Anda di halaman 1dari 12

EPIDEMIOLOGI

“SEJARAH EPIDEMIOLOGI,PERKEMBANGAN,PENGERTIAN,TUJUAN
DAN RUANG LINGKUP”

DOSEN PENGAMPU :

Ns.Ari Rahmat M.Kep

DISUSUN OLEH :

DINA HUSNA

NADIA AUFA

PUTRI CANTIKA

YETRI MULIZA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-INSYIRAH

TA.2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari tentang timbulnya


penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat. dimana ilmu pengetahuan
epidemiologi digunakan community health nursing CHN sebagai alat meneliti dan
mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur
riset epidemiologi. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan
evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit,
serta meminimalkan kecacatan.

Ilmu bedah didefinisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang berkaitan dengan
pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara pembedahan atau
operasi. Penatalaksanaan pembedahan membutuhkan penanganan yang intensif dengan
meminimalkan kecacatan karena tindakan ini memiliki resiko yang tinggi jika
keperawatan bedah yang salah malah dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu
penting adanya mengetahui dasar-dasar epidemiologi terhadap keperawatan bedah
meliputi perencanaan dan evaluasi program intervensi, mendeteksi segera dan pengobatan
penyakit, serta meminimalkan kecacatan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah berjudul epidemiologi yaitu:

1. jelaskan sejarah epidemiologi ?


2. jelaskan perkembangan epidemiologi?
3. Jelaskan pengertian epidemilogi?
4. Jelaskan tujuan epidemiologi?
5. Jelaskan Ruang lingkup dan penerapan epidemiologi
6. Jelaskan manfaat epidemiologi
C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu antara lain:

1. Untuk mengetahui sejarah epidemiologi


2. Untuk mengetahui perkembangan epidemiologi
3. Untuk mengetahui tujuan epidemiologi
4. Untuk mengetahui Ruang lingkup dan penerapan epidemiologi
5. Untuk mengetatuhi manfaat epidemilogi

D. MANFAAT

- Manfaat bagi Tim Penulis


Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya ilmiah dan
menambah wawasan khususnya tentang Epidemiologi keperawatan bedah dan ruang
lingkupnya
- Manfaat bagi pembaca
Menjadi bahan masukan dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama
mengenai konsep epidemiologi keperawatan bedah dan ruang lingkupnya dalam
bidang kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Epidemiologi
Sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa ketika manusia mulai
mengenal penyakit menular. Walaupun pada saat itu sumber dan penyebab penyakit masih
dianggap berasal dari kekuatan gaib dan ruh jahat, tetapi cukup banyak usaha pada zaman
purba yang dapat dianggap sebagai usaha untuk melawan epidemi. Umpamanya pada kira –
kira 1000 tahun SM telah dikenal variolasi di Cina untuk melawan penyakit variola (cacar),
sedangkan orang India pada saat tersebut selain menggunakan variolasi, juga telah mengenal
bahwa penyakit pes erat hubungannya dengan tikus, sedangkan kusta telah diketahui
mempunyai hubungan erat dengan kepadatan penduduk.

Pada zaman kejayaan Yunani dan Romawi Kuno, telah dikenal adanya proses penularan
penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan. Hal ini
telah dikemukakan oleh Hippocrates (abad ke-5 SM) dalam tulisannya berjudul Epidemics
serta dalam catatannya mengenai “Airs, Waters and Places”, beliau telah mempelajari
masalah penyakit di masyarakat dan mencoba mengemukakan berbagai teori tentang
hubungan sebab akibat terjadinya penyakit dalam masyarakat. Walaupun pada akhirnya teori
tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi telah memberikan dasar pemikiran tentang
adanya hubungan faktor lingkungan dengan kejadian penyakit sehingga dapat dikatakan
bahwa konsep tersebut adalah konsep epidemiologi yang pertama.

Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang lebih logis dan
konsisten dengan menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit pada kelompok
penduduk tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu (suatu generasi tertentu) dipengaruhi
oleh tiga faktor utama, yakni:

1. Faktor Atmosfir ( the atmospheric factor )


2. Faktor Internal ( internal factor )
3. Faktor Predisposisi ( predisposing factor )
Pada abad ke – 14 dan 15 Masehi, masalah epidemi penyakit dalam masyarakat semakin
jelas melalui berbagai pengamatan peristiwa wabah penyakit pes dan variola yang melanda
sebagian besar penduduk dunia. Pada waktu itu, orang mulai menyadari bahwa sifat
penularan penyakit dapat terjadi terutama karena adanya kontak dengan penderita. Dalam
hal ini dikenal jasa Veronese Fracastorius ( 1483 – 1553 ) dan Sydenham ( 1624 – 1687 )
yang secara luas telah mengemukakan tentang teori kontak dalam proses penularan penyakit.
Berdasarkan teori kontak inilah dimulainya usaha isolasi dan karantina yang kemudian
ternyata mempunyai peranan positif dalam usaha pencegahan penyakit menular hingga saat
ini.

Konsep tentang sifat kontagious dan penularan penyakit dalam masyarakat telah
disadari dan dikenal sejak dahulu namun baru pada abad ke-17, teori tentang germ dan
perannya dalam penularan penyakit pada masyarakat mulai dikembangkan. Dalam hal ini
Sydenham dapat dianggap sebagai pioner Epidemiologi walaupun sebagian dari teorinya
tidak lagi diterima. Sydenham dengan teori serta berbagai perkiraannya terhadap kejadian
epidemi, perjalanan epidemi dalam masyarakat serta perkiraan sifat epidemi merupakan
suatu model penggunaan metode epidemiologi. Pada saat yang sama, John Graunt telah
mengembangkan teori Statistik Vital yang sangat bermanfaat dalam bidang epidemiologi.
Walaupun Graunt bukan seorang dokter, tetapi hasil karyanya sangat bermanfaat dalam
bidang epidemiologi dengan menganalisis sebab kematian pada berbagai kejadian kematian
di London dan mendapatkan berbagai perbedaan kejadian kematian antarjenis kelamin serta
antara penduduk urban dan rural, maupun perbedaan berbagai musim tertentu. Di samping
Graunt yang telah mengembangkan Statistik Vital, William Farr mengembangkan analisis
sifat epidemi berdasarkan hukum Matematika. William Farr mengemukakan bahwa
meningkatnya, menurunnya, dan berakhirnya suatu epidemi mempunyai sifat sebagai
fenomena yang berurutan.

Jakob Henle pada tahun 1840 mengemukakan teorinya tentang sifat epidemi dan endemi
yang sangat erat hubungannya dengan fenomena biologis. Dalam tulisannya dikemukakan
bahwa yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit adalah organisme yang hidup. Pendapat
ini pada waktu yang sama telah mendorong berbagai ilmuan terkemuka seperti Robert Koch,
Pasteur dan lainnya untuk menemukan mikroorganisme penyebab penyakit tertentu.

Sejak didapatkannya mikroorganisme sebagai penyebab penyakit, para ahli segera


mencoba mencari berbagai penyebab khusus untuk penyakit tertentu. Pada awalnya mereka
hanya melakukan pengamatan terhadap penderita perorangan, tetapi kemudian mulai
berkembang ke arah hubungan sebab akibat yang dapat mengganggu keadaan normal
masyarakat. Dari usaha pengembangan imunitas perorangan serta kekebalan pejamu
(manusia), mulailah dikembangkan usaha pencegahan penyakit melalui vaksinasi.
Perkembangan hubungan sebab akibat yang bersifat tunggal mulai dirasakan
ketidakmampuannya dalam hal memberikan jawaban terhadap berbagai gangguan kesehatan
masyarakat sehingga mulai dipikirkan hubungan yang lebih kompleks dalam proses sebab
terjadinya penyakit serta gangguan kesehatan lainnya.

B. Perkembangan Epidemiologi
Pada pertengahan abad ke-19, para ilmuwan kesehatan masyarakat dan kedokteran,
lebih mengarahkan pengamatan dan penelitiannya terhadap konsep baru tentang penyebab
penyakit secara khusus serta teori tentang imunitas. Banyak di antara para peneliti pada awal
era mikrobiologi mulai mengarahkan perhatiannya pada lingkungan fisik dalam mencari
penyebab (agent) yang spesifik sebagai faktor penyebab penyakit. Lingkungan fisik
ditempatkan sebagai sumber, media, bahkan sebagai penyebab terjadinya penyakit tertentu.

Di Inggris pada tahun 1842 telah diterbitkan laporan Edwin Chadwick yang disertai
dengan sejumlah gambaran dalam bentuk tabel mengenai peranan lingkungan terhadap
kejadian penyakit. Di dalam laporan ini diuraikan bahwa faktor kemiskinan dan
ketidaktahuan memegang peranan penting sebagai sebab terjadinya kematian yang tinggi.
Dalam hal ini, Chadwick dengan konsep kejadian penyakit yang didasarkan pada teori
Miasma, dan dianggap sangat berhasil dalam menggunakan model pengumpulan,
pengolahan, dan interprestasi data dalan analisis kejadian penyakit dalam masyarakat. Di
samping itu, Chadwick juga telah melakukan suatu pengamatan longitudinal yang
didasarkan pada sebelum dan sesudah perlakuan khusus. Beliau mengamati serta
membandingkan keadaan angka mortalitas dengan berdasarkan pada penduduk yang
terpapar terhadap keadaan lingkungan pemukiman sebelum dan sesudah dilakukan sistem
pembuangan air limbah. Bentuk pengamatan tersebut merupakan penelitian terhadap
pengaruh lingkungan hidup yang selanjutnya mulai dikembangkan oleh beberapa ahli
epidemiologi pada abad itu, dan termasuk di antaranya kelompok William Farr, John Snow
dan John Simon sebagai kelompok peneliti yang sukses. Dengan demikian mulailah
berkembang konsep lingkungan dan sistem pendekatan Numerik dalam memahami masalah
kesehatan masyarakat dan hubungannya dengan lingkungan yang dikembangkan melalui
dasar pemikiran epidemiologis.
Dengan perkembangan mikrobiologi secara pesat serta didapatkannya mikroorganisme
penyebab penyakit, disusul dengan pemunculan konsep pejamu dan imunitas membawa
perkembangan baru dalam dunia epidemiologi. Selama periode tersebut, selain usaha
menemukan jenis mikroorganisme tertentu sebagai penyebab penyakit, juga mendorong
dikembangkannya konsep hubungan kausal yang berperan dalam proses kejadian penyakit.
Namun demikian, sebagaimana halnya dengan konsep miasma sebelumnya, konsep germ ini
juga belum mampu menjawab berbagai kejadian penyakit dan gangguan kesehatan
masyarakat. Dari sudut pandang epidemiologi, peranan pejamu dalam proses kejadian
penyakit mampu memberikan dorongan yang cukup berarti dalam perkembangan konsep
imunitas sehingga pusat perhatian para ilmuwan lebih diarahkan pada unsur pejamu dan
agent termasuk interaksi unsur tersebut dalam proses terjadinya penyakit.

Perkembangan selanjutnya mengarah kepada pemahaman proses hubungan sebab akibat


terhadap berbagai peristiwa penyakit dan gangguan kesehatan dengan melalui pendekatan
metode epidemiologi. Hal ini lebih mengarahkan para ahli epidemiologi untuk menggunakan
model pendekatan sistem, di mana analisis didasarkan pada sekelompok faktor yang saling
berkaitan erat dalam suatu bentuk hubungan yang konsisten. Dalam hal ini setiap sistem
sangat berkaitan satu dengan yang lain sehingga setiap perubahan pada faktor tertentu,
kemungkinan besar akan menimbulkan perubahan dalam sistem tersebut. Selain itu, juga
memiliki lagi keterkaitan antarsistem yang menuju kepada suatu universe atau generalisasi.

Dari berbagai perkembangan tersebut di atas, maka para ahli epidemiologi mulai
mengembangkan apa yang sekarang dikenal dengan metode epidemiologi, yakni suatu
sistem pendekatan ilmiah yang diarahkan pada analisis faktor penyebab serta hubungan
sebab akibat di samping dikembangkannya epidemiologi sebagai bagian dari ilmu kesehatan
masyarakat.
C. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi
penyebab atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan
penyakit, cedera, cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok
manusia. Epidemiologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat,
penyebab, pengendalian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan
distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Ilmu ini meliputi
pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan
masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan,
pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya. (Timmreck, 2004: 2)
Epidemiologi berfokus pada tipe dan keluasan cedera, kondisi, atau penyakit yang
menimpa suatu kelompok atau populasi, epidemiologi juga menangani faktor risiko
yang dapat memberikan dampak, pengaruh, pemicu, dan efek pada distribusi penyakit,
cacat/ defek, ketidakmampuan, dan kematian. Sebagai metode ilmiah, epidemiologi
juga digunakan untuk mengkaji pola kejadian yang mempengaruhi faktor-faktor di
atas. Subjek-subjek yang dibahas dalam epidemiologi adalah distribusi kondisi
patologi dari populasi manusia atau faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi
tersebut.(Timmreck, 2004: 2)
D. Tujuan Epidemiologi
Menurut Lilienfeld dalam buku Timmreck (2004) menyatakan bahwa ada tiga
tujuan epidemiologi, yaitu:
1. Menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau
sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom,
atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan
menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari
setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial/ perilaku.
2. Menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan
hipotesis yang diajukan dan dengan pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu
biomedis yang terbaru.
3. Memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan
prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk
pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang
diperlukan; yang semuanya itu akan digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan langkah-langkah, kegiatan, dan program intervensi.
(Timmreck, 2004: 3)

E. Ruang Lingkup dan Penerapan Epidemiologi


Epidemiologi dalam sejarahnya dikembangkan dengan menggunakan epidemik
penyakit menular sebagai suatu model studi dan landasannya masih seperti pada model
penyakit, metode, dan pendekatannya. Pada jaman dahulu, beberapa epidemik setelah
ditelusuri ternyata berasal dari penyebab-penyebab noninfeksius. Pada tahun 1700,
James Lind menemukan bahwa penyakit skorbut disebabkan karena kekurangan
vitamin C dalam makanan. Penyakit defisiensi gizi lainnya
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A dan vitamin D. Beberapa studi juga telah
berhasil menghubungkan keracunan timbal dengan berbagai penyakit ringan, kolik,
gout, keterbelakangan mental dan kerusakan saraf pada anak, pelukis dan pengrajin
tembikar.
Dewasa ini, epidemiologi juga telah terbukti efektif dalam mengembangkan
hubungan sebab akibat pada kondisi-kondisi noninfeksius seperti penyalahgunaan
obat, bunuh diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan zat kimia, kanker, dan penyakit
jantung. Saat ini area epidemiologi penyakit kronis dan penyakit perilaku merupakan
cabang ilmu epidemiologi yang paling cepat berkembang.
Epidemiologi dipakai untuk menentukan kebutuhan akan program-program
pengendalian penyakit, untuk mengembangkan program pencegahan dan kegiatan
perencanaan layanan kesehatan, serta untuk menetapkan pola penyakit endemik,
epidemik, dan pandemik. (Timmreck, 2004: 4)

F. Manfaat Epidemiologi
Ada tujuh manfaat epidemiologi dalam bidang kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Mempelajari riwayat penyakit
Ilmu epidemiologi bermanfaat untuk mempelajari tren penyakit untuk
memprediksi tren penyakit yang mungkin akan terjadi. Hasil penelitian
epidemiologi tersebut dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan
dan kesehatan masyarakat.
b. diagnosis masyarakat
Epidemiologi memberikan gambaran penyakit, kondisi, cedera,
gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa saja yang menyebabkan
kesakitan, masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau
wilayah.
c. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
mempengaruhi kelompok maupun populasi.
Epidemiologi memberikan manfaat dengan memberikan gambaran faktor
risiko, masalah, dan perilaku apa saja yang mempengaruhi suatu kelompok atau
suatu populasi. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap
faktor risiko dan menggunakan teknik pemeriksaan kesehatan, misalnya: risiko
kesehatan, pemeriksaan, skrining kesehatan, tes kesehatan, pengkajian penyakit,
dan sebagainya.
d. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian.
Epidemiologi memberikan manfaat dalam menilai sebaik apa pelayanan
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok. Epidemiologi juga berguna untuk
mengkaji keefektifan; efisiensi; kualitas; kuantitas; akses; ketersediaan layanan
untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit; cedera;
ketidakmampuan; atau kematian.
e. Melengkapi gambaran klinis.
Ilmu epidemiologi berguna dalam proses identifikasi dan diagnosis untuk
menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang
menderita penyakit tertentu
DAFTAR PUSTAKA

Timmreck, T. C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi Kedua (Mulyana Fauziah dkk, Penerjemah).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai