Anda di halaman 1dari 10

TEORI KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN MANAJER KEPERAWATAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupkan kemampuan seseorang untuk memmengaruhi, memotivasi dan
membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan
organisasi (House et al.,1999). Kepemimpinan adalah memberikan tujuan (arahan yang berarti)
ke usaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan
(Jacob & jaques,1990).

Menurut Bennis (1959) kepemimpinan sebagai proses dimana seseorang mempengaruhi


seorang pengikut untuk bersikap sesuai cara. Sedangkan menurut Kouzes & Posner (1995, 2017)
menyampaikan bahwa kepemimpinan sebagai, seni memobilisasi orang lain untuk
menginginkannya untuk memperjuangkan aspirasi bersama. Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain. Kepemimpinan terutama tentang mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan telah diselidiki oleh banyak ilmuwan,
seperti yang dibuktikan oleh kebanyakan orang (Nassar, 2017). Menurut Fahmi (2016)
kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana
mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
perintah yang direncanakan.

B. Teori Kepemimpinan

1. Teori Great Man


Teori ini berdasarkan keyakinan bahwa pemimpin adalah orang-orang yang luar
biasa, dilahirkan dengan bawaan kualitas, ditakdirkan untuk memimpin. Penggunaan istilah
Man memang sengaja karena sampai bagian akhir dari kepemimpinan abad kedua puluh
dianggap sebagai sebuah konsep yang mengutamakan laki-laki, militer dan barat. Sejalan
dengan teori ciri (Robbins dan Coulter 2009) teori ini berfokus pada ciri pemimpin,
karakteristik yang mungkin digunakan untuk membedakan pemimpin dari non pemimpin.
Maksudnya adalah mengisolasi satu ciri atau lebih yang dimiliki pemimpin, tetapi tidak
dimiliki non pemimpin. Beberapa ciri yang dipelajari itu meliputi postur fisik, penampilan,
kelas sosial, stabilitas emosi, kecekatan berpidato, dan kemampuan bersosialisasi. Meskipun
para peneliti berusaha keras, terbukti mustahil mengenali sekelompok ciri yang selalu
membedakan pemimpin (orangnya) dari non pemimpin.
2. Teori Sifat (Trait Theory)
Pendekatan sifat muncul dari teori Great Man sebagai cara mengidentifikasi
karakteristik kunci dari pemimpin yang sukses. Teori ini menyatakan bahwa melalui
pendekatan ini, sifat kepemimpinan yang kritis dapat diisolasi dan bahwa orang-orang
dengan ciri-ciri seperti itu bisa kemudian direkrut, dipilih, dan diinstalasikan ke posisi
kepemimpinan. Pendekatan ini adalah umum dilakukan di militer dan masih digunakan
sebagai seperangkat kriteria untuk memilih calon komisi. Masalah pendekatan sifat terletak
pada kenyataan bahwa hampir banyak ciri dalam studi yang dilakukan telah diidentifikasi.
Setelah beberapa tahun penelitian tersebut, menjadi jelas bahwa tidak ada ciri-ciri yang
konsisten bisa diidentifikasi. Meskipun beberapa ciri-ciri yang ditemukan dalam penelitian,
umumnya hasilnya tidak meyakinkan. Beberapa pemimpin mungkin memiliki sifat-sifat
tertentu, tetapi tidak adanya sifat itu, mereka tidak selalu bukan pemimpin. Meskipun ada
sedikit konsistensi dalam hasil dari berbagai penelitian sifat, namun, beberapa sifat itu
muncul lebih sering daripada yang lain, termasuk: keterampilan teknis, keramahan, motivasi
tugas, aplikasi untuk tugas, dukungan tugas kelompok, keterampilan sosial, pengendalian
emosi, keterampilan administrasi, karisma umum, dan kecerdasan.
3. Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Hasil studi tentang sifat kurang meyakinkan, sifat sulit mengukurnya, misalnya
bagaimana kita mengukur sifat-sifat seperti kejujuran, integritas, loyalitas atau ketekunan.
Pendekatan lain dalam studi kepemimpinan telah ditemukan. Teori perilaku yang lain adalah
The managerial Grid yang dikembangkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton fokus pada
tugas (produksi) dan karyawan (orang) dari orientasi manajer, serta kombinasi antara dua
kepedulian yang ekstrem. Sebuah kisi (grid) dengan kepedulian produksi pada sumbu
horisontal dan kepedulian orang pada sumbu vertikal dan lima plot gaya kepemimpinan
dasar. Angka pertama mengacu pada produksi atau orientasi tugas seorang pemimpin; kedua,
untuk orang atau orientasi karyawan.
C. Prinsip Dasar Kepemimpinan

