyenyak,
pasien bertanya-tanya Perubahan bentuk tulang
dan sendi
tentang penyakitnya

ansietas
4. DS: px mengatakan Erosi tulang & kerusakan Gangguan Citra
tulang rawan
kakinya mengalami Tubuh
perubahan bentuk
Deformitas sendi
DO : px menutupi
bagian kaki dengan
Gangguan mekanisme
kamben
dan fungsional pada
sendi

Perubahan bentuk tulang


dan sendi

Gangguan Citra Tubuh


5. DS : Px mengatakan Kelainan pada jaringan Defisit
ekstra-artikular
jarang mandi Perawatan Diri
semenjak mengalami
Miopati
penyakit ini karena
kesulitan dalam
Atrofi otot
beraktivitas
DO : Kebersihan
pasien kurang, px Kelemahan fisik
nampak kotor dan
lusuh. Defisit perawatan diri

 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri Akut. NOC: 1. Manajemen lingkungan : Kenyamanan
Berhubungan dengan: - Pain level (6482)
- Agen injuri (biologi, - Pain control  Hindari gangguan yang tidak perlu dan
kimia, fisik, psikologis) - Comfort level berikan waktu istirahat.
- Kerusakan jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Ciptakan lingkungan yang tenang dan
3x 24 jam diharapkan nyeri berkurang kriteria mendukung.
hasil:  Sediakan lingkungan yang aman dan
1. klien mendemonstrasikan tidak adanya bersih.
nyeri, 2. Pemberian Obat (2300)
2. klien nampak rileks dan santai  Pertahankan aturan dan prosedur yang
TTV dalam batas normal sesuai dengan keakuratan dan
keamanan pemberian obat – obatan.
 Ikuti prosedur lima benar dalam
pemberian obat.
3. Terapi relaksasi (6040)
 Gambarkan rasionalitas dan manfaat
relaksasi serta jenis relaksasi yang
tersedia (misalnya musik, meditasi,
bernafas dengan ritme, relaksasi rahang
dan relaksasi otot progresif)
 Tunjukan dan praktekan tehnik relaksasi
yang terjadi.
2. Hambatan Mobilitas Fisik NOC : 1. Exercise therapy : ambulation
berhubungan dengan kaku - Joint Movement : Active  Monitoring vital sign sebelm/sesudah
sendi - Mobility Level latihan dan lihat respon pasien saat
- Self care : ADLs latihan
- Transfer performance  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama rencana ambulasi sesuai dengan
3x 24 jam diharapkan kaku sendi pasien dapat kebutuhan
teratasi, dengan kriteria hasil :  Bantu klien untuk menggunakan tongkat
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik saat berjalan dan cegah terhadap cedera
2. Mengerti tujuan dari peningkatan  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
mobilitas lain tentang teknik ambulasi
3. Memverbalisasikan perasaan dalam  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
meningkatkan kekuatan dan kemampuan  Latih pasien dalam pemenuhan
berpindah kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
4. Memperagakan penggunaan alat Bantu kemampuan
untuk mobilisasi (walker)  Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
 Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
3. Ansietas (0080). NOC: 1.Pengurangan kecemasan (5820)
Berhubungan dengan: - Kontrol kecemasan  Gunakan pendekatan yang tenang
- Stress - Koping dan meyakinkan
- Perubahan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Nyatakan dengan jelas harapan
kesehatan. 3 x 24 jam diharapkan kecemasan teratasi terhadap prilaku klien.
dengan kriteria hasil :  Jelaskan semua prosedur termasuk
1. Klien mampu mengidentifikasi dan sensasi yang akan dirasakan yang
mengungkapkan gejala cemas. mungkin akan dialami klien selama
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan prosedur (dilakukan)
menunjukan tehnik untuk mengontrol
cemas.
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
berkurangnya kecemasan.
4. Gangguan citra tubuh NOC : 1. Body image enhancement
berhubungan dengan - Body image  Kaji secara verbal dan non verbal respon
penyakit - Self esteem klien terhadap tubuhnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Monitor frekuensi mengkritik dirinya
3 x 24 jam diharapkan gangguan dari citra tubuh  Jelaskan tentang pengobatan,
dapat teratasi dengan kriteria Hasil : perawatan, kemajuan dan prognosis
1. Body image positif penyakit
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan  Dorong klien mengungkapkan
personal perasaannya
3. Mendiskripsikan secara faktual  Identifikasi arti pengurangan melalui
perubahan fungsi tubuh pemakaian alat bantu
4. Mempertahankan interaksi sosial  Fasilitasi kontak dengan individu lain
dalam kelompok kecil
5. Defisit perawatan diri NOC : 1. Self Care assistane : ADLs
berhubungan dengan - Self care : Activity of Daily Living (ADLs)  Monitor kemempuan klien untuk
gangguan muskuloskeletal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama perawatan diri yang mandiri.
3 x 24 jam diharapkan perawatan diri klien  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
tepenuhi dengan bauk, dengan kriteria hasil : bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
1. Klien terbebas dari bau badan berhias, toileting dan makan.
2. Menyatakan kenyamanan terhadap  Sediakan bantuan sampai klien mampu
kemampuan untuk melakukan ADLs secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan  Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
3. SAP Arthritis Reumatoid

