Pengertian kepemimpinan
Menurut Richard L. darf (2005) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu
fenomena yang paling mudah di observasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk
dipahami.
Judith R. Gordon (2007) konsepsi kepemimpinan meliputi tindakan seperti merumuskan
gagasan, memobilisasi kekuatan, mengorganisasikan orang, dan meluncurkan gerakan
Newstrom (2007) kepemimpinan didefinisikan sebagai suato proses yang dapat mempengaruhi
dan mengarahkan kegiatan pribadi atau kelompok dalam usaha mengidentifikasi dan
memotivasinya untuk mencapai tujuan serta system kepemimpinan
Stephens Robbins (2003) kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan
Hersey dan Blanchard (1996) mengidentifikasikan beberapa keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk
memimpin atau mempengaruhi anak buahnya
1. diagnosis (proses memeriksa kegiatan yang menyangkut pemahaman situasi dan permasalahan)
Pembelajaran subjek kepemimpinan dapat dilakukan dengan cara atau pendekatan berbeda beda,
tergantung pada konsep yang dipakai oleh peneliti mengenai kepemimpinan dan pilihan metodologi
yang digunakan. (Pendekatan dapat dibagi menurut fokus utama, yakni)
Kepemimpinan yang ditentukan tidak dengan karakteristik, melainkan dengan membentuk kemampuan
perilaku yang dapat dipelajari, sehingga seseorang dapat dilatih mengenai kepemimpinan secara tepat
agar menjadi pemimpin yang efektif. (kemampuan yang dimaksud kali ini adalah kemampuan
melakukan pekerjaan dengan baik dan kemampuan sosial yang baik)
3. Pendekatan Situasional
Para peneliti yang menggunakan pendekatan karakteristik dan perilaku menunjukkan bahwa
kepemimpinan yang efektif tergantung pada banyak variable, seperti kultur, organisasi dan jenis
pekerjaan. Artinya, tidak hanya satu gaya yang efektif dalam memimpin segala situasi. (hal ini
dikarenakan tidak semua bawahan memiliki tujuan, kemauan, kemampuan dan keterampilan yang
sama. Jadi harus fleksibel dalam memimpin, tergantung situasi dan masalah yang dihadapi.
Pendekatan situasional memfokuskan pada faktor berikut ini: (a) persyaratan pekerjaan, (b)
perilaku dan harapan rekan sekerja, (c) perilaku harapan dan karakteristik karyawan (d) kebijakan dan
budaya organisasi.
Menurut Hersey & Blanchard (1996), gaya kepemimpinan yang paling efektif berbeda-beda
tergantung pada kesiapan karyawan. Mereka juga meyakini bahwa hubungan antara manajer dan
karyawan terjadi melalui empat tahapan.
Model pendekatan kontingensi atau situasional lainnya dikembankan oleh Fred E. Fielder
(1967). Menurut teori Fielder, terdapat tiga kriteria siruasi, yaitu hubungan antara pimpinan dan
karyawan, tugas kelompok, dan kekuatan atau kekuasaan.
4. Pendekatan Transaksional
Gaya kepemimpinan yang banyak diterapkan pada organisasi modern adalah pendekatan
kepemimpinan transaksional. Gaya kepemimpinan itu didasarkan pada asumsi bahwa
kepemimpinan merupakan kontrak sosial antara pemimpin dan pengikut. (Daft, 2005)
Bass (1981) mengemukakan bahwa karakteristik kepemimpinan transaksional terdiri
atas dua aspek, yaitu imbalan kontingen dan manajemen eksepsi.
Para pemimpin transaksional menentukan apa yang harus dilakukan karyawan untuk
mencapai tujuan mereka dan tujuan organisasi.
5. Pendekatan Transfomasional
Teori kepemimpinan transformasional (transformational leadership) digagas oleh Daft (2005)
dan dikembangkan oleh Bass. Ia mengidentifikasi lima faktor (tiga faktor pertama berlaku pada
transformasional dan dua faktor terakhir berlaku pada kepemimpinan transasksional). Faktor
tersebut antara lain:
a. Kharisma
b. Perhatian pribadi
c. Rangsangan intelektual
d. Pujian terbuka
e. Inspirasi
Menurut pendapat Vroom-Yetton yang dikutip dari Davis & Newstroom (1999), keputusan
manajerian dipengaruhi oleh sifat masalah yang ada, informasi yang tersedia, dan tingkat
partisipasi bawahan.
Menurut Newstroom (1999), gaya kepemimpinan jika ditinjau dari segi penggunaan wewenang,
dapat dibagi atas tiga macam yaitu:
Teori kontemporer kepemimpinan tersebut terfokus pada gaya manajerial dan Hurber
menyatakan pola perilaku seorang pemimpin yang dapat melakukan suatu kerja sama dengan
bawahannya.
B. Perilaku Manajemen
Implikasi kepemimpinan dan manajemen -ada pengambilan keputusan dapat terlihat pada
berikut ini:
Perilaku Kepemimpinan
Perilaku Manajemen
Mengatur pekerjaan
Menilai produktivitas
Menjalankan tindakan
Membuat keputusan
Perilaku Kepemimpinan
Perilaku Manajemen
Mengatur tim
Perilaku Kepemimpinan
Memfasilitasi komunikasi
Dapat berpatisifasi
Perilaku Manajemen
Komunikasi
Kordinasi aktivitas
Perilaku Kepemimpinan
Perilaku Manajemen
Mengelola konflik
Menyelesaikan konflik
Ketiga gaya di atas kemudian dilengkapi dengan satu gaya lagi sehingga menjadi empat gaya,
yakni direktif, konsultatif, partisipatif, dan delegasi (J.Salusu, 1996).
C. Gaya Kepemimpinan pendidikan
1. Kekuasaan
2. Tingkah laku
3. Tolehan kedepan
4. Waktu
Menurut Graves (Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto, 1984), ketika memberikan
laporan tentang group processes in training administration di Stanford University, beberapa
gaya kepemimpinan pendidikan, diidentifikasi sebagai berikut.
1. Gaya Autoritarian
Pada gaya kepemimpinan semacam ini, pemimpin pendidikan lebih bersifat ingin
berkuasa, suasana di dunia pendidikan selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi
kebebasan kepada anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam memutuskan suatu
persoalan.
2. Gaya Laizzes-faire
Gaya kepemimpinan jenis laizzes-faire seolah-olah memang tidak tampak sebab
dengan gaya ini seorang pemimpin pendidikan memberikan kebebasan penuh kepada para
anggotanya dalam melaksanakan tugas, atau secara tidak langsung segala peraturan atau
kebijakan (policy) suatu institusi pendidikan berada di tangan anggota.
3. Gaya Demokratis
Gaya kepemimpinan yang dimaksud ini ialah demokrasi yang semu, artinya seorang
pemimpin yang mempunyai sifat demokratis semu hanya menampakkan sikapnya saja
yang demokratis, dibalik kata-kata yang penuh tanggung jawab ada siasat yang
sebenarnya