Kepemimpinan yang benar Menurut Jerome Want (2007), harus memiliki prinsip-prinsip
kepemimpinan yang benar adalah sebagai berikut:

1. Decision making (pengambilan keputusan)


Pengambilan keputusan harus dilakukan di tingkat yang paling efektif. Pemimpin
berbicara pada saat yang tepat, terinformasi kepada yang memerlukan, keputusan
berbasis kriteria sejalan dengan tujuan bisnis. Keputusan pemimpin dibuat dengan
komitmen pribadi, merasakan sebagai kepemilikan dan akuntabilitas.
2. Leadership (kepemimpinan)
Kepemimpinan bukan hanya satu orang di puncak, tetapi kepemimpinan terdapat di
semua tingkat. Organisasi mengembangkan pemimpin yang menunjukkan tingkat
kompetensi tinggi, membangkitkan kepercayaan dan membawa yang terbaik dalam
dirinya dan sekitar mereka.
3. Communication (komunikasi)
Komunikasi di dalam organisasi dilakukan dengan dialog terbuka. Dalam organisasi yang
tumbuh subur dan sehat, segenap sumber daya manusia di dalamnya berbagai informasi,
gagasan, dan keberhasilan.
4. Appreciating differences (menghargai perbedaan)
Pemimpin menghargai perbedaan antara atasan dan bawahan atau di antara bawahan serta
dapat menemukan peluang dalam konflik. Peluang akan datang dengan menyambut
perbedaan pendapat dan gagasan dengan cara saling menghargai.
5. Personal excellence (keunggulan personal)
Organisasi yang kuat menggantungkan diri pada individu yang kuat dan mempunyai
pribadi unggul. Setiap orang bertanggung jawab secara pribadi untuk melakukan yang
terbaik untuk dirinya sendiri, teman sekerja dan perusahaan. Keunggulan pribadi
dibangun pada tingkat keterampilan tinggi, pengetahuan, kepedulian diri, motivasi diri,
berniat hormat kepada semua.
6. Continuous learning (pembelajaran berkelanjutan)
Pemimpin melaksanakan pembelajaran berkelanjutan untuk sekarang dan amsa datang.
Kekuatan kompetitif organisasi terletak pada perbaikan terusmenerus atas apa yang
dilakukan. Pemimpin secara aktif mencari dan menjalankan praktik terbaik.
7. Vibrant workplace (tempat kerja bersemangat) Merupakan suatu tempat bekerja dimana
kita dapat membuat perbedaan. Kita menciptakan dan memelihara budaya yang
memperkuat teamwork, kegembiraan, perkembangan pribadi, karier, penghargaan
finansial dan keseimbangan kehidupan kerja.
8. Partnership (kemitraan) Kemitraan diperlukan untuk mencapai sukses bagi semua.
Organisasi melakukan kolaborasi dengan mitra untuk memberi manfaat bersama.
Hubungan yang dilakukan berdasar pada penghargaan, kejujuran, keterbukaan,
keandalan, dan kepercayaan.
9. Passion for coffee (berkeinginan besar)
Seorang pemimpin diharapkan mau bekerja keras untuk mencapai tujuan. Pemimpin
mempunyai komitmen dan memastikan bahwa setiap orang akan mempunyai pengalaman
luar biasa.
10. Planning and measuring (merencanakan dan mengukur)
Pemimpin merencanakan dan melakukan pengukuran untuk memahami dan memperbaiki
hasil yang dicapai. Pemimpin memfokus pada perencanaan terintegrasi di seluruh
organisasi sejalan dengan strategi organisasi. Pemimpin mempunyai pengertian
mendalam dalam sukses dan tantangan dengan mengukur dan mengevaluasi hasil
tindakannya.
11. Shared ownership (kepemilikan bersama) Pemimpin merasakan kepemilikan bersama
dengan berpikir dan bertindak seperti pemilik. Pemimpin memenuhi komitmen dan
menghargai kontribusi masing-masing. Pemimpin adalah pengurus sumber daya kolektif
dank arenanya berbagai secara adil untuk mencapai sukses.
12. Sustainability (keberlanjutan) Keberlanjutan merupakan jalan menuju masa depan.
Karenanya, pemimpin menggunakan sumber daya dengan bijak dan membuat keputusan
dengan perhitungan kesejahteraan dan keuntungan.
13. World benefit (manfaat bagi dunia) Tindakan seorang pemimpin diharapkan memberikan
manfaat kepada dunia dengan menciptakan perubahan positif. Pemimpin mendukung
kekuatan bisnis dan individu yang membawa perubahan positif, lokal maupun global.
D. Manajemen Keperawatan

Gilies 1985 dalam Agus Kuntoro 2010), menyatakan manajemen keperawatan secara
singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada
pasien/keluarga serta masyarakat. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC
(planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999).

Muninjaya (2004) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni tentang
bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Swansburg (2000) menyatakan bahwa,
manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling)
aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit
departemen.

E. Fungsi Manajemen Keperawatan

Fungsi Manajemen Keperawatan Henry Fayol (1949 dalam Robins & Coulter, 2007)
merupakan salah satu ahli yang pertama kalinya mengusulkan bahwa semua manajer
melaksanakan empat fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), mengarahkan (coordinating or directing), dan pengendalian (controlling). Henry
Fayol juga menyakini bahwa fungsi-fungsi ini mencerminkan inti dari proses manajemen secara
akurat. Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas lima fungsi yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling). Bab ini akan membahas dan
menjelaskan fungsi manajemen menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam manajemen
keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer perawat menggunakan data yang
valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber
yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari
perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan personel,
bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa perencanaan
merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan metode
yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti
arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan
mencakup proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang
telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan seseorang dan
merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk
mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg,
2000). Huber (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan
yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang
akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur
pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga
dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins
& Coulter, 2007).
c. Pengaturan staf (Staffing)
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan.
Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan
untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok
pasien dalam situasi tertentu (Swansburg, 2000). Pengaturan staf memerlukan banyak
perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan
institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel (Swansburg, 2000).
d. Kepemimpinan (Leading)
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk menentukan dan
mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya kepemimpinan situasi
kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-
faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk merangsang motivasi
dengan mempraktikkan fungsi kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi,
autonomi, membuat keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000). Fungsi
kepemimpinan menurut Huber (2006) adalah fungsi manajemen yang mengarahkan dan
kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah disepakati dan yang telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan menurut Fayol
dalam Robins & Coulter (2007) adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya
bekerja dan mencari berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya.
e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)
Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas.
Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang
menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi
pengendalian adalah fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan,
proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di dalam
manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut
kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja
tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses
pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.

F. Manajer Keperawatan

Manjer keperawatan adalah orang yang memiliki posisi memiliki legitimasi sumber
kekuasaan sehubungan dengan otoritas yang didelegasikan sesuai posisinya, diharapkan dapat
melaksanakan fungsi, tugas, dan tanggung jawab khusus, menekankan pada pengendalian, pengambilan
keputusan, analisis keputusan dan hasil, memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap
rasionalitas dan pengendalian yang lebih besar (Marquis dan Huston, 2006).

Menurut Suyanto (2008), manajer keperawatan adalah orang yang mengelola kegiatan
terkait keperawatan meliputi: menetapkan penggunaan proses keperawatan, mengetahui suatu
intervensi juru rawat yang dilakukan dengan dasar diagnosa, menerima akuntabilitas suatu
kegiatan kepengasuhan yang dilaksanakan oleh perawat, menerima akuntabilitas hasil-hasil
kegiatan juru rawat, dapat mengendalikan lingkungan praktek pengasuhan.

G. Peran, Fungsi, dan Tanggung Jawab Perawat Manajer Keperawatan


Menurut The American Organization of Nurse Executives (AONE) menguraikan 6 enam
peran, fungsi, dan tanggung jawab perawat manajer 1992, sebagai berikut :

1. Perawat manajer bertanggung jawab untuk meningkatkan keunggulan praktek ilmu


keperawatan di tempat praktek dan menempatkan perawatan pasien pada area atau unit
terpilih didalam institusi pelayanan kesehatan. Fungsi ini adalah fokus utama dari
perawat manajer. Untuk temu tanggung jawab ini, perawat manajer mempunyai
kekuasaan untuk merencanakan dan menerapkan strategis dan program yang konsisten
dengan kebijakan-kebijakan, sasaran, dan tujuan.
2. Perawat manajer bertanggung jawab untuk memanajemen manusia, fiskal dan sumber
daya lain yang diperlukan untuk mengatur praktek klinis ilmu perawatan dan perawatn
pasien. Dengan kesadaran yang tinggi yang menyangkut biaya pelayanan perawatan
kesehatan, para manajer menghadapi suatu tugas sulit, karena perawat adalah penyedia
pelayanan kesehatan utama bagi pasien, yang menggunakan banyak sumber daya yang
lain yang ada di rumah sakit oleh karena itu, para perawat manajer bertanggung jawab
untuk penggunaan personil, peralatan, dan persediaaan secara efisien. Ketrampilan yang
profesional adalah penting dalam memenuhi kebutuhan pasien, sebagai konsekwensinya,
para manajer harus menyiapkan, memonitor, dan memelihara anggaran yang konsisten
dengan kebijakan pelayanan kesehatan dan ekonomi yang ada. Perawat manajer juga
harus memastikan bahwa staff pandai di dalam menyediakan keperawatan Dengan
penggunaan sumber daya dan peralatan tersedia dengan bijaksana.
3. Perawat Manajer bertanggung jawab untuk memudahkan pengembangan personil
perawat yang berlisensi dan yang tidak berlisesnsi untuk diijinkan dalam pelayanan
kesehatan. Untuk memelihara keunggulan dalam praktek ilmu perawatan dan perawatan
pasien, staff harus kompeten untuk melaksanakan tanggung-jawab dan peran yang
didelegasikan. Manajer bertanggung jawab untuk melihat bahwa tingkatan kompetenci
kemampuan merawat diperlukan dan memastikan staff memperoleh ketrampilan baru jika
dibutuhkan.
4. Perawat Manajer bertanggung jawab untuk memastikan pemenuhan kelembagaan dengan
profesional dengan adanya pengaturan dan standar asuhan keperawatan oleh pemerintah.
Ketetapan dari praktek ilmu perawatan dan perawatan pasien yang sempurna melibatkan
pemenuhan pengawasan dengan standar perawatan yang ada. Perawat manajer harus
memberitahukan dan juga bisa menulis standar perawatan untuk staff dan untuk
menerapkan program yang diperlukan.
5. Perawat manajer bertanggung jawab untuk perencanaan strategis yang berhubungan
dengan unit atau area, departemen, dan organisasi yang utuh. Manajer bertanggung jawab
berkomunikasi untuk menampung masukan dari staff kepada kepala keperawatan dan
direktur rumah sakit.
6. Perawat manajer bertanggung jawab untuk memfasilitasi hubungan yang kooperatif dan
kolaboratif antar departemen disiplin untuk memastikan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada pasien sebagai jaminan mutu. Saat ini, hubungan yang kooperatif dan
kolaboratif sangat diperlukan dalam memberikan perawatan yang efektif dan biaya yang
efisien. Manajer perawat memainkan suatu peran yang penting dalam mengembangkan
hubungan yang baik berdasar pada rasa hormat timbal balik yang saling mendukung.
Untuk melakukannya, manajer harus memainkan suatu peran secara aktif di dalam panitia
interdisciplinary yang bertanggung jawab untuk mengembangkan pasien yang berfokus
pada program. 
Tanggung jawab manajer keperawatan menurut Swanburg, (2000) meliputi:
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur, bentuk dan bagan. Berdasarkan
keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk
menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal maupun
horizontal. Juga dapat dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur
tanggung gugat. Bentuk organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem
penugasan.
b. Pengelompokam kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk
mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu.
Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat
sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki serta disesuaikan dengan
kebutuhan klien. Ini yang disebut dengan metoda penugasan keperawatan. Metoda
penugasan tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi klien/keperawatan total,
metode tim keperawatan, metode keperawatan primer, dan metode moduler.
c. Koordinasi kegiatan
Kepala ruangan (manajer) sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama yang
selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana kerja yang
kondusif. Selain itu perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat
pelaksana dalam asuhan keperawatan di ruang rawat inap.
d. Evaluasi kegiatan
Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah pelaksanaan
kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang berkewajiban untuk memberi arahan yang jelas
tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk
masing-masing staf dan standar penampilan kerja.
e. Kelompok kerja
Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan dalam
kelompok, hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam
kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai