PRAKTIKUM FITOKIMIA
“ MASERASI “
NPM : 1118005681
Semester/Kelompok : 4/B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020
MASERASI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan penyarian senyawa metabolit sekunder dari simplisia tanaman obat
dengan metode merserasi.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat memahami dan dapat
melakukan penyarian senyawa metabolit sekunder dari simplisia tanaman obat
dengan cara sederhana namun terandalkan.
C. DASAR TEORI
1. Uraian Tumbuhan
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
b. Morfologi
Tanaman sambiloto merupakan tanaman perdu atau terna yang biasa
akan tumbuh di berbagai pinggiran sawah, kebun ataupun hutan. Akar dari
tanaman ini merupakan akar tunggang dan mempunyai warna putih
kecokelatan. Sambiloto ini memiliki batang yang berkayu dan bentuknya
terlihat bulat atau segi empat. Daun sambiloto merupakan daun tunggal dan
letaknya yang saling berhadap-hadapan. Bentuk dari daunnya ini menyerupai
pedang atau lanset sampai bentuk lidah tombak (Sudarsono, 1996).
Pada bagian tepi daunnya merata dan permukaannya sangat halus.
Daun sambiloto ini berwarna hijau dan memiliki panjang kurang lebih sekitar
2- 7 cm dengan lebar kurang lebih sekitar 1,5 – 3 cm. Pertulangan dari daun
sambiloto ini menyirip. Daun Sambiloto ini sangat rapuh dan juga tipis serta
tidak mempunyai rambut. Permukaan dari daun bagian bawah terlihat
berwarna hijau pucat dan bagia tangkai daunnya pendek (Sudarsono,1996)
c. Kandungan Kimia
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) mengandung
senyawa diterpene, lactone, dan flavonoid. Empat senyawa lakton yang
ditemukan di dalam daun sambiloto (Akbar, 2011),
yaitu deoxyandrographolide, andrographolide, neoandrographolide dan
14- deoxy-11, 12-didehydroandrographolide. Senyawa flavonoid banyak
ditemukan pada bagian akar, tetapi juga dapat ditemukan pada bagian daun
(Ratnani et al., 2012). Bagian akar dari tanaman sambiloto, mengandung
senyawa flavonoid berupa polymethoxyflavone andrographine,
panicoline, alkane, keton, aldehid, kalium, kalsium, natrium, asam
kersik, monometilwithin, dan apigenin-7,4-dimetil eter (Hariana, 2013).
Bagian batang dan daun dari tanaman sambiloto mengandung senyawa alkane,
keton dan aldehid (Ratnani et al., 2012).
d. Manfaat
Menyembuhkan pilek dan flu
Membantu Mencegah Penyakit Jantung
Membantu Menyembuhkan Infeksi
Membantu Mencegah Diabetes
Menyembuhkan masalah sistem pencernaan (Akbar,2011)
2. Ektraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Dirjen POM, 2000). Pembagian metode ekstraksi menurut
(Dirjen POM, 2000) yaitu :
1) Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin yaitu meserisasi
dan perkolasi.
2) Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin yaitu refluks,
sokletasi, digesti, infundasi dan dekok.
3. Maserasi
Maserasi merupakan proses ekstraksi paling tepat dimana obat yang sudah
halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan terlarul di
dalamnya (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang paling
sederhana yang dilakukan dengan meredam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya, dimana
cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel (Sudjadi, 2008).
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman
melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan
terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi).
Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan
didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 1989).
Kecuali dinyatakan lain, maserasi dilakukan sebagai berikut: sepuluh
bagian simpilisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan di dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian penyari, ditutup dan
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Setelah 5 hari
campuran tersebut diserkai, diperas, dicuci ampasnya dengan cairan penyari
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Lalu maserat dipindah dalam bejana
tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari,
maserat disaring. Kemudian maserat disuling atau diuapkan pada tekanan rendah
pada suhu tidak lebih dari 500 hingga konsistensi yang dikehendaki. Maserat
dipanasi pada suhu 900 untuk mengendapkan protein agar sediaan tahan lama
(Anief, 1997).
Pemilihan cairan penyari harus memperhatikan beberapa faktor. Cairan
penyari yang baik harus memenuhi kriteria antara lain :
Mudah diperoleh
Stabil secara fisika dan kimia
Bereaksi netral
Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
Selektif
Tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat (Anonim, 1986).
Keuntungan dan kelebihan dari metode merserasi, yaitu (Kusmardiyani dan
Nawawi, 1992) :
a) Keuntungan dari metode ini yaitu
1. unit alat yang dipakai sederhana (hanya dibutuhkan bejana perendam),
2. Biaya operasionalnya relatif rendah,
3. prosesnya relatif hemat penyari,
4. Tanpa pemanasan.
Kelemahan dari metode ini yaitu
1. proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50% saja,
2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari
ALAT BAHAN
Timbangan Serbuk daun sambiloto
Rotary Evaporator Aquadest
Beaker glass Manithol
Saringan Kloroform
Pengaduk FeCl 1%
Chamber
Kain flanel
Plat silika
Pipa kapiler
Pipet tetes
Oven
UV 254 dan 366 nm
Kertas Saring
E. CARA KERJA
1. PEMBUATAN EKSTRAK
Sebanyak 250 gram serbuk daun sambiloto dimasukkan ke dalam beaker glass
b. Rendemen Ekstrak
Rendemen (%)
c. Pola Kromatografi Lapis Tipis ( KLT )
Sebelum dilakukan penotolan sampel, fase diam harus diaktifkan dengan cara
dipanaskan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 110oC selama 15 menit.
Selanjutnya larutan uji dan pembanding ditotolkan pada garis awal dengan
menggunakan pipa kapiler, biarkan beberapa saat hingga pelarutnya menguap
Amati pola kromatografi dibawah lampu UV 254 dan 366 nm dan hitung RF
setiap bercak yang teramati