SATUAN ACARA PENYULUHAN


ARTHRITIS RHEUMATOID

Pokok Bahasan : Rheumatoid Arthritis


Hari /Tgl : Selasa, 10 Oktober 2017
Waktu : 30 Menit
Jam : 08:00 – 12:00
Sasaran : Klien dan Keluarga
Tempat : RS A

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta penyuluhan
dapat memahami tentang Rheumatoid Arthritis (Rematik).
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang penyakit Rematik, klien dan keluarga
dapat mengetahui tentang penyakit Rheumatoid Arthrirtis :
- Menjelaskan tentang pengertian Rheumatoid Arthritis
- Menjelaskan tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis
- Mengetahui penyebab dan proses terjadinya Rheumatoid Arthritis
- Menjelaskan tentang pencegahan Rheumatoid Arthritis
- Menjelaskan penanganan Rheumatoid Arthritis
3. Materi
Terlampir
4. Metode
- Ceramah
- Diskusi
5. Media / alat
- Leaflet
- Lcd
6. Pengorganisasian
Moderator : Cyntia
Penyaji : Bella
Notulen : Ade
Observer : Yudi
Operator : Agus

7. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu Media
1 Pembukaan - mengucapkan - menjawab salam 5 LCD
salam - mendengarkan menit
- memperkenalkan - memperhatikan
diri dan menjawab
- mengingatkan - mendengarkan
kontrak dan mencatat
- menjelaskan tujuan
2 Isi - menjelaskan - memperhatikan, 15 LCD,
pengertian Arthritis dan menyimak menit Leaflet
rematoid materi dengan baik
- menjelaskan tanda
dan gejala Arthritis
rematoid
- menjelaskan
penyebab Arthritis
rematoid
- menjelaskan cara
pencegahan
arthritis rheumatoid
- menjelaskan
penanganan
arthritis reumatoid
3 Penutup - mengevaluasi - mengungkapkan 10 LCD
perasaan peserta perasaan setalah menit
setelah penyuluhan penyuluhan
- mengajukan - bertanya tentang
beberapa materi penyuluhan
pertanyaan yang belum
paham
- Menjawab
pertanyaan
8. Evaluasi hasil
1. Jelaskan pengertian arthritis rematoid !
2. Sebutkan tanda dan gejala arthritis rematoid !
3. Sebutkan penyebab arthritis rematoid !
4. Jelaskan cara pencegahan arthritis rematoid !
5. Jelaskan cara penanganan arthritis rematoid !
Lampiran 1

MATERI

A. Pengertian
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik yang kronis
dan terutama menyerang persendian perifer serta otot- otot, ligament, dan
pembulu darah yang ada di sekitarnya.penyakit ini menyerang wanita tiga kali
lebih sering dari pada laki-laki.
B. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan Reumatoid Arthritis adalah sebagai berikut :
 Lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam
 Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan)
 Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam
 Nyeri Sendi
 Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik
 Deformitas
 Nodula-nodula rheumatoid
 Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi).
C. Penyebab
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis
Rheumatoid, yaitu:
1) Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2) Endokrin
3) Autoimmun
4) Metabolik
5) Faktor genetik serta pemicu lingkungan.
D. Cara Pencegahan
Hindari makanan-makanan yang dapat menyebabkan arthritis rheumatoid
seperti :
a. Daging merah
b. Kafein
c. Alcohol
d. Bayam jeroan
e. Udang, cumi, kerang, kepiting
f. Kacang-kacangan
g. Durian
h. alpukat
E. Cara Penanganan
1) Istirahat yang cukup
Kaku akan meningkat apabila kurang istirahat, jadi kurangi nyeri dengan
memberikan kompres hangat dan menyediakan waktu yang cukup untuk
istirahat di siang dan malam hari.
2) Olahraga teratur dan tidak berlebihan
Kegiatan olahraga dengan gerakan – gerakan yang benar dan
terarah mampu mempertahankan fungsi sendi. Lakukan paling sedikit dua
kali sehari dan jangan berlebih, karena latihan yang berlebih justru
akan merusak struktur penunjang sendi.
3) Makan – makana yang seimbang
Diet seimbang dengan makanan yang bergizi dan minum air putih minimal 8
gelas sehari
4) Tidak di anjurkan membawa beban yang berlebih
5) Menggunakan alat bantu jika di perlukan.
6) Kompres hangat
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit


edisi 6 volume II. Jakarta : EGC.

Doengoes E Marylin. 2002. Rencana Keperawatan.Jakarta : EGC


Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Alih
Bahasa : Irawati, Et Al. Jakarta : EGC

Herdman, Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta :
EGC
Maryam RS, ekasari, MF, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika

Mc.Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).


America : Mosby

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby


Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.

Syarifuddin.2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Edisi 3. Jakarta:


EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai